Bukannya ngapdet fic saya yang lain, saya malah bikin fic baru... -_-;

Fic ini sebagai penyembuh writers block, jadi isinya cuma drabble-drabble singkat tentang para Kisedai + Kagami ngelamar tunangan mereka masing-masing! _

Sedikit warning di sini... beberapa karakter akan sangat OOC, jadi dimohon kemaklumannya...

Ayo kita mulai saja fic ini! :D

Pairing in this chapter...

Kuroko Tetsuya x OC (Shin Azuna)

Disclaimer: itu... *nunjuk Fujimaki Tadatoshi-sensei*

Chapter 1: Kuroko Tetsuya

"-ko..."

"-Kuroko..."

"OI! KUROKO!"

Kuroko terlonjak kaget.

"Ah, ada apa Kagami-kun?" tanya Kuroko pada Kagami yang wajahnya sudah tampak jengkel.

"Kau itu melamun terus, sebenarnya ada apa sih?!" bentak Kagami.

Wajah Kuroko terlihat pasif, tapi karena Kagami sudah bertahun-tahun menjadi partner basketnya, ia bisa dengan mudah melihat kerutan samar di kening Kuroko.

"Tidak apa-apa," kata Kuroko sambil men-dribble bolanya.

"Kau bohong, kau pasti punya masalah," kata Kagami, matanya memicing pada Kuroko, walaupun ia tahu usaha untuk mengintimidasi Kuroko sia-sia karena Kuroko memunggunginya.

Kuroko tetap diam.

"Ayolah Kuroko, kalau kau menceritakan masalahmu, akan kubelikan vanilla milkshake untukmu nanti sepulang kuliah," Kagami mencoba menyogok Kuroko dengan minuman favoritnya itu.

"Kagami-kun, ini bukan masalah yang bisa diselesaikan dengan milkshake," kata Kuroko dengan nada agak kesal.

"Baiklah, kalau kau tidak mau... akan kusebarkan foto-fotomu waktu masih kecil ke semua teman-teman kita," ancaman Kagami itu membuat Kuroko membeku di tempat.

Kuroko menengok ke belakang dan melihat Kagami memegang ponselnya yang menampilkan foto Kuroko sewaktu masih bayi yang sedang tidur. Kagami menatap wajah horor Kuroko dengan tatapan 'kena kau'.

"...darimana kau dapat foto itu...?" Kagami tersenyum mendengar pertanyaan Kuroko itu.

"Dari nee-sanmu yang tercinta itu! Hmm... sepertinya aku harus berterima kasih pada Hinako-hime karena sudah mengirimiku bahan ancaman yang bagus."

Dalam hati Kuroko merutuki kakak perempuannya yang sudah seenaknya menyebarkan aibnya itu.


"Jadi, apa masalahmu sebenarnya?" tanya Kagami sambil mengunyah burgernya.

Kuroko menyeruput milkshakenya (yang pada akhirnya dibelikan oleh Kagami) dengan perlahan. Matanya tampak menerawang.

"Kagami-kun... bagaimana caranya melamar seseorang?"

Kagami tersedak burgernya sendiri.

"K-Kau mau melamar Azuna?" tanya Kagami sambil mengurut dadanya yang sakit gara-gara tersedak.

Kuroko mengangguk, sedangkan di wajahnya sudah terdapat semburat merah tipis.

Kagami diam, matanya terpejam tanda ia sedang berpikir. Sementara Kuroko menunggu jawaban dari 'cahaya'nya itu.

"Aku tidak tahu." Tiga kata dan dua belas huruf itu sukses membuat Kuroko sweatdrop.

"Apa maksudmu kau tidak tahu? Bukannya kau sendiri juga mau melamar nee-san?" tanya Kuroko kesal.

Kagami tersedak lagi.

"T-T-Tapi aku belum tahu caranya!" kata Kagami gagap, sementara wajahnya sudah merah seperti rambutnya.

"Lalu bagaimana kau akan melamarnya?" tanya Kuroko.

Kagami terdiam.

"Eh, aku berencana untuk mengajaknya ke pantai, dan di sana aku akan melamarnya, hanya itu...?" kata Kagami pelan.

"Hanya itu?"

"Iya. Tapi a-aku tidak tahu apa dia mau menerima lamaranku!" seru Kagami.

"Pelankan suaramu Kagami-kun. Kau mengundang banyak perhatian," kata Kuroko. Kagami menyadari bahwa beberapa orang di restoran fast food itu memandanginya.

"G-gomennasai..." Kagami menunduk malu.

"Jadi menurutmu aku harus mengajak Azuna-san ke tempat yang ia sukai, begitu?"

"Yah, cobalah untuk menyenangkan hatinya dulu sebelum kau melamarnya. Dengan itu kemungkinan dia menerima lamaranmu menjadi lebih besar. Mungkin hanya itu yang bisa kusarankan padamu," jelas Kagami.

"Souka... arigatou Kagami-kun," kata Kuroko, wajahnya jauh lebih rileks sekarang.

"Doitashimashite. Oh ya, kalau cara itu berhasil, tolong beritahu aku ya! Siapa tahu cara itu berhasil ketika aku me-melamar Hinako-hime."

"Aku hanya berdoa semoga Hinako nee-san mau menerima lamaran dari orang baka sepertimu, Kagami-kun."

"Apa kau bilang! Kau mau mati ya Kuroko!"


Kuroko berkali-kali menatap jam di pergelangan tangannya. Meskipun dari luar wajahnya tampak tenang, tapi jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya.

Ia merapikan blazernya yang berwarna hitam pembelian kakaknya beberapa hari yang lalu...

FLASHBACK

"Nee-san, kurasa tidak perlu sampai seperti ini..."

"Oh, ayolah Tetsu-otouto! Kalau kau mau melamar Azuna-san, setidaknya pakailah baju yang sesuai! Mana ada wanita yang mau menerima lamaran seorang pria dengan T-shirt polos dan jeans belel?!"

Kuroko dan kakaknya, Hinako, saat ini sedang memilih baju untuk dipakai Kuroko saat ia melamar Azuna nanti. Kuroko hanya duduk di bangku yang disediakan oleh toko pakaian itu, sementara kakaknya dengan semangat '45 (?) mengambil beberapa baju yang menurutnya bagus dan menunjukkannya pada Kuroko. Kuroko hanya mengangguk atau menggeleng saja setiap kali kakaknya bertanya 'bagaimana menurutmu?!'

Hinako menghampiri Kuroko untuk yang ke-1.081 kalinya sambil menenteng dua blazer. Satu berwarna hitam, satu lagi berwarna biru tua.

"Kau suka yang mana, Tetsu?" tanya Hinako LAGI.

"Tidak keduanya."

Urat-urat di kening Hinako mulai menonjol.

"Ne, Tetsuya. Kau selalu bilang 'ya', 'tidak', 'ya', 'tidak' setiap kali aku memilihkan baju untukmu! Kalau kau mengucapkan satu di antara dua kata itu lagi," Hinako berkata dengan nada rendah, "akan kusebarkan fotomu ketika kau mengompol di kasurmu pada semua orang termasuk Azuna-san."

Tanpa diminta dua kali, Kuroko dengan cepat memilih blazer hitam, baju putih polos dan celana hitam panjang. Lalu menyerahkannya pada Hinako yang tersenyum penuh kemenangan, seakan-akan tadi dia tidak mengancam Kuroko dengan foto yang sudah pasti akan menghancurkan mental pemain keenam Kisedai itu.

Setelah Hinako membayar semua pakaian itu, mereka berdua keluar dari toko itu.

"Tetsuya," Kuroko menoleh untuk melihat kakaknya, yang wajahnya jauh lebih serius dari biasanya.

"Ya nee-san?"

"Apa kau benar-benar mencintai Azuna-san?"

Mata Kuroko melebar mendengar pertanyaan kakaknya.

"Aku bukannya meragukan cintamu pada gadis itu," Hinako menghela napas, "tapi apa kau siap untuk memiliki sebuah keluarga? Maksudku keluargamu sendiri? Kuingatkan padamu kalau mengurus keluarga itu tidak semudah yang kau kira. Kalau Azuna-san menerima lamaranmu, kau harus siap untuk selalu mencintainya, tidak peduli apapun situasinya saat itu. Bersediakah kau untuk selalu mencintainya dan membahagiakannya?"

Kuroko terdiam mendengar pidato kakaknya.

"Ya, aku mencintai Azuna-san. Aku mencintainya lebih dari apapun. Dan aku janji aku akan selalu membahagiakannya," jawab Kuroko tegas.

Senyuman mengembang di wajah Hinako.

"Bagus. Kalau sampai aku mendengar kabar dari Azuna-san kalau kau membuatnya sedih, akan kularang kau untuk main basket selama setahun. Oh ya, dan tidak ada vanilla milkshake selama sebulan."

Kuroko mengangguk cepat mendengar ultimatum kakaknya yang sangat kejam.

"Ah ya, jangan lupa pakai k*ndom ya! Dan jangan lupa untuk memasang alat k*ntr*sepsi untuk Azuna-san~!" kata Hinako sambil tersenyum jahil.

"N-NEE-SAN!"


Kuroko sweatdrop sendiri mengingat percakapan terakhirnya dengan kakaknya itu.

"Kuroko-kun!"

Kuroko menoleh dan melihat seorang gadis berkuncir dua berlari mendekatinya dari kejauhan. Kuroko mengenali siapa dia.

Tunangannya, Shin Azuna.

"Maaf aku terlambat!" seru Shin ketika ia sudah sampai dekat Kuroko. Napasnya terengah-engah akibat berlari.

Kuroko tersenyum melihat tunangannya yang pada hari itu terlihat jauh lebih cantik dengan dress selutut berwarna ungu muda dan sepatu berwarna senada.

"Tidak apa-apa, aku juga baru sampai. Ayo," Kuroko mengulurkan tangannya yang langsung digenggam oleh Shin dengan gembira. Pasangan itu lalu berjalan menuju ke arah taman tempat mereka sering bersantai.

'Kuharap ini berhasil...' batin Kuroko sementara tangan lainnya yang bebas menggenggam sesuatu di dalam saku celananya.


Kuroko dan Shin banyak melakukan hal-hal yang menyenangkan di taman itu, mulai dari memberi makan ikan di sebuah kolam dekat taman, makan di sebuah restoran, sampai hanya duduk di sebuah bangku taman untuk menikmati semilir angin yang menenangkan.

Tanpa sadar, hari sudah menjelang malam.

"Kuroko-kun, kita mau ke mana?" tanya Shin ketika Kuroko membawanya menuju ke tempat yang lebih sepi.

Kuroko hanya diam saja tidak menanggapi pertanyaan Shin. Sampai Kuroko akhirnya berhenti di bawah sebuah pohon sakura yang sudah mulai berbunga. Waktu itu sudah mulai gelap, dan selain mereka, hanya ada beberapa burung yang hinggap di pohon di taman itu.

"Azuna-san..." Shin sedikit terkejut mendengar keseriusan dari suara Kuroko, tapi tidak bilang apapun.

"Aku mencintaimu," Shin menahan napas mendengarnya, "aku sangat, sangat mencintaimu. Aku tidak tahu apa aku bisa sanggup hidup denganmu. Jadi..."

Kuroko mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna merah dan membukanya. Di dalamnya ada sebuah cincin bertahtakan berlian.

Shin menutup mulutnya ketika dia mulai sadar apa yang mau dikatakan Kuroko...

"...maukah kau menikahiku?"

Pertanyaan singkat itu membuat Shin terdiam. Kuroko mengangkat kepalanya, dan menatap Shin dengan pandangan gugup.

Mata Shin berkaca-kaca.

"Kuroko-kun..." Shin mulai menangis sekarang membuat Kuroko panik.

"Azuna-"

"Ya, aku mau, aku mau!" Shin memeluk Kuroko dengan tiba-tiba, setengah menangis, setengah tertawa.

Kuroko sempat kaget dengan kelakuan Shin yang tiba-tiba, tapi kemudian ia tersenyum dan balas memeluknya.

"Arigatou, Azuna-san..."

Dua pasangan itu pun kemudian saling berciuman, berusaha menyalurkan cinta mereka satu sama lain, walaupun sebenarnya itu tidak perlu.

Karena bukti bahwa dua orang ini saling mencintai sudah dibuktikan dengan cincin yang tersemat di jari manis sang gadis yang tertawa bahagia dengan pendamping hidupnya...

END (?)

JANGAN DI FLAME, JANGAN DI FLAME! Saya juga ga tau kenapa saya bisa bikin fic ini dalam waktu kurang dari dua jam. Ga tau, ini ide muncul gitu aja, dan begitu saya sadar, saya udah sibuk ngetik ini.

Chapter-chapter selanjutnya nanti akan berisi tentang Kisedai lain dan Kagami yang berusaha ngelamar pujaan hati mereka masing-masing! :D

RnR plz?

Sayonara,

Kuroko-Hinako

6/02/2015