A PANDEMIC OUTBREAK

.

.

.

Disclaimer Naruto Mashashi_kishimoto

Genre : Action, Adventure

Rated : T+

Pair : ?

Warning :Zombie! Military! OOC, OC maybe.

Note : terinspirasi dari World War Z & Resident Evil. Fic ini dibuat dari pemikiran saya dan teman saya, jikalau ada penulisan kami yang menyinggung saya mohon maaf. Serta jika ada kesamaan dengan fic lain, bukan maksud saya untuk meng copy apalagi copas. Happy to read.


.

.

.

Chapter 1 : kutukan

.

.

.


At Afrika

Matahari bersinar dengan terangnya. Sejauh mata memandang hanyalah tanah kering serta beberapa tumbuhan yang ada. Disebrang sana, tampak kulihat sebuah kota yang tak terlalu besar tetapi tampak ramai oleh orang-orang berkulit hitam.

Kulirik kesamping dimana temanku yang bernama Sasuke sedang mengendarai mobil jeep yang kami tumpangi. Kukatakan agar ia berhenti di seberang jalan yang tampak ramai oleh orang-orang yang sedang berdiri menatap sebuah bangunan tembok yang mirip seperti gudang. Kulihat ia hanya mengangguk atas ucapanku.

Namaku adalah Naruto, aku adalah seorang anggota militer berpangkat Sersan Moyor Jendral. Meskipun begitu, aku juga adalah seorang dokter. Sedangkan temanku yang disamping adalah sasuke, ia adalah penyelidik PBB terbaik saat ini. Kami ditugaskan untuk menyelidiki virus yang akhir-akhir ini melanda benua afrika.

Ini bukanlah tentang virus ebola, hiv, ataupun virus h1n1 yang sempat mendunia hingga menyebabkan banyak sekali nyawa manusia melayang. Virus ini lebih mirip kearah virus rabies yang biasa ditularkan oleh hewan melalui gigitan. Entahlah aku juga belum mengetahui secara jelas. Data ini kudapatkan melalui pembicaraan rekanku ketika berada di jepang. Dan hal inilah yang membuatku tertarik.

Kutatap keadaan sekitar yang tampak sedikit ramai. Kuhampiri kerumunan orang itu yang tampak menunjukkan raut wajah resah dan takut. Kutanya mereka mengnai keadaan mereka maupun kondisi geografis yang mereka tempati. Aku juga sempat terkejut ketika mengetahui perihal mereka yang ternyata didaerah sini tidak teraliri air bersih, hal inipun menyebabkan mereka harus mencari sumber air yang jaraknya tidak dekat tentunya. Meskipun begitu mereka tetap bersyukur karena bisa merasakan rasanya listrik.

Meskipun hal yang kutanyakan adalah hal yang sedikit tidak mengenakkan, akhirnya pertanyaan itu keluar juga mengenai peran pemerintah terhadap keadaan mereka. Aku sendiripun juga bingung karena masalah negara ini bukan hak ku untuk menanyakannya. Tapi itu semua kutepis, ini semua demi hak manusia yang seharusnya didapatkan. Awalnya mereka tampak sedikit ragu untuk mengatakannya, hingga pada akhirnya. . .

Mereka buka suara jika pemerintah sebenarnya juga pernah mengirim obat-obatan serta para relawan dokter untuk datang kesini. Akupun hanya mengangguk mendengarnya. lalu kutanya lagi mereka dimana para relawan itu? Dan bagaimanakah hasilnya? Namun mereka kembali terdiam bisu tak mengatakan sepatah kata apapun, kutatap sorot mata mereka yang tampak ketakutan. Aku sendiripun jadi semakin dibuat bingung, sebenarnya apa yang sudah terjadi disini?

Aku menghela napas sejenak, kutanyakan pada mereka dimanakah tempat pasien yang terkena virus tersebut dirawat? Mereka hanya menunjuk bangunan yang mirip seperti gudang tak terpakai. Apa ini yang disebut rumah sakit !? Pikirku dalam hati.

Kulangkahkan kakiku menunju mobil dimana disana terdapat kotak putih yang berisi peralatanku serta obat-obatan yang mungkin akan berguna nantinya.

"Ayo sasuke!" Ucapaku pada sasuke yang bersandar pada mobil. Seketika itu juga kulihat ia mengambil senjata api AK-47 yang ia kalungkan di punggungnya.

"Hei... untuk apa itu?" Tanyaku heran.

"Berjaga-jaga, lagipula kita berada di wilayah yang tidak aman!"

Aku hanya diam mendengar ucapannya, bukan maksudku untuk tidak menjawabnya. Lagipula, apa yang ia katakan memang benar. Apapun bisa terjadi disini, apalagi ini adalah daerah milik orang lain, sudah sepatutnya kami berhati-hati.

"Kami akan masuk! Apa kalian ada yang mau ikut? Keluarganya mungkin!?" Tanyaku pada mereka tetapi, aku serasa bicara dengan angin saja.

Bahkan, beberapa dari mereka ada yang menahanku dan berbicara agar tidak menyentuh orang sakit tersebut. Mereka percaya bahwa apa yang ada didalam sana telah dikutuk.

Untuk kedua kalinya aku menghela napas, apa sebegitu takutnya mereka pada orang sakit? Sungguh menggelikan!

Setelah acara ini mungkin aku akan menemui mentri kesehatan dan sedikit mengobrol dengannya mengenai sosialisasi pentingnya kesehatan serta pelayanan kesehatan di negara ini.

Kualihkan pandanganku kearah pintu gudang tersebut yang terkunci, namun kuncinya masih menancap tak dijabut. Mereka mengurung orang sakit layaknya orang gila!? Ini sungguh tak berperikemanusiaan.

Dengan sedikit kudorong pintu itu terbuka, kulangkahkan kakiku memasuki ruangan tersebut diikuti oleh sasuke dibelakangku. Hal yang terlintas pertama kali dipikiranku adalah apa mereka gila? Kulihat dua orang yang berbaring dilantai semen yang dingin dengan keadaan tangan dan kaki terikat oleh rantai. Pantas saja mereka berdua sakit, lantainya saja dingin, ditambah dengan bau udara yang tidak sedap. Aku jadi tak heran jika mereka memang sakit.

Aneh!

Itulah yang kupikirkan setelah melihat dari dekat mengenai dua orang yang terikat rantai di lantai semen yang dingin itu. Mereka berdua adalah laki-laki, satu sudah berusia 32 tahun dan yang satunya lagi masih bocah, mungkin masih sekitar 12 tahunan. Apa yang membuatku merasa heran adalah kondisi fisik mereka serta dari segi perilakunya.

Dapat kulihat dengan jelas, bahwa tubuh mereka sangat benar-benar pucat, keriput, serta kurus. Apa mereka kurang gizi, hingga menyebabkan mental mereka terganggu!? Kenapa aku bilang mental mereka terganggu? Itu karena bola mata mereka. Ya, bola mata mereka bergerak dengan tidak normal, itu semua menandakan bahwa ia tidak dalam kesadaran atau dalam artian lain mentalnya terganggu. Atau mungkin ini lebih parah lagi.

Lalu bagaimana dengan gigi mereka yang selalu bergemeletuk seolah ingin menggigit sesuatu. Apalagi sedari aku datang kemari ia hanya menatapku dengan pandangan seakan aku ini adalah hewan buruan yang ingin disantap. Kutulis semua informasi yang kudapatkan dalam sebuah buku kecil mengenai gejala fisik serta perilaku tidak normal mereka.

Kucoba untuk memanggil mereka berdua. namun nihil, Aku tak mendapat respon sama sekali. seolah-olah mereka tidak mengerti apa yang aku ucapkan. Sejauh ini kutarik kesimpulan jika kedua orang sakit ini kehilangan akal sehatnya, bisa dibilang mereka gila. Tetapi ini lain, perilaku mereka lebih agresif daripada orang gila. Apa ini virus rabies!? Tidak, virus rabies tidak akan sampai membuat penderitanya separah ini. Tapi virus apa lagi jika bukan?

Kupasang sarung tangan karet putih dikedua tanganku. Pertama kucek denyut nadinya melalui tangan. . . Dan saat itu aku benar-benar terkejut, denyut nadinya benar-benar lemah, bahkan hanya terasa samar. Kucoba tuk mengetesnya di bagian leher, dan apa yang selanjutnya terjadi membuatku terkejut untuk kali keduannya. Pasalnya pria itu mencoba untuk menggigit tanganku, sontak saja ku tarik dengan cepat. Sampai saat ini aku tidak tau bagaimana virus ini dapat menyebar, jadi sebisa mungkin aku tak melakukan kontak dengannya.

Kulirik kesamping dimana sasuke tampak bersiaga mengacungkan moncong senjata api AK-47 itu kearah pria tersebut. Tampaknya sasuke juga terkejut ternyata.

"Baiklah, yang terakhir akan ku ambil sampel darahnya!" Ucapku sembari menyiapkan jarum suntik.

Kutatap pria yang terbelenggu rantai didepanku. Mulutnya masih mengantup-ngantupkan seolah ingin memakanku serta mata yang melotot hingga ingin keluar dari tempatnya. Ini pertama kalinya aku merasa jijik, dan aku malu bahwasana aku seorang dokter akan merasa jijik dengan seorang pasien.

Kutatap kembali sasuke, ia hanya mengangguk siap. Kualihkan lagi pandanganku kearah sesosok pria tadi. Kusuntik dia dibagian lengan kanan, tampak ia semakin brutal dan agresif dengan terpaksa aku mencabut jarum suntik tersebut yang memperlihatkan cairan merah kecoklat-coklatan.

Ia kembali memberontak, kali ini rantai yang mengikat tangannya telah terlepas, mungkin karena rantai itu telah berkarat. Sekarang ia mencoba meraihku, sontak saja aku berjengit kaget dan melompat kebelakang. Kulihat ia berusaha berdiri meskipun kakinya masih terbelenggu rantai. Kunormalkan denyut jantungku yang masih berdegup kencang, aku tak takut hanya terkejut saja.

Sasuke yang berada dibelakang pria itu secara diam-diam memukul tengkuk pria itu menggunakan senjata apinya. Namun bukannya ia pingsan, pria itu malah terlihat bisa saja kini ia malah bertindak agresif kearah sasuke seakan ia ingin menggigit sasuke. Bahkan rantai yang mengikat kakinya telah putus, akupun terkejut, bagaiman bisa? Ia berlari menuju sasuke, sedangkan sasuke ia malah berdiam diri sembari mengarahkan moncong senjata apinya kerah pria itu.

Dor. . .

Timah panas itu melesat kearah kaki kanan pria itu, namun seakan tidak ada efek, pria itu tetap berjalan meski sedikit pincang. Aku heran, seharusnya jika manusia biasa pasti sudah tidak mampu lagi untuk berjalan. Tapi pria didepanku ini masih bisa berjalan.

Dor. . .

Suara bising tersebut menggema di gudang ini, sebuah peluru berhasil menancap di lutut pria didepanku. Dan aku terkejut 'lagi' ketika melihat pria itu masih baik-baik saja.

"Tembak organ vitalnya!" Ucapku. Sementara sasuke mengganggukkan kepalanya.

Dor. . .

Kali ini pria didepanku langsung ambruk ketika peluru itu menembus kepalanya. Darah mengucur dilantai tersebut. Tapi bukan darah merah, melainkan kecoklatan.

Kukemasi peralatan medisku yang masih tergeletak bersamaan dengan sampel yang kudapatkan tadi. Aku tak berniat sekalipun untuk membersihkan kekacauan ini. Lagipula, sangat beresiko jika harus melakukan kontak dengan pengidap virus, bisa tetinfeksi jika melakukan kesalahan.

Tak berapa lama aku keluar dari gedung tersebut. Tampak orang-orang sekitar menatap ku, mungkin mereka penasaran karena suara tembakan tadi. Akupun mencoba untuk tetap tenang dan menjelaskan apa yang telah terjadi barusan jika pria yang ada didalam ingin menyerangku dan aku sendiri hanya melakukan perlindungan diri.

Tampak beberapa dari masayarakat yang menggangguk mengerti, ada pula yang ketakutan. Akupun menyarankan agar mereka tak mendekati gudang tersebut dan tetaplah berada dirumah. Ini adalah cara paling aman agar tidak terinfeksi karena hingga saat ini belum ditemukannya penawar yang cocok. Jadi lebih baik mereka untuk bersembunyi.

Akupun bertanya pada mereka sebelum mereka pergi. Adakah yang kenal dengan dua orang yang terinfeksi tersebut? Seorang perempuan bersurai hitam tampak mengacungkan tangannya. Kualihkan pandanganku kearahnya. Dapat kulihat matanya yang sembab kemarah-merahan yang nampaknya dia terlalu banyak menangis.

Kutanyakan apa hubungannya? Dan perempuan itu menjawab bahwa ia istrinya. Aku kembali bertanya, karena informasi akan sangat penting dan berarti. Bagaiamana bisa terinfeksi? Kemudian ia menceritakan tentang suaminya yang pergi bekerja diluar kota, entah apa yang terjadi hingga ketika ia pulang perilakunya agak agresif dan menggigit anaknya, bahkan ia sempat bercerita bahwa ia juga hampir digigit, namun ia berhasil meloloskan diri. Aku mengangguk mendengar semua informasi yang masuk melalui kedua telingaku.

Tut... tut...

Suara telepon menghentikan pembicaraanku sejenak. Kurogoh saku celanku, dan kuangkat panggilan tersebut tanpa membaca nama pemanggilnya.

"Halo...?"

". . ."

"A-apa? Bisa kau ulangi!"

". . ."

"Hahaha. . . Jangan bercanda, mana mungkin jepang diserang oleh zombie!"

". . ."

"Baiklah, kirimkan aku pesawat! Akan kuberikan lokasiku."

"ini benar-benar gawat!" gumamku sembari menatap langit biru di angkasa.

.

.

.

TBC


An : bagaimana menurut kalian? Chapter ini Cuma menceritakan kondisi fisik serta perilaku zombie saja. Chapter depan baru akan ada action sama adventurenya dengan gaya penulisan dari sudut pandang Naruto. Akhir kata, sampai jumpa di chapter depan.