Let The Sins Begin
Fanfic by yeppeutta
Seventeen's Fanfiction with Alternative Universe!
Meanie and SoonHoon as main pairing.
.
Intro:
– Kim Mingyu (28) –
Seorang pengusaha muda dengan perusahaan yang bekerja di bidang hiburan. Tubuhnya tinggi tegap, wajahnya pun tidak kalah tampan dari artis debutannya ataupun aktor yang tengah digilai banyak gadis. Namanya lumayan terkenal di kalangan orang kaya Kore Selatan karena kemampuannya mengurus perusahaan sangat mengagumkan. Menjadi perjaka paling diminati oleh orang-orang kaya lain untuk dijadikan menantu, beberapa artis pun ada yang menginginkan Kim Mingyu sebagai milik mereka.
– Lee Jihoon (23) –
Seorang pemusik hebat dengan lagu karyanya yang sudah beberapa kali menjadi hit-song padahal usianya masih sangatlah muda untuk pekerjaannya. Awalnya ia adalah seorang trainee di perusahaan milik Mingyu, tapi kemampuannya membuat musik justru lebih menarik hati si pemilik perusahaan dibanding kemampuannya di atas panggung. Itu sebabnya ia menjadi seorang pembuat lagu; lagi pula ia juga sadar bahwa dirinya tidak begitu cocok dengan dunia keartisan.
– Kwon Soonyoung (29) –
Usianya yang hampir kepala tiga tidak membuat apa yang mengagumkan dari dirinya lenyap begitu saja. Ia adalah koreografer andal dengan gerakan yang selalu nampak unik dan memiliki khas. Awalnya ia hanya seorang dancer biasa yang membuat video di youtube, tapi kemampuannya menarik minat Mingyu dan akhirnya ia diangkat menjadi koreografer dari agensi Mingyu. Beberapa poin dari gerakan yang ia buat banyak menjadi terkenal seperti gerakan lagu Mansae dari Seventeen.
– Jeon Wonwoo (26) –
Ia adalah saudara sepupu dari Jihoon yang membuka sebuah toko bunga di daerah Gangnam, Seoul. Selain toko bunga, ia juga memiliki café kecil yang sekarang tidak diurusnya. Ia hanya menerima pendapatan dari café-nya dan fokus pada dagang bunga yang ia lakukan. Ia juga merupakan teman Soonyoung karena Soonyoung sempat menjadi pelanggan setia selama dua bulan penuh.
.
.
.
Mingyu berlari dengan panik setelah turun dari mobilnya yang dikendarai oleh Soonyoung. Ia menyerbu ke resepsionis dan menanyakan di mana letak ruang Lee Jihoon yang baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas dan dilarikan ke rumah sakit ini. Mendapatkan di mana orang yang ia khawatirkan dirawat, ia pun langsung melanjutkan lari tergesanya dengan Soonyoung yang kewalahan di belakangnya mengikuti pemuda itu.
Di dalam lift, Soonyoung mencoba menenangkan sahabatnya yang hampir menangis karena lift terasa seperti bergerak begitu lambat.
"Jihoon akan baik-baik saja," pemuda itu berbisik lirih sambil mengelusi lengan Mingyu, mencoba menetralisir rasa khawatir dari si jangkung.
Mingyu menggeleng, mataya yang lebar menatap ke dalam mata Soonyoung, "ini salahku. Seandainya aku tidak membiarkannya mengendarai mobil setelah bertengkar hebat dengan Yoongi–Hyung, ia pasti tidak akan berakhir di sini. Ini semua salahku!"
"Tenanglah, tenanglah," Soonyoung menahan lengan Mingyu, mencoba membuat teman dekatnya sekaligus atasannya itu agar tidak panik dan hampir mencelakai orang seperti tadi padahal baru akan keluar dari halaman parkir. "Temui Jihoon dalam keadaan tenang. Sadar atau tidak sadar Jihoon sekarang, ia pasti ingin kekasihnya untuk tidak membuat masalah meski pada dirinya sendiri."
Benar. Ucapan Soonyoung ada benarnya. Oleh sebab itu Mingyu langsung menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri dari emosi yang meledak-ledak. Jihoon hanya kecelakaan ringan, tidak sampai dalam kondisi kritis meski saat pintu mobilnya dibuka pemuda itu dalam keadaan tidak sadarkan diri. Jihoon pasti baik-baik saja karena Mingyu tahu Jihoon adalah pemuda yang kuat.
Tiba di depan ruangan Jihoon, pintu ruangan itu masih tertutup. Dokter masih ada di dalam dan Mingyu memutuskan untuk menunggu.
Suara langkah lari datang bersamaan dengan suara dokter yang keluar dari dalam ruangan. Wonwoo menjadi pemuda lain yang datang ke depan kamar Jihoon sementara sang dokter memasang ekspreksi yang sulit diartikan.
"Ada apa?" Wonwoo, dengan peluh menetes di keningnya, menatap semuanya dengan bingung. "Jihoon baik-baik saja, 'kan?"
"Boleh saya tahu siapa kerabat pasien?" Sang dokter memperhatikan semuanya. Karena usia mereka semua yang terlihat muda, ia jadi sedikit bingung harus mengatakannya pada siapa.
"Saya," Wonwoo mengangkat tangannya lebih cepat dari yang lain. Lagi pula jika harus diakui, Wonwoo memang kerabat terdekat Jihoon karena mereka adalah saudara sepupu. "Saya sepupu dari Lee Jihoon."
"Baiklah," dokter itu mengangguk, "mari ikut saya ke ruangan."
Dengan patuh, Wonwoo mengikuti langkah pria dewasa itu.
Wonwoo keluar setelah beberapa menit di dalam ruangan dokter membicarakan soal apa yang terjadi pada Jihoon dan ia dikejutkan dengan Mingyu yang tiba-tiba ada di depan pintu.
"Jangan katakan padaku," Mingyu mendesis lirih, ia menunduk sedih dengan air mata tergenang di sudut mata. "Aku… sudah mendengar semuanya."
"Min– Mingyu…," Wonwoo berbisik lirih, ia memegang bahu pemuda yang lebih tinggi darinya itu. "Tenanglah, Jihoon pasti akan segera—akh!"
Mingyu membanting tubuh Wonwoo yang ada di depannya ke dinding, membuat tubuh kurus itu terasa remuk karena serangan tiba-tiba. "Bagaimana aku bisa tenang?! Jihoon menjadi seperti itu, semuanya karenaku, dasar jalang!" Tangannya yang terkepal memukul dinding dengan kuat.
Mendengar ucapan kasar Mingyu, mata Wonwoo berair. Ia hampir menangis kembali setelah tadi merasa khawatir pada sepupunya yang sangat ia sayangi. "Ini– ini bukan salahmu…."
Menghembuskan napas kasar, Mingyu lalu menyeret lengan Wonwoo dan membawa pemuda itu ke toilet. Ia mendorong tubuh Wonwoo masuk ke salah satu bilik kosong dan menyusul pemuda itu. Setelahnya, pintu kamar mandi ia tutup dengan kasar. Ia menghimpit tubuh Wonwoo diantara dirinya dan bilik yang sempit. Bibirnya lalu mendarat kasar pada bibir Wonwoo, mencium pemuda itu tanpa afeksi membuat mata orang yang mendapat ciuman terpejam dengan air mata menetes. Mingyu tidak ambil peduli, ia hanya begitu marah dan butuh pelampiasan dengan melakukan ini semua.
"Ceh," Mingyu mendengus. Ia menatap tajam Wonwoo dengan tatapan yang sulit diartikan. Setelah itu, ia pergi meninggalkan Wonwoo tanpa sepatah kata pun. Membiarkan Wonwoo menenangkan diri agar tidak menangis seperti seorang gadis.
— Kkeut.
Saya mau tau nih gimana tanggapan kalian soal fiksi ini. Kalau lumayan, mungkin saya lanjutkan. Kalau tidak, hm… entahlah?
Jadi, saya mohon untuk dukungannya :'3 saya tidak punya motivasi kuat untuk menulis kalau bukan dari kalian semua.
Oh, omong-omong, ini semua cuma pengenalan cerita. Mungkin udah bisa ketebak gimana alurnya, juga posisi posisi tiap pemain. Ini Alternative Universe (sederhananya: dunia paralel), jadi saya harap kalian tidak bertanya tanya kenapa Jihoon kok paling muda.
Lalu, sepertinya… chapter pertama akan dimulai dengan sebelum kejadian ini. Atau mungkin terusan dari kejadian ini? Entah, saya kurang yakin. Tapi saya sudah punya bayangan untuk kedua pilihan, jadi jangan khawatir karena saya hanya akan berhenti menulis jika peminat karya saya menurun. Yap, terima kasih sudah membaca. Mohon dukungannya!
