"Selamat pagi"
"Hei kau mengacuhkan aku?"
"Yak. Brengsek!"
Pria yang dipanggilnya itu hanya diam, tak ada niat sedikitpun untuk membalas perkataannya. Ia menyibukkan dirinya dengan mengambil sikat gigi lalu memberi sedikit pasta gigi dan mulai menggosok giginya. Ia tak mau hari nya dirusak oleh ocehan-ocehan tak jelas itu.
"Aku membunuh anak SMA yang kau temui kemarin omong-omong". Ia mengerjap kaget mendengar kalimat itu. Apa? Dia membunuh lagi?. Tapi dia tak mau memikirkan itu dan segera menyelesaikan acara gosok gigi pagi nya itu.
"Hei kau tak mau berbicara padaku?". Ia tak peduli, lebih baik ia pura-pura tak mendengar celotehan itu yang nantinya akan membuat mood nya rusak pagi hari. Ia melenggang pergi, keluar dari kamar mandi, dan meninggalkan seseorang yang sedang berbicara dengannya di cermin.
.
.
.
"Detektif Kim, ada kasus anak SMA lagi" ucap seseorang dengan terburu-buru keluar dari kantor polisi dan menghampirinya yang baru saja tiba.
"Benarkah? Kau sudah tau siapa pelakunya?"
"Sepertinya pelakunya sama dengan kasus minggu lalu, karena cara membunuhnya sama persis"
Tentu saja sama persis. Barusan pelaku nya sudah berbicara padaku. Ucapnya dalam hati.
Sekarang mereka sudah tiba di TKP, terlihat siswa SMA yang sudah terbujur kaku dengan mata ditutup oleh kain hitam yang tipis, jika siswa itu membuka matanya tentu ia bisa melihat siapa yang sudah membunuhnya, kaki dan tangannya pun diikat. Ia dibunuh, dengan cara dicekik.
"Pembunuhnya psikopat, dia membunuh dengan lengannya sendiri tanpa alat apapun, dia ingin menikmati wajah kesakitan dari orang yang ia bunuh". Pria itu menoleh ketika mendengar penjelasan dari tim forensik yang sedang mengumpulkan barang bukti di tempat itu.
"Apa ada sidik jari?" tanyanya. "Untungnya tidak ada, karena itulah kalian harus bekerja keras" ucapnya sembari tersenyum, senyum yang memiliki arti yang sulit untuk didefinisikan. Setelah mengatakan itu ia pergi, meninggalkan para Detektif yang sedang meneliti kasus itu.
"Kita lanjutkan di kantor saja"
"Baik Detektif Kim"
.
.
.
.
"Oke baiklah, sekarang kita bagi tugas. Kali ini kita harus menemukan pelakunya karena korban sudah ada dua. Kita tidak akan menunggu sampai ada korban ketiga bukan?"
"Han set byul kau selidiki ponselnya. Park jiwon dan cho hae ji kalian selidiki kerabatnya. Lee min ji kau selidiki di sekolahnya, apa ia pernah melakukan hal yg membuat orang manaruh dendam padanya atau tidak. Aku akan mengunjungi keluarganya"
"Baik Detektif Kim" ucap mereka setelah diberi mandat oleh Detektif Kim selaku ketua tim di tim pembunuhan.
Setelah anak buahnya pergi, dia pun pergi untuk mengunjungi keluarga dari korban tadi. Dia melangkah dengan pasti keluar dari kantor kepolisian seoul. Dia memasukin mobil Audi hitamnya itu dan tiba-tiba saja teleponnya berbunyi. Secepat mungkin ia masuk ke dalam mobil agar tidak ada yang mendengar percakapannya di telepon itu.
"Ada apa?"
"Hai Kim Jongin, kau tidak lupa dengan jadwal terapimu hari ini bukan?"
"Aku sibuk"
"Sejak kapan kau tidak sibuk?"
"Kai. Dia membunuh lagi. Dengan cara yang sama seperti ia membunuh siswa minggu lalu" dia mengucapkan itu dengan nada frustasi. Sangat frustasi.
"Tenangkan dirimu, tarik napas dan buang perlahan. Aku yakin kau bisa mengatasinya. Dia membunuh dengan alasannya sendiri. Ingat itu" ucap gadis disebrang sana, ia mengatakan setelah menghela napas panjang.
"Aku akan mengunjungimu malam ini Do Kyungsoo" setelah mengucapkan itu ia memutuskan sambungan teleponnya sepihak, tanpa mendengar apa orang di sebrang sana setuju atau tidak.
"Yak. Hei. Kim Jongin sialan, dia selalu saja seperti itu" ucapnya kesal. Tapi tetap saja ia tersenyum setelahnya. Secepat mungkin ia membereskan barang-barangnya yang ada diatas meja dan pulang untuk berdandan dan bertemu Jongin malam ini.
