Pairing :

Cho Kyuhyun [Abiel Marloy]

Lee Sungmin [LINEA Lavoille Fujisawa]

Others cast

Genre : Drama/General

:: :: :: ::

Ini murni milik "Phoebe Maryand" dan saya hanya mengganti cast utama dan beberapa cast dengan orang lain. Dan yang tidak suka, lebih baik tidak dibaca.

:: :: :: ::

Lee Sungmin, adalah seorang pegawai administrasi di sebuah majalah travelling yang sudah berdiri mungkin hampir seumur Ayahnya. Begitu keluar dari universitas Lumiere yang berada di Prancis, Sungmin langsung pindah mengikuti Grandmere-nya ke Korea Selatan yang merupakan tempat kelahiran ayahnya, Lee Chun Hwa. Tak kurang dari dua tahun yang lalu, Sungmin melamar ke DnE.

Memiliki seorang teman bernama Hyuna yang sekarang duduk di meja sebelahnya dan beberapa orang lain yang tidak begitu dekat dengannya di kantor ini. Setahu Sungmin, di kantor ini hanya Hyuna yang menganggapnya ada, berbicara dengannya secara baik-baik dan memandangnya sebagai manusia. Sedangkan karyawan yang lain sangat acuh dan masih tidak peduli meskipun Sungmin sudah bekerja di DnE selama dua tahun.

Sekarang beginilah hidupnya setiap hari, duduk di depan komputer dan mengetik, mengetik, mengetik, seolah-olah keyboard adalah dirinya. Sungmin sangat mengantuk karena hari ini dirinya hampir seharian berada di kantor tanpa melakukan apa-apa, ia bahkan tidak pergi keluar untuk makan siang. Bukan karena terlalu banyak pekerjaan tapi Sungmin sedang diet demi tampil sempurna pada pernikahannya yang akan berlangsung bulan depan.

Siwon, calon suaminya selalu mengatakan kalau Sungmin tampak gemuk dan Sungmin tidak akan suka bila terlihat gemuk di hari pernikahannya.

Ponselnya yang berada di sebelah komputer bergetar. Sungmin membuka matanya lebar-lebar karena matanya sudah redup sejak tadi.

Ia benar-benar merasa lapar dan itu sudah membuatnya mengantuk. Tapi melihat siapa pengirim pesan di ponselnya semua rasa kantuk Sungmin lenyap begitu saja dan tidak tersisa sama sekali.

Sayang, Pulang Jam berapa? Bisa bertemu hari ini? Pulang kerja datang ke café ku ya? Aku sangat merindukanmu

(Sender: Siwon. XXX)

Siwon pada akhirnya mengirim pesan juga setelah seharian ini Sungmin menanti kabar darinya. Semenjak rencana pernikahan mereka di putuskan, Siwon benar-benar berkonsentrasi bekerja seolah-olah ia akan meninggalkan cafenya untuk selamanya. Semua hal itu menyebabkan Sungmin mengurusi persiapan pernikahannya seorang diri dan semakin sulit untuk bertemu dengan Siwon. Tapi Sungmin selalu merasa kalau hal itu bukanlah masalah yang harus di ribut ributkan. Sungmin sudah terlalu banyak menuntut kepada Siwon dan dirinya sama sekali tidak akan meminta hal yang lebih lagi. Sungmin sudah harus bersyukur karena Siwon mengabulkan permintaannya untuk mempercepat pernikahan meskipun hal itu membuatnya repot seorang diri.

Tidak, ada Hyuna yang siap membantunya meskipun Sungmin tidak memberi tahu dengan siapa ia menikah nanti pada Hyuna, Sungmin patut bersyukur.

Sungmin tidak pernah memperkenalkan Siwon kepada siapa-siapa kecuali Grandmere sehingga rencana pernikahan ini juga sama rahasianya seperti keberadaan Siwon. Kedua orang tuanya juga belum tau, hanya Grandmere satu-satunya orang yang tau dan Grandmere sangat tidak setuju. Grandmere pada awalnya menyukai Siwon, tapi begitu tau kalau Sungmin dan Siwon akan melangkah kejenjang yang lebih serius, Grandmere menolak keberadaan Siwon terang-terangan. Terlebih sejak Sungmin mengatakan kalau dirinya akan pindah dan tinggal bersama Siwon setelah menikah, kebencian Grandmere kepada Siwon semakin menjadi-jadi.

"Sungmin, Kau di panggil Tuan Han keruangannya!" Hyuna berdiri di depan pintu ruang kerja mereka sambil memijat dahinya.

Gadis itu mendapat Job yang sangat luar biasa belakangan ini. Seringkali Hyuna mengeluh kalau dirinya hampir muntah menghadapi kertas-kertas dan komputer.

"Ada apa?"

"Pokoknya segeralah kesana. Kau tau, kan? Besok dia akan pensiun dan ini adalah hari terakhirnya di kantor."

Sungmin mengangguk lalu memandang kalender yang berada di sebelah komputernya, 22 Juni. Han Seong Min pernah mengatakan rencana pensiunnya saat rapat terakhir mereka minggu lalu. Sama sekali tidak di duga bahwa rencana itu berlangsung secepat ini, jarang sekali ada orang yang memulai pensiunnya pada pertengahan bulan Juni, seperti yang Han Seong Min lakukan. Sungmin berusaha mengembalikan semangatnya dan berjalan menuju ruangan kerja Han Seong Min.

Begitu sampai, Sungmin hanya perlu mengetuk pintu beberapa kali dan ia melihat bayangan Tuan Han yang berjalan mendekati pintu lewat dinding Kaca anti pecah yang berwarna keabu abuan. Siapapun bisa melihat bayangan dari dalam ruangan tapi tidak bisa melihat semuanya selain warna hitam yang bergerak pada dinding Kaca yang menyelubungi ruangan Han Seong Min. Entah siapa yang punya ide untuk membuat ruangan kerja seperti ini, yang pasti ide ini membuat Atasan manapun menjadi kehilangan lebih dari lima puluh persen privasinya.

"Silahkan, Nona!" Han Seong Min benar-benar muncul di balik pintu dan mempersilahkan Sungmin masuk.

Laki-laki yang sangat baik. Seandainya Han Seong Min tidak punya istri, Sungmin akan memaksa laki-laki itu untuk menikah dengan Grandmere-nya.

Sungmin menahan tawa sambil melangkah menuju sofa yang ada di ruangan itu. Han Seong Min menutup pintu dan memandangi Sungmin sambil bertolak pinggang.

"Jadi menikah bulan depan?" Tanyanya.

Sungmin mengangguk. "Tentu saja."

"Masih merahasiakan siapa calonnya? Bagaimana bila aku tidak bisa datang pada pernikahanmu bulan depan? Aku mau liburan ke Florida bersama keluargaku!"

"Masih belum bisa, Tuan. Bahkan kedua orang tuaku sama sekali tidak tau."

Tuan Han mengangguk lalu melangkah mendekati mejanya. Ia mengambil sebuah amplop dan sebuah kantong kertas lalu memberikan keduanya kepada Sungmin.

"Ini adalah kiriman. Dalam satu jam lagi, kau harus sampaikan ini kepada Tuan Cho yang sedang meeting di Win Hotel. Dia Bos yang baru, dan sebagai ucapan terimakasihnya amplop itu silahkan di buka!"

Kedua alis Sungmin menyatu. Ia memandangi amplop putih itu sejenak lalu membukanya pelan pelan. Dirinya hampir saja berteriak melihat apa yang ada di dalam sana. Sebuah pernyataan kenaikan gaji untuk bulan depan.

Han Seong Min benar-benar mengabulkan permintaannya yang satu ini dalam waktu singkat. Baru dua minggu yang lalu Sungmin mengeluh karena kekurangan banyak biaya untuk pernikahannya dan ia berharap Han Seong Min mau meningkatkan nominal gajinya dari gaji staff junior menjadi staff Senior. Dan sekarang Sungmin mendapatkannya. Ia kembali menoleh kepada Han Seong Min dengan pandangan penuh rasa terimakasih.

Han Seong Min menggeleng-gelengkan kepalanya menandakan kalau dirinya tidak menyukai ekspresi Sungmin yang itu. Dia tidak suka jika ada orang yang berterimakasih dengan wajah memelas.

"Sekarang pergilah. Waktumu sudah berkurang sepuluh menit. Tuan Cho akan sampai satu Jam lagi dan dia sangat membutuhkan semua file yang berada dalam tas kertas itu. Bergerak…bergerak…"

Sungmin dengan cepat berdiri dari duduknya dan mengucapkan terimakasih sebelum akhirnya ia mengambil semua barang-barangnya dan melangkah pegi menuju hotel yang Han Seong Min sebutkan. Tuan Cho, dia yang akan menerima barang-barang itu dan Sungmin harus segera menemuinya dengan batas waktu yang semakin menipis.

Setiap kali melihat Jam Sungmin merasa semakin di buru waktu yang semakin sedikit sehingga Sungmin terpaksa turun dari taksi yang di tumpanginya karena macet. Sebisa mungkin ia memotong jalan kemana-mana sehingga menemukan jalan raya yang tanpa macet. Lampu lalu lintas menyala dan semua orang berusaha menyebrang jalan secepatnya.

Beberapa orang menyenggol tas kertas yang dibawanya sehingga benda itu robek dan menumpahkan segala isinya. Sangat banyak kertas yang berserakan sehingga Sungmin harus mengejarnya kesegala arah. Jumlah orang di jalanan semakin menipis sehingga Sungmin semakin khawatir. Berkali-kali Sungmin memandangi jam tangannya dan waktunya hanya tersisa lima belas menit lagi. Ia harus cepat karena Win hotel sudah ada di depan. Tapi selembar kertas melayang dan Sungmin masih berusaha mengejarnya, sayangnya erangan mobil-mobil yang siap berjalan membuatnya terpaksa menepi dan meninggalkan selembar kertas lagi di tengah jalan raya.

Tinggal dua belas menit lagi, Sungmin bergerak secepat mungkin ketengah jalan saat melihat Jalanan sepi. Ia berharap setelah meraih kertas itu, Sungmin bisa segera menyebrang tanpa harus menunggui lampu lalu lintas lagi. Sekilas ia seperti melihat seseorang berdiri di depannya, saat Sungmin mengerjapkan matanya, apa yang dilihatnya sama sekali tidak ada. Mungkin ia hanya berkhayal dan lebih baik kembali memunguti file-file penting itu.

Bunyi hak sepatunya berketuk di jalan aspal dan baru berhenti setelah tangannya berhasil menyentuh kertas yang berterbangan kesana-kemari. Sungmin juga harus memeluk barang-barang dari dalam tas kertas yang sobek hanya dengan satu tangan sedangkan tangannya yang lain berusaha keras menggapai kertas yang sedang di kejar-kejarnya dengan susah payah.

"Sial! Tolonglah…" Bisiknya. Sungmin mulai khawatir saat melihat jalanan mulai ramai kembali, ia sempat bersyukur karena kertas itu terbang ke pinggir. Tapi tiba-tiba jantung Sungmin seakan berhenti saat mendengar bunyi benturan keras yang datang entah dari mana. Sungmin berusaha menoleh, tapi ternyata matanya terpejam. Ia sudah tergeletak di jalanan dengan keadaan yang tidak di ketahuinya.

Beberapa bagian tubuhnya mulai terasa nyeri, semuanya seperti mimpi. Banyak orang yang berkerumunan di sekitarnya dan mengatakan kalau dirinya harus di bawa kerumah sakit. Sungmin masih tidak bisa membuka matanya. Dalam hati ia berteriak. Tolong aku. Aku harus bertemu Tuan Cho demi Tuan Han dan masa depanku!

Sungminmembuka matanya perlahan, ia memandangi warna…entahlah. Sungmin sendiri tidak yakin jika yang di lihatnya adalah langit. Ia menegakkan kepalanya dan memandang kesekeliling. Sungmin sedang berada di sebuah taman dan ia berbaring di sebuah bangku kayu.

Di sebelahnya, Sungmin mendapati seorang wanita asing yang belum pernah di kenalnya sebelumnya. Wanita itu tersenyum.

"Kau sudah bangun? Kalau begitu aku bisa pulang dengan tenang. Kau ingat jalan pulang ke rumah kan?"

Sungmin mengagguk bingung. "Kau siapa?"

"Aku? Namaku Victoria. Aku pergi dulu karena tugasku sudah selesai. Sampai jumpa!" Victoria tersenyum lalu pergi meninggalkan Sungmin begitu saja.

Sungmin berusaha bangkit dan duduk dengan tenang. Ia berusaha mengingat semuanya, dan beberapa ingatan terbayang. Sungmin baru saja mengalami sebuah kecelakaan, ia memandangi tubuhnya dan untungnya tidak terjadi apa-apa padanya. Sungmin hanya merasakan nyeri di beberapa bagian tubuhnya dan ia ragukan itu terjadi karena kecelakaan yang di alaminya barusan.

Sungmin memandangi sekelilingnya. Ia kehilangan kertas-kertas penting untuk Tuan Cho. Sebisa mungkin Sungmin bangkit dan mencari-cari tapi tidak satupun jejak mengenai berkas itu bisa di temui. Jalanan juga sudah mulai sepi dan sepertinya tidak ada seseorang pun yang mengenalnya, ia korban kecelakaan beberapa waktu lalu, secepat itukah mereka melupakannya?

Waktu? Jam berapa sekarang? Sungmin berbisik. Ia mengangkat lengannya dan memperhatikan jam tangannya lekat-lekat. Sudah jam lima sore dan ini sudah lewat jam pulang Kerja. Tubuhnya yang masih sakit mendorong Sungmin untuk memanggil taksi dan segera pulang. terserah dengan apapun yang terjadi nanti yang pasti dirinya sangat ingin istirahat. Butuh waktu yang panjang untuknya sampai kerumah karena rumah Grandmere memang terletak di pinggiran kota Seoul.

Setelah membayar taksi, Sungmin langsung memasuki rumah dan menemukan Grandmere-nya sedang sibuk menyiapkan makan malam. Sungmin mendekat dan memeluk wanita tua itu erat-erat.

"Ada apa?" Grandmere berhenti bergerak dan membelai kepala Sungmin dengan lebut.

Sungmin mendesah, masih dalam pelukannya. "Sepertinya aku akan di pecat. Kufikir aku baru saja naik gaji!"

Grandmere membelai punggungnya. "Kalau begitu gunakan waktu itu untuk beristirahat di rumah. Dirimu sedang tidak sehat, jadi perlu banyak istirahat."

"Granmere tau darimana kalau aku sedang tidak sehat hari ini?" Sekarang wanita tua itu mengubah pandangan penuh kasihnya menjadi pandangan yang penuh kebingungan.

"Kenapa masih bertanya? kau cucuku bukan?"

"Ya, tentu saja. Kau bisa merasakan apa yang ku rasakan. Kau selalu tau apapun yang terjadi padaku. Aku sedang dalam keadaan buruk dan sekarang sepertinya harus istirahat. Grandmere, Aku tidur di kamarmu ya?"

Grandmere mengangguk. "Tapi pada saat jam tidur tiba, kau harus pindah kembali kekamarmu. Aku akan merasa aneh jika ada dirimu di kamar. Kau sudah sangat lama tidak tidur denganku lagi, aku sudah terbiasa tidur sendiri dan meolak ada orang lain di kamarku!"

Sungmin mendesah kecewa, ia memang sudah lama tidak tidur bersama Grandmere-nya, sejak merasa sibuk menyiapkan pernikahan, Sungmin bahkan nyaris tidak pulang ke rumah beberapa kali. Ya, meskipun begitu ia ingin berbaring di kamar neneknya walaupun sebentar, hanya demi bermanja-manja, hal yang sudah sangat lama tidak di lakukannya.

::

::

::

TBC

Grandmere : dalam bahasa prancis yang berarti Nenek

Oke, bagaimana kalian tertarik dengan fanfic ini? jika banyak yang minat dan reviewnya lumayan banyak, dalam waktu 2 hari saya akan update fanfict ini. dan mohon untuk tidak memberikan review dengan satu kata 'Lanjut' itu... entah lah. Respon kalian sangat berarti buat saya, jadi berilah tanggapan fanfict ini jika tertarik. Jika banyak yang tidak tertarik, saya akan DELETED.

Last, Review please~~~