Disclaimer : We don't own the character, they are belong to themselves.

Genre : Teen Romance/Humor

Warning : OOC, OC, elseword, typo dan misstypo, authorfic ^^.

Rated : NC-17

.

.

Jung Eun Hee

.

.

proudly present

.

Hidden Fate

Jung Yunho and Kim Jaejoong

.

.

Jung Yunho dan Kim Jaejoong. Mendengar nama ini tentu tak akan asing lagi bagi murid-murid DongBang High School. Bukan hanya murid-muridnya yang mengenal kedua namja ini. Baik seonsangnim, petugas kebersihan, pemilik kantin sampai para dewan yayasan pun mengenal dua orang yang berkepribadian saling bertolak belakang ini.

Mereka terkenal tentu saja karna berbagai prestasi yang mereka raih. Entah itu prestasi akademik maupun non akademik. Keduanya saling bersaing untuk mendapatkan gelar terbaik. Tapi sepertinya Tuhan berlaku adil. Karna mereka selalu saja memiliki nilai yang sama, apalagi kalau bukan 100 atau A. Kemampuan akademik mereka seimbang. Mereka sama-sama pintar dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Namun diluar pelajaran mereka berbeda. Keduanya mempunyai bakat masing-masing. Jika Jung Yunho berbakat dalam hal olah fisik seperti futsal, basket ataupun dance. Sedangkan Kim Jaejoong berbakat dalam hal seni seperti bermain musik dan bernyanyi.

Selain berbeda bakat mereka juga memiliki fisik yang berbeda jauh. Jika Yunho dianugerahi Tuhan wajah tampang dengan mata sipit setajam musang dan bibir sexy berbentuk hatinya serta jangan lupakan tubuh atletis yang ia miliki sedangkan Jaejoong dianugerahi Tuhan wajah cantik sekaligus tampan dengan mata bulat nan besar yang bening berwarna hitam pekat, bibir penuh semerah cherry dan jangan lupakan tubuh ramping yang memiliki pinggang kecil terbalut indah dengan kulit seputih susu, siapapun akan meneguk ludah melihat sosok bak malaikat itu.

Mereka terkenal bukan hanya karna prestasi dan fisik mereka saja, tapi juga karna permusuhan mereka yang abadi. Yup! Kedua namja berbeda marga ini saling bermusuhan sejak lama. Tepatnya saat mereka berada di Junior High School. Tidak ada yang tau apa penyebab awal mula permusuhan mereka, yang pasti mereka selalu memperdebatkan sesuatu yang besar atau terkecil sekalipun. Seperti sekarang ini...

"Ya! Namja jejadian! Kau sengaja ingin menghalangi jalanku huh?" ucap Yunho sinis. Mata musangnya menatap tajam namja cantik yang berjalan didepannya.

"Ya! Siapa yang kau sebut namja jejadian?" Jaejoong berbalik cepat setelah mendengar ucapan Yunho.

"Kau! Siapa lagi?"

"Jaga ucapanmu Jung Yunho! Aku bisa mengirimmu ke rumah sakit saat ini juga!" balas Jaejoong sengit.

"Haha! Memang kau bisa apa dengan tubuh lemahmu itu! Dasar yeoja!"

"YA! Aku namja! Kau buta hoh?"

"Tapi kau itu terlalu cantik untuk jadi namja! So~ jangan membodohi orang dengan wajahmu itu dan segera ubah gender dibiodatamu!"

Ucapannya agak membingungkan. Antara menghina atau memuji. Tapi bagi Jaejoong itu sebuah penghinaan. Jelas-jelas ia seorang namja tulen yah~ walau ia akui kelakuannya agak 'sedikit' feminim tapi bukan berarti ia harus mengganti gendernya seperti yang dikatakan pria bermata musang didepannya ini.

Duak!

Kaki ramping milik Jaejoong tepat menendang tulang kering kaki kanan Yunho yang tentu saja membuat si pemilik memekik kesakitan.

"AKH! YA! KIM JAEJOONG!" Yunho mendelik sebal kearah Jaejoong sembari mengusap kaki kanannya.

"Kau yang mulai duluan!" ucap Jaejoong ketus. Ia lantas pergi meninggalkan Yunho, namun baru selangkah kaki itu bergerak. Ia merasa seseorang menarik lengannya.

"Ya! Siapa yang memperbolehkanmu jalan didepanku?" ucap Yunho si penarik lengan.

Kening Jaejoong berkerut. "He?"

"Kau itu harusnya berjalan dibelakangku!" ucap Yunho menegakkan tubuhnya dan mulai berjalan masuk kedalam kelas. Yah~ perlu diketahui mereka berdua sedari tadi berada didepan pintu kelas.

Jaejoong buru-buru menaik lengan Yunho. "Tidak bisa! Aku yang seharusnya didepan! Kau itu yang dibelakang!" ucapnya kemudian menaik lengan Yunho hingga berada dibelakangnya.

"MWO? Ya! Aku yang didepan!" balas Yunho menarik Jaejoong hingga namja cantik itu berada dibelakangnya. Baru saja ia akan berjalan, Jaejoong kembali menariknya.

"Aku! Kau yang dibelakang!"

"YA! Aku yang didepan!"

"Aku!"

"Aku!"

"YA! JUNG YUNHO!"

"YA! KIM JAEJOONG!"

"Kau harus ingat dimana posisimu Jung Yunho!"

"Kau yang harusnya sadar Kim Jaejoong!"

Dan adegan tarik menarik itupun terus terjadi hingga bel tanda pelajaran akan segera dimulai berbunyi. Namun hal itu tak membuat kedua namja yang saling berebut untuk berjalan didepan ini menghentikan aksinya. Sampai sang seonsangnim menegur keduanya dan membuat mereka mengangguk pasrah menuruti perintah sang seonsangnim yang menyuruhnya masuk kedalam kelas.

Jangan ditanya bagaimana reaksi teman-teman sekelas mereka. Bagi mereka itu adalah kejadian yang amat sangat lumrah terjadi dan mereka tak mau ambil pusing untuk melerai keduanya.

Satu hal yang perlu kalian ketahui dari Yunho dan Jaejoong. Mereka selalu sekelas semenjak Junior High School.

:.: YunJae :.:

.

.

.

Kim Jaejoong bersama teman-teman satu bandnya tengah latihan saat ini. Mereka akan mengikuti lomba yang akan diselenggarakan satu minggu lagi. Tak perlu terlalu keras berlatih karna mereka yakin mereka akan memenangkan lomba tersebut.

"I'm feeling, one kiss, one heart

I'm feeling, one kiss, one heart"

Jaejoong menyelesaikan bait terakhir lagu yang ia nyanyikan dengan sempurna.

"Setelah ini kita akan kemana?" tanya Kyuhyun sang drummer.

"Entahlah! Aku hari ini tak ada kencan dengan Chunnie! I'm free today!" sahut Junsu si basis. Ia sibuk menyetem senar bassnya.

Kyuhyun menatap Jaejoong. Meminta pendapat sang vokalis sekaligus gitaris band mereka. Tapi yang ditatap hanya menggendikkan bahunya malas. Ia dalam keadaan bad mood sekarang.

"Kenapa?" tanya Kyuhyun, hapal betul gelagat Jaejoong saat sedang bad mood seperti sekarang ini.

Jaejoong berjalan kearah sofa dan menghempaskan tubuhnya disana. Ia mengambil botol air mineral dari dalam tasnya dan meneguknya beberapa kali.

"Aku kehilangan dia!" ucapnya kemudian menghela nafas berat. Mendengar kata 'dia' membuat Junsu maupun Kyuhyun menatap hyungnya itu.

"Siapa?" tanya Junsu dan Kyuhyun hampir berbarengan.

"Apanya yang siapa?"

"Kau kehilangan siapa?" tanya Kyuhyun memperjelas.

"Aku? Memang aku kehilangan siapa?" tanya Jaejoong menatap Kyuhyun dengan kening berkerut.

"Tadi hyung bilang! Hyung sedang kehilangan dia!" sahut Junsu bingung.

"Ah~ maksudku bukan orang! Tapi benda!"

"Benda?" tanya Junsu bertambah bingung. Sedangkan Kyuhyun sudah mengerti apa yaang dimaksud Jaejoong. Apalagi kalau bukan perhiasan. Jaejoong itu sangat suka mengkoleksi berbagai macam jenis perhiasan keluaran rumah mode 'Cartier'. Ia akan selalu membeli model terbaru yang dikeluarkan rumah mode itu. Tidak peduli itu perhiasan untuk wanita, pria atau couple sekalipun. Jika perhiasan itu berasal dari Cartier, sudah dipastikan ia akan membelinya.

"Kemarin Cartier mengeluarkan cincin couple limited edition! Mereka hanya memproduksi 5 pasang saja! Aku sudah akan membelinya tapi eomma melarangku! Katanya sudah terlalu banyak perhiasan yang kukoleksi! Dan terpaksa aku meminjam uang dari ahjumma! Saat aku sudah mendapatkan uangnya! Cincin itu malah sold out! UGH! Menyebalkan!" curhat Jaejoong diakhiri dengan kakinya yang menendang angin.

"Ohh~ begitu!" sahut Junsu sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.

"YA! Kenapa tanggapanmu hanya begitu saja? Itu limited edition Su~i!" ucap Jaejoong geram mendapati respon Junsu.

Junsu mengedip-ngedipkan matanya. Merasa tidak ada yang salah dengan tanggapannya tadi. Tapi kenapa Jaejoong terlihat marah padanya?

"Sudahlah hyung! Bagaimana kalau kita shopping saja?" ajak Kyuhyun bermaksud meredakan amarah Jaejoong sekaligus mengembalikan mood namja cantik itu.

"Aku bosan!" sahut Jaejoong malas.

"Ayolah hyung~ Junsu yang akan membayarnya!" ucap Kyuhyun seenak jidad Yoochun. Junsu segera mendeath glare Kyuhyun. Bisa-bisanya evil itu berbicara bahwa ia yang akan membayar belanjaan Jaejoong. Ia tau pasti bagaimana gilanya Jaejoong saat belanja. Semua uang jajannya selama sebulan bisa habis begitu saja.

"JINJA?" tanya Jaejoong dengan mata berbinar, disambut anggukan innocence dari Kyuhyun. Sedangkan Junsu sibuk memikirkan cara agar bisa menolak.

"Su~i! Kau memang yang terbaik!" ucap Jaejoong riang. Ia segera menghampiri Junsu dan memeluknya erat.

Junsu menghela nafas pasrah. Mau bagaimana lagi? Jika ia bilang tidak! Jaejoong pasti akan marah besar dan ngambek berhari-hari. Bisa-bisa mereka gagal ikut perlombaan. Yah~ walaupun ia harus mengorbankan uang jajannya.

Disisi lain Kyuhyun tertawa dalam diam melihat ketidakberdayaan Junsu.

:.: YunJae :.:

.

.

.

Jaejoong sedang asyik memilih baju yang ada disalah satu toko berlambang branded terkenal. Mengingat hal ini gratis jadi ia memilih baju yang paling mahal. Beberapa kali ia terlihat bolak-balik kamar ganti untuk mencoba baju-baju yang telah ia pilih.

Junsu yang melihatnya hanya memijat pelipisnya. Sepertinya uang jajannya satu bulan tidak akan cukup untuk membayar baju-baju yang telah dipilih Jaejoong. Jika Kyuhyun ada disini, tentu sejak tadi ia sudah mencekik namja berambut ikal itu. Tapi namja imut itu segera berkilah dengan beralasan bahwa Changmin tiba-tiba mengajaknya berkencan.

"Awas kau Cho Kyuhyun!" geram Junsu.

"Su~i! Yang ini bagus tidak?" tanya Jaejoong meminta pendapat Junsu.

Yang ditanya segera mendongakkan kepalanya dan tersenyum pada Jaejoong. "Ne! Cocok untukmu hyung!" ucapnya manis.

Setelah mendengar ucapan Junsu, Jaejoong segera kembali ke bilik ruang ganti. Junsu menghela nafas berat. Ia mengusap wajahnya kasar sebagai bentuk dari rasa frustasinya.

"AU!" ia memekik sakit saat ada sesuatu yang menggores wajah mulusnya. Ah! Ia lupa kalau ia tengah menggunakan cincin saat ini.

Ia memperhatikan cincin dijari manisnya. Semalam pacarnya Park Yoochun memberikan cincin itu sebagai tanda hari anniversary mereka.

"Ini! Khusus kubeli untuk merayakan hari anniversary kita"

"Igeo mwoya? Cincin?"

"U'um! Cincin couple! Cincin ini hanya dibuat 5 pasang! Dan aku berhasil mendapatkannya!"

"Gomawo chunnie!"

"Ne"

"Cartier? Jae hyung pasti akan iri melihatnya!"

Junsu terkesiap. Betapa bodohnya dia!

Kenapa ia tidak sadar jika cincin yang kini tengah ia pakai adalah cincin yang telah membuat mood Jaejoong down dan yang akan menguras uang jajannya?

Ia tersenyum saat sebuah ide muncul dibenaknya. Ia segera merogoh ponselnya dan membuka layanan internet. Hanya untuk melihat berapa harga cincin dijarinya ini.

Jaejoong keluar dari bilik ruang ganti. Didepannya sudah ada seorang pelayan toko yang tengah membawa baju-baju yang telah ia pilih.

"Su~i! Cepat bayar!" ucap Jaejoong menghampiri Junsu yang tengah tersenyum-senyum sendiri.

'Kenapa dia?' batin Jaejoong.

"Hey! Kau kenapa?" tanya Jaejoong segera duduk disamping Junsu. Membuat namja bersuara lumba-lumba itu menoleh kaget. Sepertinya baru menyadari kehadiran Jaejoong.

"E-eoh hyung! Kau sudah selesai?"

"U'um! Cepat bayar sana!"

"Eh! Hyung!"

Jaejoong menoleh kearah Junsu. "Wae?"

"Apa kau masih menginginkan cincin Cartier itu?"

"Tentu saja!"

"Apa yang kau maksud cincin ini?" tanya Junsu sembari menunjukkan jari-jari tangan kanannya.

Mata doe itu membulat. Ia segera meraih tangan Junsu dan menatap lekat-lekat cincin yang terpasang dijari manis hobaenya itu.

"Darimana kau mendapatkannya?" tanya Jaejoong tak sabar.

"Chunnie yang memberikannya padaku!"

"Berikan padaku! Ne?" pinta Jaejoong. Ia masih menatap lekat cincin dijari manis Junsu.

"Tapi hyung! Ini hadiah anniversary kami! Aku tidak mungkin memberikannya padamu!" ucap Junsu dengan wajah menyesal.

"Eum... Bagaimana jika aku membelinya! Kalian kan bisa membeli cincin couple yang lain! Yah? Yah?"

"Bagaimana yah~" Junsu kelihatan bingung. Tentu saja ia tak benar-benar bingung. Karna ia memang ingin Jaejoong membelinya.

"Ayolah Su~i! Jebal~ Please~ Kumohon!" Jaejoong melemparkan pandangan puppy eyesnya pada Junsu.

Junsu masih tak merespon.

"Akan kubayar berapapun harganya!"

"Ini lebih berharga dari uang hyung!"

"Kalau begitu! Akan kulakukan apapun untukmu!"

Junsu tersenyum tersirat. Inilah yang ia tunggu.

"Hem... baiklah!" ucap Junsu yang membuat senyum Jaejoong mengembang lebar.

"Gomawo Junsu~ ah!" Jaejoong langsung memeluk Junsu erat.

"Berapa yang kau minta?"

"Hyung pikir aku mata duitan? Hyung hanya perlu membayar sesuai harga cincinnya saja!"

"JINJA? Oh~ Kim Junsu! Kau yang terbaik!" Jaejoong kembali memeluk Junsu erat.

"Tapi ada beberapa syarat lain yang perlu hyung lakukan!"

"Syarat?" tanya Jaejoong menatap Junsu bingung. Sedangkan Junsu hanya tersenyum penuh arti.

:.: YunJae :.:

.

.

.

Semua murid kelas 2-A di SMA DongBang tengah serius memperhatikan pelajaran biologi yang tengah diterangkan oleh Lee seonsangnim. Kecuali seorang siswa yang kita kenal bernama Kim Jaejoong ini, ia memilih memperhatikan cincin yang terpasang dijari manisnya dari pada sang seonsangnim. Toh memperhatikan atau tidak, ia yakin bisa menjawab soal-soal ujian dengan benar seperti biasanya.

Ia nampak menghembuskan nafasnya. Pikirannya menerawang jauh pada kejadian kemarin saat Junsu mengajukan syarat yang harus ia lakukan untuk mendapatkan cincin Cartier itu.

"Hyung harus berbaikan dengan Jung Yunho!"

"MWO? Kau gila? Kau tau kan bagaimana hubunganku dengannya? Kami itu musuh abadi!"

"Maka dari itu aku meminta hyung untuk berbaikan dengannya! Aku lelah melihat kalian berdua terus bertengkar setiap hari!"

"SIREO!"

"Ya sudah! Aku juga tidak akan memberikan cincinnya pada hyung!"

"MWO? Tidak bisa begitu!"

"Tentu aku bisa! Cincin ini milikku!"

"Su~i... Kau tidak kasihan padaku? Aku sangat menginginkan cincin itu! Bagaimana kalau syaratnya kuganti dengan membayar cincin itu menjadi 2 kali lipat? Ne?"

"Aniya~"

"3 kali lipat!"

"Ani!"

"5 kali lipat! Ayolah~ kau bisa membeli sebuah mobil baru dengan uang itu!"

"Mobilku yang sekarang sudah bagus! Untuk apa aku membeli mobil baru! Lagi pula aku tidak membutuhkannya karna Chunnie selalu mengantar-jemputku!"

"Aish! Apa untungnya juga bagimu jika aku berbaikan dengan Yunho? Tak ada kan?"

"Tentu saja ada! Jika kalian berbaikan maka sekolah akan tenang tanpa teriakan saling mengejek yang selalu kalian lakukan jika bertemu!"

"Hanya untuk sebuah ketenangan kau menyuruhku untuk merendahkan harga diriku dengan berbaikan dengannya?"

"Kau tidak perlu merendahkan harga dirimu hyung! Aku hanya memintamu untuk berbaikan dengannya! Bukan berlutut didepannya!"

"Su~i! Kau taukan bagaimana watak Jung Yunho? Jika aku memintanya berbaikan! Ia pasti akan mengolok-olokku! Dan itu sama saja dengan merendahkan harga diriku!"

"Sudahlah~ hyung jangan beralasan lagi! Jika hyung menginginkan cincin ini maka hyung harus melakukannya!"

"Baiklah! Baiklah! Aku akan melakukannya! Tapi aku pinjam cincinnya besok ne?"

"Tidak bisa! Hyung mau menipuku ya? Aniya~"

"Junsu~ jebal~ besok aku ada pertemuan club! Aku pasti akan dipermalukan Go ahra jika aku tidak memakai cincin itu! Please~ aku janji akan mengembalikannya! Ne?"

"Umm.. Baiklah~ tapi hyung janji akan mengembalikannya?"

"Ne! I promise!"

"Oh ya! Dan Juga! Untuk belanjaan hyung itu! Hyung bayar sendiri!"

Jaejoong kembali menghela nafas. Terlihat sekali raut frustasi diwajahnya.

'Bagaimana caranya aku bisa berbaikan dengannya?' batinnya. Mata doesnya memandang kearah Yunho yang tengah serius memperhatikan pelajaran didepan.

:.: YunJae :.:

.

.

.

Jaejoong sedikit membenarkan tatanan rambutnya pada sebuah cermin kecil bergambar hello kitty yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Setelah yakin dengan penampilannya ia segera memasuki ballroom tempat diadakannya pertemuan sesama kolektor perhiasan Cartier.

Musik classic menyambut kedatangannya saat ia mulai melangkah kedalam. Pandangannya mengedar. Memperhatikan tiap tamu yang hadir. Jangan dipikir hanya dia seorang namja yang mengikuti club ini. 40% anggota club ini adalah namja dan ia salah satunya.

Pandangannya berhenti pada seorang namja cantik yang tengah mengobrol dengan beberapa tamu yang hadir. Ia adalah Kim Heechul. Sepupunya sekaligus ketua dari club ini.

"Chullie!" Jaejoong menghampiri sepupunya itu dan memberinya pelukan.

"Apa kau mendapatkannya?" tanya Heechul to the point. Inilah Heechul, ia tidak suka basa-basi, selalu menanyakan langsung apa yang ada dipikirannya.

"Tentu!" jawab Jaejoong sembari menunjukkan jari manisnya bangga. Tentu saja ini acting. Sejujurnya ia merasa bersalah karna telah menipu Heechul dan seluruh anggota club bahwa ia pemilik cincin itu. Yah~ mau bagaimana lagi? Ia tak ingin malu karna tak mendapatkan cincin itu! Hey! Jaejoong itu terkenal dengan koleksinya yang lengkap! Ia adalah salah satu anggota yang selalu mendapatkan produk baru yang dikeluarkan Cartier.

"Wah~ kau memang sepupuku yang terbaik! Sangat sulit untuk mendapatkannya karna ini limited edition yang hanya diproduksi 5 pasang saja!" ucap Heechul berbinar menatap cincin dijari Jaejoong.

"Of course! Bukan Jaejoong namanya jika tidak bisa mendapatkannya!" sahut Jaejoong tersenyum palsu.

"Eh! Itu Go Ahra! Kudengar ia juga berhasil mendapatkannya!" ucap Heechul membuat Jaejoong menoleh kebelakang. Kearah seorang yeoja yang baru saja datang. Ia nampak anggun dengan balutan mini dress putih dan blazer berwarna sama yang menggantung dikedua bahunya. Sangat kontras dengan rambut hitamnya yang dibiarkan tergerai.

Yeoja itu kini berdiri tepat didepan Jaejoong. "Kudengar kau juga mendapatkannya?" tanyanya angkuh. Ia melirik jari manis Jaejoong.

"Tentu saja! Ini bukan hal yang sulit untukku!" ucap Jaejoong tak kalah angkuh membuat Ahra menatap tak suka kearahnya.

"Tch. Seharusnya kau tidak membelinya!"

"Apa ada larangan jika aku tidak boleh membelinya?"

"Tentu saja! Kau harusnya sadar jika itu adalah cincin couple! Namja single sepertimu tak berhak untuk mendapatkannya!"

Jaejoong tersentak. Ucapan Ahra benar-benar menusuk. Ternyata memang benar jika mulut wanita itu lebih tajam daripada pedang sekalipun. Tapi bukan Jaejoong namanya jika ia tak membalas ucapan yeoja ular itu.

"Lalu kenapa? Cincin untuk yeoja pun kubeli asal itu dari Cartier! Lalu bagaimana denganmu? Bukankah kau juga tidak mempunyai kekasih?"

"Tch. Kau tidak menonton infotaiment eoh? Aku sudah bertunangan! Dan ini adalah cincin pertunanganku!" balas Ahra menampilkan senyum tipisnya dan mengejek Jaejoong dengan tatapannya.

Ugh! Jaejoong merasa skatmat!

'Ani! Seorang Kim Jaejoong tak akan pernah terkalahkan oleh siapapun apalagi dengan yeoja ular seperti Ahra!' batinnya berteriak.

"Oh maaf! Aku tidak mempunyai waktu untuk melihat gossip murahan seperti itu! Tidak penting sama sekali!"

Mendengar ucapan Jaejoong barusan membuat emosi Ahra memuncak.

"Cincinmu... Hanya satu? Dimana yang satunya lagi? Kau jelas-jelas tidak memiliki kekasih! Jadi tidak mungkinkan cincin yang satunya lagi berada dijari kekasihmu? Atau... Kau membelinya dari temanmu dan hanya mendapatkan satu?" ucap Ahra menohok. Membuat Jaejoong kesulitan bernafas.

Jaejoong yakin Ahra hanya asal bicara. Tapi bagaimana bisa ucapannya persis seperti yang Jaejoong alami?

"Apa? Aku? Tidak memiliki kekasih? Sepertinya kau harus tau sesuatu Nona Go! Aku telah memiliki kekasih dan pasangan dari cincin ini memang berada dijari manisnya!"

"Mwo? Tidak mungkin!"

"Kenapa tidak mungkin? Apakah aku tidak boleh memiliki kekasih? Kau sungguh aneh!"

"Buktikan! Jika memang kau memiliki kekasih maka bawa dia kedalam pertemuan club selanjutnya!"

Jaejoong membeku. 'Membawanya ke pertemuan selanjutnya? Mati kau Kim Jaejoong!'

"Kenapa? Kau tidak bisa?" tanya Ahra merasa menang melihat keterdiaman Jaejoong.

"Okay! Aku akan membawanya! Aku tidak sabar melihat kau malu nanti!"

Ahra tersentak. "Ba-baiklah! Kita lihat nanti siapa yang akan malu!" setelah mengatakan hal itu ia melangkah keluar ballroom. Nampak kesal karna beberapa kali ia menabrak orang yang menghalangi jalannya.

"Wah! Wah! Wah! Sekali lagi kau membuatnya mati kutu!" ucap Heechul menepuk pundak Jaejoong bangga. Sedari tadi ia dan anggota club lainnya hanya diam sambil memperhatikan perdebatan Jaejoong dan Ahra. Kejadian seperti ini memang biasa terjadi.

"Bukan Kim Jaejoong namanya jika dikalahkan yeoja ular sepertinya!"

"Geundae... Kau memiliki kekasih? Sejak kapan? Kenapa tidak memberitahuku?"

"E-eoh itu... Aku baru beberapa hari yang lalu berpacaran dengannya! Jadi aku tak sempat memberitahumu!" Jaejoong tersenyum palsu. Ia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya karna anggota club yang lain juga menatapnya. Sepertinya mereka juga penasaran dengan kebenaran ucapan Jaejoong barusan.

'Argh! Bagaimana aku bisa mendapatkan pacar dalam waktu singkat?'

:.: YunJae :.:

.

.

.

Seorang namja tampan bermata musang tengah sibuk dengan ponsel ditangannya. Konsentrasinya terlalu fokus pada layar ponselnya hingga tak menyadari didepannya ada seseorang yang berjalan berlawanan arah. Dan sepertinya namja itu juga tak fokus pada jalannya. Terlihat dari pandangannya yang kosong. Nampak tengah memikirkan sesuatu. Jarak mereka semakin dekat tapi kedua namja itu masih belum juga menyadari posisi mereka. Hingga tabrakkan itu pun terjadi.

Brukkk!

Salah satu dari mereka terjatuh. Pantatnya sukses menghantam lantai sedangkan namja bermata musang itu hanya menjatuhkan ponsel ditangannya.

"Aish!" ia menggeram kesal. Matanya menatap horor ponselnya yang mati akibat terhempas dilantai. Padahal tinggal sedikit lagi ia akan mengalahkan rekor Changmin dalam memainkan salah satu games yang ada diponselnya itu.

Pandangannya lantas mengarah pada si penabrak. "Ya! Gunakan matamu saat berjalan!" ucapnya sinis.

Bukankah seharusnya kalimat itu ia tujukan pada dirinya sendiri?

Namja yang ia yakini sebagai si penabrak bangkit dari jatuhnya. Tangannya tampak menepuk-nepuk buttnya. Menghilangkan sesuatu yang mungkin menempel.

Yunho melebarkan matanya. Ternyata namja yang menabraknya tadi adalah Jaejoong.

"Ya! Kim Jaejoong! Apa matamu itu kurang besar hingga menabrakku hoh? Apa perlu kubelikan kaca mata?" ejek Yunho. Tapi namja didepannya tak merespon. Membuatnya mengerutkan kening heran.

"Pantas saja kau terjatuh! Tubuh lemahmu itu tentu tak akan tahan dengan benturan kecil seperti tad- eh?"

Yunho semakin mengerutkan keningnya dalam. Ia menggaruk-garuk belakang kepalanya. Merasa heran dengan tingkah Jaejoong. Bagaimana tidak? Namja yang biasanya meledak-ledak saat mendengar ejekannya itu hanya melengos pergi tanpa sepatah katapun. Dalam artian lain ia diabaikan.

"Ada apa dengannya?" gumam Yunho.

Ia baru menyadari bahwa seharian ini Jaejoong dan dirinya tak bertengkar sedikitpun. Tapi itu mungkin karna ia tak berada dikelas. Ia izin untuk tidak menghadiri kelas. Minggu depan ia akan tanding basket dengan SMA Shinki dan itu artinya ia harus berlatih keras untuk menang.

Tapi rasanya ada yang kurang jika tidak bertengkar dengan Jaejoong sehari saja. Ia lantas menghampiri namja cantik yang sudah cukup jauh berjalan didepannya itu.

"Hey nona! Ada apa denganmu?" tanya Yunho sok perhatian. Ia menepuk pundak Jaejoong agar mengalihkan perhatian namja cantik itu kearahnya. Tapi sepertinya gagal karna Jaejoong hanya memandang lurus kedepan.

"Kau sedang datang bulan yah?" ejek Yunho, mencoba memancing emosi Jaejoong. Tapi sepertinya gagal.

"Kau ada masalah? Katakan apa masalahmu! Siapa tau oppa bisa membantu?" ucap Yunho lagi dengan nada manis. Ia lantas merangkul bahu Jaejoong.

'Jika seperti ini juga ia mengabaikanku! Berarti masalahnya memang besar!'

Hening. Jaejoong tak juga merespon. Yunho menghela nafas. Rasanya tidak menyenangkan diabaikan seperti ini. Selama ini Jaejoong tak pernah mengabaikannya. Maka dari itu Yunho selalu senang membuat Jaejoong kesal. Karna rasanya menyenangkan melihat wajah Jaejoong yang memerah menahan kesal apalagi bibir merahnya yang ia kerucutkan serta pipinya yang menggembung. Benar-benar sangat imut dimata Yunho.

Yunho memutar otak. Memikirkan bagaimana membuat Jaejoong kembali jadi seperti biasanya. Beberapa saat kemudian ia menyeringai.

'Ia tak mungkin mengabaikanku kali ini!'

"Nona cantik! Kau membuat oppa sedih!" ucap Yunho berjalan mundur menghadap Jaejoong. Wajahnya ia buat sesedih mungkin.

Jaejoong hanya memutar bola matanya. Tetap tidak peduli dengan apa yang Yunho lakukan.

"Bagaimana jika oppa menghiburmu?" Yunho tersenyum manis dan

CUP!

Bibir berbentuk hati itu mencium singkat bibir semerah cherry milik Jaejoong. Membuat sang pemilik melebarkan mata besarnya. Kaget! Tentu saja!

"YA! JUNG YUNHO!" ia berteriak keras.

Kesal? Tentu saja! Siapa yang tidak kesal jika ciuman pertamanya dicuri seseorang begitu saja? Apalagi namja macam Yunho? Hell no!

Yunho tersenyum puas. See? Jaejoong tak mungkin mengabaikannya kali ini!

"Ada apa nona? Apa kau ingin oppa cium lagi?" tanya Yunho semakin menyulut emosi Jaejoong.

"YUNHO BRENGSEK! MATI KAU!" Jaejoong berteriak keras. Nafasnya memburu dan rahangnya mengeras. Tanda emosinya sudah berada diubun-ubun.

Yunho yang melihatnya jadi ngeri juga. Walau bagaimanapun Jaejoong itu namja. Ia segera berlari. Menyelamatkan diri dari amukan Jaejoong.

"YA! JUNG YUNHO! JANGAN LARI KAU!" Jaejoong segera mengejar Yunho.

Yunho mengerahkan sekuat tenaga untuk berlari. Walaupun Jaejoong tidak hebat dalam pelajaran olahraga tapi ia berlari layaknya atlet maraton saat ini. Emosi seseorang bisa mempengaruhi segalanya ingat?

"Aish! Bisa mati aku!" gumam Yunho disela-sela larinya.

"YA! JUNG YUNHO! BERHENTI!"

Tenaga Jaejoong mulai habis. Kecepatan larinya mulai melambat. Secepat mungkin ia melepas sepatunya.

"YA! JUNG YUNHO!" teriak Jaejoong dan saat Yunho menoleh kebelakang. Jaejoong langsung melempar sepatunya.

Mata Yunho membulat. Dalam gerakan lambat ia bisa melihat sepatu itu terlempar kearahnya.

DUAK!

Ia dengan cepat menunduk. Untung ia mempelajari ilmu bela diri Judo hingga ia bisa mengatasi serangan mendadak seperti tadi. Tapi... Sepertinya ia mendengar bunyi sepatu itu menghantam sesuatu.

Ia segera menoleh kebelakang. Matanya melebar. "Choi-Seon-sangnim!" ucap Yunho terbata. Disisi lain Jaejoong juga membelalakkan matanya. Melihat sang seonsangnim berdiri mematung dengan wajah shock dan hidung berdarah –efek dari sepatu yang terlempar kewajahnya-

"Mati kau Kim Jaejoong!" gumamnya pasrah. Pasalnya Choi seonsangnim itu terkenal killer dan kejam. Ia akan menghukum siapapun, tak peduli siswa pintar seperti Jaejoong sekalipun.

"KIM JAEJOONG!" teriaknya murka.

Yunho yang tepat didepannya segera mundur perlahan. Menghindar dari amukan seonsangnim killer itu. Tapi...

Crakk!

Ia segera menunduk kebawah. Matanya menatap horor kaki kanannya yang menginjak sebuah kacamata yang ia yakini sebagai kacamata sang seonsangnim.

"JUNG YUNHO!"

Glek! Ia menelan ludahnya sulit. Niatnya ingin menghindar, tapi ia malah membuat dirinya dalam bahaya.

"LARI KELILING LAPANGAN! PEL TOILET! BERSIHKAN GUDANG!"

"Ne?" tanya Yunho dan Jaejoong bersamaan.

"SEKARANG JUGA!" teriak Choi seonsangnim membuat Yunho dan Jaejoong segera mengangguk patuh.

"CEPATTTTTT!"

"NE~" Jaejoong dan Yunho dengan cepat berlari kearah lapangan.

:.: YunJae :.:

.

.

.

"Ini salahmu! Kenapa kau selalu membuatku sial sih? Bisa tidak kau sehari~ saja tidak membuat masalah! Aku sudah berusaha menahan diriku untuk tidak emosi! Tapi kau terus~ saja membuatku kesal! Dan sekarang lihat akibatnya? Harusnya sekarang aku sudah berada dirumah! Tidur dengan nyenyak bukannya berada digudang berdebu ini! Aku melewatkan jam makan siang dan tidur siangku!" gerutu Jaejoong tak henti-hentinya. Sejak keduanya lari keliling lapangan, mengepel toilet dan sekarang di gudang. Ia terus mengerutu.

Yunho yang mendengarnya jadi jengah. Ini memang salahnya. Ia juga sudah berkali-kali minta maaf tapi Jaejoong terus saja menggerutu dan menyalahkan dirinya.

"Aish! Bajuku jadi kotor kan? Aku tidak pernah membersihkan kamarku dan sekarang aku membersihkan gudang yang kotor begini! Kulitku nanti-"

"YA! KIM JAEJOONG!" kesabaran Yunho sudah habis. Ia sangat lelah. Dan ia sangat ingin beristirahat tapi ia sadar ini salahnya jadi ia hanya diam dan mengerjakan hukumannya. Lagipula sebagian besar yang bekerja adalah Yunho. Jaejoong hanya membersihkan satu bilik saat mengepel toilet dan sekarang ia hanya membersihkan debu-debu yang menempel dibuku-buku yang ada disana sedangkan sisanya dikerjakan oleh Yunho.

"Wae? Harusnya yang marah itu aku! Bukan kau! Jika kau tidak melakukan hal tadi! Aku tidak akan mungkin mengejarmu dan melempar sepatu itu! Dan juga kau tidak seharusnya menghindar! Jika sepatu itu mengenaimu tentu kita tidak akan dihukum seperti ini!"

"Aku minta maaf! Jadi berhentilah mengoceh! Kau membuat kepalaku pusing!"

"Maafmu tidak berarti jika kita masih disini! Aku lelah dan aku ingin secepatnya pulang!"

"Kau pikir kau saja yang lelah? Aku juga lelah dan ingin pulang! Jadi berhenti mengoceh dan cepat selesaikan ini sebelum hari bertambah gelap!"

"Kau pikir kau siapa? Berani menyuruhku hoh?"

"YA! KIM JAEJOONG!"

"YA! Berhenti berteriak padaku!"

"AKU TIDAK AKAN BERHENTI SAMPAI KAU MENGHENTIKAN OCEHANMU!"

"YA! JUNG YUNHO!"

"APA?"

BRAKK!

"KYAAA!" Jaejoong berteriak seketika dan refleks memeluk Yunho yang ada didepannya.

"Apa itu?" tanya Jaejoong takut. Ia menenggelamkan wajahnya didada bidang Yunho.

Yunho mengernyit heran. Matanya menatap kearah pintu.

'Bukannya tadinya pintu itu terbuka! Kenapa sekarang tertutup? Jangan-jangan!' ia segera berjalan menghampiri pintu.

"Ya! Kau mau kemana?" tanya Jaejoong mengekor pada Yunho.

Yunho tak menjawab ia segera membuka pintu namun tidak bisa. Ia menoleh cepat kearah Jaejoong.

"Terkunci!" ucap keduanya bersamaan.

Brak! Brak! Brak!

"YA! BUKA PINTUNYA! ADA ORANG DIDALAM SINI!" teriak Yunho. Jaejoong segera mengikuti apa yang Yunho lakukan.

"YA! BUKA PINTUNYA!" teriak Jaejoong. Ikut mengebrak-gebrak pintu didepannya.

"Takkan kubuka sampai kalian berbaikan!" ucap seseorang dari luar.

"CHOI SEONSANGNIM BUKA PINTUNYA!" teriak Yunho dan Jaejoong.

"Aniyo~ Aku akan kembali jam 08.00 nanti! Jadi kalian harus sudah berbaikan saat aku tiba arraseoyo!"

"YA! SEONSANGNIM! BUKA PINTUNYA! INI SEBUAH TINDAK KEKERASAN!"

"BUKA PINTUNYA! AKU AKAN MENUNTUTMU JIKA KAU TIDAK MEMBUKANYA!"

Hening. Tak ada jawaban yang menandakan bahwa sang seonsangnim tidak lagi berada disekitar gudang.

Yunho dan Jaejoong menghembuskan nafas pasrah. Tubuh Jaejoong merosot. Ia sangat lelah saat ini. Tenaganya terkuras habis. Yunho melirik jam tangannya. Pukul 06.00. Berarti 2 jam lagi Choi Seonsangnim akan membuka pintunya.

Ia menundukkan kepalanya saat dirasa namja disampingnya tengah menarik-narik celana sekolah yang ia kenakan.

"Yun~ nyalakan lampunya~ aku takut gelap!" rengek Jaejoong bak anak kecil minta dibelikan mainan.

Yunho tersenyum tipis. Merasa lucu dengan tingkah Jaejoong. Baru selangkah ia berjalan tapi Jaejoong kembali menarik celananya.

"Ikut~" ucapnya manja.

"Kalau begitu bangun!" sahut Yunho saat melihat Jaejoong tetap pada posisi duduknya.

"Bantu~ aku capek!" pinta Jaejoong membuat Yunho terkekeh. Ia baru melihat sisi Jaejoong yang ini. Manja dan lemah. Ia jadi merasa ingin melindungi namja cantik itu.

Yunho membantu Jaejoong berdiri dan mulai mencari saklar lampu.

Clek!

Ruangan yang tadinya cukup gelap mengingat saat ini sudah pukul 06.00 sore seketika menjadi terang. Walau tidak terlalu terang karna lampu yang digunakan hanya berukuran sekitar 40 watt. Itupun hanya satu, tak sebanding dengan besarnya gudang.

Yunho melangkahkan kakinya menuju ke tengah ruangan, tepat dibawah lampu. Hanya untuk membuat Jaejoong merasa tenang. Ia bisa merasakan tangan namja cantik yang menggenggam erat lengannya itu bergetar. Sepertinya ia benar-benar takut gelap.

"Duduklah! Kau ingin berdiri seperti ini terus?" tanya Yunho yang sedari tadi memperhatikan Jaejoong yang nampak mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan. Pandangannya terlihat was-was.

"Dilantai?"

Yunho mengangguk. "Tentu saja! Tak ada sofa disini!"

"Tapi kotor!" ucap Jaejoong membuat Yunho memutar bola matanya.

'Dasar manja!'

Yunho lantas mengambil sebuah kardus yang ada disampingnya dan merobek salah satu sisinya hingga menjadi lebar. Diletakkannya kardus tersebut dibelakang Jaejoong.

"Sekarang bagaimana?" tanya Yunho. Jaejoong yang melihatnya hanya diam dan duduk diatas kardus tadi, diikuti dengan Yunho.

"Kita tidak mungkin menginap disini kan?" tanya Jaejoong khawatir.

"Mungkin saja jika Choi seonsangnim lupa!"

"ANDWAE! SIREO!" Jaejoong menggeleng kuat.

"Mau bagaimana lagi? Disini tidak ada jendela yang bisa dipanjat! Atau kau ingin menghancurkan pintu baja itu? Silakan kalau kau mau!"

Jaejoong mendecih. Mana mungkin ia mampu menghancurkan pintu itu?

"Kau bawa ponselkan? Cepat hubungi supir, pengasuh atau bodyguardmu! Siapa tau mereka bisa membuat kita keluar dari sini lebih cepat!"

"Oh iya!" Jaejoong tersenyum sumringah. Ia segera merogoh sakunya. Tapi senyumnya seketika pudar saat tak mendapati apapun disaku celananya.

"Kenapa? Tertinggal dikelas?"

Jaejoong mengangguk. "Kau?"

"Rusak! Karna terbanting akibat kau tabrak tadi!"

"Maldo andwae! Hanya karna terbanting sekali langsung rusak! Coba kau nyalakan lagi! Mungkin masih bisa digunakan!"

"Dan sayangnya! Aku lupa memungutnya!"

"YA! JUNG YUNHO!"

"Apa?"

"Kau menyebalkan!"

"Terima kasih!"

Jaejoong membuang muka. Bagaimana bisa ia terkunci didalam gudang terlebih bersama Yunho. Mimpi buruk apa ini?

Brakk!

"KYAAA!" Jaejoong segera meraih lengan Yunho dan menggenggamnya erat.

"Apa itu?" tanya Jaejoong mendekatkan tubuhnya kearah Yunho.

"Paling tikus!"

"Apa? Tikus? Hieee~" Jaejoong semakin merapat kearah Yunho. Membuat namja bermata musang itu tersenyum. Ia jadi ingin mengerjai Jaejoong.

"Atau mungkin... Hantu?"

"HA? Ha-hantu?" Jaejoong menatap Yunho kaget. Mata doe itu membulat sempurna. Jaejoong terlihat sangat ketakutan.

"Iya! Hantu! Kudengar ada seorang siswa yang mati bunuh diri disini!"

"HYAAAAA!" Jaejoong berteriak histeris. Ia refleks naik kepangkuan Yunho, tangannya melingkar kuat dileher Yunho dan wajahnya ia tenggelamkan diperpotongan leher Yunho.

"Jae-berat!" ucap Yunho merasa sakit dikedua pahanya karna Jaejoong tiba-tiba menghempaskan dirinya keatas pahanya. Ia segera membuka kedua kakinya yang menyatu karna duduk dengan kaki lurus kedepan. Membuat Jaejoong duduk diantara kedua pahanya.

"Hey! Aku hanya bercanda! Jadi lepaskan pelukanmu itu! Kau membuatku kesulitan bernafas!"

Jaejoong perlahan melepaskan pelukannya. Ia baru menyadari tindakan bodohnya ini.

'Aish memalukan!' batinnya. Kepalanya menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah karna malu.

Yunho yang melihat Jaejoong melepaskan pelukannya mendadak merasa ada yang hilang. Tadi ia merasa tubuhnya sangat hangat saat Jaejoong memeluknya. Tapi sekarang...

'Ada apa denganmu Yunho?'

Yunho menyeringai. Walau ia tak ingin mengakuinya tapi ia menginginkan pelukan hangat itu lagi.

"Jae! Apa itu!" ucapnya tiba-tiba. Membuat Jaejoong lagi-lagi refleks memeluk lehernya.

Ia terkekeh. 'Rasanya benar-benar hangat'

"Yun! Jahat! Kau mengerjaiku ya?" ucap Jaejoong kurang jelas karna wajahnya ia tenggelamkan pada ceruk leher Yunho.

Yunho tak menjawab. Ia hanya tertawa pelan. Tangannya tanpa sadar mengusap surai hitam Jaejoong lembut.

Deg! Keduanya merasakan getaran itu. Jantung mereka berdetak cepat namun berirama. Ada rasa hangat sekaligus nyaman. Membuat keduanya tanpa sadar tersenyum.

"Kau ada masalah?" tanya Yunho membuka pembicaraan setelah keheningan menyelimuti keduanya beberapa menit yang lalu.

"Eumm!" Jaejoong mengangguk. Masih dalam posisi memeluk Yunho. Kepalanya ia sandarkan pada dada bidang Yunho. Ia merasa nyaman dengan posisi ini.

"Boleh aku tau?"

Jaejoong menghela nafas sejenak. "Awalnya ini hanya masalah sepele! Tapi lama kelamaan masalahnya jadi sangat kompleks!"

Yunho diam. Ia tau Jaejoong belum selesai bercerita.

"Aku sangat suka mengkoleksi perhiasan berbranded Cartier! Dan dua hari yang lalu Cartier mengeluarkan cincin couple yang hanya diproduksi 5 pasang saja! Aku gagal mendapatkannya! Tapi ternyata Junsu memilikinya! Junsu akan memberikan cincin itu dengan syarat kalau aku..." Jaejoong menghentikan ceritanya, membuat Yunho penasaran akan kelanjutan cerita tersebut.

"Kalau kau?" tanya Yunho meminta Jaejoong meneruskan ceritanya.

Jaejoong mendongak. Menatap mata musang milik Yunho yang juga menatap kearahnya.

"Kalau aku berbaikan denganmu!" ucap Jaejoong yang seketika mengundang tawa Yunho.

"Ya! Berhenti tertawa!" ucap Jaejoong sembari memukul dada Yunho tempatnya bersandar tadi.

"Hahahaha... Temanmu aneh!"

"Memang! Katanya jika aku dan kau berbaikan maka sekolah akan tenang!"

"Hanya itu?" tanya Yunho kemudian mulai tertawa lagi.

"Yunho! Berhenti tertawa!"

"AU! Jae! Sakit!" keluh Yunho sembari mengusap pinggangnya yang terasa perih karna cubitan Jaejoong.

"Salah sendiri! Kenapa mentertawakanku!" ucap Jaejoong kesal. Ia menggembungkan pipinya disertai dengan bibirnya yang mengerucut.

CUP!

Dalam sehari. Sudah dua kali ini bibir semerah cherry itu dicium oleh Yunho.

"YA! Kenapa kau mencium bibirku lagi?" tanya Jaejoong mengusap bibirnya menggunakan punggung tangannya. Rasa panas tiba-tiba menjalar dipipi hingga telinganya. Detakkan jantungnya juga berpacu sangat cepat.

"Karna aku ingin!"

"Kau selalu saja berbuat semaumu!" gerutu Jaejoong.

"Tapi kau tidak menolaknya!"

"Ba-bagaimana aku bisa menolak! Ciumanmu cepat begitu!"

"Jadi... Kau ingin aku menciummu lambat?"

"Y-YA! Siapa yang bicara seperti itu?"

Yunho tersenyum. Wajah Jaejoong saat ini benar-benar menggemaskan.

"Kau menyukainya kan?"

"Mwo? Tentu saja tidak!"

"Lalu kenapa kau tidak menamparku? Bukankah itu ciuman pertamamu?"

"MWO? S-siapa yang bilang itu ciuman pertamaku! Tentu saja bukan!"

"Tch. Aku tau kau Jae! Kita selalu sekelas dari Junior High School dan aku tidak pernah melihatmu memiliki kekasih!"

Jaejoong diam tak berkutik. Yang dikatakan Yunho memang benar adanya. Ia memang tak pernah memiliki kekasih.

"Diam berarti iya!"

"Ya! Ya! Ya! Terserah kau saja!" ucap Jaejoong enggan untuk meneruskan perdebatan ini.

"Jae!"

"Hmm?" Jaejoong menundukkan wajahnya. Enggan untuk menatap Yunho.

"Boleh aku menciummu?"

"Eh?" Jaejoong seketika mendongak.

:.: YunJae :.:

.

.

.

TBC~

Annyeong yeorobun~

Jung Eun Hee disini! ^^

Ini FF pertama Eun diakun ini! semoga kalian suka!

FF ini awalnya terinspirasi dari ucapan Yura yang bilang kalau Yunjae itu bakal dikurung didalam suatu ruangan sama managernya saat mereka bertengkar hebat! Jadilah Eun membuat FF ini!

Tadinya ini akan Eun bikin jadi Oneshoot! Tapi karna Eun keasyikan nulis dan halamannya menjadi 40 lembar! Kayaknya kepanjangan kalo dijadi'in Oneshoot! Jadi Eun putusin buat bagi dua! Dengan kata lain FF ini Twoshoot!

Untuk chap selanjutnya gak bakal lama kok Eun update! Besok juga udah UP! Jadi jangan lupa baca yah?

Gomawo buat yang udah mampir!

Mind to repiu?

.

.

.

Jung Eun Hee