The Darkness Mark
Summary : Naruto, salah satu orang yang memiliki tanda kegelapan, hidup dalam kesendirian dan kebencian. Tiba-tiba seorang wanita misterius datang mengubah takdirnya, membuat dirinya terlibat dalam misi menyelamatkan dunia dari kegelapan.
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Genre : Adventure, Tragedy & Romance
Rated : T
Pair : NarufemSasu
Chapter 1 : Wanita misterius
.
.
.
Udara yang ku hirup berbau busuk, aroma besi berkarat melebur dengan ruang tahananku yang pengap. Tak ada ventilasi udara seperti jendela, itu tandanya tak akan ada udara segar untuk ku hirup. Ku pandangi langit-langit tahananku, cahaya redup dari sebuah lilin yang menyala tak dapat menjangkaunya. Aku selalu bertanya-tanya, mengapa?
Aku bahkan tak bisa menghitung berapa umurku yang sekarang dan berapa waktu yang ku habiskan di tempat ini, tapi aku mengingat dengan jelas berapa banyak pakaian yang pernah ku pakai. Para penjaga selalu memberiku satu setel pakaian lengkap tiap bulannya, tapi dengan cepat pakaian itu kembali kotor. Tak ada kasur tipis yang menjadi alas tidurku, sebuah kain usang yang seukuran lebih besar dari tubuhku menjadi hal yang ternyaman dari tahanan ini. Sumbu lilin yang terus tersulut karena melelehnya cairan itu semakin membesar. Memperlihatkan beberapa tumpuk buku di dekatnya, tak ada yang bisa ku lakukan di tempat ini selain makan, tidur dan membaca.
Buku yang paling ku sukai berjudul 'Legenda Ninja Bertekad Baja' karangan dari seorang pria pengembara bernama Jiraya. Buku itu mengisahkan seorang pahlawan yang akan menyelamatkan dunia, sosok lelaki teguh dengan pemikiran yang bijaksana. Ia selalu menceritakan keadilan yang selalu ku sukai, kata demi kata yang dikeluarkan oleh tokoh utama dalam ceritanya pun sampai saat ini masih tercetak jelas di kepalaku. Mengingat seberapa sering aku membacanya itu menjadi hal yang tak mengherankan. Seperti halnya manusia biasa, tokoh pahlawan itu pun merasakan penderitaan, hal itu membuka mataku lebar-lebar bahwa pada kenyataannya tak ada satu orang pun yang bisa terhindar dari rasa sakit.
Rasa sakit, penderitaan.. aku memahaminya dengan baik. Aku tak tahu, kenapa orang-orang desa selalu menatapku dengan pandangan benci. Aku tak tahu tepatnya mereka menjauhiku, apa aku terlalu kotor? Apa rupaku tak sedap untuk dipandang? Dan aku tak tahu mengapa aku berakhir di tempat ini, seorang diri. Aku memijit keningku, semua kenangan itu membuatku sakit. Tapi aku bersyukur dapat tidur siang selama yang aku inginkan.
Satu-satunya lilin yang ku punya semakin memendek, sepertinya ruang ini akan kembali diselimuti kegelapan. Ku alihkan pandanganku pada besi berkarat yang menghiasi tahananku bertahun-tahun, berharap besi itu dapat layu seperti bunga yang mati, tidak mungkin. Besi itu bahkan telah mati sebelum merasakan kehidupan.
"Sepertinya ia tidak datang…" Menghela nafas sejenak, pria bermasker itu tak datang, atau apa ia terlambat? Sepertinya aku akan bosan membaca kembali buku yang sudah ku baca sebelumnya.
Di tahanan ini hanya satu orang yang yang selalu menjengukku, namanya Hatake Kakashi. Pria aneh yang selalu membawa setumpuk buku yang sering ku baca, dia sudah seperti keluarga bagiku. Biasanya ia akan datang menjengukku pada saat lilin ke tujuhku semakin memendek, menandakan tujuh hari akan berakhir. Entah mengapa hari ini ada sesuatu yang mengganjal di hatiku, sepertinya sesuatu yang buruk sedang terjadi di atas sana, dunia luar dari ruang tahanan bawah tanahku.
Berusaha mengabaikannya, aku mulai menutup kedua mataku. Tapi ruang tahananku mulai bergetar, sepertinya memang terjadi sesuatu yang merepotkan di luar sana. Sejujurnya aku tak peduli, tapi getaran itu membuatku tak dapat tidur dengan pulas.
Tap tap tap tap tap
Suara langkah kaki yang cepat menggema, sampai-sampai terdengar hinggal sel tahananku. Tiba-tiba api dari lilin ke tujuhku bergoyang ke kanan dan ke kiri. Sekarang aku mulai tegang, pasalnya api yang berkobar dari lilinku kembali tenang memperlihatkan sesosok orang entah pria atau wanita berada tepat di depan sel tahananku. Sebuah jubah panjang yang terlihat usang karena minimnya penerangan melekat di tubuh sosok itu, tudungnya yang besar menutupi keseluruhan wajahnya. Masih terdiam dari posisi dudukku, aku menatapnya dalam diam.
"Uzumaki Naruto…" tiba-tiba sosok itu berujar dengan nada rendah.
Dari suaranya aku dapat langsung menyimpulkan bahwa seseorang di balik jubah itu adalah seorang wanita, tak heran karena tubuhnya juga tak terlalu tinggi dan terlihat ramping.
"Ya.. ehem, nona?"
Tubuh orang yang sudah pasti seorang wanita itu tersentak sebentar. Mendapati reaksi terkejutnya membuatku geli, ini kali pertama setelah bertahun-tahun lamanya aku berbicara kepada seorang wanita dan aku yakin jika dia masih muda.
"Apa kau ingin bebas?" Ucapnya, tangan kanannya terjulur seperti sedang memberikan pertolongan pada seseorang yang terjatuh. Apakah dia benar-benar serius?
Sesaat aku terdiam, kalimat itu.. sudah lama aku ingin mendengarnya dari mulut seseorang. Apakah aku bisa mempercayainya? apakah aku bisa menggapai tangan wanita itu? Apakah dia benar-benar memberiku kebebasan yang selama ini menjadi angan-angan semata? Aku bertanya-tanya mengapa aku terdiam tanpa menggapai tangannya, ini adalah sesuatu yang ku tunggu-tunggu sekian lama.
"Apa kau ingin bebas?" Wanita itu kembali mengulang pertanyaannya.
"Kau bisa melakukan itu?"
"Tentu saja."
Kata demi kata singkat yang keluar dari bibir wanita itu terucap tanpa ragu, tak ada getaran dalam suaranya. Aku yakin bahwa ia tak berbohong. Aku menganggukkan kepalaku sebagai jawaban, tak sanggup berkata-kata kembali. Satu pertanyaan yang bisa dijawab dengan kata ya atau tidak dari wanita itu membuat pikiranku mengabur. Perlahan tangan dari wanita itu menarik pedang yang sedari tadi ada di punggungnya, aku bahkan tak menyadari ada sebuah pedang di balik tubuh rampingnya, mengingat minimnya penerangan di tempat ini. Dengan cepat ia pun mengayunkan pedangnya.
Trangg
Aku melihatnya, sebuah cahaya biru nampak menyelimuti pedang wanita itu membuat gembok tahananku hancur menjadi dua bagian. Sekarang aku benar-benar tak yakin dengan pilihanku, wanita ini mungkin orang yang sangat berbahaya. Meneguk ludahku sendiri, tak ada jalan lain untuk kembali.
.
.
.
" Kau bisa lebih cepat." Perintah wanita tak bernama itu, langkah kakinya begitu lebar dan cepat. Untuk ukuran orang sepertiku yang tak pernah berlari, mengejar langkah wanita itu sangatlah mustahil.
Deru nafasku yang tersenggal-senggal membuat langkahku semakin berat, aku bertanya-tanya sekuat apa stamina wanita itu. Keringat sudah menetes dari dahiku, kakiku terus berpacu mengejar wanita itu. Menghela nafas sejenak, mungkin kakiku akan memar mengingat aku tak mengenakan alas kaki. Tak berapa lama wanita itu menghilang, yang dapat ku lihat adalah sebuah cahaya yang menyilaukan. Aku menutupi mataku dengan sebelah tanganku, cahaya itu benar-benar.. menyilaukan.
Seketika hembusan angin menerpa tubuhku, bau rerumputan segar merebak di segala arah, ini benar-benar dunia luar. Aku tak percaya. Saat aku megedarkan pandanganku ke segala arah, sekelompok orang dengan topeng binatang mengepungku bukan lebih tepatnya kami, aku dan wanita itu.
"Apa kau juga anggota Akatsuki?" Salah satu dari orang bertopeng itu bertanya.
Wanita itu pun melangkahkan kakinya ke depan, membuat orang-orang bertopeng itu menjadi waspada. Berbagai senjata berujung runcing nampak ada digenggaman tangan mereka seperti shuriken, kunai dan pedang. Tapi kedua tangan wanita itu kosong, sepertinya ia tak berniat menarik pedangnya.
"Katakan pada hokage, Uchiha Sasuke ingin menemuinya…" Ucap wanita itu tanpa intonasi, nadanya begitu datar seolah tak ada emosi di dalamnya.
Orang-orang bertopeng itu masih bertahan dengan posisi siaga, tapi wanita yang mengaku Sasuke Uchiha itu terlihat sangat tenang.
"Kami tidak bisa percaya begitu saja padamu, perlihatkan wajahmu terlebih dahulu…" Salah satu dari pria bertopeng bersuara.
Perlahan Sasuke membuka tudung yang menutupi wajahnya, angin mulai datang dengan cepat menimbulkan suara daun-daun yang bergesekkan. Sesaat entah mengapa aku tak dapat menarik nafasku dengan benar, surai hitam panjang wanita itu bergoyang mengikuti arah angin. Matanya terlihat tajam dengan kulit wajah yang terlihat sedikit pucat. Sempurna. Aku bertanya-tanya apakah semua wanita memang secantik itu?
TBC
Terimakasih sudah membacanya, mohon reviewnya ya ^^
Lanjut atau tidak? :D
