明日は来るから(Asu wa Kuru Kara)
a YunJae fanfiction presented by ©Cherry YunJae
.
.
YunJae, Changmin, Krystal, Heechul and others
Teens until Mature's rated
Romance/Little Angst
Genderswitch for Jaejoong & Heechul
Based on Amano sensei's manga "Dee" ©2002 with some changes
Enjoy reading, please.. ^^
.
.
.
Seorang gadis cantik membuka jendela kamarnya perlahan, dihirupnya udara pagi banyak-banyak untuk menyegarkan pikirannya pagi ini.
Ah, ia merasa lebih baik kini meski sejujurnya ia tidak baik-baik saja.
Tatapannya teralih pada sebuah bingkai foto di meja nakas tepat di sisi kanan jendela kamarnya. Gadis cantik itu mengambil bingkai foto yang menyita perhatiannya, ditatapnya lamat-lamat figur seorang gadis kecil berambut pendek di dalam bingkai emas itu.
Dahinya berkerut samar menatap serius dan semakin serius pada foto di tangannya, sesekali ia menatap ke langit-langit kamar, mencoba mengingat sepertinya.
"Arghh! Berapa kalipun mencoba tetap tidak ingat!" Gadis cantik bernama Kim Jaejoong itu kembali menaruh bingkai foto tadi dengan sedikit gusar, ia kesal dengan keadaannya dan memutuskan untuk turun menuju dapur rumah itu.
Ya, begitulah keadaan Kim Jaejoong semenjak 2 minggu belakangan. Ia akan selalu berusaha mengenali sosok kecil dalam foto tadi yang tak lain adalah fotonya sendiri saat masih duduk di bangku sekolah dasar.
Sebuah penyakit yang didapatnya karena kecelakaan 1 bulan yang lalu membuatnya tak lagi bisa mengenal wajah orang dengan baik.
Prosopagnosia, penyakit dimana salah satu saraf otak yang berhubungan dengan sensor pengenal rusak. Dalam kasus Jaejoong, ia mengidap penyakit itu setelah kepalanya menghantam keras sisi trotoar.
Kini gadis itu tak bisa mengenal wajah orang-orang di sekitarnya lagi. Amnesia? Bukan, Jaejoong sama sekali tidak kehilangan ingatan apapun, ia bahkan ingat jelas Heechul kakaknya dan ia ingat apa yang ia lakukan sebelum kecelakaan itu terjadi. Ia hanya tak mampu mengenali wajah orang-orang di sekelilingnya, bagi Jaejoong semua terlihat sama. Ia bahkan tak mengenal wajahnya sendiri yang terpantul di cermin, sekarang ia merasa asing dengan sekitarnya.
.
.
.
"Kau sama sekali tidak pernah peduli padaku! Kau mencintainya huh?!"
"Sojung-ah bukan begitu—"
"Bukan apanya?! Jawab saja! Kau menyukainya kan?!"
Jaejoong yang mendengar ribut-ribut di pintu sebelah apartemennya segera melihat keluar. Dan Pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah seorang perempuan berambut panjang lurus sedang berhadapan dengan seorang pria tinggi. Perempuan berambut lurus itu menatap sengit pada pria di hadapannya, membuat Jaejoong bertanya-tanya apa yang terjadi sebenarnya.
"Diam kuanggap 'ya'! Kau menyebalkan!" perempuan itu mendorong dada pria tinggi dihadapannya kemudian beranjak, Jaejoong berdiri sambil memegangi handle pintu apartemennya yang sama sekali belum ia tutup.
Gadis berambut panjang itu melangkah cepat dan melewati Jaejoong, memberi sebuah tatapan sinis pada Jaejoong sebelum benar-benar pergi dari balkon apartemen itu.
Jaejoong hanya menatap bingung kepergian sosok tadi, bertanya-tanya apakah ia kenal perempuan tadi.
Gadis bermata doe itu mengalihkan tatapan kembali pada sosok pria tinggi di pintu sebelah, pria itu menunduk sambil mengusap rambut ravennya sendiri.
"Arghh..." geram lirih terdengar meluncur dari mulutnya.
"Bertengkar dengan kekasihmu?"
Mendengar suara halus itu, si namja raven pun mengangkat wajah.
"Jaejoong nuna?" sahutnya kaget, melotot karena sosok dihadapannya benar-benar nyata.
Sementara yang dipanggil hanya terdiam bingung.
"Kapan kau kembali dari rumah sakit, nuna? Kenapa Heechul nuna tidak mengabariku?"
Dahi Jaejoong mengernyit bingung, "Kau mengenalku dan... Kakakku?"
Namja raven itu kemudian menatap bingung pada gadis cantik di depannya, "Bicara apa? tentu saja aku tahu.. Kita teman sejak kecil..."
Dan Jaejoong pun seolah mengerti, dan mengajak namja raven itu masuk ke kamar apartemennya.
.
.
.
"MWO?! Nuna serius?" namja raven bernama Shim Changmin itu meninggikan suaranya.
Jaejoong menyamankan duduknya setelah menaruh secangkir Cappucinno di depan Changmin. Ia mengangguk lemah sambil tersenyum.
Changmin kehilangan kata-katanya, ia tak mengerti. "Nuna tak mengenal wajah orang? Apa ini main-main?"
"Apa aku terlihat seperti main-main?" Jaejoong tetap tersenyum.
"Tapi aku mengenal nuna sejak lama, aku rasa... Ini.. Tidak cocok dengan nuna.. Itu mustahil.." Changmin tak tahu bagaimana merangkai kata-katanya.
"Itu hak mu, mempercayaiku atau tidak.. Aku ingin minta tolong, mulai besok aku kembali masuk sekolah.. Kalau kau bertemu denganku tolong sebutkan namamu dulu ya?" Jaejoong memberi senyum terbaiknya.
Lidah Changmin kelu, ia tidak bisa protes lagi jika Jaejoong sudah menunjukkan senyum itu.
.
.
.
Hari senin pertama di bulan April, Jaejoong bersiap kembali ke sekolah setelah hampir 1 bulan absen. Ia ragu sebenarnya, takut tak bisa mengenal teman-temannya.
Selesai memakai sepatunya, Jaejoong beranjak keluar dari apartemen itu.
"Joongie? Apa lebih baik aku meminta Changmin berangkat bersamamu?" tanya Heechul khawatir. Wanita yang hampir memasuki umur ke 30-nya itu berlari menghampiri adiknya masih dengan sebuah apron yang melingkar manis di pinggangnya.
Jaejoong tersenyum kalem sambil menggeleng, "Tidak perlu, unnie.. Aku bisa berangkat sendiri"
"Kau yakin, Joongie?"
"Ne.. Aku berangkat.." pamit Jaejoong di iringi lambaian dari Heechul.
.
.
.
Jaejoong sedikit pusing saat melihat orang berlalu-lalang di depan sekolah.
Tentu saja, apa menyenangkan berada di kumpulan orang-orang asing yang sama sekali tidak dikenal?
Kaki jenjang Jaejoong terus melangkah mantap menuju kelasnya, mengacuhkan beberapa pasang mata yang menatap.
Kelas 2A.
"Pagi~" sapa Jaejoong lembut namun berhasil menyita perhatian orang-orang di dalam kelas itu.
'Ingat Joongie, mereka semua temanmu jangan tanyakan nama mereka.. Nanti mereka menganggapmu aneh.' kata-kata Heechul terus terngiang di telinga Jaejoong.
Tiba-tiba seorang gadis imut dengan cepat berlari menuju Jaejoong. "Jaejoongie~~!" sebuah pelukan ia terima, ah.. Ia kenal suara ini. Pasti Kim Junsu.
Dan yang terjadi selanjutnya adalah seisi kelas mendekati Jaejoong. Tentu saja karena Jaejoong adalah Mother of the class, ia disukai siapapun karena sikapnya yang lembut dan ramah, juga kecerdasannya.
"Aku khawatir, kau sudah sembuh, Jae?"
"Kami merindukanmu.."
"Kami sudah membuat catatan khusus untukmu selama kau tidak masuk.."
Semua menunjukkan perhatiannya pada Jaejoong, tak terkecuali para murid laki-laki
'Ah ne.. Aku kenal mereka, mereka teman-temanku...' agak menyakitkan memang tak mengenal mereka tapi Jaejoong tetap senang bisa kembali.
Jaejoong pun menceritakan beberapa hal tentang kecelakaan & masa pemulihannya, namun tidak menceritakan tentang Prosopagnosia yang ia derita.
Jaejoong tersentak kaget saat tiba-tiba sepasang tangan mendekap mengelilingi bahunya. Seseorang sudah berdiri di belakangnya sambil memeluknya erat.
"Kau sudah kembali, kenapa tidak mengabariku dulu hum?"
Jaejoong tentu saja mengernyit bingung sekaligis risih.
"Joongie~ kenapa pasang ekspresi seperti itu di depan romeo-mu!" tegur Junsu bercanda.
Pria tadi segera melepas pelukannya dan menatap Jaejoong dengan ekspresi cemas yang dibuat-buat. "Boo~ kau tidak melupakanku kan?"
Jaejoong pun mau tak mau tertawa. "Tentu saja tidak, Yunnie..." Gadis cantik itu tersenyum tanpa beban, membuat kecantikannya meningkat.
"Syukurlah.." Kali ini laki-laki yang sebenarnya bernama Jung Yunho itu memeluk Jaejoong dari sisi depan dengan erat.
Jaejoong hanya mampu memejamkan mata, 'Benar.. Ini Yunho-ku.. Aku tahu harum ini' pikirnya sambil menikmati hangatnya pelukan Yunho, ia pun begitu merindukan kekasihnya itu.
Ya, Jaejoong dan Yunho adalah sepasang kekasih, awalnya siapapun tidak akan percaya karena keduanya bagaikan bumi dan langit. Dimana jika Jaejoong adalah murid teladan yang disayang semua kalangan di sekolah itu, Yunho justru dikenal dengan reputasinya yang buruk, membolos, berkelahi, mencari masalah dengan guru dan masih banyak lagi.
Tapi ternyata cinta memang bisa menyatukan siapa saja, Jaejoong menerima cinta Yunho dan akhirnya bisa mencintai laki-laki itu dengan kadar yang sama. Dan Jaejoong sangat yakin kalau Yunho-nya tak seburuk yang orang lain pikirkan.
Sepasang kekasih itu masih sibuk berpelukan, yang lain hanya tersenyum maklum. Sudah terlalu sering melihat tontonan gratis romeo & juliet ini karena Yunho memang bukan tipe yang malu-malu menunjukkan perasaannya.
"Aku merindukanmu, Boo~" Yunho melepas pelukannya dan menatap lembut kedalam mata Jaejoong.
"Aku juga.. Kau baik-baik saja kan selama aku tidak ada? Eh—" Jaejoong mendapati sebuah memar di pipi kiri kekasihnya itu.
"Ini kenapa?" Jaejoong mencoba menyentuhnya namun tangan Yunho sudah terlebih dulu menangkap tangan Jaejoong.
"Tidak apa-apa.."
"Bohong Jae.. Yunho selalu dimarahi dan dihajar habis-habisan oleh kakakmu setiap dia mau menjengukmu.." Junsu angkat bicara, Jaejoong yang semula menatap Junsu pun kembali memperhatikan Yunho-nya.
Dahinya berkerut cemas, "Benar itu Yun?"
Yunho tak ingin menjawab tapi bagi Jaejoong itulah jawabannya.
Sepertinya interaksi mereka harus terganggu karena seorang anggota kelas yang masuk dengan wajah kusut.
"Pagi.." itu Shim Changmin.
Changmin tetangga sekaligus teman sejak kecil Jaejoong? Ya, meski umurnya lebih muda, bocah jenius itu berhasil mendapat akselerasi hingga satu tingkat bahkan satu kelas dengan Jaejoong.
"Pagi nuna.." sapa Changmin dibalas senyuman oleh Jaejoong.
Sebelum beranjak menuju kursi-nya, Changmin sempat melempar tatapan sinis pada laki-laki yang sedang menggenggam tangan Jaejoong.
Siapapun tahu, Yunho dan Changmin punya hubungan yang buruk.
.
.
.
"Jadi Kim Jaejoong sudah kembali sekolah?" Seorang gadis berambut lurus bertanya pada temannya yang baru saja kembali dari kelas A.
"Ne.. Dia tetap disayang banyak orang sepertinya."
"Cih.." Gadis bernama Sojung itu hanya mendecih sebal.
.
.
.
Jaejoong memutuskan membawa Yunho ke ruang UKS untuk mengobati memar di pipi Yunho.
Yunho meringis saat kapas dingin itu menyentuh lukanya.
"Kapan kau mendapat luka ini, Yun?"
"Hum? 3 hari yang lalu sepertinya" Jawab Yunho santai.
Jaejoong tak habis pikir dengan kekasihnya ini, ia selalu santai seolah terbiasa dengan luka apapun.
Gadis cantik itu membuang kapas terakhirnya dan menatap Yunho, "Apa sekarang terasa lebih baik?" tanyanya dan dijawab anggukan oleh Yunho.
"Dengar Yun.. Kau tahu jelas kakakku menentang hubungan kita, kenapa masih nekat?" Jaejoong mencoba membuat Yunho mengerti bahwa ia khawatir.
"Aku tidak mau kau menyakiti dirimu sendiri, Yun.. Jangan temui kakakku lagi.." lanjutnya.
Yunho hanya tersenyum lalu menaruh tangan kanannya di pipi kiri Jaejoong. "Dengar, Jaejoongie-ku.. Bagiku Heechul nuna ataupun Changmin bukan masalah besar, aku tahu kau pasti akan memarahiku karena ini tapi apa kau tahu bagaimana perasaanku tidak bisa bertemu denganmu selama sebulan penuh?"
Jaejoong hanya mampu terdiam.
"Aku benar-benar tesiksa saat itu, karena itu aku memaksa untuk datang ke rumah sakit.. Aku berniat menjengukmu baik-baik tapi Heechul nuna masih tidak bisa menerimaku, dia hanya memarahiku dan bersumpah tidak akan membiarkanku bertemu denganmu, tapi aku merasa pukulannya sama sekali tak ada apa-apanya karena hari itu aku bisa melihatmu dari kaca. Hanya dengan melihatmu dari jauh aku sudah merasa sangat bersyukur." Yunho menyatukan dahinya dengan Jaejoong yang hampir-hampir menangis karena cerita kekasihnya itu.
Demi Tuhan, ia sangat mencintai Yunho-nya!
Jaejoong segera memeluk erat Yunho.
"Maaf.. Maafkan aku.. Aku tidak akan membuatmu khawatir lagi.." lirihnya, Yunho tersenyum sambil mengusap punggung Jaejoong.
"Gomawo.. Aku senang kau kembali, Aku sangat senang... Jangan pergi kemana-mana lagi.." balas Yunho sambil menciumi pipi Jaejoong.
Jaejoong melepas pelukannya, "Aku mencintaimu, Yun.." Ucapnya sambil menangkup pipi Yunho.
Yunho tersenyum, ia mendekati Jaejoong dan membisikkan sesuatu dengan nafas yang menyapa bibir cherry Jaejoong.
"Aku juga mencintaimu..." bisiknya sebelum kemudian Yunho mempertemukan bibirnya dengan bibir Jaejoong, meluapkan semua perasaan yang ia tahan selama tak bisa bertemu dengan kekasihnya itu.
.
.
.
Changmin berlari kecil di koridor sepi menuju UKS, sesekali menoleh kesana-sini seperti mencari seseorang.
Langkahnya terhenti saat mendengar suara decit sepatu di ujung koridor. Ia menatap penasaran.
Namun sepertinya Changmin harus mengurungkan harapannya saat melihat yang berjalan di depannya itu adalah Yunho, bukan Jaejoong-nuna nya.
Yunho tetap berjalan cuek seolah tak ada siapapun disana.
"Dimana Jaejoong nuna?" Tanya Changmin tanpa menatap laki-laki itu, sebenarnya ia malas bertanya pada Yunho tapi saat ini pasti Yunho-lah yang paling tahu dimana Jaejoong berada.
Bukannya menjawab, Yunho justru menyeringai.
"Berhentilah berharap soal Jaejoong, bodoh.." desisnya ketika melewati Changmin.
Changmin gusar, namun ia tahan niatnya untuk memberi satu pukulan pada laki-laki itu.
.
.
.
Semua murid berhamburan keluar kelas saat Jam pulang menjelang.
Tak terkecuali Jaejoong yang segera merapikan buku-bukunya dan berniat ke rumah sakit untuk memenuhi panggilan Dokter yang memintanya untuk melakukan therapy setelah pulang sekolah.
Namun mendadak kepalanya terasa sakit. Ia merasa seperti akan terjatuh.
'Haishh.. Kau kenapa Kim Jaejoong?' dengan terhuyung, Jaejoong tetap mencoba berjalan.
Gadis itu baru saja hendak keluar dari kelas saat tiba-tiba Changmin menghampirinya.
"Ah! Ternyata benar, nuna hanya berbohong tentang penyakit itu kan?" tegur Changmin. Jaejoong pun menoleh kaget, pusing luar biasa membuatnya tak bisa mencerna apa yang dikatakan orang itu.
"Bicara apa kau? tiba-tiba datang dan bicara hal yang tidak kumengerti.." Masa bodoh dengan orang di hadapannya ini, ia hanya ingin cepat-cepat menuju rumah sakit.
Dan akhirnya Jaejoong segera pergi meninggalkan kelas itu serta Changmin.
"Eh nu-nuna! Aishh.." Changmin frustasi karena harus bergulat dengan pemikirannya sendiri tentang penyakit Jaejoong.
'Atau memang sungguhan?' pikirnya bingung.
.
.
.
Jaejoong melangkah cepat di lobby rumah sakit. Keadaannya kacau sekarang dan hanya ingin bertemu Dokter Tan secepatnya.
"Jaejoongie? Syukurlah kau datang.. Kupikir kau lupa tentang janji therapy hari ini, Kajja.." tiba-tiba seorang suster datang dan menariknya.
Jaejoong panik karena tidak mengenal orang yang saat ini menariknya itupun memberontak, "Lepas!".
Jaejoong berhasil melepas tangannya namun ia justru terhuyung dan...
Brukk!
"Jaejoongie!"
.
.
.
To be Continued
Saya mencoba me-remake lagi cerita ini, saya pernah nulis sampai chapter 2 tapi karena kurang puas jadi saya coba tulis lagi sambil memperbaiki cara penulisan saya.
Ada yang berminat lanjut? ^^
Gomawo~
