Disclaimer: Hidekazu Himaruya
Rate: T *mungkin bakalan naik di chapter-chapter depan*
Genre: Fantasy/Supernatural/Mystery/Angst/Crime/Action/Tragedy *meuni diborong*
Warning: Rada serius tapi gaje, OOC, AU, humor sok maksa, de el el.
Fic serius yang bener-bener serius yang nggak mengharukan karena bukan friendship buatan author untuk pertama kalinya. Misterinya kayaknya bakal nambah di setiap chapter. Nggak jelas tamat di chapter berapa *?* karena author belum mikir. Inget, segala yang di sini fiksi. Baik dari tempat, tokoh yang bukan tokoh Hetalia, de el el. Jadi jangan pernah nyari di Google atau Wikipedia ya! Carilah di WikiLeaks, dijamin gak akan ada.
"Kita tak pernah tahu siapa teman yang sebenarnya, dan kita tak tahu siapa musuh yang sebenarnya. Hanya dia dan tuhan yang tahu." Kata seorang tua misterius.
'Kuliah yang bijak, namun tak akan bisa menolong keadaanku saat ini'. Begitu pikir Arthur sewaktu menonton TV. Dia adalah sejarawan dan geolog yang tidak terlalu terkenal, namun karya penelitiannya segunung, siap untuk dipublikasikan dan membuat orang tercengang. Buku pertamanya dengan nama pena "XXX Kirkland" (namanya super gak jelas, maklum baru dipikir tadi) yang berjudul 'The dark age of Europe' sangat berani dan otentik dalam memaparkan teks-teks kuno. Buktinya, sejarawan-sejarawan selalu mengagumi sejarah Inggris kuno buatan Arthur. Meski begitu, dia masih muda.
"Pak, Mr. Beilschmidt telah datang." Kata seorang pria yang jadi sekretaris pribadi Arthur. "Saya suruh tunggu di luar atau..."
"Ajak dia masuk ke dalam kamar. Ada hal penting yang mau kubicarakan. Mattie, kau ikut saja. Sekalian aku ingin meminta pendapatmu. DAN JANGAN PANGGIL AKU BAPAK! UMURKU JUGA BARU 23 TAHUN!"
"Baik!" Matthew segera berlari ke bawah dengan ekspresi sedikit kaget dibentak Arthur. Pria yang selalu penuh semangat, dahulu dia begitu penakut, pikir Arthur sambil tersenyum.
Tak lama kemudian (kalo 30 menit lama nggak ya?) Mr. Beildschmidt telah datang, bersama Matthew.
"Jadi, kalian sudah datang?"
"Kalau kami nggak duduk di sini, apa kami nggak disebut udah datang?"
"Hehe, peace Gil!" Arthur tertawa. "Lho, Antonio nggak bareng kamu?"
"Dia lagi sakit cinta." Jawab Gilbert asal, dan membuat Arthur sedikit bingung. "Maaf? Sorry? Gomen?"
"Sakit cinta, sakit yang dirasakan karena cinta. Bisa disebut TBC, Tekanan Batin Cinta.." Jelas seseorang dengan rambut wavy blond wig gayus yang baru dari jendela dengan bunga mawar merah gaje. Arthur segera menendangnya (lantai 3, sekitar 20 m.) ke luar.
"Sialan!" Umpat Arthur. "Jadi, sampai mana kita tadi?"
"Ngomongin Antonio..." Kata Gilbert dan Matthew bersamaan.
"Ya, lupakanlah Antonio (Antonio: woooi! Gue ngambek nih! Nggak mau tampil di karya Author lagi nih!), dan ayo kita beralih ke makam misterius itu."
"Menurutku," kata Matthew membuka pembicaraan. "Makam itu harus kita bongkqr soalnya kemarin waktu aku berjalan-jalan aku melihat amethyst dan ruby. Tapi begitu kudekati, amethyst dan rubi itu ber"
"Kamu masih mending!" Kata Gilbert. "Gue malah liat cewek cantik, begitu gue godain mukanya langsung berdarah-darah gitu..."
"Salahmu sendiri sih, nggodain cewek sembarangan... Kasihan tuh Mattiemu!" Protes Arthur. "Aku melihat bayangan... Alfred... Di sana..."
Mendengar itu, mereka semua langsung terdiam. Alfred seminggu yang lalu ditemukan sekarat di kamarnya, diracun. Sampai kemarin dia masih di ruang UGD,dan pagi tadi baru saja dapat kabar kalau koit (bahasanya...). Waktu itu Arthur tak bisa dihubungi selama lima hari, Matthew terus menangis, Ivan yang jadi saingan Alfred tersenyum (!), dan Vietnam tersenyum puas. Dari gelagat mereka, dua tersangka utama sih Ivan sama Vietnam. Dasar komunis musuh terbesar Alfred! Tapi sayang, bukti-bukti yang ngebuktiin kalo mereka salah itu sama sekali nggak ada. Jadi, terpaksalah kasus itu ditutup sebagai kasus bunuh diri. Namun, Arthur merasa kalau Alfred belum mati.
Beberapa hari kemudian, dia ingat tesis seorang mahasiswa tentang pemakaman kuno di dekat Hutan Surley (hutan ini takkan pernah ada, jangan pernah cari di Google) di daerah Wales. Katanya pemakaman kuno itu bisa mengabulkan permintaan di satu makam yang tepat. Apapun, bahkan menghidupkan kembali manusia. Kecurigaan Arthur ke satu makam di sana, yaitu makam Stephen Murray membuat Arthur yakin, itulah makam yang (katanya) bisa mengabulkan permintaan.
"Mmm... Bagaimana kalau kita selidiki dahulu sendiri-sendiri, baru seminggu kemudian kita beri kesimpulan?"
"Ya sama saja!" Tolak Matthew. "Dari dulu kita selaluu menyelidiki sendiri-sendiri! Lebih baik malam ini kita pecahkan misterinya bersama-sama, siapa tahu pembunuh Alfred dapat ditemukan."
"Boleh juga idemu." Kata Arthur. "Malam ini, jam 12. Aku mau merekrut temanku yang juga tak takut hantu."
"Norge? Nesia?"
"Tepat. Kita akan jadi Ghosthunter malam ini. Dan, malam ini juga kita akan mengetahui kebenaran yang sebenar-benarnya."
"Makasih deh, tapi sori gue takut hantu..." Kata Gilbert kesal. Entah kenapa Gilbert ini kok jadi takut hantu? Bukannya dia berani nguasain Eropa dulu?
"HARUS DATEENG..." Matthew berubah jadi yandere mendadak. Gilbert ketakutan, dan dengan terpaksa dia mengikuti.
"Tenang saja... Kau tak perlu takut. Ada aku, Nesia twins, dan Norway."
Gilbert mengangguk. Harus diakui, kalau Alfred itu memang sahabatnya. Jadi ya sudah, dia ikut jadi ghosthunter. "Asal ada syaratnya! Aku juga ajukan rekan! West, Austria, dan Antonio, mereka cukup bagus dalam perang."
"Gila, rombongan. Kau benar-benar takut, Gil? Gimana, Arthur?"
"Gue kagak takut! Gue cuma mau kita semua aman!"
"Artinya kau benar-benar takut. Aku sih setuju-setuju saja karena kita bisa kerja tim. Bagaimana denganmu, Arthur?"
Arthur menggeleng. "Aku tak mau kalau ada Ludwig. Dia itu musuhku!"
"Lah, bukannya kau memang punya banyak musuh? Kenapa kau tak mencoba untuk berteman dengan mereka? Mau kau sendirian saja?"
"Tetap saja aku tak mau." Jurus utama Arthur Kirkland, yakni muka tsundere dipakai.
"Ayolah kak, semakin banyak semakin baik. Bukankah kita berniat untuk mengungkapkan misteri Alfred? Buktinya kakak tak menolak Antonio." Bujuk Matthew dengan innocent face yang niat banget buat ngalahin tsundere face-nya Arthur.
"Bagaimana kalau kita tak mendapat apa-apa, dan itu hanyalah ilusi?"
"Ayolah... Masa' kau jadi manja dan pesimis begitu sewaktu West mau ikut? Sama sekali gak awesome you!"
"Lagipula, satu kemungkinan itu, meski tak mungkin, mungkin saja itu adalah kebenaran!"
"Ya sudahlah. Tak apalah kali ini aku kerja sama dengan Ludwig untuk Alfred. I'll do anything for him."
Mereka berdua menghela nafas lega. Memang semakin banyak yang ikut semakin baik... Tapi tak ada yang tahu kalau malam itu merupakan malam terakhir mereka bertiga menikmati hari bersama.
Malamnya...
"Nah, kita langsung ke makam itu! Nih aku bawa ghosthunter satu lagi, Honda Kiku!" Kata Matthew tiba-tiba. Arthur yang mengancingkan jaketnya sampai kaget dibuatnya.
"Oh, Honda! Aku sudah mendengar tentangmu! Kau cenayang yang terkenal itu 'kan?"
"Dan aku bawa Swiss yang selalu bawa senjata. Siapa tau bisa dor hantunya..." Kata Gilbert yang kepalanya pecah mendadak karena didor seseorang, dan hidup lagi dengan ajaib.
"Lily gak diajak?" Tanya Arthur heran. Biasanya, mereka berdua kan kemana-mana selalu bareng...
"Katanya ada keperluan," kata Ludwig singkat. "Jadi aku bawa Natalia untuk mengusir hantu."
"Bagus. Tim kita jadi... 12 orang? Wah, kesan misterinya bisa hilang."
"Iya juga."
"Ayolah! Semakin banyak semakin baik!" Kata Natalia memimpin.
Semuanya berjalan, menuju sebuah perkuburan kuno di daerah hutan Wales. Tak banyak yang mengetahui, namun menurut penduduk sekitar hutan ini merupakan tempat perpindahan antara dunia nyata dan dunia sana. Para peneliti seperti Ludwig, Gilbert, Matthew, maupun Arthur tak percaya dengan hal tersebut. Mereka memasuki daerah itu. Biasalah, hutan-hutan di Inggris seperti terkena charm oleh sesuatu jadi hutan itu terlihat sangat seperti negeri peri pada siang hari, dan terlihat seperti tempat hantu di malam hari. Mana di dalamnya ada perkuburan misterius itu. Bluebell yang terlihat sangat cantik, sekarang terlihat seperti terompet setan padahal nggak ada yang tau terompet setan tuh kayak gimana. Akhirnya, mereka sampai di sebuah perkuburan kuno di dalam hutan itu. Suasana yang awalnya udah mencekam sekarang makin menggila. Belum lagi bisikan-bisikan angin yang mereka rasakan sangat membuat bulu kuduk berdiri. Bahkan lolongan serigala sekalipun terdengar lebih seram seratus kali lipat. Namun mereka terus maju, demi Alfred dan demi memecahkan misteri terbesar dari takdir dunia.
"Jadi ini ya makam kuno yang diceritakan oleh orang-orang itu." Gumam Santika.
"Oleh siapa?" Tanya Vash.
"Oleh orang-orang kolonial Inggris sewaktu aku dijajah olehnya." Kata Rama. Vash kebingungan. Tapi dia sih ngangguk-ngangguk aja kaya' anak dugem. Sang penjajah malah diem aja kayak gak denger.
"Ayolah, kita segera ke makam misterius itu!"
Sampailah mereka di makam itu. Perasaan mereka berkecamuk melihat batu nisan bertuliskan 'STEPHEN MURRAY 13-20-1021'. Bukan perasaan ngeri seperti tadi, tapi rasanya ada suatu hal yang menguasai mereka. Seperti ketakutan yang menyatu menjadi satu dengan kesedihan, namun mereka merasa sedikit lega juga. Kompleks sekali, namun inilah yang mereka rasakan. Kepala Arthur sakit, ingin sekali dia pingsan begitu melihat makam itu. Norge menatap makam itu dan dia merasakan kesedihan dan kesenangan terbesarnya sedang bertarung dalam hatinya. Seperti dewa Odin yang akan menghukumnya dan membawa dia dan orang tersayangnya ke Valhalla. Gilbert merasa ada sesuatu yang besar dan mengerikan ada di belakangnya. Santika merasa ada bayangan besar yang akan menghabisi mereka sekaligus membuat mereka senang. Perasaan itu begitu berkecamuk, begitu tidak jelas, dan begitu tidak mudah untuk dihilangkan bahkan dengan sihir terkuat sekalipun.
"Tunggu," kata Roderich yang sedikit lebih waras dari teman-temannya yang sudah sedikit menggila saat melihat makam itu, namun sama saja dia tak tahan dengan makam itu. Dia merasa kemenangan dan kekalahan akan didapatnya sekaligus dalam runtutan perang berikutnya, yang dia sendiri tak tahu. "Memang ada bulan 13?"
"Entahlah. Aku tak pernah dengar," kata Arthur, "Penanggalan zaman dahulu juga tak seperti itu, kali."
"Jangan-jangan, ini sebuah kode?" Tanya Norge, yang tetap saja tak bisa menghilangkan perasaan berkecamuk itu. Dia benar-benar mengkhawatirkan Ice sang adik tersayangnya, dan semua teman-temannya. Apa benar malam ini adalah yang terakhir, seperti di lagu dangdut?
"Lagipula, kenapa..." Kata Kiku. "Hanya di kuburan ini aku tak merasa ada hawa kematian? Apa jangan-jangan..."
"Tak ada mayat atau apapun di situ?" Tanya Gilbert merinding, tapi dipaksakan untuk tersenyum PD. Halah, tampang sok awesome padahal ketakutan gitu.
"Stephen Murray..." Gumam Arthur. "Aku tak pernah dengar. Tapi... Kenapa waktu kemarin aku datang ke sini sendirian aku melihat ilusi Alfred?"
"Jadi, kita bongkar tempat ini?" Tanya sebuah suara. Mereka langsung menoleh. Ternyata- Iceland!
"Jadi kau ikut?" Tanya Norge. Iceland mengangguk. Tambah cemaslah Norge, karena tanggung jawabnya bertambah satu. Bukan cuma dia sendiri, tapi saudara sedarah sedagingnya juga harus dilindungi. Selain itu, dia juga harus melindungi yang lain, sebagai ghosthunter kelas satu di dunia.
"Tentu saja aku ikut. Aku juga ingin berguna."
"Sudahlah! Kita bongkar sekarang?" Tanya Matthew. "Jadi bagaimana keputusannya?"
"Lebih baik kita pecahkan dulu kode di situ."
"Ng... Bisa saja ini dibalik, jadi 10-21-1320. Tapi penanggalan zaman dulu bukan begitu 'kan?" Tanya Rama. Seperti biasa, naluri detektifnya nyaris nol. Tapi kemungkinan apapun jadi.
"Memangnya ada apa di tanggal itu? Pembunuhan massal? Aku cari di google nggak ada tuh!" Tanya Natalia yang otaknya memang nggak jauh-jauh dari pembunuhan dan om tersayangnya, google (google?).
"Kalau begitu angka itu dikurangi?"
"Bodoh! Jadi apa angka itu? 10-21-1320... -1341!" Kata Arthur. "Kalau 13-10-1021...-1018!"
"Cepat sekali kau menghitung, Arthur." Kata Antonio yang sangat mencemaskan keadaan Lovino-nya tersayang (?). "Aku saja tak bisa!"
"1341~ or -1018. Mungkin saja sebelum masehi..." Kata Natalia.
"Asal ada uang, apapun bisa kuhitung!" Kata Vash yang gak nyambung sama topik.
"Sudahlah, ayo kita bongkar saja!" Usul Ludwig. Semuanya setuju, sekarang. Habisnya kode itu memusingkan!
Mereka menggali kuburan itu, dan menemukan peti mati yang tak termakan usia. Terbuat dari kayu jati, mungkin. Dan dihiasi ukiran-ukiran dari berbagai negara, serta ditaburi permata-permata. Awalnya, mereka mengira kalau itu mayat. Tapi sayang...
"Nggak bisa dibuka!" Kata Kiku panik.
Satu per satu permata muncul, lalu menghilang dari peti. Baagaikan animasi, hal itu berlangsung berulang kali.
"Lalu, apa yang dimaksud dengan permata-permata yang tersusun di peti ini? Kurasa kita harus menekan salah satu." Komentar Antonio.
"All the things she said, all the things she said, running through my head~"
"Sebentar ya, ada telepon. Kalian pecahin aja dulu."
"Ya deh,"
Setelah ditelepon (untuk hal yang gak penting mungkin) Natalia segera mematikan handphone-nya dan kembali ke pekerjaan yang nggak jelas, yakni memecahkan misteri yang belum ada sama sekali yang terpecahkan.
"Jadi apa udah mecahin yang mana yang harus ditekan dan kode misterius itu?"
"Nggak tau, tapi kita akan berusaha. Ada yang punya ide?" Tanya Norge.
"Ungu, karena aku suka warna ungu."
"Hijau, karena seram."
"Merah, karena berbahagia."
"Aku setuju dengan Vash, tapi mana bahagianya? Merah kan warna darah..." Kata Natalia.
"Jadi yang ditekan yang merah?"
"Coba saja, kita main untung-untungan. Kalo gagal kita toh gak akan mati." Kata Gilbert, yang malah membuat mereka tambah gemetar, karena sejak menatap makam Stephen ini mereka sudah merasakan kematian memanggil-manggil nama mereka.
Dengan gemetar, Ludwig menekan permata merah. Ludwig merasa takdir kehidupan dirinya dan orang-orang yang ikut ke sana dipertaruhkan.
"Tunggu," kata Arthur menggenggam tangan Ludwig. "Aku khawatir padamu."
"Kau tahu, aku juga khawatir padamu. Tapi daripada kita tak bisa memecahkan misteri kematian Alfred? Kutekan sekarang!"
Mereka menatap kejadian itu dengan harap-harap cemas. Mereka tahu, mereka tak seharusnya ikut dalam perburuan tak jelas ini, yang malah mungkin akan menjadikan mereka sebagai korban dari dua hal. Korban dari perkuburan misterius ini, dan korban dari rasa ingin tahu mereka sendiri. Debaran jantung mereka naik dua kali lipat waktu Ludwig menekan tombol yang tak pasti benar atau salah.
"Ah! Tak ada apa-apa, mungkin bukan ini!" Kata Ludwig kesal. Dia menatap ke arah Arthur, "kenapa kau masih menggenggam tanganku?"
"Karena..."
"Ya?"
"Kita berdua akan terhisap!" Kata Arthur sambil menunjukkan gas berwarna merah dengan cahaya berpendar yang aneh, dan mereka berdua langsung terhisap di dalamnya.
"Someone help!" Teriak Arthur. Matthew selaku sekertarisnya langsung meraih tangannya, dan dia sendiri ikut terhisap. Yang lain menatap kejadian itu dengan melongo, lalu mereka langsung panik.
"WEST!"
"Arthur!"
"Matthew!"
Percuma, apapun tak akan mengembalikan Arthur dan Ludwig. Kabut itu sudah untuk pertama kalinya menitikkan air mata karena tak bisa membantu mereka. Norge cemas, meski dia tahu tugasnya adalah memecahkan kode misterius itu.
"Dan lalu, Norge..." Kata Natalia dengan suara yandere yang khas, membuat semua kaget dan semakin ketakutan.
"Apa, mbak Natalia?"
"Bisa kau jelaskan kenapa adikmu juga tak ada, padahal yang terhisap adalah mereka bertiga?"
TBC
A/N: Hadoh, maap kalo ceritanya gak dimengerti. Lagian author jahat, yang ongoing jadi nambah kan =.=Sifat-sifatnya juga belon keliatan. Bodo ah, tapi bau-bau misterinya udah ada belom? Sebenernya, kode yang itu artinya... Ah, ntar deh biar dijelasin di chapter-chapter akhir *dibikin juga belon, bilang aja author gak tau apa artinya kode yang author bikin*. Sekarang mereka mecah-mecah, jadi tim super gak jelas. Orang tua yang muncul di TV pas adegan paling depan kayaknya juga saya munculin lagi. Pokoknya Review yaa~ *wink*
