"Liburan musim dingin akan segera datang, ujian tengah semester akan segera di lakukan aku harap kalian mempersiapkan kesehatan juga mental. Untuk tuan zhang temui aku di kantor, selamat siang."
Helaan nafas lega keluar jelas dari semua siswa, merengek penuh berakhirnya pelajaran di siang ini, berbeda dengan Zhang Yixing yang mulai mengemasi barang barangnya untuk mengikuti permintaan guru terakhirnya hari ini di ruang kantor. Mengabaikan panggilan sayang Baekhyun juga Luhan hyungnya di meja depan lalu lambaian tangan dia berikan sebagai balasan singkat.
Genggaman di ujung coat sekolah dia eratkan sebelum membuka pelan pintu ruangan kantor sang wali kelas. Guru Kim berdiri menyambut kedatangannya, satu dari banyakanya siswa pindahan dengan kecerdasan yang sudah tidak diragukan hingga membuatnya menempati posisi kelas pertama. Yixing melangkah maju perlahan dengan anggukan dan sapaan ringan sang guru pembimbing untuk duduk di depan meja kerjanya.
Memdesah pelan Guru Kim memulai, "Aku kembali memanggilmu, cukup menyesal untuk ini semua yixing ah!"
"Maaf. ." Yixing menunduk penuh penyesalan.
"Beasiswamu sudah di cabut pada akhir semester genap tahun akademik pertama. Dan ini sudah hampir memenuhi satu semester ganjil, kau belum memenuhi semua biayanya beserta ekstra dan kegiatan sekolah lainnya."
"Bisakah aku meminta lebih banyak waktu?"
"Sekolah hampir menemui masa libur musim dingin yixing." Penolakan halus diberikan Guru Kim dengan penjelasan akan kegiatan selanjutnya yang akan di lewati siswa akademik tahun ini.
Yixing hanya menunduk, menggengam erat ujung coat seperti saat dia mulai memasuki ruangan ini, hingga suara dari Guru Kim kembali terdengar, "Ujian harian akan di laksanakan sebelum ujian pertengahan semester dimulai aku harap kau melunasi semuanya sebelum namamu tidak terdaftar di kolom peserta ujian tahun ini."
Yixing hendak menyela lagi sebelum suaranya terpotong, "Kumohon yixing jangan membuatku terbebani denganmu yang sudah mengisi panggilan di ruang kerjaku sebanyak 3 kali, aku harap akhir minggu ini atau pada pertengahan minggu depan kau sudah lunas dan ujian harian fisikamu akan dapat kau ikuti."
Yixing hanya bergumam kecil menganggukkan kepala dengan lesu lalu Guru Kim kembali menyuruhnya untuk keluar seiring bell pulang berbunyi.
Benar, terbukti semua anak anak mulai berlari menuju gerbang keluar untuk kembali ke asrama atau bahkan memilih untuk pulang ke rumah masing masing. Senyuman lebar juga tawa menghiasi wajah mereka namun Yixing hanya menunduk tidak berminat.
Memikirkan rumah dan hembusan angin musim dingin yang mulai menyapa kulit pucatnya membuat Yixing mendongak menilik langit putih yang menyembunyikan sinar keemasan sang surya.
First snow akan segera turun di perkirakan akan datang lebih awal di bulan depan. Helaan nafas panjang dia berikan untuk kesekian kalinya. Bayangan natal juga pernak perniknya membuat hati Yixing nyilu, dinginnya akhir tahun ini akan kembali sama dia lalui seperti 4 tahun lalu.
Tinggal seorang diri di negeri orang memang tidak semudah dan seindah bayangan banyak orang, demi mendapat surat kelulusan terbaik yang akan membantu dan berguna untuk keluarganya dan dia di masa depan. Ah! Keluarganya ya? Yixing hanya memiliki seorang nenek yang sangat dia sayangi saat ini, kedua orang tuanya sudah pergi lebih dahulu meninggalkannya saat umurnya masih cukup belia. Hanya seorang nenek yang selalu mengisi masa kecilnya dengan sepenuh kasih sayang.
Terdampar di Seoul? Jangan tanya bagaimana Yixing bisa melakukannya. Semua berawal dari tahun pertama sekolah menengah pertama yang mengiming imingi beasiswa untuk menempuh pendidikan di Seoul sedangkan rumahnya yang sesungguhnya adalah Changsa. Namun Yixing dan segala ambisi untuk tidak berdiam di bawah ketidakmampuannya berusaha mendapatkannya dan berakhir di sini. Menuntaskan pendidikan di meja sekolah menengah pertama dengan nilai mengagumkan yang membawanya di jenjang selanjutnya, sekolah menengah atas bergengsi di Seoul melalui beasiswanya.
Satu tahun pertama dia tidak mengalami masalah apapun berlebihan jika hanya urusan pergaulan Yixing terlalu acuh tak acuh akan hal itu, mereka semua yang ada di sini hanya anak anak pemilik perusahaan atau saham yang tidak main main kekayaannya. Yixing mahfum namun semua baik baik saja kala teman temannya adalah seorang anak dengan pandangan biasa saja terhadap Yixing, Baekhyun dan Luhan salah satunya.
Berbicara tentang dua mahkluk itu yang saat ini tengah menatap tajam Yixing yang seenaknya pergi menuju gerbang keluar untuk kembali ke asrama dengan pandangan menunduk. Baekhyun sendiri tengah berdiri di depannya, kedua tangan di pinggang dan tatapan tajam melihat Yixing yang masih saja menuduk hingga menemukan sepasang sepatu di hadapan kakinya. Bukan suatu hal yang asing.
Luhan menyentil pelan kepala pemuda Zhang itu hingga mengaduh.
"Apa meninggalkan teman saat jam pulang sekolah adalah perbuatan terpuji, zhang?" Luhan bertanya dengan tatapan bengis yang dibuat buat. Yixing meringis terdiam dengan tatapan mata bersalah.
"Apa nenek sihir itu kembali menerormu?" Baekhyun yang bertanya, memicing mencurigai Yixing yang melesat lebih dahulu tetapi baru sampai ke gerbang paling akhir dibanding anak anak lainnya.
Baekhyun menyebut wali kelasnya sendiri dengan sebutan 'nenek sihir' karena Guru Kim pernah menegurnya yang lebih asik dengan ponsel dan juga eyeliner daripada kelas saat itu hingga membuat kedua bendanya harus di tahan sebagai bukti perlakuan tidak baiknya. Berakhir harus Chanyeol sebagai walinya yang berada di ruang kantor sekolah saat itu. Lelaki dewasa itu sudah mahfum mahfum saja dengan tingkah kekasih kecilnya dan hanya mengiyakan semua permintaan sang guru. Membiarkan dia sendiri yang akan menyusun rencana 'mengajari' Baekhyun sebuah perpilaku yang lebih normal.
Lupakan bagaimana perilaku Baekhyun jika itu mengenai dia dan buku tata tertib sekolah, karena sungguh Byun adalah pengisi absensi paling banyak jika menyangkut tata tertib sekolah termasuk warna rambutnya yang kembali berubah menjadi ash grey, begitu mencolok di antara kalangan anak muda yang berkeliaran di halaman sekolah tapi Baekhyun tidak peduli akan hal itu. Pandangan mata puppy-nya hanya terpusat pada pemilik marga Zhang yang tengah menunduk di depannya.
"Apa yang dia katakan?"
"Namaku tidak tercantum di daftar ujian fisika minggu depan."
"Sandiwara apa lagi yang nenek sihir itu lakukan!"
"Aku yakin itu hanya untuk menekanmu xing ah! Jangan di dengarkan!" Teriakan Luhan membuat Yixing mendongak, hyungnya itu berasal dari China sama seperti dirinya namun sudah lebih lama menetap di Seoul.
Beda Luhan beda lagi dengan Baekhyun, dia jauh lebih kalem namun jangan salah jika tiba tiba sikap lemah lembutnya berubah menjadi singa yang siap tempur saat mendengar sebutan 'cantik'. Luhan seakan akan menguliti orang yang berani menyebutnya dengan panggilan keramat itu.
Kibasan tangan Baekhyun memusatkan pandangan kedua orang di depannya, "Berhenti menggubris ucapannya sekarang perutku lapar. Ayo cepat pulang!"
Luhan mengerjap pelan lalu kembali menatap Yixing yang masih membeku terdiam tidak mengerti, "Kami berencana menginap di rumah baekhyun apa kau akan ikut xing ah?"
Yixing menggeleng sebagai penolakan, dia berniat kembali mencari tempat kerja untuknya hari ini sepulang sekolah, semenjak beasiswanya di cabut paksa tanpa pemberitahuan membuat Yixing harus ekstra menghemat pengeluaran. Baekhyun terlalu hafal dengan semua perilaku Yixing dan penolakannya membuat lelaki Byun itu kuat menarik lengan kecil Yixing menuju mobil yang menjemputnya yang sudah terparkir di samping gerbang.
"Kau harus makan! Tidak ada penolakan!" Dan Yixing harus merengek lagi karena dirinya di tarik. Luhan? Dia hanya acuh dan kembali bermain game lalu masuk mobil tanpa menunggu sang pemilik masuk lebih dahulu, sikapnya sungguh sopan memang.
"Tidak mauu!"
.
.
.
.
.
Lo-Box! ©Pearl Luce
Rated : T
Genre : Romance, drama.
BxB, typo (s), Dldr,
Cast : Joonmyeon (25)
Yixing (16)
Sehun (24)
Chanyeol (24)
Jongin (24)
Baekhyun (16)
Luhan (17)
.
.
.
.
.
"BUKANNYA KAU BILANG BEASISWANYA MASIH BERJALAN ZHANG!"
Teriakan Luhan menggema dan Yixing mengkeret di tempat. Yixing akhirnya menceritakan semua kejadian yang coba dia sembunyikan dari teman temannya selama dua minggu ini. Tentang beasiswa yang tiba tiba di tarik tanpa pemberitahuan serta beberapa tanggungan sekolah yang mulai menumpuk satu persatu. Luhan berkacak pinggang ingin menelan Yixing jika saja di perbolehkan oleh Baekhyun yang saat ini justru asik mengelus kepala Yixing dengan pelan.
"Me-mereka mecabutnya sejak awal semester lalu hyung." Yixing menjawab dengan suara cicitan kecil.
Baekhyun dan Luhan menghela nafas kasar, mereka sudah menduga jauh jauh hari akan hal ini. Dan Yixing hanya mampu mengetatkan pelukannya di sekitar perut Baekhyun. Menidurkan kepala di paha lelaki Byun itu.
"Gunakan saja tabunganku hyung." Baekhyun memberi saran.
"Ya, dan tambah dengan milikku! Aku yakin itu bukan hanya satu juta won hingga semester depan!" Perkataan Luhan benar akan jumlah uang tunggakan yag melebih satu juta won.
Tetapi Yixing menggeleng di waktu yang bersamaan, "Terlalu banyak dan itu tidak bisa! Aku sudah banyak melakukannya dengan uang kalian, Aku tidak mau lagi hyung."
Baekhyun menghela nafas pelan, kembali mengusap kepala Yixing penuh sayang, terlalu prihatin dengan kehidupannya. Berada di negeri orang tanpa keluarga dan hanya punya seorang nenek yang sanggat dia sayangi. Baekhyun sendiri tidak bisa membayangkan hal itu jika terjadi padanya. Setidaknya jika dia akan dikirim ke luar negeri tanpa keluarga dia butuh seorang wali yang sanggup menanggung semua finansial juga menjaganya. Mengingat semuanya dia jadi teringat kekasih caplangnya, seorang CEO muda berbakat dan ah! Jangan lupakan untuk- "Hyung aku ada ide!"
Yixing dan Luhan otomatis memalingkan wajahnya ke arah lelaki Byun itu. "Apa?" Beo mereka.
"Aku akan coba minta tolong pada Chanyeol!"
"Tidak!"
"Kenapa tidak!"
"Mana mungkin aku bisa membayarnya baekhyun! Aku bahkan tidak mendapatkan pekerjaan paruh waktu dimanapun!"
"Apa?"
"Mereka menolakku setiap aku datang, mengatakan takut untuk mempekerjakan anak di bawah umur dan ancaman penutupan tempat kerja karena itu."
Keduanya kembali menghela nafas panjang, sekali lagi. Luhan mendudukkan dirinya di ujung ranjang dekat Baekhyun dan Yixing yang berpelukan. Melihat wajah sedih Yixing yang semakin menenggelamkan diri di perut Baekhyun.
"Memang seharusnya aku berhenti dan pulang."
"Kau sudah ada di semester pertama kelas dua apa kau mau berhenti begitu saja! Itu seperti membuang waktu yang sudah kau tempuh satu tahun setengah!"
"Tapi aku benar bemar tidak memiliki penopang dana yang kuat byun!"
"Memang seharusnya kau memiliki seorang wali untuk hal ini."
Suara Luhan terngiang dengan baik di benak Baekhyun hingga tatapannya sedikit berbinar, "Haruskah? Umm. . . Haruskah aku mengenalkan yixing hyung pada salah satu teman chanyeolie?"
Bruush!
Luhan menyemburkan air minum yang baru menyentuh tenggorokannya, menilik wajah temannya dengan tatapan membunuh sebelum berteriak, "YA! Apa kau tidak sadar seperti menjual temanmu sendiri byunbaek!"
"Hanya itu yang terfikirkan di otakku! Kita tidak ada cara lain juga! Yixing hyung juga tidak mungkin meminjam uang di bank!"
"Otakmu itu byun! Jangan berusaha menjadi perantara penjualan manusia!"
"Aku tidak!"
Dan Luhan dibuat gemas untuk tidak menarik rambut tua beruban Baekhyun (karena warnanya cenderung putih) dalam genggaman kuat.
"YAA! Hyung sakit!"
"Biar kau waras!"
"Aku waras!"
"Otakmu dan mulutmu sana tidak warasnya, byun!"
"Ba-bagaimana caranya?" Tanya Yixing penasaran.
Hell!
Memang tidak di sembunyikan lagi bahwa hubungan cinta Baekhyun dengan CEO muda Park Chanyeol terpaut umur yang jauh, Baekhyun mengenalnya di situs chat 'Lo-box' atau kepanjangan dari love-box, situs dengan konsep suggar daddy itu di coba oleh Baekhyun dengan penasaran dan segudang sifat nakalnya. Hingga membawanya pada sosok Daddy yang begitu hot juga tampan dan mapan jangan lupakan itu, membuat kedua temannya menatap Baekhyun penuh kengerian di hari pertama mereka melihat Chanyeol menjemput lelaki Byun itu di gerbang sekolah. Lengkap dengan teriakan nyaring si Byun dan di balas rengkuhan posesif dari sang dominan. Oh! Jangan lupakan remasan kuat di salah satu bongkahan pantatnya. Dan Baekhyun justru menghadiahi kecupan keras di bibir Chanyeol kala itu.
Muach!
Dia gila dan Luhan tidak berharap hal itu akan menular pada temannya yang masih polos, satu satunya.
Sedangkan sekarang Luhan masih menatap horor sementara Yixing bertanya kelewat lugu.
"Tinggal berkenalan lalu berkencan! Menemani mereka hingga malam dan selesai."
Oh mulutmu begitu licin, Byun.
Luhan sekonyong konyong menoyor kepala Baekhyun hingga anak itu tersungkur di atas ranjang begitu tidak elit. Dia mengatakan seolah menunjukkan cara membuat teh herbal! Tidak semudah itu! Mereka jauh lebih dewasa dengan kemampuan finansial yang kuat tentu tidak akan segan segan memperkosa Yixing jika melihat kepolosan temannya satu ini!
"Akh mana mungkin! Jangan dengarkan dia xing ah!"
"Hanya berkencan!"
"Apa kau fikir mereka mau di bodohi dengan ucapan teman kencan di restoran atau hotel ternama tanpa tidur berdua byun! Kau konyol!"
"Bisa!"
"Tidak! Otakmu itu keterlaluan!"
"Itu ide terbaik daripada melakukan satu malam bersama lelaki tidak di kenal!"
"Agrh! Itu sama saja!"
"Tidak! Suggar daddy jauh lebih baik untuk yixing hyung!"
"MULUTMU ITU BYUN!"
"Mereka jauh lebih lembut asal kau tau hyung! Dan mereka akan membimbingmu di dunia yang kejam ini"
Terkutuklah Baekhyun dan segala pemikiran ajaibnya, Yixing hanya mampu mendesah pelan lalu menuju meja kecil di atas karpet dan mulai mengerjakan tugasnya, meninggalkan Baekhyun dan Luhan yang saling tikam menikam di atas ranjang. Keduanya sama saja.
Namun untuk uang lebih dari satu juta won, bagaimana Yixing mampu mendapatnya? Dengan waktu kurang dari satu setengah minggu.
Haruskah?
Yixing kembali melirik Baekhyun dan Luhan, dimana si lelaki byun itu mulai merengek karena tamparan manis di pipinya yang mulai memerah.
Melihat bagaimana Baekhyun menjalani hari harinya bukankah itu baik baik saja?
Dengan seorang daddy? Apakah akan baik baik saja?
Hanya menemani berkencan bukan?
Ya, mungkin.
.
.
.
.
.
"Baekhyunie~"
Yixing memanggil pelan penuh harap, membuat lelaki Byun yang tengah mengantarnya pulang kembali ke asrama itu tersenyum manis.
Mengingat asrama, membuat Yixing kembali meringis karena begitu semua tumpukan pembayaran itu tidak dia lunasi otomatis keberadaannya di asrama juga akan terganggu atau bahkan dia akan di usir dari sana. Memejamkan kedua bola matanya begitu tubuhnya duduk manis di samping kemudi mobil dengan Baekhyun di sana.
"Hyung jangan terlalu banyak memikirkannya, sesekali juga harus di tenangkan. Kau bisa depresi jika begitu."
Ada benarnya juga ucapan Baekhyun tetapi Yixing juga tidak memiliki jalan keluar yang tepat untuk yang satu juta won lebih.
"Lagipula setelah ini kita akan di hadapkan pada jadwal ujian yang penuh, jangan ssampai hyung sakit karena tekanan."
Baekhyun benar, bagaimana ujian akan segera menyapa mereka lebih cepat dari perkiraan.
"Sepertinya. . ."
"Huh?"
"Aku setuju dengan idemu. Tentang situs lo-box atau berkenalan dengan teman kekasihmu."
Baekhyun melirik Yixing sekilas, "Aku hanya memberi ide hyung tidak perlu keberatan untuk mengatakan tidak."
"Tetapi kita memang tidak punya cara lain untuk tunggakan uang semesterku."
"Akan coba aku hubungi yeolie!"
"Terimakasih baekhyunie."
"Jangan berterimakasih dahulu hyung aku belum melakukan apa apa malahan."
.
.
.
.
.
Hari hari masih sama dimana Yixing akan datang untuk belajar, mengerjakan tugas, membaca di perpustakaan untuk proposal pengajuan beasiswanya sekalipun sudah banyak dia mendapat pemberitahuan akan tidak adanya pemberian beasiswa kembali. Yixing akan kembali untuk mengikuti kelas terakhir sebelum jam pulang saat melihat sebuah kertas menempel dengan baik di meja tempat duduknya, Baekhyun dan Luhan baru saja akan duduk setelah keluar dari cafetaria sebelum melihat Yixing yang termenung.
Sebuah lembaran daftar nama siswa yang akan mengikuti ujian fisika untuk memenuhi nilai harian semester ganjil ada di mejanya. Dan benar! Namanya tidak tercantum disana.
Memandang lesu, Yixing mulai mengemasi barang barangnya lalu menarik kertas yang menempel itu dengan lemah. Membungkuk sopan dengan guru yang masuk untuk ujian fisika dan pergi keluar. Tanpa menghiraukan tatapan juga teriakan Luhan dan Baekhyun di sana.
Menyusuri lorong kelas yang mulai sepi seiring dimulainya ujian hari ini. Yixing lebih memutuskan untuk kembali ke asrama daripada dia harus berjalan tidak jelas di area sekolah. Kala ranjang asrama sudah ada di depan matanya Yixing banya meletakkan tas di lantai lemas lalu menjatuhkan diri tengkurap di atas ranjang. Menyalakan ponselnya dan mulai menginstall aplikasi chat sugar daddy yang diberi tau oleh Baekhyun tadi pagi.
Memantapkan hatinya untuk mencoba ide ajaib temannya.
.
.
.
.
"Yeolie masih ingat dengan yixing hyung? Teman sekelasku?"
"Ya, ada apa bee?" -panggilan kesayangan dari Chanyeol.
"Ukh! Jika aku akan mengenalkannya dengan teman teman yeolie bagaimana? Siapa yang paling baik?"
"A-apa?"
"Yeolie! Ayolah!"
"Maksudku kenapa? Apa yang terjadi?"
"Huh! Dia membutuhkan seseorang yang bisa dia jadikan wali, beasiswanya di cabut. Dan aku berencana mencarikannya sugar daddy."
". . ."
"Bagaimana jika sehun hyung?"
"A-apa? Tidak!"
"Namaku di sebut."
"Tidak! Dia terlalu brengsek untuk anak sebaik yixing."
"Kau bicara seolah orang orang di dalam ruangan ini adalah orang baik baik yeol, ck! Lihat siapa yang lebih mending untuk urusan pasangan disini? Tidak ada bukan."
Dan tidak terdengar sanggahan.
"Jongdae hyung? Atau jongin hyung?"
"Aku sudah bertunangan baekhyunie jika kau lupa akan hal itu."
"Huh! Jika belum mungkin aku akan percaya padamu hyung."
"Untuk?"
"Tidak lupakan, dae! Jangan jongin dia jutru akan mengagahi yixing di tempat jika melihatnya."
"Woahh, kau sedang meramalku park? Kenalkan padaku baby byun aku tidak pernah mengecewakan kau tau itu."
"Tutup mulutmu, kim!"
"Joonmyeon hyung? Dia yang tersisa."
Chanyeol tidak bersuara dan Joonmyeon hanya melirik kedua pasangan itu tanpa minat, mengecek ponsel dan sambungan telepon berbunyi. Joonmyeon hanya mengangkat sebelah tangan untuk berpamitan lalu pergi dengan telepon menempel di telinga tanpa ada tanggapan berarti untuk kata kata Baekhyun yang menggema di dalam ruangan.
"Mungkin. . . Joonmyeon hyung juga sudah lama tidak memilikinya, coba kau berbicara dengannya tapi tidak sekarang."
"Uh, baik."
"Yeollie~ apa aku melakukan kesalahan?"
"Tidak, bee."
.
.
.
.
.
Semenjak kejadian dimana Yixing yang menceritakan akan beasiswanya yang di cabut, baik Luhan maupun Baekhyun akan ada dari salah satu mereka yang akan sekedar berkunjung ke asrama dan membawa makanan atau keluar dan mengajak Yixing ikut serta. Meski di sertai dengan tolakan yang selalu keluar dari mulut Yixing hingga beralasan akan uang tabungannya yang masih ada. Tidak ada yang percaya akan hal itu, hingga seretan dari salah satunya yang akan menggiring Yixing keluar dari kamarnya. Seperti sekarang dimana Baekhyun dan Yixing ada di dalam mobil setelah selesai dari acara makan besar mereka. Luhan baru saja turun dari mobil saat lambaian tangan dan dia mulai masuk ke dalam rumahnya dengan gerbang yang tertutup.
Baekhyun kembali bertugas menjadi supir untuk mengantar temannya kembali ke asrama. Tersisa Yixing dan Baekhyun di sana, memainkan ponselnya dan Yixing memulai pembicaraan akan situs Lo-box dan rencana sugar daddy. Mereka sepakat tidak membicarakan hal ini di depan Luhan saat tau bahwa rusa chinanya satu itu tidak pernah mencapai kata setuju akan ide sugar daddy.
"Aku sudah mulai menginstall aplikasi lo-box."
"Lalu?"
"Aku tidak tau harus melakukan apa setelah ada 58 permintaan dan kiriman pesan dari mereka."
"Tunggu sebentar hyung, jangan lakukan apapun untuk 58 notifikasimu."
Baekhyun menepikan mobilnya di bawah pohon di pinggir jalan lalu mulai mengambil ponselnya, mencari nama seseorang di kontak telepon lalu memencet tombol telepon. Suara nada sambungan terdengar di dalam mobil hingga bunyi klik tersambung membuat Baekhyun girang bukan kepalang.
"Halo."
"Joonmyeon hyung!"
"Ya, byun. Kau menelfonku, ada apa?"
Tipikal Joonmyeon yang selalu to the point dan tidak menyukai basa basi. Yixing hanya terdiam di samping kemudi lalu mendengarkan Baekhyun yang mulai berbicara panjang kali lebar dengan lelaki di seberang sana. Dia hanya bisa diam dan mendengarkan selagi Baekhyun yang terus berbicara sambil sesekali meliriknya dengan tangan di angkat ke udara seperti menahannya untuk keluar dari mobil atau pergi begitu saja.
Terlebih saat namanya di sebut membuat Yixing menatap baik baik dan mendengarkan setiap ucapan Joonmyeon yang menggema di dalam bagian mobil karena suara telepon yang tengah Baekhyun lakukan. Ucapan Baekhyun akan mengenalkannya dengan teman kekasihnya tidak pernah main main dan sekarang mereka tengah membicarakannya di depan Yixing meskipun dia tidak tau bagaimana wajah lelaki mapan yang ada di ujung sana hingga sebuah kalimat sampai di telinganya.
"Untuk uang satu juta won? Dan teman kencan?"
"Ya!" Baekhyun berseru riang.
"Apa yang akan aku dapat sebagai imbalannya byun?"
"Teman kencan! Yixing hyung masih sangat polos untuk hal yang berurusan dengan ranjang dan aku tidak akan menawarkan hal itu untuknya."
"Aku berpengalaman dan mampu untuk sekedar menjadi tutor sahabatmu itu, byun."
"Tidak, aku tidak menyarankannya hyung!"
"Itu tidak sebanding dengan uang dan tanggung jawab yang akan aku ambil sebagai walinya."
Baekhyun terdiam dengan alis berkerut.
"Dengarkan aku baekhyunie, bukan masalah untuk uang satu juta won tetapi jika kau benar benar berniat masuk pada dunia yang penuh dengan sugar daddy atau yang lainnya kau harus rela melakukan sex untuk mereka. Tidak peduli itu one night stand atau hanya sekedar kencan tetapi semua hal ini akan tetap berujung pada sex dan itu akan sebanding dengan uang yang kami keluarkan."
Dan Yixing sadar benar akan hal itu, banyak orang orang di luar sana yang akan rela membuka paha mereka dibanding dengan satu orang yang hanya menginginkan uang dan hanya berlaku sebagai teman kencan. Hanya sebagai teman kencan itu bisa di dapat di manapun.
"Tetapi hyung. . ."
"Aku tau baekhyunie begitu melindungi teman baiknya benar?"
"Ya. . ." -Bola mata Baekhyun berpendar sendu.
"Tetapi jika kau membatasi kesepakatan hanya sebatas teman kencan tanpa ada sex di sana kufikir itu justru seperti sebuah pen-."
"A-aku bersedia!"
Deg!
Baekhyun terdiam dengan tatapan kepada Yixing yang bersuara lantang, sementara di sana sambungan telepon masih tersambung dengan Joonmyeon yang ikut terdiam. Hingga suara lelaki 25 tahun itu kembali terdengar.
"Katakan sekali lagi." -Dan Baekhyun bersumpah jika suara Joonmyeon jauh lebih berat daripada sebelumnya.
Baekhyun mengerjap bingung lalu meminta Yixing mengulangi ucapannya yang membuat Yixing gugup tiba tiba, "A-aku bersedia."
Tanpa mereka berdua sadari jika Joonmyeon meremat roda kemudinya kuat, suaranya begitu lembut dan Joonmyeon menatap ponselnya yang terpasang di mobil begitu tajam.
"Jadi kalian tengah bersama?"
"Y-ya . . hyu-daddy."
Yixing menjawab dengan gugup sembari melihat Baekhyun yang terus memberitau untuk dia menjawab. Karena sepertinya Joonmyeon hyungnya tengah tertarik untuk bicara setelah mendengar suara Yixing yang menyahut.
"Dimana kau sekarang baby?"
"Ukh?! Tidak berani baekhyunie~."
Itu suara cicitan kecil Yixing yang masuk cukup pelan di sambungan telepon lalu menggeser posisi duduknya menjauh, meminta Baekhyun kembali meladeni pertanyaan Joonmyeon.
"Kami sedang di jalan untuk mengantar yixing hyung pulang ke asrama."
"Hmm,"
Oh-shit! Baekhyun berdecak melihat tanggapan Junmyeon kala tau dia yang menjawab dan bukannya Yixing.
"Aku sedang berada di jalan, biarkan aku menyetir dengan aman. Dan akan aku minta paman han menjemput kalian nanti malam."
Klik
Dan sambungan telepon di putus begitu saja oleh Joonmyeon tanpa peduli Baekhyun akan bersuara dengan mulut yang siap terbuka. Sialan memang hyungnya satu ini, tetapi apa dia bilang tadi? Menyetir dengan selamat? Aman? Apa lelaki Kim itu tengah mencoba untuk bunuh diri?
Hell!
Yang mana jika di telisik dengan baik baik Joonmyeon tengah menahan sifat dominannya dengan baik saat mendengar cicitan kecil Yixing yang begitu lucu juga menggemaskan. Dan itu juga akan berefek pada pikirannya juga konsentrasinya dalam menghadapi lalu lintas di depan matanya.
Jadi biarkan dia menahan diri lebih lama untuk mampu bertemu dengan si kecil Yixing yang Baekhyun kenalkan padanya nanti malam.
.
.
.
.
.
Yixing terbangun pelan dengan tangan Baekhyun yang menjatuhi perutnya yang lebih mirip dengan pukulan keras. Mereka berdua terlelap setelah sampai di asrama Yixing siang tadi, Baekhyun masih setia terlelap. Menggeliat kecil untuk meluruskan otot ototnya. Yixing kembali memeluk Baekhyun untuk melanjutkan waktu tidur berharganya.
"Hyung berhenti tidur."
Baekhyun bersuara dengan bola mata tertutup yamg masih juga anteng tidur di samping Yixing, menyuruh orang bangun sementara dia sendiri memejamkan mata.
"Masih mengantuk."
"Jangan~"
"Kita harus bersiap sekarang!" Melirik jam di nakas menunjukkan pukul lima sore hari. Yixing jadi teringat jika dia dan Baekhyun memiliki janji bertemu dengan Joonmyeon malam nanti.
Ketika dia akan bersuara dengan penuh rengekan Baekhyun mengatakan jika sosok Joonmyeon bukanlah sosok yang suka dengan keterlambatan sehingga dengan tidak rela Yixing bangkit dan terdorong dengan paksa oleh Baekhyun di belakangnya hingga suara pintu kamar mandi tertutup dan gemericik air terdengar sedangkan Baekhyun kembali berlayar di atas tanjang dengan bebas terlentang. Mengabaikan teriakan Yixing di dalam sana.
Yixing mengumpat melihat temannya kembali tertidur dan menghadiahi beberapa cipratan air dingin yang spontan membuat Baekhyun terduduk lalu menyeret langkah ke kamar mandi di menit berikutnya.
Joonmyeon tidak berbohong tentang paman Han yang menjemput mereka di depan asrama, dengan bungkukan sopan dan keduanya di persilahkan masuk ke dalam mobil. Membawa mereka pada penthouse milik Joonmyeon sesuai perintah Tuannya. Mengatakan bahwa Joonmyeon tidak bisa bertemu di restoran seperti awal perjanjian mereka karena rapat direksi dadakan yang harus dia ikuti. Yixing hanya mengangguk tanpa banyak bertanya menikmati jalanan malam kota Seoul tanpa peduli Baekhyun yang asik berbicara dengan paman Han.
Dari sini Yixing menilai bahwa paman Han adalah sosok paman yang ramah dan baik. Kala sampai Yixing di bukakan pintu dan dibalasnya dengan memberi sebuah bungkukan hormat sebagai ucapan terima kasih. Baekhyun menyeretnya pada lantai paling atas apartemen mewah yang mereka pijaki, hingga terdiam lama di dalam lift. Paman Han masih mengikuti kedua anak muda ini hingga di depan pintu penthouse Joonmyeon lalu menekan beberapa angka hingga bunyi klik terdengar dan Yixing juga Baekhyun di persilahkan masuk lalu paman Han pamit untuk pergi, berpesan pada keduanya untuk menunggu Joonmyeon lebih lama lagi.
Baekhyun hanya mengiyakan lalu melesat ke dapur menyiapkan beberapa camilan dan minuman untuk keduanya. Yixing? Dia masih terpaku pada kemewahan yang ada di dalam penthouse milik Joonmyeon mencatat baik baik di depannya -dia masih berdiri di ruang tamu- beberapa guci juga aksesoris ruangan. Begitu simpel, elegan dan mewah. Membayangkan bagaimana rupawannya sang pemilik, pantas jika mendengarkan ucapannya di mobil tadi siang akan uang satu juta won juga sex dan teman kencan. Pasti pria bernama lengkap Kim Joonmyeon itu sangatlah kaya.
.
.
.
.
.
.
"Hyung?"
Chanyeol menyapa Joonmyeon yang baru saja keluar dari ruangan rapat, melirik jam dimana jarum menunjukkan tepat pukul sembilan malam. Joonmyeon mengerutkan kening tanpa sadar.
"Apa kau akan pulang setelah ini?" Chanyeol kembali bertanya lalu di balas anggukan pelan oleh Joonmyeon menerima sebuah map putih dari sekertarisnya dan berjalan menuju lift. Chanyeol mengikutinya sembari melihat baik baik ponsel di genggaman terlihat jika dia tengah membaca beberapa pesan. Chanyeol sendiri membuat Joonmyeon berfikir untuk apa anak Tuan Park itu di perusahaannya hingga saat lift terbuka Chanyeol berbicara,
"Baekhyun ada di penthousemu menemani yixing temannya dan aku akan ikut untuk menjemput."
Ah! Iya mengenai anak anak itu. Joonmyeon sampai lupa jika dia tengah memiliki janji untuk bertemu, dan shit! Dia yakin akan sampai pada penthousenya pukul sepuluh malam.
Benar dugaan Joonmyeon jika saat sampai pada penthousenya jam menunjukkan pukul sepuluh lebih, ruangnya tamu begitu sepi masuk lebih dalam di ikuti Chanyeol yang mencoba mencari cari sosok kekasih kecilnya. Hingga suara televisi yang menyala dengan beberapa camilan dan minuman yang tinggal separuh dan satunya masih utuh tergeletak rapi, kalian tentu tau siapa yang berani masuk ke dalam penthouse Joonmyeon dan semua perbuatan semacam ini.
Chanyeol meringis pelan, memdekati dua orang lelaki muda yang sudah tertidur nyaman di sofa panjang Joonmyeon hyungnya. Memberikan kecupan pelan di bibir Baekhyun dan tepukan ringan di lengannya.
Baekhyun berguman pelan dengan Chanyeol yang memberi isyarat dia untuk diam, kala bola matanya mengerjap terbuka Chanyeol membawanya dalam gendongan koala. Berucap pada Joonmyeon dengan menunjuk Yixing yang juga tengah tertidur.
"Itu xing xing hyung~ Joonmyeon hyung jaga dia~"
Setelahnya anak kecil Byun itu tidak bersuara dan kembali terpejam lagi, Chanyeol mendesah pelan mengatakan maaf dan selamat malam pada Joonmyeon sebelum melesat keluar menghindari Joonmyeon yang bisa saja mengamuk karena harus mengurus seorang anak laki laki belasan tahun yang tertidur.
Joonmyeon menyisir rambutnya kebelakang mendesah menuju counter dapur lalu membawa segelas kopi dari mesin penyeduh kopi untuk melegakan dirinya kembali ke ruangan Yixing tertidur dan berjongkok di depan wajahnya.
Jemari Joonmyeon menyibak perlahan rambut Yixing yang menutupi bola matanya dan di tanggapi dengan gumanan pelan sang empu yang tertidur tanpa sadar senyuman tipisnya mengembang. Joonmyeon masih tersenyum lalu membawa tubuh kecil itu dalam gendongan menuju kamar miliknya. Merebahkan perlahan di atas ranjang dengan selimut yang menutupi tubuhnya serta sebuah kecupan yang sempat dia curi diam diam.
"Manis, selamat malam."
Joonmyeon serius kala mengatakan pada Chanyeol bahwa dia akan mengurus Yixing yang tengah tertidur di penthousenya. Memberikannya segelas air di samping meja nakas tempat tidurnya dan dia sendiri menuju meja kerja yang ada di depan ranjang. Memulai kegiatannya memeriksa file dengan camilan dan kopi yang mengepul hangat juga tatapan yang terkadang menghipnotis Joonmyeon untuk lebih mengamati malaikat kecil yang masih tertidur pulas di ranjangnya.
Joonmyeon terdiam dengan sudut bibir mengembang kecil.
Pantas jika Baekhyun begitu kekeh dengan ucapannya akan sebatas teman kencan. Dari wajah Yixing dapat Joonmyeon lihat bahwa anak laki laki itu masih begitu polos. Bola mata Joonmyeon harus dia pejamkan sesaat guna meredam kilatan gejolak dalam tubuhnya.
.
.
.
.
.
Pagi menyapa Seoul dengan sinar matahari yang tidak begitu kentara panasnya, angin berhembus dingin hingga membuat sebagian orang masih memilih tertidur di balik hangatnya selimut sekalipun kesadaran sudah mencapai titik terang dalam diri mereka. Yixing mengerjap dalam kehangatan janggal melihat suasana kamar luas dan elegan dengan warna silver mendominasi, selimut nyaman dan hangat membalut tubuhnya lalu mengucek mata perlahan menyadarkan sepenuhnya jika dia tidak berada di kamarnya. Berjingkat penuh ketakutan dan terduduk seketika Yixing meringis kala merasakan kepalanya berputar akibat gerakan tiba tiba, melihat ke samping dan jendela yang masih tertutup rapat oleh selambu putih dan tertegun kala menatap di depan ranjang sebuah kursi kerja dimana seorang laki laki dewasa tengan tertidur dengan posisi duduk.
Oh! Rasa bersalah menghinggapi benak Yixing. Apakah dia yang bernama Joonmyeon? Seharusnya semalam dia tidak tertidur begitu saja dan meminta Baekhyun untuk di antar pulang sehingga dia tidak akan membuat sang pemilik rumah menjadi kesusahan dan harus tertidur dengan posisi yang tidak nyaman seperti itu.
Menelisik lagi wajah damai Joonmyeon kala tertidur, kulit putih cenderung pucat, bahu lebar, alisnya yang tegas dan wajahnya yang cenderung lembut, bibir itu- ukh!
Yixing buru buru menatap pada obyek lain saat tatapannya mulai berkeliaran dan bola mata yang mulai menatapnya tajam, penuh dan seperti menguncinya untuk tidak berpaling.
Tunggu? Apa Yixing mengatakan bola mata? Bukankah Joonmyeon masih terlelap.
Dan Yixing harus tertegun kala Joonmyeon saat ini sudah terbangun dengan tatapan yang mengarah langsung padanya. Mengerjap dengan cepat menunjukkan betapa banyak rasa tidak nyaman juga gugup. Joonmyeon tersenyum, "Selamat pagi."
"Se-selamat pagi hyung."
Dan spontan Yixing menunduk, "Maaf jika a-aku lancang dan. . .umm membuat hyung tertidur di kursi itu."
Cicitan pelan Yixing dan semua sikap canggungnya membuat Joonmyeon tersenyum lalu bangun mendekatinya untuk sebuah usapan kasar di puncak kepala. Yixing hampir terlonjak dengan jantung berdegup tidak main main. Melirik Joonmyeon yang berlanjut mendekati jendela untuk menarik gorden mengundang cahaya pagi lebih banyak masuk kedalam.
"Bersihkan dirimu."
Selanjutnya Yixing berjalan kikuk ke kamar mandi dengan wajah yang masih memerah.
.
.
.
.
.
.
Keduanya berada di meja makan depan counter dapur dengan sebuah roti panggang dan salad buah buatan lelaki Kim. Yixing memperhatikan baik baik bagaimana Joonmyeon berdiri membelakanginya dan melakukan semua hal itu sendirian. Termasuk menuangkan segelas jus jeruk dan susu coklat, lalu berbalik dengan senyuman kala netranya bertumbrukan dengan netra coklat madu milik Yixing.
"Lama?"
Yixing terkejut, lalu mencoba mengatur suaranya agar tidak terdengar gugup, "Ti-tidak hyung, hanya. . . Umm aku baru kali ini melihat seorang laki laki mengenal dapur begitu baik."
Joonmyeon kembali tersenyum dengan jemari yang berjalan meraih telapak tangan kanan Yixing dan memberinya usapan lembut di punggung tangan seraya berkata, "Kalau begitu aku berharap kau menikmati dengan baik sarapan pagimu, manis."
Dan Yixing hanya bisa menunduk melindungi wajahnya dari tatapan kelewat lembut yang Joonmyeon berikan.
Hanya ada suara aduan piring dengan peralatan makan setelahnya, tidak ada yang berbicara dan hanya fokus pada sarapan pagi hingga ponsel Joonmyeon berbunyi dan membuat Yixing maupun Joonmyeon menatap benda pipih itu seketika, Joonmyeon meraihnya dalam sekejap menutup dan meletakkan kembali di tempat membiarkannya bergetar tanpa coba terusik hingga menutupinya dengan sebuah mangkuk yang terbalik, Yixing memperhatikannya dengan tawa pelan sebelum menyeret perhatian Joonmyeon untuk ikut tersenyum.
"Ma-maaf." Tersadar di perhatikan membuat Yixing menunduk dan menatap salad buahnya penuh minat daripada tatapan intens Joonmyeon di hadapannya.
"Apa aku begitu menakutkan hingga membuatmu gugup?"
"Tidak. . .hyung seseorang yang baik."
"Berhenti memujiku, xingie. Ini masih terlalu pagi."
Ukh! Panggilan macam apa yang di berikan Joonmyeon padanya tadi? Apa lelaki Kim itu tidak tau bagaimana kerja jantungnya sejak dia bangun tadi. Yixing merutuki wajahnya yang mulai bersemu merah menunduk untuk mengaduk aduk saladnya hingga kekehan Joonmyeon terdengar bagaikan lonceng, mengatakan bahwa dia begitu manis dan lucu. Yixing ingin menenggelamkan dirinya saat ini juga karena suasana yang membuat dia begitu malu. Hingga mereka kembali larut dalam pembicaraan dan juga terkadang Joonmyeon akan kembali menggodanya. Melupakan fakta bahwa sarapan mereka sama sama belum habis bahkan piring Joonmyeon hanya berkurang seperempat.
"Ceritakan padaku tentangmu, xingie."
Huh! Yixing menggigit bawah bibirnya tanpa sadar membuat jemari Joonmyeon reflek memgusap bibir itu dan menyuruh empunya berhenti menyakiti dirinya sendiri. Yixing kikuk seketika dan Joonmyeon tidak bisa tidak tersenyum melihat anak laki laki di depannya masih sangat polos, jemarinya kambali terulur untuk menbawa telapak tangan Yixing dalam ganggaman untuk usapan lembut di punggung tangan mengabaikan wajah memerah Yixing, dimana Joonmyeon hanya bermaksud membuat si kecil jauh lebih nyaman dengan hal itu. Tetapi dia tidak memikirkan bagaimana kerja degup jantung Yixing saat ini.
Mencoba setenang mungkin meskipun gagal dengan hal itu Yixing mencoba berbicara tentang alasannya mengikuti Lo-box dimana Joonmyeon tau jika ada id yang diduga adalah milik Yixing, Yixing sendiri heran bagaimana lelaki Kim itu tau, oh! Dia yakin jika semalam notifikasi di ponselnya belum dia bersihkan kala tertidur di ruangan Joonmyeon. Dan Yixing juga bercerita tentang Baekhyun dan segala idenya untuk mengenalkan Yixing kepada teman teman Chanyeol.
Joonmyeon diam diam bersyukur bahwa dia mendapatkan Yixing jauh lebih dahulu di banding beberapa orang di luar sana yang tertarik dan mengirimkan pesan di situs Lo-box dia berjanji akan memberikan sebuah hadiah kecil untuk si Byun itu sebagai ucapan terima kasih. Terlebih kala yang menjadi alasan adalah yang satu juta won lebih untuk semester ganjil tahun ini.
"Umm. . .beasiswaku tahun ini sudah tidak berlaku lagi. Hingga untuk satu semester ganjil ini aku harus mengupayakan untuk melunasinya sendiri."
"Bagaimana dengan kedua orang tuanmu?"
Pertanyaan lembut Joonmyeon membuat Yixing mendongak dengan senyuman manis menampilkan ceruk di pipinya, tetapi berbeda dari hal itu ada sepercik kesedihan di bola matanya, "Baba dan mama sudah pergi untuk tertidur hyungie, saat aku masih kecil. Dan aku hanya hidup bersama nenek, aku sangat menyayanginya hingga rasanya begitu rindu ketika ada di sini."
Anak itu masih tersenyum meski bola matanya berkaca kaca, "Aku mendapatkan beasiswa untuk menempuh pendidikan di seoul sejak awal tahun pendidikan menengah pertama, lalu melanjutkan ke pendidikan menengah atas sesuai dengan sekolah yang terpilih dalam daftar penerimaan beasiswa, dan aku mengambil kesempatan itu. Karena ku fikir aku bisa memperbaiki semuanya jika aku memiliki modal pendidikan yang baik."
Tetapi Joonmyeon cukup terkejut bahwa tidak ada wali ataupun keluarga yang berhubungan darah dengan Yixing disini. Dan menatap anak lelaki di depannya dengan baik kala dia mengaku bahwa ada di Seoul hanya karena sebuah beasiswa untuk menempuh pendidikan. Joonmyeon salut akan keberaniannya dan memberi sebuah usapan lembut di pucuk kepala. Dia tau sekarang kenapa Baekhyun begitu menyayangi dan menjaga Yixing. Dan tiba tiba merasa begitu bersalah saat sadar ada kesedihan mendalam di sorot lemah Yixing.
Joonmyeon meminta maaf dengan sebuah kecupan lembut di punggung tangannya, dengan sorot penuh akan penyesalan.
"Aku benar benar tidak bermaksud untuk membuatmu berada dalam kesedihan ini xingie. Maafkan aku."
Yixing menampilkan senyuman manisnya untuk kesekian kalinya dengen gelengan pelan sebelum menunduk melihat perlakuan manis Joonmyeon, "Tidak itu bukan salah hyungie."
"Aku berniat untuk meminta paman han mengatarkan kesepakatan perjanjian kita nanti siang sementara aku mulai bersiap untuk bekerja pagi ini, apa kau tidak keberatan menunggunya, baby?"
Dan Yixing tertegun kala itu, menatap kembali pada pandangan intens Joonmyeon dan lagi lagi menghipnotisnya, bagimana wajah rupawan dan lembut serta penuh akan kharisma itu menatap tepat pada manik coklat madunya hingga tanpa di rasa Yixing mengangguk kepala pelan.
Terpatri di otaknya untuk sebuah pertanyaan bahwa tidak ada salahnya mencoba bukan?
Bersama Joonmyeon sebagai sugar daddynya?
"Tetapi, bisakah aku meminta satu hal darimu baby?" Joonmyeon tau tau mencondongkan kepalanya, ada tatapan menggoda di sana.
Oh-tidak! Jangan sampai-
"Y-ya."
Yixing mengerjap cepat untuk pertanyaan Joonmyeon dan semua tatapan tajam lelaki di depannya. "Bisakah kau memberiku bukti dengan hasil nilai terbaikmu dalam ujian semester musim dingin ini?"
Oh!
Syukurlah~ itu begitu melegakan.
Dan jawaban tegas Yixing menjadi akhir perbincangan mereka, sebelum Joonmyeon meraih benda pipih yang masih setia bergetar, dia melesat ke dalam kamarnya membiarkan Yixing sendiri di meja makan dengan banyak ambisi dan pemikiran. Dia berjanji akan menelpon Baekhyun setelah surat kesepakatan mereka ada di tangan Yixing.
Sementara Joonmyeon sudah keluar dengan setelah kemeja abu abu dan jas hitamnya, Yixing mulai berdiri dan memperhatikan baik baik, sesungguhnya dia baru sadar jika sedari tadi dia banyak diam dan memperhatikan Joonmyeon, bagaimana Joonmyeon kerepotan untuk banyak hal lain, bagaimana pria itu terlihat panas dengan kemeja ketat dan lihat bagaimana bahu tegapnya begitu menyiksa setiap tatapan mata. Yixing berjalan perlahan dengan kikuk membuat Joonmyeon masih setia terdiam dengan ponsel di telinganya dan satu tangan repot mengancingkan ujung lengannya.
Jemari lentik itu ada di sana dalam tremor yang begitu terlihat, membuat Joonmyeon tertegun dan sesekali akan kembali fokus dengan ucapan sekretarisnya di seberang sana. Lalu tepukan ringan Yixing di kedua tangannya menunjukkan bahwa anak itu sudah menyelesaikan tugas kecilnya.
Ada yang menghangat akan sentuhan kecil itu.
"Akan aku minta seseorang mengemasi barangmu di asrama."
A-apa?! Di kemas?
Yixing reflek menatap Joonmyeon yang masih setia tersenyum lembut dalam usapan kepalanya Yixing mengerjap pelan. "Mulai sekarang aku mau kau tinggal di sini."
.
.
.
.
Hell!
"Bersamaku."
.
.
.
"Ah! Satu lagi kau bisa menelfon baekhyun atau aku jika ada yang akan kau tanyakan begitu surat kesepakatan ada di tanganmu nanti dan paman han akan menjemputmu nanti malam, jangan lupakan itu baby."
Setelahnya Joonmyeon melenggang pergi begitu saja. Dapat dia lihat paman Han membungkuk di depan pintu penthousenya sebelum melirik dengan senyuman pada Yixing yang berdiri kaku di ruangan tengah. Joonmyeon dan semua ucapannya tidak pernah bisa membuat Yixing tenang, itu akan dia catat baik baik mulai saat ini.
.
.
.
.
.
Baekhyun datang dengan seribu umpatan yang tidak pernah Yixing mau dengar, demi apapun anak laki laki itu sibuk mengumpat nama Joonmyeon dan heran bagaimana lelaki Kim itu ada dengan semua ketidak sabarannya. Memberikan surat kesepakatan pada pukul 12 siang dengan sebuah makanan cepat saji untuk Yixing dan dia ingin nanti malam semua hal ini sudah siap untuk di tandatangani di kantornya. Hell, Joonmyeon langsung menginginkan Yixing untuk makan malam bersama. Berapa banyak waktu yang mereka punya untuk berfikir.
"Fuck!"
Dan umpatan itu kembali terdengar, "Bahkan yeolie memberiku waktu lebih baik daripada joonmyeon hyung!"
Yixing hanya menunduk sembari memainkan jemarinya yang bebas di atas sofa ruang tamu. Tidak bersuara dan hanya menatap lurus pada berkas di depannya yang bersampul map putih bersih. Menghela nafas untuk kesekian kalinya.
Baekhyun mendudukkan diri begitu saja, menyingkirkan penuh minat akan kotak makan siang cepat saji dan membuka baik baik surat kesepakatan itu sambil bibirnya dia kuncir kedepan. Yixing mengikutinya dalam diam lalu membaca baik baik semua kesepakatan bersama.
Sebegitu tidak sabarnya Joonmyeon untuk bisa mengklaim Yixing secepatnya?
Baekhyun bertanya tanya apa yang sudah hyungnya lakukan pada lelaki Kim itu. Setelah ini dia pastikan untuk menginterogasi Yixing akan apa saja yang telah mereka lakukan semalam.
.
.
.
.
.
Yixing duduk gugup dengan kedua tangannya meremat sweater abu abu lucu pilihan Joonmyeon, yang sudah dia siapkan ketika paman Han menjemputnya di penthouse. Mengatakan bahwa Joonmyeon tidak terburu untuk menunggu sekedar Yixing bersiap dan berganti baju, mengatakan untuk tidak lupa membawa berkas map putih yang sudah di berikan padanya tadi siang. Baekhyun sendiri sudah pulang ketika malam menjelang mengatakan akan beberapa wejangan dan beberapa point yang harus di garis bawahi Yixing, dan jika perlu harus dia tanyakan kepada Joonmyeon nantinya. Meskipun Yixing merengek sekuat tenaga untuk merelakan saja point point yang bagi Baekhyun itu hal yang penting bagi Yixing justru itu adalah hal yang memalukan.
Ketika pintu mobil di buka Yixing di buat mengerjap kecil, mengikuti paman Han untuk masuk ke lobi dan menuju lift pada lantai atas. Sapaan halus juga bungkukkan hormat Yixing terima meskipun dia berjalan di belakang paman han yang berkali kali menarik Yixing untuk melangkah sejajar. Wajah Yixing memerah malu kala Joonmyeon berada di depan meja sekertarisnya dan Yixing keluar dari pintu lift, senyuman manis dia dapatkan kembali.
Joonmyeon menariknya lembut ke dalam ruangan setelah mengatakan beberapa hal kepada paman Han akan restoran dan beberapa jam kedepan. Yixing hanya menurut, Joonmyeon membawanya begitu anggun dan menutup pintu terlampau pelan di belakangnya, menuntun Yixing untuk duduk di kursi depan meja kaca lebar di sisi jendela,mengarahkannya pada indahnya gemerlap lampu Seoul dari ketinggian. Yixing terhipnotis beberapa saat hingga melupakan Joonmyeon yang berjalan mengambil bolpoin dan ponsel genggamnya, mendudukkan diri di samping kanan Yixing.
"Indah?"
Mengangguk spontan, Yixing lalu mengerjap cepat dan gugup menerpa seperti hembusan angin di musim semi, bibirnya dia gigit dengan pandangan mata menunduk. Joonmyeon dibuat terkekeh oleh tingkah lakunya.
"Ada hal hal yang mau kau tanyakan?" Memulai pertanyaan Joonmyeon memandang si kecil intens, bola matanya tidak berhenti menelisik semua respon yang si kecil berikan. Bagaimana bola mata coklat madu itu mengerjap cepat dengan gugup yang menerpa, belum terbiasa. Yixing masih begitu polos.
"Apa. . . Umm. . Setelah kesepakatan ini kita a-akan melakukannya?"
Wajah Yixing memerah malu, menanyakan hal yang sensitif dan seumur umur hari ini dia tanyakan kepada orang lain, sedangkan Joonmyeon tersenyum kalem menanggapinya, "Boleh aku bertanya padamu xingie?"
"Umm. . .ya hyung?"
"Ini pertama kalinya untukmu, benar?"
Dan anggukan Yixing berikan sebagai jawaban, Joonmyeon merasa begitu beruntung mendapatkannya. Yixing begitu polos bagaimana tingkah lakunya begitu murni dan masih alami, begitu gugup dan Joonmyeon begitu menyukai cara juga tingkah lakunya. Mengingat umurnya yang bahkan masih 16 tahun ada rasa bangga dan rasa ingin menjaga yang tumbuh dalam hati kecil Joonmyeon.
"Karena ini pertama kalinya, maka kita tidak harus melakukannya seketika."
Yixing langsung menghela nafas lega dan kedua bahunya turun, betapa anak itu begitu ketakutan, membayangkan membuat Joonmyeon tersenyum tanpa sadar, jemarinya terjulur meraih jemari milik Yixing dan menggenggamnya hangat, "Aku akan berusaha menjadi daddy yang sempurna untukmu, ketika hanya ada kita berdua aku harap kau bisa menyesuaikan diri dengan baik padaku dan sebuah panggilan daddy dan jika kita berada di luar maka kau bisa memanggilku dengan sebutan hyung."
"Aku lebih ingin membuatmu nyaman dan tidak canggung ketika bersama denganku, serta bagaimana tubuhmu ini berhenti bersikap gugup." Sebelah tangan Joonmyeon yang bebas menggusak pelan kepala Yixing.
"Tidak." Yixing membela kala ungkapan gugup keluar dari mulut Joonmyeon.
Membuat Joonmyeon berdecak main main melihatnya, dan terkekeh kala Yixing mengatakan dia hanya belum terbiasa. Sehingga Joonmyeon berinisiatif untuk melakukannya lebih sering mulai saat ini agar Yixing terbiasa, Yixing justru ingin membenturkan kepalanya mendengarkan penjelasan itu.
"Kau begitu manis dan polos masih terlampau murni, terimakasih banyak telah mau memilihku untuk menjadi yang pertama untukmu baby dan terimakasih telah memberikan kesempatan padaku." Setelahnya Joonmyeon membawa kecupan pada punggung tangan Yixing dan keduanya larut dalam pembicaraan.
Yixing menandangani surat kesepakatan setelah Joonmyeon menjelaskan akan beberapa poin, laki laki Kim itu meminta Yixing untuk mau terbuka dengannya baik mengenai masalah sekolah atau pribadinya, karena status Joonmyeon yang telah menjadi wali untuknya, juga meminta Yixing agar mau tinggal bersama untuk mempermudah -banyak hal .
Mereka sepakat untuk tetap menyangkutkan akan hubungan seksual dalam kesepakatan bersama meski dengan beberapa catatan, Joonmyeon menjelaskannya dengan wajah Yixing yang kembali memerah tetapi otak kecilnya diam diam mencatat, dia menolak untuk sebuah konsep sex toys dan Joonmyeon mengiyakan memberikan Yixing untuk bicara leluasa walaupun begitu gugup dan tersendat dan Joonmyeon justru memperparah dengan memberi tatapan mata intens juga usapan sensual di bibir merah muda Yixing. Joonmyeon berjanji tidak akan memaksa untuk urusan itu jika bukan Yixing sendiri yang mengizinkan.
Selain itu Joonmyeon juga mengatakan akan membuatkan Yixing kartu kredit dan tabungan untuk anak itu, meskipun Yixing menolak karena kebutuhan utamanya hanya dengan satu juta won lebih untuk membayarkan biaya pendidikan.
"Hyungie tidak harus-"
"Kau melanggar satu hal baby!"
"U-ukh, maaf daddy. . . . te-tapi daddy tidak perlu melakukan semua itu, seluruh kebutuhanku baik makan maupun tempat tinggal sudah bersama hyungie lalu kenapa harus ada tabungan dan kartu kredit,aku tidak mau." Lihat bagaimana otak kecil itu mampu menawan hati sang CEO muda keluarga Kim.
Joonmyeon tersenyum manis lalu mengecup kembali punggung tangan Yixing, meminta dengan lembut untuk mengizinkannya memanjakan Yixing dengan caranya.
"Izinkan aku memanjakanmu dengan caraku baby, aku haya ingin yang terbaik untukmu. Dan ingat setelah ini aku adalah walimu."
Dan Yixing hanya bisa terdiam, wajahnya sudah merah dan Joonmyeon menganggap itu dengan jawaban iya.
Semuanya mereka bahas juga tentang Yixing yang berjanji akan nilai ujiannya di musim dingin minggu depan, "Aku akan berusaha untuk bersungguh sungguh, lalu membawa nilai terbaik bagi daddy."
"Ya, dan tetap jaga kesehatanmu baby. Aku tidak mau kau hanya fokus dan melupakan banyak hal."
Joonmyeon mengatakan karena melihat tubuh kecil Yixing yang terbalut sweater pilihannya. Setelah itu Yixing menandatangani perjanjian dan menyerahkannya kepada Joonmyeon. Bola matanya begitu bergetar, ada ketakutan,harapan dan keraguan di sana.
Joonmyeon tau akan hal itu membawa tangan Yixing dalam tarikan dan dekapan hangat, "Aku berjanji akan melindungimu baby, izinkan aku untuk melakukan segalanya untukmu."
Yixing terkejut untuk kesekian kalinya, jiwa kecilnya yang lama dingin menghangat hanya karna ucapan ringan sang dominan dan dekapan erat, tapi jauh di lubuk hatinya dia menaruh harapan kepada Joonmyeon.
Lama berbagi kehangatan Joonmyeon menarik diri kala mendengar suara perut Yixing, anak itu menenggelamkan wajahnya di tubuh Joonmyeon saking malunya, "Seharusnya kau katakan padaku jika lapar baby."
"Ukh- ini memalukan~"
Dan Joonmyeon meledak dalam tawanya, menyimpan dokumen Yixing dan menarik anak kecil itu meninggalkan gedung kantor dengan mobil hitam mewah miliknya yang sudah bersiap membelah jalan Seoul untuk menuju restoran yang sudah dia pesan lewat paman Han tadi.
Yixing mencatat baik baik mulai malam ini bahwa kehidupannya akan berubah.
Ya, mulai malam ini.
Bersama Joonmyeon.
.
.
.
.
.
Tbc-
Hai-
Its for u, my beloved reader. With all my apologies
Luce, 10 November 2018
