Bagaimana caranya menjadi Straight?
Ya, bagaimana caranya?
Katakan padaku, bagaimana menjadi seseorang yang straight. Mencintai lawan jenis, bukan sesama jenisnya.
Menjadi wanita yang selalu dicampakkan itu sudah biasa untukku. Menjadi simpanan juga, aku tahu kau menganggapku rendah, tapi aku tak peduli. Yang kuinginkan hanya dicintai, walaupun itu hanya semalam saja.
Kita sama.
.
.
.
How to be Straight?
Rated : T Semi M
Harry potter
Warning : Yaoi, AU, OOC, Typos, dll.
A/N : Kalian tentu sudah membaca awalannya, Jika kalian tak menyukai sesama jenis jangan membaca cerita ini. Sudah lama gak bikin Dark fict,
Saya tidak mengihina, atau menyudutkan orang yang menyukai sesama jenis.
Review please!
Dont like dont read.
Disclamer : J. K. Rowling
Author : Constantinest
.
.
.
"Dia manis, setiap kali aku melihatnya aku merasa nyaman."
"Rambutnya yang hitam, serta luka goresan lambang petir yang ada didahinya membuatku ingin menciumnya terus,"
"Aku tak bisa hidup tanpanya,"
"Apakah penyakitku sangat parah?"
Mata kelabu itu menatap seorang pria berambut hitam yang sedang menuliskan sesuatu di notenya, sesekali pria itu tersenyum setiap melihat pria berambut pirang itu bercerita tentang seseorang.
Pria itu berdiri, menuangkan secangkir teh, lalu menyodorkannya. Pria dengan mata kelabu itu hanya mengambilnya dan meminumnya. "Kau tak menjawab pertanyaanku?"
"Kurasa iya mate, kau sudah tak tertolong. Lagipula, kau menikmatinya bukan?"
"Sudah hampir setengah tahun aku berpacaran dengan Harry, dan aku setiap kali melihatnya selalu merasa bahwa aku baru pertama kali bertemu dengannya. Kurasa ini aneh, tapi jujur saja, aku menyukainya,"
"Apa yang kau rasakan ketika kau bersama Harry?"
"Aku merasa wajahku memerah, jantungku berdetak tak karuan, senyumannya membuatku meleleh dan masih banyak lagi. Kau tahu bukan? Seperti orang jatuh cinta pada awalnya?"
"Lalu apa yang merisaukanmu? Bukankah kau sudah memberitahu seluruh dunia bahwa kau menyukai sesama jenis?"
"Hn, kurasa tidak ada," ucapnya kemudian berdiri, menaruh cangkir itu di meja, dan berjalan keluar. "Kapan-kapan akan kukunjungi lagi kau, Theo."
"Tak perlu repot-repot Draco," kekeh pria itu kemudian menutup ruangannya.
-XOXOXO-
Draco Malfoy, pria dengan tinggi 180cm, berambut pirang pucat, bermata kelabu, wajah yang mempesona. Semuanya sangat sempurna, kecuali kesukaannya terhadap sesama jenisnya.
Semula ia mempermasalahkannya, namun lihat sekarang. Dengan berani ia bermesraan dengan Harry, kekasihnya yang baru. Banyak orang yang mencemohnya, namun ia tak peduli, buat apa peduli omongan orang. Toh itu hidupnya juga, bukan kesalahannya jika ia sedikit bermasalah.
Ia berjalan dengan sangat tenang, tanpa menyadari bahwa hujan mulai turun. Dengan segera ia berteduh di bawah toko yang sudah tutup. Jalanan sepi, dan Draco terjebak dalam hujan.
Draco terlalu bingung untuk membuat pakaian baru untuk majalahnya. Mengingat Draco adalah seorang designer yang cukup ternama dan memiliki perusahaan majalah The Mall, majalah perempuan yang paling diminati dan laris dijual.
Well karena itu juga dirinya sedang mencoba memikirkan model pakaian yang akan menjadi hits.
Mata kelabunya masih membayangkan design yang menarik, hingga ia melihat suatu kejadian yang tak pantas untuk dilihatnya, seorang kekasih yang sedang bertengkar satu sama lain dan diakhiri dengan tamparan pada pipi sang wanita. Dengan keji pria itu meninggalkan wanita itu ditengah hujan dengan bekas tamparan.
Wanita itu tak bergerak, hanya memegang pipinya saja kemudian jatuh dengan posisi duduk, membiarkan tubuhnya diguyur hujan yang semakin deras.
"Apakah wanita itu gila? Membiarkan dirinya ditengah hujan?" Draco hanya diam, ia juga malas untuk bersikap baik kepada wanita itu.
Wanita itu masih diam, kemudian berdiri berjalan dengan lemas. Wanita itu masih memengang pipinya yang sakit akibat tamparan itu. Bahkan dia tak mau repot-repot menoleh kekanan atau kekiri, wanita itu juga sepertinya tidak peduli akan orang-orang yang melihatnya. Bahkan melewati Draco dengan diam.
Draco hanya tertegun, pakaian wanita itu basah, ia membiarkan rambutnya yang coklat keriting menutupi separuh wajahnya, berjalan dengan lemah seperti orang yang sangat putus asa.
Belum pernah ia melihat wanita yang bisa bertahan. Bukankah biasanya wanita akan menangis sekeras-kerasnya agar orang iba kepadanya?
Sebuah mobil hitam melaju dengan kencang, membuat wanita itu terkena cipratan air hujan. Tetapi wanita itu tak melawan, ia masih terus berjalan dan membiarkan tubuhnya kotor.
'Ada yang salah dengan wanita ini?' batin Draco.
Mobil hitam itu ternyata Blaise, anak buahnya. Hal itu membuat Draco terkejut, "Maafkan saya, Tuan. Membuat anda terjebak seperti ini," ucapnya mengeluarkan payung, dengan segera Draco masuk kedalam mobilnya.
Mobilnya berjalan dengan perlahan, Draco menatap wanita itu sekilas untuk memastikan sesuatu. Ia tak dapat melihat wajahnya dengan jelas, tetapi ia dapat melihat matanya, salah satu matanya yang menatapnya dengan pandangan yang aneh.
Mata hazel itu menatap kearahnya, dimatanya seperti tak ada yang namanya kehidupan, begitu sendu. Sangat menyedihkan.
Tubuh Draco merasa sedikit gemetar, matanya—matanya sama seperti matanya dulu, mata yang putus asa seolah hidup itu sangat tak berarti. Ditambah lagi jantungnya, jantungnya bergerak tak karuan. Suaranya begitu keras, apa yang terjadi. Kenapa wanita ini, bisa membuatnya merasa aneh.
"Tuan, apakah anda ingin saya menyediakan payung untuknya?"
Draco menoleh kearah Blaise sadar akan pikirannya sendiri, menyandarkan punggungnya. "Tak perlu, aku tak mau berurusan dengan orang asing,"
"Baiklah Tuan,"
Draco mengambil sebuah gelas sampanye, menuangkan sampanye, meminumnya dengan perlahan.
"Apakah kau sudah menemukan sekertaris untukku?"
"Belum tuan, sangat susah untuk menemukan seseorang seperti yang anda minta,"
"Hmm,"
"Terutama seorang wanita yang tak akan pernah mencintai anda, syarat utama adalah syarat yang berat."
"Cari saja, aku membutuhkannya,"
"Ba—baik tuan."
-XOXOXO-
Theodore sedang mengutak-atik rubik yang ada ditangannya dan berharap semua warna menjadi satu, tetapi bukannya menjadi satu malah rubik itu warnanya tak sempurna.
Sebuah ketukan dipintu tiba-tiba membuat dia nyaris melonjak dari kursinya.
"Masuk,"
Pintu kayu itu didorong, seorang wanita cantik dengan rambut coklat, bermata Hazel menatapnya dengan serius. Wanita itu sangat cantik, wajahnya yang mungil, membuat semua pria tentu saja ingin melindunginya. Tingginya yang cukup tinggi, serta badan yang seksi. Tak ada kekurangan sedikitpun pada wanita ini, kecuali ada bekas merah di pipinya.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Kudengar anda seorang psikolog yang paling hebat di kota ini,"
"Well, apa yang kau benar itu belum tentu benar. Itu hanya rumor," kekehnya.
"Apakah anda bisa membantu saya?" ucap wanita itu tersenyum tipis.
"Apa masalahmu?"
"Aku baru saja mengalami hari yang buruk—"
Theo terdiam kemudian tersenyum kecil, "silahkan berbaring di sofa ini. Kau bisa memanggilku Theo,"
-XOXOXO-
Draco melemparkan kertas yang sudah diremasnya menjadi sebuah bola ke tong sampah. Berkali-kali ia menggambar dan tetap saja hasilnya nihil, designnya membosankan. Lama dan ia yakin gambar itu tak bakal laku dipasar mode sekarang.
Ia mengacak rambutnya, frustasi, kenapa tak ada ide sedikitpun.
Pintu ruangannya terbuka, memunculkan seorang pria tampan dengan rambut hitam tersenyum kecil kepadanya. Tubuhnya yang kecil perlahan masuk kedalam ruangan itu dan berjalan kearah Draco.
"Apa yang kau inginkan, honey?"
"Aku hanya ingin mengecek apakah kekasihku menggila sekarang?" ucapnya berjalan kebelakang kursi Draco, memijat kepalanya dengan perlahan.
"Kau datang disaat yang tepat, honey. Disaat aku merindukanmu," ucapnya menikmati pijatan yang diberikan Harry.
"Benarkah? Kudengar dari Blaise, kau sedang mencari sekertaris baru?"
"Ya, kau benar."
"Apakah lowongan itu masih dibuka? Maksudku, mungkin aku bisa—"
Draco berdiri, menatap Harry dengan dalam, mengengam tangannya lalu menciumnya. "Bukannya aku ingin menolaknya honey, lagipula kalau kau menjadi sekertarisku yang ada aku tak bisa fokus terhadap pekerjaaan,"
"Ya, aku tahu. Tidak efektif bukan?" ucapnya sebal.
"Jangan marah. Ow, kau manis sekali ketika marah," canda Draco, membuat wajah Harry merah padam.
"Hentikan, kau menyebalkan," ucap Harry, dalam detik selanjutnya ia dapat merasakan bibir Draco berada dibibirnya, melumatnya dengan perlahan.
"Ugh, aku mengerti. Kau pasti ingin menikmatiku bukan?"
"Kau selalu mengerti aku," ucap Draco dengan nada menggoda.
"Tapi aku lupa bahwa aku ada pemotretan sebentar lagi. Lanjutannya nanti malam saja ya," ucap Harry melepaskan pelukan Draco.
"Hm, baiklah. Kuharap kau tak melihat pria tampan disana."
"Kau cemburu?"
"Tentu, aku adalah seseorang yang pecemburu,"
Harry tersenyum kecil, kekasihnya ini memang pandai sekali cemburu dan tingkahnya yang sedikit kekanakan membuatnya semakin gemas terhadapnya.
"Tenanglah, aku milikmu." Ucap Harry keluar dari ruangan itu meninggalkan Draco sendirian dikantornya.
"Hn, menyebalkan. Aku belum mendapatkan ide, ditambah lagi tak ada orang yang bisa kusuruh-suruh,"
"Blaise, kuharap kau segera menemukan sekertaris baruku,"
-XOXOXO-
"Aku baru saja dipecat kemudian diputuskan oleh kekasihku."
"Lalu? Kenapa kau dipecat?"
"Itu bukan salahku, istri bos tak menyukaiku jika aku terlalu dekat dengan suaminya. Aku tak pernah tertarik kepada suaminya, hanya saja pria gatel itu selalu mendekatiku. Perselingkuhan itu ketahuan dan istri bos itu menamparku lalu memecatku. Dasar pria lemah tunduk kepada istri, bahkan pria bodoh itu tak membelaku sedikitpun ketika wanita monster itu memecatku."
"Kau seorang simpanan?"
"Apakah itu tabu untukmu, Theo?"
"Tidak, aku sudah biasa. Lalu kenapa kau bisa diputuskan kekasihmu?"
"Kekasihku berpacaran dengan wanita lain dihadapanku, aku menampar pacarnya yang baru dan berharap pria itu memohon agar aku tak memutuskannya, namun nyatanya ia malah menamparku dan memutuskanku. Semua pria itu sama saja, rendah."
"Apakah ini kejadian yang baru saja kau alami?"
"Tidak! Aku sudah sering melihat ini. Aku sudah sering mendengar semua cacian dan omongan buruk kepadaku. Dengan wajah serta tubuhku yang cantik, aku sudah sering menjadi selingkuhan orang. Hasilnya karma itu selalu ada, aku juga mengalami hal yang sama, diselingkuhi."
"Kalau kau tahu, kenapa kau tak kembali menjadi wanita yang baik-baik?"
"Aku ingin, tetapi aku tak bisa. Aku tak bisa, aku merasa aneh jika aku tak diperhatikan. Aku juga merasa aneh jika tidak dipedulikan oleh seorang lelaki. Aku menginginkan mereka walaupun aku tahu hasilnya sakit."
"Ini cukup berat,
"Aku tahu, karena itu aku ingin bercerita denganmu."
"Apakah keluargamu tahu hal ini?"
"Hah? Keluarga? Ibuku juga sama dia seorang simpanan, dia juga sama sepertiku menginginkan kasih sayang seorang pria. Tetapi ia tak pernah mendapatkannya. Setelah ibuku melahirkan aku, dia tak berubah masih sama!"
"Bukankah itu manis? Aku selalu menghina dia, padahal aku sama sepertinya rendah!"
"Tenanglah,"
"Huft, berbicara denganmu sama saja berbicara dengan patung. Berapa harga yang harus kubayar? Aku tak memiliki apapun, tetapi aku masih memiliki tubuhku kalau kau berminat." Ucapnya tersenyum menggoda.
"Itu menarik, belum pernah aku dibayar dengan tubuh wanita. Kau tak perlu membayarku, mengingat kau baru saja dipecat, kurasa aku bisa membantumu. Kau menginginkan pekerjaan bukan?"
"Ya, aku menginginkannya. Apakah kau ingin membawaku kerumah bordir?"
"Tidak! Aku tak akan membawamu kesana, kebetulan seseorang yang kukenal sedang mencari seorang sekertaris. Apakah kau menginginkan pekerjaan ini?"
"Sekertaris? Kelihatannya menarik,"
"Kali ini kau tak perlu khawatir, dia tak akan menjadikanmu simpanannnya,"
"Darimana kau tahu? Semula ia pasti berbicara seperti itu. Tapi apa nyatanya? Aku menjadi selingkuhannya,"
"Hahaha, tak perlu khawatir. Karena ia menyukai sesama jenis. Kurasa kalian bisa akrab,"
"Menyukai sesama jenis?"
"Kau berminat?"
"Hn, baiklah. Tapi aku tak memiliki uang atau apapun,"
"Tak perlu khawatir, aku akan membelikan peralatanmu,"
"Tak perlu, aku punya segalanya dirumahku,"
"Harga dirimu tinggi juga ya," kekeh Theo, kemudian merangkul wanita itu. "Kau tak perlu membayarku, asalkan kau akan menjawab jika aku menanyaimu,"
"Hn, baiklah."
"Namanya Draco Malfoy, kurasa kau akan akrab dengannya, sifat kalian sekilas sama. Harga diri yang sangat tinggi, walaupun kalian melakukan kesalahan seperti tak melakukan kesalahan,"
"Draco ya? Sepertinya aku mengenalnya,"
"Tentu kau mengenalnya, pakaian yang sedang kau gunakan ini bukankah rancangannya?"
"Kau bercanda?" ucap Hermione terkejut, melihat bajunya. "Aku sangat menyukai rancangannya, kau tahu aku belum pernah bertemu dengannya!"
"Ya, aku serius. Kau glamour juga ya."
"Aku hanya meminta saja, pasti akan dikasih,"
"Well, akan kuantar kau. Kau harus banyak berterimakasih kepadaku,"
"Mungkin,"
-XOXOXO-
Theo mengajak Hermione memasuki sebuah gedung bertingkat dengan tulisan The Mall besar dengan penuh ukiran. Gedung itu didesign dengan sangat menarik, walaupun dari luar tampak seperti gedung biasa dengan banyak kaca disekitarnya, pohon-pohon kecil yang diukir dengan berbagai macam bentuk. Begitu mempesona dan melambangkan seberapa detail permintaan orang yang membuatnya.
Theo menarik tangan Hermione, memasuki gedung itu. Mengunjungi sebuah ruangan pada lantai satu. Dalam ruangan itu di design dengan berbagai warna didalamnya.
Seorang pria dengan kulit gelap manis sedang sibuk mengangkat telepon, sementara salah satu tangannya menuliskan sesuatu di kertas. Terlihat dia sangat sibuk.
"Sibuk?" tanya Theo menyengir kecil menatap pria itu. Pria itu hanya menunjukan tanda bahwa Theo harus menunggu, Theo mengangguk dan pria itu melanjutkan teleponnya. Hampir lima menit mereka menunggu baru pria itu melayani Theo.
"Maaf Theo, kau tahu kini pekerjaanku ganda. Aku merangkap sebagai sekertaris Draco padahal aku juga masih harus mengurus pembayaran para model dan masih banyak lagi. Tega sekali dia kepadaku!"
Mendengar hal itu Theo hanya tertawa, "Aku tahu, tak salah Draco membayarmu tinggi. Apakah Draco berada diruangannya?"
"Tuan? Kurasa iya, dia sedang berada diruangannya,"
"Apakah kau sudah menemukan sekertaris untuknya?"
"Belum, ingat syarat yang pertama? Itulah yang sangat berat,"
"Kau tak perlu mencarinya lagi, aku sudah menemukannya. Kau lihat wanita cantik yang sedang menatap majalah itu? Dia yang akan menjadi sekertaris Draco,"
"Kau serius? Aku sangat berterimakasih kepadamu, tuan Theo. Tapi apakah dia bisa lulus tes pertama?"
"Aku yakin dia bisa,"
"Baguslah kalau begitu, kau tahu seseorang harus bisa mengambil setengah pekerjaanku. Kalau tidak aku bisa pensiun dini,"
"Haha, kau ini bercanda saja, baiklah aku pergi. Hermione, ayo ikut aku,"
"Ah, baiklah."
Theo membawa Hermione, menaiki lift yang dihiasi dengan batu-batu berwarna-warni. Ruangannya sangat modern, cukup lama mereka menaiki lift, mungkin karena kantor Draco berada di puncak. Bukan cuma itu, barang yang sangat langka berada begitu banyak disini. Ditambah lagi, pakaian para pekerjannya sangat modis, mereka tak mengenakan baju seragam. Lebih tepatnya mereka seperti para model yang akan memperagakan busana, daripada seorang pekerja.
"Theodore," suara tenor pria membuat Theo menoleh, menatap sinis pria dengan rambut hitam, tak ada senyum diwajahnya.
"Oh, Harry. Apakah Draco ada diruangannya?" ucapnya datar.
"Tidak, dia diruangan penyediaan,"
"Oh, terimakasih."
"Um, Theo. Wanita yang bersamamu itu, apakah dia—"
"Sekertaris baru Draco. Kuharap kau tak keberatan Harry,"
"Ah, tidak—aku tak keberatan Theo,"
"Baguslah, ayo Hermione, ikut aku." Ucapnya menarik tangan Hermione.
Hermione hanya diam mengikut saja, ia merasa Theo berubah sepertinya ia kesal.
"Theo ada masalah? Kenapa kau berubah ketika melihat pria itu?"
"Dia kekasih Draco, dan aku tak menyukainya."
"Kau tak menyukainya? Padahal dia manis,"
Mendengar itu Theo hanya diam dan mengajak Hermione kesebuah ruangan besar dengan pintu yang berukiran tubuh wanita yang indah. Benar yang dikatakan Harry, Theo menemukan Draco sedang berada diruangan penyimpanan, melihat baju-baju koleksinya.
"Draco, apa yang kau lakukan disini?"
"Ow, Theo. Kau membuatku kaget, tumben kau mau kemari? dan siapa dia?" ucap Draco menatap wanita yang berada dibelakang Theo.
"Sekertarismu yang baru,"
"Eh, pertama kali aku melihat dia saja, aku sudah yakin dia bakal gagal,"
"Coba saja, tes dia!" Seru Theo yakin, seperti menantang Draco.
"Lihat saja, akan kubuktikan," ucap Draco berjalan mendekati wanita itu. Menatapnya lekat-lekat, dan Hermione membalasnya dengan tatapan yang dingin.
"Apa pendapatmu tentangku?"
"Kau pria yang hebat, designmu bagus. Majalahmu juga menarik, aku menyukainya." Ucap Hermione tersenyum lebar.
"Terimakasih, tetapi bukan majalah yang sedang kubicarakan,"
"Lalu apa?"
"Pendapatmu tentangku?"
"Eh? Hn, bagaimana kalau kutanya balik, apa pendapatmu tentangku?" tanya Hermione menarik dasi Draco mendekati wajahnya. "Katakan?"
"Hn, liar juga dirimu? Beraninya kau melakukan ini padaku? Apakah kau mau menggodaku?" tanya Draco yakin, ia dapat melihat mata seorang singa dalam matanya. Singa yang pemberani namun berselimutkan luka.
"Tidak, aku sudah sering seperti ini. Menjadi seorang simpanan atau selingkuhan adalah hal biasa," ucap Hermione melepaskan dasi itu, Draco tertegun mendengar jawaban Hermione.
Draco melihat Theodore, pria itu hanya tersenyum. "Seperti yang kau mau, dia tak akan jatuh cinta kepadamu,"
"Kurasa kau benar,"
"Dia wanita yang spesial, sudah sering disakiti pria tapi masih bertahan dan yang perlu kau ketahui, hatinya sudah mati. Ia tak bisa mencintai orang lagi."
Draco terdiam, "Kau serius?"
"Dia tak menyadarinya, tapi aku tahu itu. Terlalu banyak disakiti, terlalu banyak yang ia lihat membuat ia serasa mati, kalau dia bisa mencintai lagi. Bagaimana mungkin dia bisa bilang dengan mudahnya bahwa ia sudah sering menjadi seorang selingkuhan?"
"Darimana kau menemukan dia?"
"Dia datang sendiri ke kantorku, dia bercerita tentang masalahnya, dan dia tak memiliki uang tetapi ia bersedia membayarnya dengan tubuhnya,"
"Kau menerimanya?"
"Kau lupa aku sudah menikah? Tentu saja tidak bodoh!"
"Kupikir kau akan menjadikan dia selingkuhanmu,"
"Aku setia,"
"Dasar! baiklah aku terima dia. Tapi aku tak menyangka, dirinya tampak seperti wanita yang kuat,"
"Memang itu hanya luarnya, dalamnya dia benar-benar hancur. Jika kau akrab, kau bisa memahami dia,"
"Hn, aku tak tertarik,"
"Sudah kuduga. Yo, Hermione. Kau diterima, kuharap kau menaktirku minuman dengan gaji pertamamu," canda Theo, Hermione hanya tertawa mendengarnya.
"Kuharap, tapi aku takut bakal ada yang cemburu kelak?"
"Ow, kau tahu ya, aku sudah menikah?"
"Kau pria yang baik, aku takkan menggangumu, aku tak mau melihat istrimu menangis karena ulahku,"
"Yah, baiklah, aku akan kembali kekantorku. Bye Hermione, Draco,"
Hermione menatap tubuh Theo dari belakang, sedikit ia merasa sesuatu.
"Siapa namamu?"
"Hermione, Hermione Granger."
"Selamat, kau diterima." Ucap Draco dingin, ia berjalan keluar. "Ikut aku, Hermione."
"Baiklah," ucap Hermione mengikuti pria itu dari belakang.
Tubuh Draco kekar dalam balutan kemeja biru laut yang dipakainya. Terlihat bahwa pria itu begitu baik dan sanggup melindungi orang-orang disekitarnya. Membuat Hermione merasa sedikit aneh dengannya.
Baru sampai pintu ruangan, pria yang dipanggil Harry masuk kedalam ruangan. Membuat Draco sedikit terkejut, "Harry, kau membuatku kaget!"
"Aku baru saja bertemu dengan Theo, kudengar kau menerima wanita itu?" tunjuknya, menunjuk Hermione.
"Ya, seperti yang kau lihat,"
Harry hanya diam, Draco mengetahui bahwa kekasihnya ini sedikit cemburu dengan Hermione. "Kenapa Honey? Kau tak suka dengannya? Kalau kau mau, aku bisa memecatnya,"
Hermione terkejut dengan perkataan Draco, tetapi ia memilih untuk tak peduli dan hanya diam.
"Tidak, dia lolos tes bukan? Kurasa itu bagus," ucap Harry melihat kearah lain.
Draco tersenyum kecil, mendekatkan wajahnya kewajah Harry, kemudian mencium kening pria itu, lalu turun kebibirnya.
"Draco hentikan, kau lihat wanita itu melihat kita!" seru Harry tak nyaman.
"Tak apa, kalau dia ingin bekerja disini. Dia harus bisa melihat pemandangan seperti ini," kekehnya kemudian melihat Hermione.
Mata—matanya menunjukan sebuah ekspresi. Ekspresi merendahkan, wajahnya menunjukan seolah dia meremehkannya.
"Kalian berdua manis, hubungan kalian indah." ucap Hermione. "Melihat kalian yang bisa bermesraan degan kekasih satu sama lain, membuatku iri. Andai saja, aku juga bisa merasakan perasaan itu? Harry kau beruntung, dia bukanlah pria brengsek yang akan mencampakkanmu ditengah hujan dan meninggalkannya setelah dia menamparmu!" suara Hermione lebih menunjukan kebencian yang sangat dalam.
Suara hak tinggi perlahan terdengar, "Aku keluar dulu ya, love bird" Ucapnya kemudian keluar.
Draco diam, ia merasakan sesuatu. Perasaan aneh keluar dari hatinya, ia merasa sesuatu gejolak aneh keluar dari hatinya tapi ia tak pernah mengalaminya.
"Wanita ini—aneh."
Hermione berjalan keluar ruangan itu, menyandarkan punggungnya ke dinding ruangan. Ia menatap langit-langit, kemudian berguman. "Aku iri dan cemburu, mereka memuakkan"
-To be Continued-
Review please :)
Dont Be A Silent reader.
Jangan menjudge pairing.
