Disclaimer : JK. Rowling.

.

Rate : T

.

Genre : Romance, Humor.

.

Warning : Shonen-ai, Typos, OOC, gaje, Humor garing, No War No Voldemort.

.

Don't Like, Don't Read!

.

Status Palsu

.

.

Dengan langkah perlahan Harry menyeret kakinya menuju asrama Gryffindor - yang terbilang cukup jauh. Hari ini benar-benar hari yang melelahkan, dan ia ingin cepat-cepat terbantai di tempat tidur miliknya.

Sayup-sayup ia mendengar langkah-langkah lain yang menuju ke arahnya. Harry yang merasa sudah lelah, terlalu malas menengok ke belakang dan terus saja berjalan. Tak menyadari apa yang akan menimpanya kelak.

''Berhenti mengikutiku!'' perintah sebuah suara bernada menggeram.

Oh! Harry tahu pemilik suara ketus itu. Dan ia tahu siapa yang sedang dibentaknya.

''Kami hanya ingin tahu, Draconis...kami kan, Dracoholic...'' koor suara anak perempuan itu seperti sebuah nyanyian seriosa. Dan hal itu membuat Harry berhenti berjalan. Ia tak bisa tidak tertawa kalau berurusan dengan yang satu ini. Sepertinya kali ini Draco benar-benar kewalahan menghadapi fans fanatiknya.

''Berhenti mengikutiku atau ku mantrai kalian semua menjadi tikus!'' ulang Draco dengan nada yang lebih mengintimidasi dan sangat mematikan.

''Draconis tak akan melakukan hal seperti itu pada Dracoholic!'' seru mereka dengan nada setengah merajuk setengah manja. Sepertinya intimidasi Draco sama sekali tak berefek apa-apa.

Harry harus segera pergi dari tempat itu sebelum ia terkapar karena tertawa terbahak-bahak dengan tidak elitnya. Ia mempercepat langkah kakinya saat menyadari derap kaki di belakangnya semakin mendekat.

Ekor mata Harry melihat Draco sedang berjalan cepat, mungkin ingin mendahuluinya. Atau mungkin, ia ingin segera kabur dari puluhan murid cewek dari berbagai kelas yang menamai diri mereka sebagai 'Dracoholic', pecinta Draconis forever! Yang juga selalu mengikuti kemana pun Draco pergi. Seolah-olah mereka anak ayam yang mengikuti induk bebek saja.

''Well, jadi kalian benar-benar ingin mengetahuinya?'' Draco bertanya sambil mempercepat langkahnya.

''Tentu, Draconis.''

Harry lagi-lagi tergelak mendengar panggilan sayang dari para fans fanatik Draco tersebut. Ia baru berhenti terbahak ketika insting Gryffindornya mengatakan ada pandangan menusuk dari arah belakang. Sepertinya Sang Slytherin tahu kalau sedang ditertawakan.

''Baiklah, tapi jangan terkejut setelah ini.'' ancam Pangeran Slytherin tersebut. Kemudian, Draco melesat mendekati Harry, padahal lorong itu cukup lebar untuk dilewati berjauhan.

Grepps.

Harry berhenti secara paksa. Ia menyadari ada lengan yang menahan bahunya. Dan orang yang menahannya itu adalah Draco Malfoy, musuh bebuyutannya sejak kelas 1.

''Apa?'' tanya Harry dengan wajah diliputi kekesalan. Ia sangat letih sekarang, tubuh dan jiwanya sedang tidak ingin menghadapi lelaki jangkung 'tukang pembuat onar' dihadapannya ini. Merepotkan! Pikir Harry.

Alih-alih menjawab pertanyaan Harry, ia malah menatap para Dracoholic-nya dengan pandangan menghasut. ''Baiklah, perkenalkan semuanya, pemuda inilah kekasih yang selama ini ku rahasiakan.'' Draco berkata sembari menarik Harry ke dalam dekapannya.

Mata Harry melotot mendengarnya. Apalagi sekarang yang sedang dimainkan oleh anak Lucius Malfoy ini?

Suara koor bernada minor itu seolah mengatakan ketidak percayaan mereka pada perkataan sang Draconis.

Bagaimana mungkin kekasih yang menjadi rahasia tersembunyi, yang selalu ingin diketahui kebenarannya dan kerap menjadi gunjingan panas para Dracoholic sejak dulu adalah... Harry Potter?

Apalagi dengan setting lorong yang suram seperti ini. Ditambah dengan time line yang terkesan dipaksakan, makin menguatkan keyakinan mereka kalau Draco hanya ingin gadis-gadis tersebut berhenti menjadi DracoHolic - paparazzi yang selalu ingin tahu hal sekecil apapun dari seorang Draco Malfoy.

Mereka mempelototi Harry dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Seolah-olah mereka - Dracoholic- adalah seorang mertua yang tengah menilai menantu untuk anaknya - Draco.

Mata bulat besar beririskan emerald yang berbingkai kaca mata, bibir merah bagai cherry, tubuh ramping yang menjurus ke kurus - sedikit membuat mereka iri, karena mereka perlu berdiet untuk mendapatkan badan seperti itu - dengan tinggi lumayan, surai hitam berkilau yang berantakan seperti baru saja diterjang badai, dan kulit Harry yang terlalu 'cantik' untuk ukuran seorang cowok. Dalam pandangan gadis-gadis itu, Harry sangatlah tidak 'awesome' untuk dijadikan pendamping sang Draconis.

Sungguh, gadis-gadis pemuja Draco Malfoy ini bukanlah penilai yang baik!

''Jadi...Harry Potter adalah pacar Draconis,'' gadis-gadis itu berkata, setelah puas menatap lekat-lekat kekurangan Harry. Well, itu sih kalau bisa disebut yang namanya kekurangan.

''KAMI-TAK-PERCAYA!'' seru para DracoHolic dengan menggebu-gebu.

''Sudah ku bilang, kan. Kalian akan terkejut karena aku seorang...gay.'' Draco berkata dengan sangat puas.

''Gay?'' Para gadis itu menggeleng-geleng, menyadari Draconis mereka salah mengerti. ''Bukan. Kami tidak percaya, bukan karena Draconis menyukai 'Arry yang seorang lelaki. Hanya saja, pemuda ini,'' Gadis-gadis itu memeras otaknya guna mencari kata yang tepat. ''Hhmm...terlalu biasa.'' seru gadis-gadis yang tergabung dalam DracoHolic itu dengan tidak yakin. Tidak yakin karena penilaian mereka hanyalah sebuah penilaian sebelah mata. Sepertinya mereka cemburu dan iri sekali setelah mengetahui kalau ternyata Harry-lah kekasih dari Draco Malfoy.

''Dan, bukankah kalian musuh sejak pandangan pertama?'' tanya mereka penuh selidik.

''Itu hanya pura-pura,'' ucap Draco dengan pandangan bosan dan helaan nafas lelah karena menghadapi fansnya yang sering membuat rusuh di manapun ia berada. ''Inilah yang sesungguhnya. Harry James Potter adalah kekasihku.'' ulang Draco dengan nada meyakinkan yang tidak dibuat-buat.

''Benarkah? Kalau begitu buktikan kalau Draconis tak berbohong pada Dracoholic, sekarang!'' tantang para Dracoholic kemudian. Mereka masih yakin bahwa sang Draconis hanya main-main dengan perkataannya tadi. Hanya agar para Dracoholic bungkam dan berhenti menjadi maniak-maniak gila yang selalu mengejar-ngejarnya.

''Hei!'' protes Harry yang sedari tadi diacuhkan. Ia harus menjelaskan kalau apa yang dikatakan si Ferret alias Malfoy itu adalah sebuah fitnah, sebuah kebohongan, sebuah kepalsuan, sebuah pelencengan pada fakta atau apalah itu sebutannya, yang sengaja diucapkan si musuh bebuyutannya ini agar ia dipermalukan. Begitulah pemikiran Harry saat ini.

Tapi sebelum ia berkata apapun Draco sudah mengantisipasinya dengan berkata, ''Baiklah, akan ku buktikan.''

Draco memulai aksi gilanya di depan para Dracoholic. Ia mendongakkan dagu Harry. Kemudian menangkup pipi chubby itu. Sedetik kemudian, sebuah ciuman maha dahsyat pun tercipta.

''KYAAA!'' koor histeris dari Dracoholic memenuhi lorong itu, ketika melihat pemandangan indah di depan mata mereka yang memang sejak awal sudah tidak suci. Memekakkan telinga Draco dan Harry yang sedang berciuman panas - pembuktian dari sang Draco Malfoy kepada fans stress-nya .

Harry yang tersadar kemudian mendorong Draco sekuat hati dan tenaga. Wajahnya sudah semerah orang yang baru saja minum firewhiskey dicampur temulawak sekarang. Draco menyeringai menatap orang yang telah dideklarasikannya sebagai kekasih tersebut.

''KAU! APA YANG KAU LAKUKAN!'' tunjuk Harry dengan jari tengahnya. Ckck, itu tak baik, Harry.

''Mencium kekasihku,'' jawabnya santai. Ia menatap mata emerald Harry yang berkilat-kilat bagai langit mendung tersebut. ''Membuktikan bahwa kita benar-benar sepasang kekasih pada gadis-gadis ini.''

''KITA...KEKASIH?'' Harry tercekat mendengar perkataan Draco yang baru saja tersangkut ke gendang telinganya. ''JANGAN BERCANDA, FERRET!''

''Harry, berhentilah berakting. Aku bosan dengan status palsuku sebagai single serta gadis-gadis yang semakin ekstrim menggangguku. Biarkan mereka tahu yang sebenarnya. Kalau Aku sudah punya kekasih dan orang itu adalah kau,'' Draco berkata sambil kembali melenggang mendekati pemuda berkacamata itu dan meletakan jemarinya ke pinggang ramping Harry.

'' Akui saja, sweetheart,'' Draco berujar sembari meletakan dagunya ke pundak Harry.

''SWEETHEART!'' Harry mengerutkan dahinya, amarahnya sudah mencapai ke ubun-ubun mendengar bualan Draco. Ia mengambil ancang-ancang untuk mengeluarkan tongkat holly yang tersembunyi di kantongnya. Namun dengan sigap sang Slytherin menahan lengan sang Gryffindor.

''Maaf, para Gadis. Kami harus menyelesaikan sesuatu.'' seringai Draco terkembang ketika ia memanggul Harry secara paksa. Dan sebelum pergi, pangeran Slytherin itu berkata lagi, ''Well, sepertinya kekasih ku yang nakal ini perlu diberi hukuman.''

Fans fanatik Draco itu hanya menganggukan kepalanya. Pertanda mereka mengerti akan kebutuhan kedua insan sejenis tersebut. Sepertinya, hati mereka sudah terlanjur terjerumus doktrin sang Draconis yang mengatakan bahwa, Harry adalah kekasihnya!

Dan, secara tidak sadar, Para Dracoholic itu telah mengakui kalau Harry sebenarnya sangatlah serasi untuk bersanding dengan sang Draconis.

Meski masih setengah hati, sebenarnya.

.

.

Harry meronta-ronta dalam gendongan sang pemuda bersurai pirang platina tersebut. Setelah merasa aman dan merasa yakin bahwa punggungnya akan retak karena sedari tadi tangan Harry memukul punggung tegapnya, Draco kemudian menurunkan Harry.

Harry mundur selangkah, wajahnya penuh dengan aura kemarahan.

''Ferret...KAU!'' desis Harry sembari menunjuk wajah aristokrat Draco, kali ini dengan jari yang benar. ''Apa maksudmu tadi? Jelaskan padaku, sekarang!

''Baiklah, Potter,'' Draco memulai. ''Kau boleh marah, itu hak mu. Tapi kau juga harus sadar bahwa saat itu aku sedang terdesak. Berpura-pura menjadi gay adalah satu-satunya jalan untuk keluar dari kumpulan gadis-gadis aneh itu.''

''Tapi kau bisa memilih orang lain untuk pasangan aktingmu sebagai gay! Kenapa harus aku! Dan kenapa kau harus menciumku!'' Harry mendelik marah. Ia benar-benar gusar sekarang. Dan Gryffindor yang satu ini kalau sedang marah benar-benar mengerikan.

''Sudah kubilang kan, Potter. Aku terjepit. Ide itu tiba-tiba saja terbersit saat melihatmu di depanku, semua itu terjadi secara spontan,'' Draco berhenti sejenak. '' Lagi pula, saat itu hanya ada kau satu-satunya di lorong itu yang bisa membantuku.''

''Membantumu? Membantumu!'' Harry menatap Draco dengan pandangan mematikan. Ia menarik kerah seragam Draco mendekat ke arahnya. ''Sadarkah kau, Malfoy. Kau telah menghancurkan IMAGE-KU!''

''Tapi ak-''

''Dan apa kau menyadari, mereka bukannya menjauhimu sekarang, mereka malahan terkesima. Mereka suka pada apa yang kau lakukan padaku!'' pekik Harry terus menyemburkan amarahnya. ''Kau benar-benar Ferret, Malfoy!''

Plakk!

Harry menampar wajah Draco, membuat pipi lelaki yang lebih pantas untuk dicium itu menjadi memerah.

''Itu balasan karena kejadian tadi, Malfoy!'' ucap Harry dengan tampang yang terkesan cukup puas. Sepertinya Harry perlu menampar pipi Draco yang sebelah lagi, supaya amarahnya menghilang seluruhnya.

Setelah mendengus beberapa kali, Harry pun bergegas melangkah pergi. Draco menatap kepergian Harry yang semakin menjauh tersebut dengan pemikiran seorang Slytherin yang dipenuhi 'macam-macam'.

Secara sepihak tanpa persetujuan dari orang yang bersangkutan, ia sudah mengganti statusnya dari lajang menjadi berpasangan.

Ya, berpasangan dengan Harry Potter.

Dan sepertinya, mulai saat ini ia akan betah dengan 'status palsu'nya tersebut.

.

.

TBC ?

.

.

Tidus Note: Haiii, lama kena WB, Saya kembali lagi. Maaf klo ada yang ga suka sama ceritanya atau ceritanya rada ga jelas. Dan maaf klo masih ada typo, Saya udah berusaha sebaik mungkin lho.

Dan untuk itu saya minta...

REVIEW PLEASE.

.