Hai ! ^^

Hehe, saya author baru disini. Jadi mohon bantuannya ya ! Oke, ini fic perdana aku. Pairingnya dramione. Kalo masih ada typo tolong dimaafin ya, soalnya masih pemula. Tapi nanti akan aku perbaiki lagi. Oh iya, disini Tom Marvolo Riddle atau Lord Voldemort tidak saya munculkan. Anggap saja dia tidak pernah terlahir ke dunia *kejam*. Haha, Langsung aja ya, enjoy this story !

Harry Potter punya J.K Rowling

Pairing: Dramione

Warning: Gaje, aneh. Belum siap nerima flame, kalo kritik dan saran di halalkan. Don't Like, Don't Read

Hermione POV

Hai, namaku Hermione Jane Granger. Sekarang aku memasuki kelas 6 di Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry. Seperti biasa aku berangkat bersama Harry dan Ron, tapi sekarang kompartemenku tidak bersama mereka lagi. Aku harus satu kompartemen dengan si ferret Malfoy. Karena aku ketua murid putri dan dia ketua murid putra. Kemarin saat liburan musim dingin aku mendapatkan surat mengenai jabatanku sebagai ketua murid.

"Hermione, kau baik-baik saja kan?" tanya Ron memecah lamunanku.

"Hmm, ya aku baik-baik saja" jawabku sekenanya.

"Bagaimana ya rasanya satu kompartemen dengan Malfoy?" tanya Harry. Aku mengedikkan bahu.

"Entahlah, aku juga belum pernah merasakannya. Semoga saja dia tidak terlalu menyebalkan."

"Haha, jangan terlalu berkhayal Mione. Kalau dia tidak menyebalkan, pasti dia kerasukan setan musim dingin. Hahahaha," ucap Ron sambil tertawa, diiringi dengan tawa Harry tentunya.

Aku memutar bola mata. "Ya, kau benar Ron."

"Haha, jangan cemberut seperti itu Mione." Ucap Harry sambil menyeka air mata yang akan keluar dari sudut matanya. Air mata bekas tertawa tentunya.

"Baiklah, sepertinya aku harus kembali..." ucapku sambil melihat jam tangan putih yang melingkar di tangan kiriku. "...sebentar lagi rapat prefek. Ingat kalian harus datang, jangan sampai ketiduran!" ancamku.

"Iya-iya," ucap Ron sambil memakan coklat kodoknya. Sekali lagi aku memutar bola mata.

"Aku pergi dulu." Aku menutup pintu kompartemen Harry dan Ron. Lalu berjalan menuju kompartemenku sendiri.

Kriett. Aku membuka pintu kompartemen.

Brak! Aku menutupnya.

Di dalam aku sudah melihat seorang pemuda berambut pirang platina sedang duduk menghadap jendela. Aku duduk di depannya.

"Darimana saja kau Granger?" tanyanya, tanpa melihatku.

Aku membuka buku. "Bukan urusanmu."

"Haha, ya ya. Aku juga sudah tahu, kau pasti menemui si Pothead dan si Weasel itu kan." Ucapnya, kali ini melihatku sambil menyeringai. Uh, Tuhan aku benci seringaiannya itu!

"Kalau sudah tahu, untuk apa bertanya." Ucapku, sambil membaca buku.

"..." Tidak ada jawaban darinya. Keheningan melanda kami berdua, aku berkali-kali melirik sedikit ke arahnya yang sedang menatap keluar jendela.

Tok...Tok

"Masuklah," ucapku. Lalu, masuk dua orang memakai seragam ravenclaw. Ah iya! Aku lupa, sekarangkan waktunya rapat prefek.

"Bagaimana, jadi tidak rapatnya?" tanya salah satu orang tersebut.

"Tentu saja." Jawabku. Setelah itu, tibalah prefek hufflepuff, slytherin, dan gryffindor. Oh, Tuhan! Kenapa kedua prefek gryffindor ini selalu datang terlambat? Bayangkan, mereka datang saat pertengahan rapat.

"Baiklah, rapat kita tutup." Ucap Malfoy. Berangsur-angsur para prefek itu kembali ke kompartemen mereka masing-masing.

"Hei, Hermione." Panggil Harry.

"Hmm,"

"Kau tidak mau ke kompartemen kami?" tanyanya. Aku berpikir sejenak.

"Tidak usah, aku disini saja. Lagipula sebentar lagi juga sampai, kita bertemu di luar ya."

"Baiklah. Kami kembali dulu Mione."

Harry dan Ron pun pergi dari kompartemen ku. Sekarang tinggal aku dan 'dia' yang dilanda kesunyian. Aku masih membaca buku, dan dia masih menatap keluar jendela.

"Hn, Granger." Panggilnya. Aku mendongak, menatapnya.

"Apa?" tanyaku.

"Menurutmu, cinta itu apa?" tanyanya. Aku menahan tawaku, seorang Draco Malfoy bertanya tentang cinta? Padaku? Haha, sungguh tidak bisa dipercaya. Jangan-jangan benar kata Ron, dia kerasukan setan musim dingin!

"Ehem, menurutku cinta adalah sesuatu yang sakral dan menyangkut hati. Memangnya kenapa? Kau sedang jatuh cinta pada seseorang?"

"Sepertinya begitu," Merlin, aku sekarang ingin tertawa terbahak-bahak dan menjerit. Haha, Draco Malfoy sedang jatuh cinta? Awalnya kukira dia tidak normal.

"Kau, jatuh cinta? Sungguh tidak bisa dipercaya. Kau jatuh cinta dengan siapa, Pansy Parkinson atau Astoria Greengrass?" tanyaku.

"Bukan,"

"Lalu dengan siapa? Seekor musang betina? Haha, sudah kuduga seleramu seperti itu. Hahaha," aku sudah tidak bisa menyembunyikan tawaku. Sekarang aku jadi tertawa terbahak-bahak. Kulihat wajah Malfoy memerah, apa dia malu atau marah? Entahlah, aku tidak perduli.

"Argh, diamlah!" ucapnya. Aku malah semakin keras tertawa.

Tok...tok...tok

"Ngg..." aku membuka kedua mataku. Dan melihat ke sekeliling, kemana si ferret bodoh itu?

"Mione," panggil seseorang dari luar pintu kompartemenku. Lalu orang itu membuka pintunya.

"Ayo turun," ajaknya. Oh ternyata aku sudah sampai di Hogwarts.

"Ah iya, ayo Ginny." Aku membawa koperku dan berjalan keluar Hogwarts Express, di luar sudah ada Harry dan Ron.

"Kau lama sekali Ginny," ucap Harry.

"Habisnya, Mione masih tidur dan susah di bangunkan." Ucap Ginny. Aku memutar bola mata.

"Hmm, Ginny. Apa kau melihat Malfoy tadi saat kau ada di depan kompartemenku?" tanyaku.

"Malfoy? Malfoy yang mana?" tanyanya. Ya ampun, lemot sekali otak anak ini.

"Berapa orang malfoy yang kau kenal?" tanyaku, bersabar.

"Hmm, tiga orang. Lucius Malfoy, Narsisca Malfoy, dan Draco Malfoy." Ucapnya. Aku memukul jidatku. Susah sekali berbicara dengan kekasih Harry Potter dan adik Ron Weasley ini.

"Draco, Draco Malfoy. Kau melihatnya?"

"Ya, saat aku sampai di kompartemenmu dia baru saja keluar. Dan bilang padaku, bahwa kau sedang tidur."

"Lalu dia kemana?"

"Tentu saja ke Hogwarts, memangnya kenapa Mione?" tanyanya.

"Tidak, bukan apa-apa." Jawabku. Aku masih penasaran, sebenarnya siapa sih gadis yang dia suka. Jangan-jangan, Astoria. Akhir-akhir ini kan aku mendengar gosip tentang kedekatan mereka. Atau dia memang menyukai musang betina? Entahlah, aku bingung.

"Hermione, kau baik-baik saja?" tanya Harry.

"Eh, a-apa?" tanyaku. Harry hanya menggeleng pelan.

"Kita sudah sampai, kau tidak masuk ke asramamu?" tanya Ron.

"Iya, aku juga mau masuk." Aku lalu berjalan masuk ke salah satu ruangan. Namun Harry mencegatku.

"Ada apa sih Harry?" tanyaku kesal.

"Ini asrama gryffindor putra. Kau tidak mau tidur bersamaku dan Ron kan?" tanyanya. Aku menunduk malu.

"Hehe, maaf. Baiklah, aku pergi ke asramaku dulu. Sampai ketemu saat makan malam." Ucapku. Lalu berjalan meninggalkan Harry dan Ron.

Normal POV

"Ekor Hippogriff," Hermione mengucapkan kata sandi. Dan pintupun terbuka. Asramanya sekarang juga pindah. Dia tidak satu asrama bersama Ginny. Saat Hermione masuk, di dalam asramanya masih sama seperti asramanya dulu. Hanya saja, ada sedikit-banyak- barang-barang berwarna hijau dan merah tentunya. Dia berjalan menuju salah satu kamar dengan pintu berwarna merah. Sudah pasti itu kamarku, pikir Hermione. Karena tidak mungkin itu kamar Draco, pintunya saja berwarna merah.

"Pedang gryffindor." Dia mengucapkan kata sandi kamarnya, dan masuk kedalam.

Draco POV

Aku sedang membereskan baju-bajuku dan memasukkannya ke dalam lemari.

Kriett. Aku mendengar suara pintu, pasti si Granger sudah masuk ke dalam kamarnya. Kalau boleh jujur, sekarang Granger itu lumayan cantik. Apalagi dia pintar, banyak murid putra yang menyukainya. Sayangnya dia mudblood. Aku juga tidak tahu apa yang terjadi padaku. Setiap berdekatan dengannya, jantungku selalu berdebar. Aku kira aku sakit. Tapi menurut peri rumah di rumahku, aku baik-baik saja. Rasa ini sudah aku rasakan mulai tahun ketigaku, saat dia memukul pipiku dengan kepalan tangannya itu. Dan semakin kesini, rasa itu semakin menyiksaku. Apalagi sekarang, aku harus satu asrama dengannya. Apa mungkin aku... Ah itu tidak mungkin! Seorang Draco Malfoy yang Pureblood tidak mungkin menyukai Hermione Granger yang Mudblood. Benar kan?

"Ah! Sedang apa kau disini bodoh?" aku mendengar si Granger sedang bertanya baca:berteriak kepada seseorang.

"Aku hanya mampir sebentar, memangnya kenapa?" tanya orang tersebut. Bisa kutebak, orang itu pasti Ron.

"Aku mau ganti baju bodoh!" kudengar Granger mengumpat, dan seterusnya terdengarlah rapalan mantra dari kamar Granger.

Setelah merapikan baju-bajuku, aku keluar dari kamar. Di saat yang bersamaan juga, si Granger keluar dari kamar. Kami saling bertatapan sebentar, lalu mata kami beralih ke suatu pintu ruangan. Dan...

Kami berlari, menuju pintu tersebut. Aku berlari secepat yang aku bisa. Kulihat Granger juga sama.

Brak. Kami menabrak pintu.

"Aku duluan, bodoh!" ucap si Granger sambil memegang kenop pintu.

"Tidak, aku duluan yang sampai." Ucapku, memegang kenop pintu juga.

"Kau harus mengalah pada seorang wanita, Malfoy." Katanya sinis.

"Memangnya kau wanita?" tanyaku innocent. Kulihat wajahnya memerah, mungkin dia marah.

"Minggir," ucapnya sinis.

"Tidak." Ucapku sambil menyeringai.

"Kubilang minggir!" teriaknya.

"Tidak akan."

"Baiklah, kau yang memaksa..." kulihat dia mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Dia mengacungkan tongkatnya di depan wajahku dan... "Aguamenti!" ucapnya merapalkan mantra. Tersemburlah air dari ujung tongkatnya dan mengenai wajahku. Keseimbanganku kacau dan aku jatuh, kemudian kulihat dia berhasil memasuki kamar mandi dan berteriak.

"Aku duluan ya Malfoy!" teriaknya dengan tawa kemenangan yang menurutku menyebalkan. Aku hanya diam sambil mengelap air yang ada di wajahku. Awas saja kau Granger.

Normal POV

Hermione baru keluar dari kamar mandi. Dia sudah mengenakan seragam gryffindornya. Dia lalu berjalan menuju pantry, untuk mengambil air. Dilihatnya disitu, Draco Malfoy sedang duduk sambil membaca buku. Hermione memasang senyum kemenangannya.

"Kau tidak mandi Malfoy?" tanya Hermione dengan nada menyindir.

"Hn. Ini juga aku mau mandi. Kau mau minumkan?"

"Ya, memangnya kenapa?"

"Disitu ada piala berisi air, tadi mau aku minum tapi tidak jadi. Minumlah." Setelah berkata begitu, Draco pun berdiri, dan berjalan menuju kamar mandi. Hermione melongo namun kemudian terkekeh sendiri, mengingat dia sudah mengalahkan Draco. Dia lalu mengambil piala yang sudah terisi air putih disana. Dia meminumnya langsung sekali teguk tapi yang terjadi adalah...

"Uek, panas...panas!" teriak Hermione mengeluarkan semua air dari dalam mulutnya. Dia lalu mengambil air dingin dan meminumnya.

"Argh! Ferret bodoh!" teriak Hermione membahana di seluruh penjuru asrama ketua murid. Dan Draco hanya tersenyum di balik busa yang menutupi separuh wajahnya.

Makan malam

Hermione berjalan di koridor Hogwarts, dia ingin segera sampai di aula besar dan bertemu teman-temannya. Baru saja dia terlibat perang mantra dengan Draco Malfoy. Dan kalau saja bukan karena jam besar di Hogwarts berbunyi-tanda makan malam- mereka akan segera merapalkan mantra avada kedavra satu sama lain.

Akhirnya Hermione sampai di aula besar. Senyum mengembang di wajahnya, dia mempercepat jalannya dan duduk di sebelah Harry yang sedang ngobrol dengan Ginny.

"Hei, Mione." Sapa Ginny.

"Hei, Ginny." Sapa balik Hermione.

"Semua baik-baik saja?" tanya Harry. Hermione tersenyum.

"Tentu saja,"

Datanglah, seorang pemuda berambut pirang platina. Di sekitar wajahnya terdapat sedikit luka.

"Hei, Mione. Ada apa dengan Malfoy?" tanya Ron heran.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya merapalkan mantra avis padanya, lalu burung-burung itu mematuk wajahnya." Ucap Hermione enteng. Ron, Harry, dan Ginny melongo.

"Kau perang mantra lagi?" tanya Harry. Hermione mengangguk.

"Habisnya, suruh siapa dia mengerjaiku."

"Aku ngeri memikirkannya. Bisa-bisa kalian saling merapalkan mantra avada kedavra." Ucap Ginny menerawang.

"Entahlah, kalau kutukan itu tidak dilarang di Hogwarts. Mungkin aku sudah merapalkannya pada si ferret itu," ucap Hermione enteng. Harry, Ginny, dan Ron hanya menganga lebar.

Sementara di meja slytherin, Draco sedang memperhatikan Hermione dengan pandangan mata yang tajam dan seringaian khasnya. Ada sedikit rasa kesal pada gadis keturunan muggle itu. Masa dia merapalkan mantra avis dan membuat Draco dipatuk burung-burung kecil? Dan diotaknya sudah terdapat berbagai macam cara untuk membalas perbuatan putri gryffindor itu.

"Draco, kau kenapa?" tanya Pansy yang duduk di sebelahnya.

"Tidak, aku tidak kenapa-kenapa." Jawab Draco. Matanya masih fokus menuju nona-tahu-segala yang duduk bersama ketiga temannya. Pansy mengikuti arah pandangan Draco, dia mengerutkan alisnya.

"Apa ada masalah dengan Granger?" tanya Pansy lagi.

"Tidak,"

"Lalu kenapa dari tadi kau menatapnya terus?" tanya Pansy. Wajah Draco memerah.

"Ti-tidak, aku tidak melihatnya. Aku sedang melihat Ginny Weasley," jawab Draco. Alis Pansy semakin mengkerut, dia lalu menggelengkan kepalanya.

"Ginny sudah punya Harry, Draco." Ucap Pansy lalu mengobrol dengan Blaise. Draco merasa dirinya sangat bodoh.

Di meja gryffindor. Ron sedang makan dengan lahapnya-Dumbledore sudah mengijinkan semua murid untuk makan-. Harry, Hermione, dan Ginny juga makan.

"Hei, Mione. Kenapa sih kau tidak bisa akur dengan Malfoy?" tanya Ginny di sela-sela makannya.

"Hmm, kenapa ya? Kurasa karena dia menyebalkan." Jawab Hermione.

"Kau harus hati-hati, Mione." Ucap Harry.

"Ya, kau harus hati-hati." Tambah Ginny.

"Hati-hati apa?" tanya Hermione tidak mengerti.

"Benci dan cinta hanya di batasi oleh benang tipis." Ucap Ginny, Harry mengangguk.

"Apa sih maksud kalian?" tanya Hermione.

"Ya ampun, demi kaus kaki Merlin. Aku heran kenapa orang sepertimu bisa jadi ketua murid dan murid terpintar se-Hogwarts? Soal seperti ini saja tidak tahu." Ucap Ginny dan langsung di hadiahkan deathglare oleh Hermione.

"Simplenya, suatu saat nanti mungkin kau bisa menyukai Draco." Ucap Ron. Hermione yang sedang minum langsung menyemburkan minumannya kearah Ron. Dan naas baju dan rambut Ron langsung basah.

"Apa katamu?" tanya Hermione. Ron hanya diam, merengut.

"Jangan terlalu membencinya, nanti kau bisa menyukainya lho." Ucap Harry. Diikuti anggukan Ginny.

"Kalian mau kubunuh hah?" tanya Hermione galak. Harry dan Ginny hanya menelan ludah mereka.

Hermione POV

Aku sedang berjalan menuju asramaku setelah makan malam. Sepanjang perjalanan, aku memikirkan tentang obrolan saat makan malam tadi. Apa sih yang dipikirkan Harry, Ginny, dan Ron? Masa mereka bilang kalau aku bisa menyukai Malfoy. Dari segi apa coba aku menyukainya? Sifatnya menyebalkan, walaupun dia pintar dan harus kuakui dia sekarang lebih tinggi dariku bahkan hampir sama dengan tinggi Ron. Tapi tetap saja, sesuatu yang mustahil seorang Hermione Granger menyukai Draco Malfoy. Oh, apa kata Merlin nanti? Aku pasti dikutuk oleh nenek moyangku jika aku menyukainya. Dasar, otak ketiga orang itu memang sudah miring!

Akhirnya aku sampai juga di asrama ketua murid. Aku masuk ke dalam, setelah mengucapkan kata sandi tentunya. Aku duduk sebentar di sofa berwarna merah dan memejamkan mataku sebentar. Tiba-tiba, aroma mint masuk ke indra penciumanku. Aku membuka mataku dan aku melihat sesuatu yang membuat wajahku memanas. Draco Malfoy keluar dari kamar mandi, sepertinya dia baru mandi. Dia hanya menggunakan celana panjang hijau dan tidak menggunakan atasan. Rambut pirang platinanya berantakan, dan masih mengucurkan air sedikit. Aku terdiam menatapnya.

"Kenapa kau menatapku seperti itu Granger? Kau terpesona padaku?" tanyanya dengan seringaian yang membuatku ingin muntah.

"Kau bercanda? Demi rambut putih Merlin, Malfoy. Aku tidak mungkin terpesona padamu!" ucapku.

"Oh ya? Lalu kenapa kau menatapku dengan wajah seperti itu?" tanyanya sambil berjalan mendekatiku.

"A-aku, aku tidak menatapmu." Jawabku.

"Masa?" tanyanya dengan seringaian, sambil terus mendekatiku. Aku menelan ludahku dengan susah payah. Akhirnya aku terjebak antara, sofa dan tubuhnya. Oh, Merlin! Kurasa wajahku sekarang memerah. Dia mendekatkan wajahnya ke wajahku, hingga aku bisa merasakan hembusan napasnya.

"Apa yang ma-mau kau la-lakukan?"

"..." dia tidak menjawab. Aku hanya bisa menutup kedua mataku. Sampai kurasakan hembusan napasnya berpindah ke telingaku. Dan dia membisikkan sesuatu. Aku membulatkan mataku. Dia menarik kembali wajahnya dan pergi meninggalkanku sendiri. Aku menggeram.

"Draco Malfoy! Apa maksudmu hah?" teriakku, murka. Apa maksudnya coba. Dia bilang wajahku konyol. "Rambutmu itu yang konyol, ferret!" teriakku lagi.

*TBC*

Haduh, semoga ga terlalu gaje atau abal ya. Maaf juga kalo banyak typo. Dan menurutku judul dan storynya ga nyambung. Aku emang susah buat judul. Sekian aja, minta reviewnya ya^^