Sky

Disclaimer : Bleachnya Tite Kubo sensei.

Sora : Hitomi

Kubuka kotak musik ini.

Untaian melodi mengalun perlahan.

Alunan nada indah yang kau ciptakan dahulu.

Kupejamkan mataku, mencoba meresapi satu- persatu not yang telah kau susun sedemikian rupa, sehingga membentuk sebuah rangkaian yang harmonis.

Tenang dan menghanyutkan.

Musik itu terus bergaung.

Menembus gelapnya malam,

Menembus gelapnya hatiku yang kau tinggalkan

3 tahun yang lalu, musim semi….

Namaku Ichigo Kurosaki. Mulai hari ini aku resmi menjadi siswa di SMU Karakura. Sebelumnya aku adalah siswa di SMU Teitan. Namun karena pekerjaannya, ayahku membawaku dan adik-adikku pindah kesini.

"Namaku Ichigo Kurosaki. Mulai hari ini mohon bantuannya." Ucapku mengawali perkenalan di kelas baruku ini.

"Nah, Kurosaki. Kau duduk di sebelah Abarai, ya!" Kata wali kelasku, Ukitake sensei.

Aku melangkah mendekati seorang laki-laki berambut merah. Dia tersenyum lalu mengulurkan tangannya.

"Renji Abarai"

"Ichigo Kurosaki" Aku membalas uluran tangannya dan segera duduk.

Ketika bel istirahat berbunyi, beberapa murid mendekatiku.

"Eh, kamu berasal darimana?"

"Eh, kita bikin pesta penyambutan, yuk!"

"Ke karaoke aja!"

Bertubi-tubi mereka menghujaniku dengan berbagai pertanyaan. Tiba-tiba celotehan mereka berhenti tatkala seorang anak berambut putih silver mendekatiku.

"Kalian terlalu ribut. Nanyanya satu-satu dong!"

Anak itu memandangku dan mengulurkan tangannya.

"Toushiro Hitsugaya, ketua kelas." Katanya singkat.

Aku menyambut uluran tangannya.

"Ehm… ya"

"Kalau ada yang ingin kau tanyakan. Katakana saja langsung padaku."

"Ya, akan kuingat."

Kelas pun berjalan normal kembali. Baru kemudian kusadari, bangku didepanku kosong. Siapakah pemilik bangku itu?

Teng… teng… teng…

Bel sekollah berdentang 3 kali. Pertanda selesainya kegiatan belajar mengajar.

Renji dan kawan- kawannya mengajakku untuk bermain sepakbola di halaman sekolah. Tak kusangka, Toushiro yang bertubuh kecil itu sangat ahli dalam permainan ini.

Tiba- tiba sebuah suara merdu menyentuh telingaku.

"Suara piano…" Pikirku.

Aku berusaha mencari arah datangnya suara itu

Renji yang nampaknya menyadari kegelisahanku, menghampiri.

"Ada apa?"

"Ehm… ada suara piano."Gumamku pelan

"Oh, itu pasti Rukia."

"Rukia?"

"Itu, yang duduk di depanmu."

Aku teringat akan bangku kosong didepanku. Tapi kenapa tadi dia tidak masuk kelas?

Seakan bisa membaca pikiranku, Renji berkata,

"Rukia itu jantungnya lemah. Biasanya dia tidur di UKS atau main piano di ruang musik. Kakak iparnya, Kuchiki-sensei adalah guru musik di sekolah ini. Jadi dia bisa bebas keluar masuk ruang musik. Lagipula, dia itu pintar. Ranking kedua disekolah. Ranking satunya sih, si Toushiro. Jadi walaupun bolos pelajaran nggak bakal dimarahi." Jelas Renji.

"Oh, begitu." Hanya itu reaksiku.

Melodi itu masih terus mengalun. Indah, tenang namun terkesan kesepian. Siapakah kau, Rukia?


Sudah seminggu aku bersekolah disini. Dan selama seminggu itulah bangku didepanku kosong. Bangku milik Rukia.

Suatu senja, aku pulang agak terlambat karena harus menyerahkan beberapa formulir kepindahan kepada Ukitake-sensei. Aku memutuskan untuk lewat jalan pintas yang kemarin diberitahu Renji. Ternyata jalan itu melewati ruang musik. Suara piano kembali terdengar. Tidak hanya itu, kali ini sebuah suara merdu mengiringinya. Aku melongok ke dalam ruang musik yang pintunya terbuka. Dan aku pun melihat seorang gadis tengah bermain piano.

"Win dain a lotica

En val turi silota

Fin dein a loluca

En dragua sei lan

Vi va ru les

Shutai am

En riga-lint

Win chent a lotica

En val turi silota

Fin dein a loluca

Sikatgura neuver

Floreria for chesti

Si entina….

La la la la la la la….

La la la la la…

Fontina blue cent

De cravi esca letismo…

La la la la la la la….

La la la la la…

De quantini…

La finde reve

Win dain a lotica

En val turi silota

Fin dein a loluca

En dragu a sei lan…"

Aku tertegun. Entah mengapa suara itu memenuhi kepalaku. Gadis itu menoleh perlahan. Nampaknya sedari tadi ia telah menyadari keberadaanku.

"Ah, maaf aku mengganggu permainan pianomu." Kataku gugup.

"Tidak apa-apa" Sahutnya ringan.

Gadis itu cantik, matanya ungu berkilauan. Rambutnya hitam lurus sebahu. Entah mengapa kakiku bergerak sendiri. Aku mendekat dan duduk di bangku panjang sebelahnya.

"Ehm…. Lagu tadi judulnya apa?"

"Sora. Ini adalah lagu pertama buatanku. Dan mungkin yang terakhir" Katanya pelan

Aku termenung, teringat akan perkataan Renji di hari pertamaku di sekolah ini.

"Kau sudah tahu tentang penyakitku ya?"

"Iya, Renji yang memberitahu."

"Oh…"

Kami sama- sama terdiam. Rukia mulai menggerakkan jemari lentiknya diatas tuts-tuts piano yang berwarna gading.

"Hei, Rukia. Kenapa kau sering datang kesini?"

Ia menatapku sejenak kemudian tersenyum.

"Aku suka musik. Kakakku Hisana adalah seorang pemain piano yang hebat. Sejak kecil aku selalu mengikutinya apabila ia sedang berlatih. Kakak kemudian menikah dengan Byakuya-san yang merupakan seorang pemain biola yang handal. Byakuya-san mengijinkanku menggunakan ruangan ini apabila aku ingin bermain piano di sekolah. Lagipula ruangan ini dekat dengan ruang kesehatan. Jadi apabila aku merasa tidak enak badan, aku bias langsung kesana." Jelasnya padaku

"Apakah… kau tidak merasa kesepian?"

"Tentu saja, tapi mau bagaimana lagi? Kondisiku tidak memungkinkan ku untuk bermain bersama teman- teman." Katanya sedih.

"Aku…."

Tiba- tiba Handphoneku berbunyi. Ada SMS masuk.

"Ichi-nii jam berapa pulang?

Sudah sore lho!"

"Maaf, Rukia. Aku harus pulang."

"Ya, silahkan." Ia berkata sambil tersenyum.

Baru sampai didepan pintu, aku teringat sesuatu. Segera aku berbalik dan menghampiri Rukia.

"Ah, anu Rukia. Mulai besok, aku akan sering dating kesini agar kau tidak kesepian lagi. Permisi" Dengan wajah merona aku segera pergi dari tempat itu.

Aku tak tahy bahwa saat itu Rukia tertegun dan wajahnya ikut merona. Perlahan tapi pasti jaemarinya bergerak kembali

"Win dain a lotica

En val turi silota

Fin dein a loluca

En dragu a sei lan…."


Hohohoho selese juga. Mii capek.

Ini fic romen pertama Mii jadi jangan diejek ya..

Mungkin lebih bagus kalau Mii bikin langsung oneshot, tapi Mii nggak kuat deh ngetik sebanyak itu. Jadi dibikin chapter aja ya?^^

Oh ya, yang punya lagu Sora itu memang Hitomi, tapi bukan Mii lho! Dari sononya udah begitu. Mii sendiri nggak tahu nama belakang penyanyinya.

Itu adalah ending anime Vision of Escaflowne (ada yang tahu?)

Udah ah Mii nggak mau banyak komen.

Review, please?