Happy reading~ (^ , ^)/

"..." : Speak/berbicara

'...' : Think/berbicara dalam hati

Uchiha Sasuke : Normal time/waktu sekarang

Namikaze Naruto : Flashback/masa lalu

Fandom :

Naruto

Disclaimer :

Masashi Kishimoto

Author :

MC Shirayuki

Story :

MC Shirayuki

Genre :

Supernatural / Romance / Mystery

Rating :

T / Maybe M for gore

Pairing :

Uchiha Sasuke and Namikaze Naruto

Warning :

AU, Typo, OOC, Gaje

DON'T LIKE ? DON'T READ !

Uchiha Sasuke : 18 tahun

Namikaze Naruto : 17 tahun

Uzumaki Kyuubi : 18 tahun

Uchiha Itachi : 19 tahun

Akasuna Sasori : 18 tahun

Nara Shikamaru : 17 tahun

Inuzuka Kiba : 17 tahun

Sabaku Gaara : 17 tahun

Hyuuga Neji : 18 tahun

Hyuuga Hinata : 17 tahun

Yamanaka Ino : 17 tahun

Haruno Sakura : 17 tahun

Tenten : 17 tahun

Chapter 1 : Prolog

Langit kini berangsur-angsur kehilangan cahayanya. Tergantikan oleh kegelapan malam yang sempurna. Malam ini tepat sudah satu siklus bulan tergenapi. Tepat pada hari ini sang dewi malam akan tampak secara utuh. Jutaan bintang-bintang di langit memberikan pemandangan yang sangat menawan. Malam ini sangat sunyi. Hanya terdengar bunyi gemerisik dari pohon-pohon yang saling bergesekan. Udara saat ini sangat sejuk sehingga akan menentramkan perasaan orang-orang yang merasakannya. Namun, bertolak belakang dengan seorang pemuda berambut pendek bergelombang berwarna hitam dengan mata berwarna onyx yang sedang berada sendirian di mansion-nya.

"Menjauh ! Menjauh dariku !" Teriak sang pemuda.

Derap langkah kaki pemuda tersebut yang sangat cepat terdengar jelas.

"Siapa kau ?! dan apa maumu ?!" Teriaknya lagi.

Nafasnya memburu. Jantungnya berdegup kencang. Keringat berjatuhan dari keningnya.

Sepasang kaki jenjang mengikuti jejak sang pemuda dengan santai. Seakan-akan sedang bermain-main.

Senyum lebar terukir di bibirnya.

Langkah kakinya berirama.

Mengikuti alunan melodi yang di gumamkannya.

Kedua tangannya yang berada di belakangnya memegang sebuah pisau.

Sang pemuda memperlambat langkah kakinya saat ia berada tepat di depan kamar adiknya.

Perlahan ia masuk ke dalam kamar yang pencahayaannya hanya terdapat dari cahaya bulan yang menerobos masuk dari jendela tersebut. Kemudian ia masuk ke dalam sebuah lemari pakaian yang terbuat dari kayu jati.

Pemuda tersebut menghembuskan nafas lega.

'Syukurlah... sepertinya dia sudah tidak mengikutiku lagi...'

"Hoi...! Shisui-senpai...! kau ada di mana ?!"

DEG

'Sial...! ternyata aku salah ! dia masih saja mengikutiku... sebenarnya siapa dia...? dan... apa tujuannya ?!' Ia meruntuki nasibnya kali ini. Ini gila ! benar-benar gila ! ia tidak tahu apa kesalahan yang telah ia perbuat sampai tiba-tiba harus dikejar-kejar oleh seorang yang mirip seperti psikopat itu.

Langkah kaki sosok tersebut mulai terdengar jelas...

Mendekati kamar dimana tempat Shisui yang sedang mengontrol dirinya untuk tidak melakukan gerakan sekecil apapun.

KRIEEEET

Suara pintu kamar yang terbuka perlahan menyeruak ke dalam telinga Shisui.

"Shisui-senpai... Uchiha Shisui-senpai..." Sebuah suara pelan dan halus yang diucapkannya seperti sebuah melodi dapat dengan terdengar jelas oleh Shisui.

Shisui dapat merasakan kakinya gemetaran.

Kedua tangannya membekap mulutnya.

Mencoba untuk menahan semua suaranya.

Beberapa menit yang berlalu, sama seperti beberapa jam bagi Shisui.

Kini rambut dan bajunya sudah dibasahi oleh keringatnya yang tak dapat berhenti mengalir.

BLAM

Suara pintu kamar yang tertutup terdengar sangat pelan.

Namun cukup membuat Shisui menghembuskan nafas lega.

Pintu lemari terbuka lebar.

"Halo, senpai..."

Sosok tersebut kini berada di hadapan Shisui. Ia tersenyum lebar.

Shisui membelalakkan matanya.

"Kau tertangkap..."

Dalam hitungan sepersekian detik, sosok tersebut telah menancapkan pisau yang berada di tangannya menembus dada Shisui dan hampir mengenai jantungnya. Namun itu tidak lama, karena sosok tersebut mengoyak dadanya dengan brutal.

Cairan kental berwarna merah mengalir deras dari dada Shisui.

Rasa sakit yang mendera dadanya terasa sangat menyakitkan.

Shisui yang masih membelalakan matanya, perlahan keseimbangannya berangsur-angsur menghilang dan ia terjatuh ke lantai.

Tepat di dekat kaki sosok tersebut.

Shisui menggerakkan matanya yang sangat berat tersebut untuk dapat melihat sosok tersebut dengan lebih jelas.

Dan betapa terkejutnya ia ketika melihat sosok tersebut yang telah membuka rambut pendek acak-acakkan berwarna silver-nya yang ternyata palsu tersebut.

Sosok yang memburunya ternyata adalah orang yang sangat di kenalnya dengan baik.

"...a..." Dengan tenggorokan yang terasa sangat sakit, Shisui mencoba untuk mengucapkan nama sosok tersebut.

Namun, usahanya tidak dapat terlaksana akibat darah yang mengalir keluar dari mulutnya.

Berkali-kali ia terbatuk dan sesekali diikuti dengan darah yang keluar dari mulutnya.

"Ssstt..." Sosok tersebut kini berjongkok di hadapan Shisui.

Diletakkannya jari rampingnya yang berbalut sarung tangan putih tepat di depan mulut Shisui.

Sosok tersebut tersenyum lembut.

"Onyx-mu indah... Boleh kalau kuambil satu...?" Tanyanya dengan tatapan sayu.

ZRAASH

Darah segar mengalir melalui rongga mata kanan Shisui yang kini kosong.

Karena banyaknya darah yang keluar, Shisui sudah tak tertolong lagi.

Perlahan detak jantungnya semakin melemah dan berhenti.

Sosok tersebut menatap intens bola mata berwarna onyx yang berada di genggamannya.

Dengan cepat, ia menghancurkannya dengan meremasnya.

Darah segar melumuri sarung tangan putihnya.

Ia menjilati darah segar yang terdapat di sarung tangannya dengan mata terpejam.

Menikmati rasa darah tersebut.

Perlahan, kelopak matanya terbuka.

Menampilkan sepasang mata berwarna ruby.

Ia tertegun sejenak.

Menatap ke arah Shisui yang tergeletak tak bernyawa di kakinya.

Kemudia ia menoleh.

Tepatnya ke arah sang dewi malam yang ternyata sudah berwarna merah.

Ia menyeringai lebar.

Matanya berkilat tajam dengan aura yang dingin.

"Kira-kira... siapa ya, mangsaku berikutnya...?"

Lalu ia merogoh saku jasnya yang berwarna hitam dan mengeluarkan setangkai mawar berwarna silver.

Ia melemparkan mawar tersebut ke arah Shisui.

Mawar tersebut jatuh tepat di telapak tangan kiri Shisui.

Kemudian ia berjalan pergi keluar kamar tersebut.

Namun, ia lalai...

Ia tidak menyadari kehadiran seseorang yang berada di halaman depan mansion tersebut.

Orang misterius itu sedang menyenderkan tubuhnya di sebuah batang pohon yang besar sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya dengan mata yang terpejam.

Saat kelopak matanya terbuka perlahan, tampak sepasang manik ruby yang berkilat indah di bawah pencahayaan bulan merah.

"Silverose... akhirnya kutemukan dirimu..." Ia menyeringai lebar. "Kau tidak akan kulepaskan..." Dengan waktu sepersekian detik, ia sudah menghilang bersamaan dengan terbangnya daun-daun yang tertiup angin kencang.

TBC

Thanks for read.

Hwaaa...!#PLAKK

Seram juga ternyata ketik Fic ini pertama kali waktu malam dengan sebuah lampu laptop saja yang menemani... keadaannya juga sunyi karena sudah pada tidur...

Hieeee...! jadi ketakutan sendiri jadinya... -_-"

Makanya ga selesai deh ketiknya...

Yang parah waktu lanjut ketik yang kedua kali, semuanya lagi pada pergi.

Alhasil sendirian di rumah... Paraaahh...

Jadi, menurut kalian cerita ini dilanjutkan atau tidak ? soalnya saya buat cerita ini dari pemikiran sekilas saja. Jadi kalau tidak menarik ya saya hapus.

Mind to review ?