Layang-Layang by D.S
Editor by HiNa SaSa
Disclaimer : Naruto Uzumaki by Masashi Kishimoto
Pair : Itachi U x Hinata H
Genre : Angst, Hurt/Comfort, Romance
Warning : Cerita ini bukan karya saya, saya hanya mengupdate cerita orang atas permintaan orang yang bersangkutan. Typo, OOC, OC, AU, dll.
Rate : cari aman M
Summary : Cinta adalah sesuatu hal yang rumit. Tidak akan ada yang tahu bagaimana nasib cinta kita seperti apa kedepannya. Tapi satu hal yang melintas dipikiranku tentang cinta, yaitu cinta ibarat layang-layang. Kadang aku berpikir kalau cintaku ini seperti layang-layang yang terbang dilangit biru. Kadang perlu diulur dan kadang perlu ditarik lagi. Tarik-ulur, tarik-ulur dan sewaktu-waktu bisa putus kapan saja saat ada benang yang mengikatnya terputus dan pergi entah kemana. Pergi mengikuti tiupan angin sampai ada seseorang yang sudi mengambil layangan bekas orang dan menjadikannya sebagai milik orang itu. Dan seperti yang aku katakan, cintaku ibarat layang-layang yang terbang dilangit biru.
Tarik dan ulur.
.
.
.
.
Malam yang indah dan bertabur bintang dilangit malam disudut kota Tokyo, atau lebih tepatnya disebuah kamar apartemen mewah yang hanya diterangi oleh lampu tidur yang temaram terdengar desahan nikmat antara dua insan yang sedang melepas kerinduan. Berbagi ciuman mesra, bercumbu bersama dan berbagi kasih untuk saling menyampaikan semua perasaan sayang mereka. Diiringi alunan melodi cinta berupa desahan-desahan merdu yang terdengar bagai alunan musik nan syahdu yang menggema, dan merasakan setiap momen yang indah seindah taburan bintang dilangit malam.
"Aaahh... Itachi-kun."
"Hinata."
"Ahh... ahh... ahh... a-aku... aku... Itachiii-kun. ITACHIIII~"
.
Suara burung berkicau bersahutan diluar sana, mengiringi suasana pagi diapartemen mewah disudut mentari pun sedikit demi sedikit menyusup dibalik jendela kamar tersebut sehingga membuat sosok pria yang tertidur diranjang kini terbangun dan mengernyit heran karena tidak menemukan sosok wanita yang semalam menemani malam panjangnya.
Melirik jam dinding yang menunjukan pukul 6 pagi Itachi pun segera merubah posisinya menjadi terduduk dengan selimut tebal yang menutupi bagian bawah tubuhnya yang tidak mengenakan sehelai benang pun. Saat terdengar decit pintu yang terbuka Itachi pun mengahlikan pandangannya ke arah pintu yang baru terbuka dan dapat dilihatnya sosok wanita indigo yang tersenyum sambil membawakan secangkir teh hangat menghampirinya. Melihat senyum Hinata, Itachi pun membalas senyuman itu dengan posisi duduk bersandar di ranjang.
"Ohayou Itachi-kun." Sapa Hinata sambil meletakkan secangkir teh hangat itu di meja kemudian Hinata pun duduk di tepi ranjang di samping Itachi.
"Ohayou, Hime. Terima kasih kau memang selalu menjadi yang terbaik Hime." Ucap Itachi kemudian menarik tengkuk Hinata dan mendaratkan sebuah kecupan dikening Hinata. Hinata tersipu, dan dengan malu malu Hinata pun membalasnya dengan mencium bibir Itachi sekilas lalu menunduk kembali untuk menyembunyikan rona merah dipipinya. Yah bisa dibilang itu adalah kebiasaan rutin mereka berdua, memberi kecupan dan ciuman selamat pagi sebagai ungkapan sayang mereka.
"Minumlah teh ini selagi hangat Itachi-kun." Ucap Hinata seraya menyodorkan cangkirnya. Tapi dengan segera Itachi menolaknya. Mendapati penolakan dari Itachi membuat Hinata sedikit heran dan bingung.
"Kenapa kau ti-tidak mau meminumnya?" tanya Hinata dengan raut wajah sedikit sedih.
"Aku tidak ingin minum. Aku memang sedikit haus tapi..."
"Ta-tapi kenapa Itachi-kun?"
"Pagi ini..." dengan sedikit tersenyum nakal Itachi langsung menarik dan memeluknya seraya berbisik "-aku tidak butuh teh atau pun yang lain. Yang aku butuhkan adalah kau. Dan hausku kali ini adalah haus akan percintaan kita yang semalam" kemudian mencium bibirnya dan melumatnya dengan lembut. Hinata kaget dengan gerakan gesit yang disebabkan oleh Itachi sehingga membuat cangkir yang sedari tadi dipegangnya jatuh pecah ke atas lantai.
"Nnngghh...ssshhh...nngggg...Ita-kun lepas, bukannya semalam sudah." Itachi melepas ciuman lembut itu seraya berbisik dan menjilat telinga Hinata.
"Tapi aku menginginkannya lagi," kemudian Itachi mencium kembali bibir Hinata.
"Mmmhh... mmmhhhhh..." Hinata mendesah nikmat.
Itachi mencium Hinata dengan penuh rindu, mencium leher jenjangnya dan memberikan kissmark sebagai tanda kepemilikannya. Tidak ketinggalan pula Itachi menggigit dan mencium telinga Hinata. Deru nafas Itachi yang memburu membuat sensasi tersendiri bagi Hinata sehingga secara tak sadar Hinata mengalungkan kedua tangannya dileher Itachi dan seraya meremas lembut rambut panjang Itachi. Hinata mengerang nikmat sehingga tanpa sadar kini dirinya sudah berbaring dibawah tindihan Itachi.
Merasa membutuhkan oksigen dengan segera Hinata pun berusaha mendorong Itachi sehingga ciuman diantara mereka pun terlepas dan menciptakan sebuah benang tipis diantara bibir keduanya.
"Jangan. Aku harus mengajar pukul 8 pagi ini."
"Aku tahu, tapi kita masih punya waktu 2 jam sebelum jam mengajarmu dimulai kan?"
"Tapi-"
"Ayolah, tidak akan lama. Cukup satu sampai aku keluar."
"..."
"Bagaimana, hm?"
"Janji."
"Iya." Jawab Itachi sambil menatap mata Hinata dengan serius.
"Baiklah." Mendengar jawaban dari Hinata membuat Itachi tersenyum senang dan dengan secepat kilat Itachi pun menyambar kembali bibir mungil Hinata.
Tidak ketinggalan jemari-jemari nakal Itachi pun sudah mulai menjalar keseluruh tubuh Hinata. Membelai, mengusap, meraba serta meremas setiap lekuk tubuh indah Hinata. Merasa terganggu oleh pakaian yang digunakan oleh Hinata, Itachi pun melepaskan pakaian tersebut dan meleparkan pakaian Hinata secara asal sehingga kini tubuh Hinata polos tanpa sehelai benang yang menempel ditubuhnya. Itachi menjauhkan diri dari Hinata dan memperhatikan Hinata dari atas ke bawah.
"Kau sungguh menakjubkan Hime." Seru Itachi membuat Hinata merona.
Tanpa menunggu waktu lama Itachi pun kembali melumat bibir Hinata. Memasukan lidah miliknya ke dalam bibir mungil itu seraya menggerakan tanggannya untuk menangkup gunung kembar milik Hinata yang tidak terhalang apa pun.
Puas dengan bibir Hinata, Itachi pun menyapu lidahnya dipermukaan kulit leher Hinata sampai tepat di atas payudara besar Hinata. Tidak memakan waktu lama Itachi pun segera melahap puting Hinata yang sudah mengeras karena rangsangan Itachi pada tubuhnya.
"Aahhh..." desah Hinata saat Itachi menghisap putingnya dengan keras.
Mendengar respon Hinata, Itachi pun tersenyum nakal sambil tetap menghisap payudara Hinata. Tidak ketinggalan juga Itachi memainkan jemari besarnya dikemaluan milik Hinata yang ditumbuh sedikit bulu halus. Menggusap tonjolan kecil yang ada dibagian terlarang itu sambil sesekali jarinya yang lain memasuki lubang yang sudah lembab.
"Karena kau ada tugas menggajar hari ini maka akan ku percepat kegiatan kita ini Hime."ujar Itachi saat mulutnya lepas dari payudara Hinata. Dan tanpa buang waktu Itachi pun memposisikan dirinya di depan kewanitaan milik Hinata (sebelumnya Itachi hanya mengenakan selimut tanpa menggunakan pakaian). Dengan perlahan Itachi pun mulai memasukan dirinya pada kewanitaan milik Hinata dan membuat Hinata mendesah nikmat dengan wajah sedikit merona.
"Itachi-kun~"
"Bersiaplah, aku akan mulai bergerak." Dan Itachi pun mulai menggerakan pinggulnya secara pelahan-lahan. Hingga tempo gerakannya semakin lama semakin meningkat, dan semakin cepat hingga akhirnya mereka pun klimask dengan menyebutkan nama pasangan mereka.
"ITACHI-KUN..."
"HIME..."
.
Setelah adegan panas dipagi hari ini mereka berdua pun mandi lalu menikmati sarapan pagi mereka bersama-sama. Disela-sela acara makan tersebut tiba-tiba bunyi telpon berdering dari ponsel Itachi. Untuk sejenak Itachi menghentikan kegiatan makannya lalu mengangkat panggilan masuk tersebut.
"Hoi Itachi kemana kau? Jangan bilang kau telat datang ke kantor." Ucap suara dari sebrang saat Itachi baru menempelkan ponsel ketelinganya.
"Yah, kurasa aku akan sedikit terlambat hari ini Kisame" Jawab Itachi dan suara kekehan terdengar dari sang penelepon.
"Jangan bilang kalau kau sedang bersama Hyuuga lagi. Kau selalu terlambat jika sudah berhubungan dengannya."
"Memang ada apa pagi pagi begini heh?" Tanya Itachi .
"Aku hanya mengingatkan saja kalau nanti akan ada rapat penting jam 8."
"Aku tahu kau dan kau pasti bisa menanganinya selama aku belum datang." Dan kemudian Itachi pun menutup telponnya dan melanjutkan acara makannya. "Aku akan berangkat mengantarkanmu dahulu ke sekolah kemudian akan langsung menuju kantor."
"Ta-tapi kau pasti akan terlambat ke kantor jika mengantarkanku dahulu. Kau sudah ditelpon orang kepercayaanmu dan pasti ada hal yang harus kau selesaikan segera di kantor." Ujar Hinata.
"Biarkan saja. Lagi pula dia bisa mengatasinya." Respon Itachi, Hinata yang mendengar penuturan Itachi kemudian tersenyum.
"Baiklah."
.
Sebuah mobil mewah warna hitam berhenti di sebuah sekolah elite di Tokyo. Sebelum Hinata turun dari mobil hitam tersebut, dengan secepat mungkin Itachi mencium bibir. "Aku akan menjemputmu seperti biasa." Ujarnya dan dengan tersipu Hinata hanya bisa menganggukan kepala.
Hinata pun turun dari mobil lalu saat mobil itu menjauh Hinata hanya bisa memandangi mobil Itachi yang semakin lama semakin jauh memenuhi keramaian jalanan di Tokyo. Setelahnya Hinata pun berjalan memasuki area sekolah dengan senyum yang merekah menghiasi wajahnya sesuai dengan suasana hatinya yang sedang bergembira.
'Itachi-kun.'
.
Hinata Hyuuga berjalan menyusuri kolidor sekolah elit tersebut untuk menuju ke meja kerjanya di ruang guru. United School adalah sekolah elit dikawasan Tokyo di bawah naungan yayasan milik keluarga Kaname Kuran. Bangunan yang terdiri dari 4 gedung yang masing masing gedung terdapat 2 lantai, dan ruang guru teletak di lantai satu sebelah timur dekat taman bunga mini yang dipenuhi oleh aneka bunga mawar nan cantik.
Hinata sampai di ruang guru lalu membuka kenop pintu dan langsung menuju meja kerjanya. Hinata duduk lalu meletakkan tasnya di atas meja dan tersenyum karna mendapati sekuntum mawar merah ada dimejanya. Dia ambil mawar itu lalu mencium wangi bunga itu dan bergumah 'pasti kau yang mengirimnya' lalu tersenyum kembali dengan pipi yang merona malu karena membayangkan wajah pria tampan yang telah mengiriminya bunga secara rutin disetiap pagi hari.
'aku merindukanmu.' Batin Hinata saat kembali mengingat lelaki itu.
.
Kota Beijing, disebuah hotel mewah seorang pria tampan berambut hitam bermata onyx sedang memperhatikan sesuatu dilayar laptop miliknya. Layar yang menampilkan sesosok gadis bersurai indigo yang sedang tersenyum sambil mencium sekuntum bunga mawar merah yang dikirimnya. Kadang pria itu tersenyum sendiri melihat tingkah laku dari sang Indigo. Rona merah dipipi gadis bersurai indigo itu membuatnya ingin sekali mencubit pipi merah tersebut lalu membawa sang gadis ke dalam pelukannya. Sungguh pria itu rindu akan momen-momen dimana dirinya bisa bersama dengan wanita bernama Hinata. Namun sebuah suara membuatnya menoleh kearah suara tersebut berasal.
"Sampai kapan kau akan seperti itu ? Memandanginya terus hanya akan membuatmu gila. Lihat sekarang kau, tertawa sendiri seperti orang gila saja." Pria itu menghentikan pandangan matanya ke layar laptop lalu berpindah menatap sosok pria lain yang tiba-tiba datang kekamarnya tanpa permisi.
"Apa urusan kita di sini sudah selesai ?" tanya pria itu dengan sinis.
"Ya, urusan kita sudah selesai. Arrrggghh... kau selalu seperti itu, mengalihkan pembicaraan jika menyangkut wanita itu." Kata pria itu lalu dengan seenaknya duduk di sofa dan langsung meminum segelas wine yang ada di meja.
"Hey, itu minumanku." Sahut pria pemilik kamar hotel tersebut.
"Hah, kau seperti lupa akan kebiasaanku." balas tamu tak diundang tersebut.
"Apa kau sudah mengurus semuanya?" Tanya pria tampan tersebut sambil melihat layar monitor.
"Yups ." sang tamu berdiri lalu berjalan menghampiri pria itu sambil berkata "kapan kau akan mengatakan isi hatimu pada nya?"
"..."
"Katakanlah secepatnya kalau kau memang benar-benar mencintainya. Kalau kau hanya bisa memendamnya seperti itu ia tidak akan pernah menjadi milikmu. Bisa saja kau akan keduluan oleh pria lain." Ujar sang tamu sambil menepuk pundak pria itu kemudian melangkah pergi.
Namun setelah sampai dipintu keluar tamu tersebut berhenti dan berkata lagi "tiket pesawat sudah aku pesan kan untuk perjalananmu hari ini. Aku dan tunanganku akan menetap disini untuk mengurus cabang perusahaanmu."
"Hm. Terima kasih. Jaga adikku baik baik." Balas pria itu.
"Ingat pesawat akan berangkat 3 jam lagi jadi bersiap-siaplah." Sang tamu pun keluar dan menutup pintu meninggalkan pemilik ruangan itu seorang diri.
Pria tampan itu akhirnya menyandarkan punggungnya dikursi untuk sedikit merilekskan tubuh dan pikirannya yang sedikit tegang karna ucapan tamu barusan. Dia memijit kepalanya yang tiba tiba sedikit pusing karena dia takut kehilangan Hinatanya.
Menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan dan berulang-ulang. Akhirnya pria itu mengambil sebuah keputusan 'Ya, aku akan mengatakannya padamu bahwa...' menutup mata kelamnya sejenak sambil membayangkan wajah gadis itu '-aku sangat mencintaimu... Hinata Hyuuga.'
Kemudian ingatan pria itu beralih ke masa lalu saat dirinya masih berumur 16 tahun. Dimana dulu keluarganya yang seorang perdana menteri di pemerintahan saat itu difitnah telah melakukan korupsi, ibunya meninggal karena ditembak oleh saingan politik ayahnya diparlemen sedangkan ayahnya dipenjara kemudian meninggal dunia karena sakit jantung setelah mendengar kabar istrinya terbunuh. Sungguh menyedihkan akhir dari keluarganya yang menyisakan dirinya dan adiknya saja.
Dengan latar belakang seorang anak yang dituduh sebagai anak koruptor tidaklah mudah. Segala kemewahan dan usaha yang dibangun oleh keluarganya hancur berantakan. Dan semenjak saat itu lah dirinya terpuruk. dirinya hampir kehilangan teman, perusahaan, dan segalanya, hingga akhirnya dia bertemu dengan Hinata yang masih berumur 14 tahun di sebuah restoran karena dirinnya bekerja disitu untuk membiayai hidupnya dan adiknya.
Dan sebuah kebetulan yang entah disengaja atau tidak oleh sang pencipta, ternyata keluarga Hyuuga adalah kawan lama mendiang ayahnya sewaktu masa sekolah dulu. Hiashi Hyuuga memberikan biaya hidup untuk mereka termasuk biaya meneruskan kejenjang kuliah hingga lulus. Hinata pun juga selalu memberikannya warna tersendiri untuk seorang anak koruptor sepertinya. Dan semenjak pertemuannya dengan keluarga Hyuuga semuanya jadi berubah.
Tokyo.
Digedung lantai 8 Itachi kini sedang duduk sembari membaca lembaran-lembaran kertas yang menumpuk secara satu persatu kemudian menandatanganinya. Hingga sebuah telepon berdering...
"Hallo?"
"..."
"Kenapa dengannya?"
"..."
"APA! BAGAIMANA KEADAANNYA SEKARANG?"
Setelah memutusakan panggilan tersebut Itachi pun langsung pergi meninggalkan kantornya dan melupakan berkas-berkas penting yang berisi milyaran uang yang seharusnya ia baca dan ditandatangani. Bahkan Itachi juga melupakan janjinya pada Hinata untuk menjemputnya sepulang mengajar di United School, kegiatan yang telah lama Itachi lakukan selama satu tahun sudah. Bagi Itachi yang ada saat ini adalah 'orang itu'.
.
.
.
.
.
TBC...
A/n : maaf jika masih ada kesalahan dalam penulisan. By: D.S and Hina Sasa.
Reviews? Please!
