"Hosh...Hosh...Hosh!"
Suara derap langkah terdengar dari sekumpulan remaja. Mengabaikan raga yang sudah terlampau lelah, sosok-sosok penerjang gelapnya bayangan hutan itu tetap melaju. Namun seakan tak mau membantu, pelita malam asyik bersembunyi di balik dekapan awan. Sukses, membuat satu gadis berambut panjang tersandung akar pohon besar.
"Hinata!"—teman-temannya memekik panik. Namun si gadis mengintruksikan agar delapan remaja tak jauh darinya untuk kembali berlari. Sebelum, kegelapan menelannya.
"LARI!"
Berjumlah delapan, mereka kembali berlari. Bukan bermaksud tidak peduli pada kawan, namun kini keadaan tidak memihak sedikit pun. Mereka benar-benar terdesak. Bagaimana sempat mereka memikirkan keselamatan teman, sedangkan mereka sendiri terancam tak dapat membuka mata?
"D-dia semakin dekat!"
"Terus berlari, Ino! Tenten, tetap lihat ke depan!"
"Ha'i, senpai!"
Makhluk-entah-apa di belakang mereka hanya menyeringai bersama pekatnya kegelapan. Namun bagi remaja-remaja tidak biasa itu, makhluk tersebut tengah menertawakan mereka dan mengumbar, bahwa kematian di depan mata.
'Aku...tidak, kalian harus selamat!'—batin satu yang paling mencolok dengan rambut merah mudanya. Gadis itu merapalkan sesuatu dengan pelan, lalu meninju udara di hadapannya, mementalkan rekannya yang lain.
"SAKURA!"
Tersenyum lemah, gadis itu ambruk, ikut tertelan kegelapan.
"S-saku...ra..."
"Hentikan Ino! Kita harus cepat!"
"Sudah kubilang, Shikamaru! Dwarf itu pengkhianat!"
"Chk! Berpencar!"
Kini mereka berpencar. Makhluk tadi menyisi ke kanan, membuat 3 remaja arah kiri sempat merasa selamat untuk sementara waktu. Namun ternyata mereka salah, karena makhluk itu mengirim anak buahnya mengikuti mereka.
"Tuh 'kan, kubilang juga bunuh Loki sialan itu!"
"Kenapa tidak kau lakukan sendiri, bocah bawel?!"
"Berhenti kalian! Tak ada waktu untuk—Awas!"
Blarr!
"INO!"
Loki—yang tadi sempat dibicarakan tertawa kesetanan, membuat aura tegang semakin mencekam. Tangannya terangkat di udara, mempersiapkan sesuatu. Namun satu pemuda dari tiga remaja itu menghampiri teman perempuannya—yang pingsan.
"Awas, NARUTO!"
Asap kehitaman melesat, mengarah pada dua remaja itu. Satu yang tersisa mendengus kecil, lalu bergerak kilat menjadi tameng bagi keduanya. Loki yang membuat onar, menyeringai puas atas hasil kerjanya.
"Lord pasti akan memberiku penghargaan karena berhasil meruntuhkan pengamanan Valar sepertimu, Kurama."
"K-ku...rama?"
'Sial!'
Dua pemuda itu terdiam saat kilau cahaya mengunci pergerakan Loki. Menoleh ke satu-satunya gadis yang mengekor mereka, keduanya tak dapat menahan senyum lebar. Gadis itu masih bisa sadar dan melayangkan serangan, syukurlah!
"Kalian pergilah! Cari bantuan ke Alfeim!"
"Ha'i!"
Mengandalkan si gadis, mereka kembali melangkah ke tempat tujuan. Namun, betapa terkejutnya mereka saat anak buah Morgoth sudah berjaga di seberang portal Arda(dunia). Sebuah jebakan!
"Hoo apa ini? Valar mendatangi kami? Beruntung sekali!"
"Sayang sekali ya, pohon Lindon dilingkupi kegelapan? Beginilah jika yang muda terlalu dipercaya!"
Tawa laknat yang terdengar memecah keheningan malam. Namun pemuda yang disebut 'Valar' langsung memasang kuda-kuda menyerang. Mata birunya tampak berkilauan saat badannya mulai bercahaya. Rambut pirangnya bergerak simetris dan perlahan.
"Biarkan aku mengatasi ini, senpai. Ganti misi. Jemput penyelamat."
"K-kau..."
"Kami percayakan padamu..."
.
.
.
Naruto © MK-sensei
Mitologi Nordik, Eropa people's
Eru Iluvatar's
Chapter 1 : You're Elf
"Gyaa! Kau lucu sekali!"
Seorang gadis memekik kegirangan saat dirinya menemukan seekor rubah unik yang tertidur di bawah pohon taman tempatnya biasa menghabiskan weekend. Wajahnya tampak sangat exited dengan rubah itu. Pasalnya, rubah kecil yang ditemukannya itu memiliki banyak ekor. Jemari lentiknya mulai menyentuh tubuh si rubah, menghitung jumlah ekornya.
'S-sembilan?'batinnya dilanda shock.
Perlahan ia memundurkan badannya. Sembilan, bukan angka yang bagus. Namun saat ia kembali menggeserkan pandangannya pada bagian kepala rubah itu, alisnya terangkat sebelah. Mata rubi si rubah menatapnya...tajam.
"Err?"
Gadis pirang itu melotot tak percaya saat rubah tersebut menerjangnya sampai terbaring di atas rerumputan. Entah hanya perasaannya atau rubah itu memang memasang seringai, ketika berhasil melihat bandul kalung di balik jaketnya.
"Khukhu~ Senang bertemu denganmu lagi, Naruko."
Naruko—nama gadis itu—semakin shock saat suara baritone keluar dari mulut rubah tersebut.
"SILUMAN!"teriaknya memekakkan telinga, sembari berlari menjauh dari si rubah berekor sembilan.
"H-hey! Tunggu, bocah!"
.
.
.
"Jangan bercanda, Kyuubi!"
Naruko mengusap wajahnya jengah. Ia dan rubah—yang dipanggilnya Kyuubi—itu kini berada di apartemen sederhana milik Naruko. Semua penjelasan yang Kyuubi berikan padanya benar-benar memusingkannya! Sedari tadi, rubah itu terus berkokok(?) tentang hal-hal yang kurang ia mengerti. Kalau tidak salah, semua yang dikatakan rubah itu dari teori mitologi Nordik milik penduduk Eropa di luar sana. Sedangkan rubah itu malah tertawa merendahkan.
"Gezz! Serius, Kyuubi. Kau membuatku bingung!"Naruko menggerutu. Gadis itu sempat melongo saat Kyuubi meneguk ocha—yang dibawa rubah itu dari dapur dengan tidak sopannya—dengan keeleganan. Seperti gerakan seorang bangsawan. Merasa kewarasannya sedang dipertanyakan, Naruko menarik dua kunciran rambutnya gemas.
'Ini membingungkan, Kami!'
"Aku tak tahu lama di dunia manusia membuat otakmu terbentur, Naruko. Mau tidak mau kau harus ikut denganku ke Dunia Tengah. Pohon Lindon butuh pertolonganmu."rubah itu mengganti posisinya jadi berbaring di sofa, dengan kedua tangan menjadi bantalannya.
"Oke, STOP! Serius, Kyuubi! Kau membuat otakku hampir meledak!"Naruko meraung frustasi. Ia nyaris melempar sofa yang didudukinya pada Kyuubi, kalau tidak ingat dia seekor rubah.
"Bodoh. Teori dasar saja tidak mengerti. Bo-cah."
"Berhenti mengataiku!"
"Hoo?"
"Cukup! Kesabaranku habis!"
Naruko bangkit dan menghampiri Kyuubi dengan tampang horror. Namun rubah itu tetap anteng dengan berbaringnya, seakan sudah biasa melihat hal itu.
"RUBAH MENYEBALKAN!"
"HEI!"
Kyuubi memekik panik saat Naruko mencekiknya dengan brutal. Oke, dia memang bukan rubah biasa. Tapi tetap saja itu sakit!
"L-lepas!"
"Minta maaf!"
"Kau yang harusnya minta maaf pada Elf lebih tua darimu, bocah! Kau, Elf, tidak dibolehkan menyakiti Valar sepertiku!"Kyuubi mulai lagi dengan teori memusingkannya.
"Gezz! Aku ini manusia, Kyuu! Berhenti menyebutku sebagai makhluk dongeng itu!"Naruko makin brutal.
'U-ugh...'
Merasa tak ada pilihan, Kyuubi menancapkan kuku-kuku tajamnya di lengan Naruko. Gadis itu sukses meringis kesakitan dan melepas cekikannya. Matanya semakin berkilat penuh amarah melihat tetesan darah dari lengannya.
"KYUUBI!"
"Jangan salahkan aku, bocah bodoh. Aku hanya menyelamatkan diriku. Dan sekali lagi kau bilang kita ini makhluk dongeng, maka jangan salahkan aku jika aku membunuhmu."
Naruko terdiam saat Kyuubi naik ke pangkuannya dan menyentuh luka cakar itu. Mata birunya membulat tak percaya saat luka tersebut menutup dengan sempurna.
"B-bagaimana, k-kau-"
"-Jangan kaget begitu. Menggelikan! Kau bahkan jauh lebih mahir dariku. Kita belajar bersama Felix, dulu."
"Aku bingung! Aku bingung!"
Kyuubi melepas tawanya saat Naruko tampak semakin frustasi. Berkedip usil, ia memulai kembali penjelasannya tentang seluk-beluk Arda(dunia). Diakhiri teriakkan frustasi dari Naruko.
Naruko's PoV
'Telan aku!'raung batinku penuh kefrustasian. Rubah bodoh itu mau menghancurkan kepalaku dengan berbagai hal mrmbingungkan!
"Chk!"
Kyuubi tiba-tiba melompat ke jendela. Matanya berkilat tajam, tampak menyeramkan walau langit jingga menjadi background-nya. Sedari tadi, rubah bodoh-tapi-imut ini terus membuatku bingung. Dan kini ia membuatku lebih bingung lagi! Menyebalkan!
"Sekarang kita berangkat!"
Mataku membulat mendengarnya. Apa-apaan Kyuubi itu?! Dia janji berangkat besok, setelah aku pulang sekolah dan meminta izin. Menyebalkan! Dia seenaknya saja! Hey! Bagaimana kehidupanku di sini?!
"Tunggu apalagi? Ayo! Bawa tas untuk menyembunyikanku!"
Dia tampak gusar. Merasa ada yang tidak beres, alhasil kuikuti saja suruhannya. Dia masuk ke dalam tas yang kugendong, dan kami memulai perjalanan atas intruksi rubah itu juga.
Udara semakin mendingin ketika kami sampai di perbukitan. Dapat kurasakan pergerakan gelisah dari Kyuubi. Aku penasaran, sebenarnya ada apa ini? Apa benar seperti kata rubah itu, kalau di Dunia Tengah—apalah itu—sedang kacau? Apa benar dia ini terkena sihir dan berubah jadi rubah? Apa benar dunia berdasarkan mitologi Nordik itu benar-benar ada? Yang terpenting, apa benar aku adalah Elf? Bangsa kerabat manusia di dunia fiksi itu? Grrh! Pertanyaan-pertanyaan itu membuatku semakin pusing!
"Hey Kyuu..."merasa bosan, kucoba membuka obrolan dengan rubah menyebalkan itu.
"..."tak ada jawaban.
"Kyuu..."
"..."masih tidak menjawab.
"KYUU!"
"J-jangan berteriak, bocah!" akhirnya dia menanggapi juga.
"Habisnya...kau diam! Memang sebenarnya apa yang mengejarmu?"kuputuskan untuk mengeluarkan satu pertanyaanku. Kudengar desah nafas berat darinya.
"Orc. Tak tahu jenis apa aku tak mau tahu. Yang jelas kita harus cepat ke Dunia Tengah dan menyembuhkan pohon Lindon."
Yak! Dia mulai menyebut spesies tumbuhan tidak jelas itu lagi. Apaan tuh, pohon Lindon? Mencoba membayangkan seperti apa, aku malah terbayang jam besar Big Ben yang ada di London. Oke, semua ini membuatku susah berpikir! Aku mengabaikan imajinasiku yang melantur kemana-mana saat mendengar suara minta tolong dari dua orang wanita.
"Jangan ke sana!"larang Kyuubi tiba-tiba.
Mengabaikannya, aku tetap berjalan ke sumber suara. Mataku terbelalak melihat seorang wanita tergantung di sisi jurang, di tahan wanita satunya. Mengesampingkan mengapa mereka ada di sini, kubantu sampai wanita itu berhasil selamat.
"Kami menemukanmu..."
Eh? Mataku terbelalak saat senyum terimakasih dua wanita itu menjadi seringai menyeramkan seiring berubahnya badan mereka menjadi sesosok makhluk aneh nan menyeramkan bagiku. Mata runcing mereka terpaku padaku, tepatnya pada ransel yang kubawa. Kuyakin, yang dimaksudkan mereka adalah Kyuubi si rubah. Jadi...inikah Orc yang dimaksud? Merasa dalam bahaya, kuputuskan untuk berbalik dan ambil langkah seribu secepat mungkin.
"Sudah kubilang jangan hampiri!"
Aku memekik protes saat Kyuubi menggunakan kuku tajamnya untuk merobek ransel kesayanganku. Namun rubah itu tidak peduli dan melompat turun, berlari satu langkah di depanku.
"Gezz... Aku dijebak!"Kyuubi tiba-tiba berhenti, membuatku nyaris terjatuh karena terkejut. Tatapannya sangar, ke sekeliling. Hii! Dia seperti bertransformasi menjadi T-rex! Tapi tunggu dulu! Apa katanya tadi? Dia dijebak?
"Maksudmu kita, Kyuu!"protesku padanya.
"Kita? Memang untuk apa manusia bodoh sepertimu diburu? Khekhe..."
"Sialan kau, rubah!"
"Hati-hati dengan ucapanmu, bodoh."
"BERHENTI MENYEBUTKU BODOH!"
Menghela nafas, kucoba untuk menyurutkan emosiku pada Kyuubi. Kini, kami dikepung oleh berbagai macam makhluk aneh lainnya. Cih! Baru sehari sudah begini. Bagaimana jika aku harus terus mengikutinya?
"Hoo Valar sedang berlindung di bawah manusia? Itu sangat memalukan mengingat kau yang terkuat..."
"Berisik."
Jantungku nyaris copot saat Kyuubi menerjang mereka dengan nekatnya. Pergerakannya benar-benar cepat, sampai tak ada yang bisa mendekat padaku. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dan kupikirkan. Dia seekor rubah! Bagaimana bisa Kyuubi memiliki power sebesar itu? Sebenarnya ada apa dengan semua ini?! Argh! Kepalaku sakit memikirkan semua ini!
"Kenapa kau diam saja, bocah?!"Kyuubi tiba-tiba berteriak membangunkanku dari lamunan. Ia tampak marah aku berdiam saja. Hey! Apa salahku? Aku tak tahu yang harus kulakukan!
"Memang apa yang harus kulakukan? Bukankah kau yang membawa kita pada kondisi ini hah?!"
"Jangan salahkan aku, bocah tengik! Kalau kau tetap diam bersama kami di Alfeim, pohon Lindon tak akan kenapa-kenapa!"
BUAGH!
"K-kyuu!"pekikan itu reflek kukeluarkan saat Kyuubi terkena hantaman satu Orc yang paling besar. Rubah itu berguling-guling di tanah sebelum akhirnya berhenti dan menyerang balik. Ugh... Gara-gara berteriak padaku, rubah itu jadi hilang konsentrasi! Namun tak dapat dipungkiri, rubah—kalau dia memang rubah—itu punya daya tahan tubuh yang sangat kuat. Hebat! Kalau aku sih belum tentu bisa! Sepertinya yang bisa kulakukan adalah memberinya semangat!
"AYO KYUU!"
BUAGH! Gretek!
"APA YANG KAU LAKUKAN?! Bocah tengik! Bantu aku! Tubuh merepotkan ini merugikanku!"
Aku merinding sendiri menatap korban kaki-kaki kecil Kyuubi. Orc itu berakhir ambruk di tanah dengan tangan-kaki patah. Uhh! Dia itu rubah macam apa sih?!
"HEH BOCAH! AKU BERBICARA PADAMU! Yang kubutuhkan bantuan fisik, bukan mental!"
"H-hiaaa b-baik! Aku harus melakukan apa?!"
"Rubuhkan satu pohon paling besar 10 meter di belakangmu! Sinar bulan bisa melemahkan pengaruh gelap yang ada!"
Aku menganga mendengar perkataannya. Jangan bercanda! Bagaimana mungkin tubuh kurusku bisa merubuhkan pohon, sementara tak ada benda tajam bersamaku?! Dia sudah GILA!
"Bagaimana bisa aku melakukannya?!"geramku. Kyuubi masih sempat-sempatnya mengutukku dari sana sedang ia sendiri sibuk menghajar puluhan Orc itu.
"KAU ELF! PIKIRKAN SENDIRI, BODOH!"
"KAU YANG BODOH! AKU CUMA MANUSIA!"
"LAKUKAN APA PERINTAHKU, BOCAH! CEPAT! TENAGAKU NYARIS HABIS!"
"KAU MENYEBALKAN! AKU TIDAK BISA!"
"LAKUKAN SAJA!"
"!"jeritan penuh kekesalan keluar begitu saja dari bibirku. Tiba-tiba semua pohon tumbang perlahan di sekeliling kami. Membuat lingkungan gelap di sekitar bukit tertutup ini tersinari senyum rembulan. Mataku sukses membulat melihatnya. Semua Orc tiba-tiba berlutut dan mengerang kesakitan, terkena cahaya rembulan.
"Nah, lihat? Dari kecil kau memang tidak waras, membuat gejala alam yang aneh-aneh. Namun itu karena kau memang Elf murni, menyatu dengan alam Arda."Kyuubi tersenyum usil dengan ekor yang meliuk santai. Kutatap dia dengan tajam. Dia menyebutku tidak waras! Menyebalkan! Aku tidak peduli dengan perkataannya yang tidak jelas itu! Yang tidak bisa kuterima dia menyebutku tidak waras! Aaa!
"Yosh... Mereka akan kembali jika mentari telah muncul. Ayo bocah! Kita harus segera-"
"-TUNGGU DULU!"potongku berteriak. Rubah itu memiringkan kepalanya—imut sekali! Matanya yang unik menatapku penasaran dan setengah menuntut untuk tidak membuang waktu. Mendesah pasrah, kudekati dia.
"Sebenarnya ada apa dengan semua ini? Dan...siapa—ralat : apa sebenarnya kau? Kenapa aku yang kau bawa dari sekian juta manusia? Apa hubunganku dengan semua ini? Apa pula pohon Lindon itu?"tanyaku beruntun.
"Bodoh! Nanya satu-satu!"Kyuubi memprotes. Aku terkekeh tanpa dosa.
"Oke, yang pertama bagaimana kalau...apa sebenarnya kau?"Kyuubi menghela nafas.
"Aku adalah Valar, Elf yang bertugas menjaga keseimbangan dua sisi Arda lewat Dunia Tengah. Bersama, kami para Valar menjaga dan melindungi pohon Lindon, pusat Arda."
"Oke, aku tak terlalu mengerti. Tapi intinya kau adalah Elf penjaga, begitu?"simpulku.
"Begitulah..."
"Lalu kenapa kau meninggalkan tugasmu dan malah mencariku?"tanyaku lagi. Dia mendengus. Kaki kecilnya mengintruksikan agar aku berjongkok dan...kuikuti.
"Seperti yang kubilang. Pohon Lindon sedang sekarat, dan semua tergantung padamu."
"Serius, Kyuu! Aku bingung dengan semua ini! Tapi...dari mana kau tahu pohon itu sekarat?"
"Nyawa Valar terikat dengan pohon Lindon, Naruko. Keadaan pohon mempengaruhi keadaan kami."
Mataku semakin melebar mendengarnya. Hey! Jangan bilang Kyuubi sekarat!
"Jadi, kau sekarat juga?"
"Bodoh! Tidak sampai sebegitunya juga!"
"Tidak usah marah, Kyuu! Aku 'kan tidak tahu! Huh!"
"Hah... Pasti akan sulit mengembalikan ingatanmu..."
Hatiku terasa menghangat saat rubah itu menatapku dengan rubi-nya. Tatapan itu...aku tak tahu dimana pernah melihatnya. Apa mungkin...dia memang benar-benar pernah mengenalku? Dan aku...benar-benar kehilangan memori tentang semua hal itu?
"Hey! Kenapa diam? Terpesona ya?"
Aku terlonjak mendengar perkataan Kyuubi. Batinku tiba-tiba gugup, dan entah mengapa pipiku terasa panas.
"Menyebalkan!"
"Oh ayolah~ Siapa yang takkan terpesona pada Valar tampan sepertiku khukhu~"
"Sadar Kyuu! Kau cuma rubah, sekarang."aku tertawa mendengar gerutuan dari rubah itu.
"Diam kau."
"Haha! Rubah!"
"Berisik."
Tawa terbahak tak bisa kutahan lagi. Uhh! Tahukah kau sangat lucu ketika merajuk begitu, Kyuubi? Tersenyum, tanganku mengelus puncak kepala rubah itu.
"H-hey! Apa yang kau-"protesan Kyuubi terhenti saat badannya bercahaya. Reflek aku berdiri dan memejamkan mataku. Sinar itu benar-benar menyilaukan!
"Sudah kuduga! Cahaya bulan tetap memihakmu apapun yang terjadi! Hey Naruko, lihatlah!"
Mendengar kekehan Kyuubi, kubuka kelopak mataku dengan perlahan. Betapa terkejutnya aku, saat melihat di hadapanku bukanlah rubah kecil-imut-tapi-menyebalkan itu lagi. Melainkan sesosok pemuda dengan mata rubi. Apa itu...karena tanganku tadi?
"K-kurama?"ucapku tiba-tiba. Kurama? Nama siapa yang kusebutkan?!
"K-kau...mengingatku?"
Mencengkram kepalaku yang terasa sakit secara tiba-tiba, aku mencoba menggeleng. Jadi...Kyuubi adalah Kurama? Entah apa yang mendorongku menyebutkan nama itu. Aku...merasa mengenalnya, tapi tak ada yang kuingat tentangnya! Ugh! Aku semakin bingung dengan diriku! Gara-gara rub—err pemuda ini!
"Ya sudahlah... Kita bisa mengunjungi Felix untuk menangani kepalamu itu."
Kyuu—ralat : Kurama melangkahkan kembali kakinya. Sempat kulihat dia menatap tajam Orc di sekitar yang masih terlihat kesakitan. Tertawa sejenak, kuputuskan untuk mengikutinya.
Dia, Kurama, memakai pakaian a la err Inuyasha kalau aku tidak salah ingat. Tapi berbeda dengan animanga itu, warna yang ada pada Kurama justru kebalikannya. Yang berwarna merah adalah rambutnya, sedang pakaiannya hitam berlapis perak, tepatnya memakai juban hitam, haori perak, dan hakama perak pula. Tapi...ugh! Dia tetap keren!
Eh? Mikir apa aku tadi?
Blush!
"Maa! Lihatlah, bocah! Kau terpesona lagi padaku 'kan?"
BLUSH!
"Sudah kubilang bukan? Khukhu! Ayo cepat! Kau masih punya banyak waktu mengagumiku jika pohon Lindon sudah terselamatkan."
"MENYEBALKAN!"
"Cepatlah, bocah tengik!"
Merasa pemuda itu takkan menggubris protesan yang ingin kukeluarkan, kuputuskan untuk tetap mengikutinya.
"Ha'i, rubah bawel."
Bletak!
"Sekali lagi kau menyebutku rubah, jangan salahkan aku kalau badanmu patah semua."
Bulu kudukku meremang melihat seringai Kurama. Ancaman mengerikan! Dia menyeramkan sekali!
.
.
.
Normal PoV
"Ini...serius baju milikku?"Naruko menggaruk pipinya yang tidak gatal. Gadis itu jadi gugup sendiri menyadari Kurama memandangnya tak berkedip dari atas ke bawah dan sebaliknya berulang-ulang.
"Ha—ah... Lama sekali aku tak melihatmu seperti ini. Naruto pasti senang adiknya kembali."namun bukannya menjawab pertanyaan dari Naruko, Kurama asyik sendiri dengan pemikirannya.
"Eh? Naruto? Siapa dia?"
Bertambahlah kebingungan Naruko mendengar nama 'Naruto' disebutkan. Apa Kurama salah menyebutkan namanya? Karena perbedaan namanya dengan 'Naruto' hanya pada suku kata terakhir. Kurama sendiri, tampak sendu mengingat sosok 'Naruto' yang dimaksud. Ya, Naruto adalah salah satu anggota Valar seperti Kurama. Satu-satunya yang paling dekat dengan Kurama dan sudah menjadi sahabatnya sejak kecil.
"Kurama?"
Naruko semakin kebingungan saat Kurama memunggunginya. Pemuda itu hanya tersenyum tipis, walau tak disadari oleh Naruko.
"Ingat-ingat olehmu sendiri, bocah tengik. Tak ada yang menyuruhmu pikun di usia ke 160 tahun."Kurama melangkahkan kakinya, mengabaikan Naruko yang agak kesusahan memakai zôri kayu sebagai alas kakinya.
"Aku tidak pikun dan-HEY! UMURKU TIDAK SETUA ITU!"
Kurama tertawa geli mendengar protesan Naruko. Berbalik, tawanya lebih heboh saat melihat Naruko mencak-mencak tidak terima. Yeah... Naruko tidak ingat, Kurama harus maklum. Di depannya kini Naruko dengan memori 'manusia', bukan Elf yang menghabiskan sebagian waktu dengan berlatih di hutan Duriath dipantau anggota dewan Valinor. Maklum jika ia lupa bahwa umur Elf itu 10 berbanding 1 dengan manusia, dengan pertumbuhan layaknya manusia.
"Hey rubah! Berhenti menertawakanku!"Naruko semakin tersulut emosi saat Kurama memasang seringai merendahkan.
"Kau payah sih. Lupa sampai sebegitunya! Ayo cepat, bocah tengik!"
"BERHENTI MENYEBUTKU BOCAH, RUBAH!"
"Akan kulakukan...jika aku mati. Haha! Ayo, perjalanan kita masih panjang!"Kurama menunjuk ke belakang dengan jempolnya. Naruko mempercepat langkahnya dan sukses mematung, saat melihat ke bawah tebing ini. Pemandangan yang benar-benar indah di bawah temaram sang rembulan, berpayung langit bertabur bintang, seakan masuk ke dalam lukisan seorang maestro.
"I-ini..."
"Kita ada di dataran Lindon, Dunia Tengah. Okaeri, Naruko!"sebelum Naruko menanggapi, Kurama buru-buru menyambung,"Untuk pertanyaanmu yang tadi...Ya. Kimono itu memang milikmu."
Naruko terdiam saat Kurama men-check ketajaman katana miliknya. Menghirup udara dalam-dalam, gadis itu merasakan keberadaan sesuatu 1/4 kilometer dari tempat mereka berdiri.
"K-ku... I-ini..."
"Kau adalah Elf murni, Naruko. Kau tentu bisa merasakan mereka. Kita akan mendapatkan kembali busur Eldar milikmu. Ayo!"
Kurama menggendong Naruko dan melompat ke bawah. Secara reflek, Naruko mencengkram haori Kurama dan memejamkan matanya. Saat badannya kembali menapak hamparan padang rumput berlampu kunang-kunang, Naruko bisa melihat jauh di depan sana, terdapat gunung yang menyeramkan, dan gelap sekali.
"Itu adalah gunung Lindon. Kegelapan yang dibawa Melkor, Uchiha Madara, membuat gunung itu seakan mati. Pohon Lindon masih berusaha mempertahankan cahaya Dunia Tengah. Kita berangkat..."Satu langkah, dan Naruko sadar.
Ini akan jadi petualangan yang tidak mudah...
Bersambung
EI's Vocabulary
Dwarf : salah satu makhluk yang ada di mitologi Nordik.
Alfeim : Tempat Elf bertempat tinggal
Dunia Tengah : dlm mitologi Nordik diceritakan sebagai tempat tinggal Elf juga. Tapi Chic pake di sini buat 'pos' Valar
Valar : Arti aslinya malaikat. Chic pake buat istilah penjaga
Felix : istilah yang Chic pake buat bangsa para tabib. Dapat dari sebuah novel luar yang Chic lupa judulnya
Orc : makhluk 'gelap' di mitologi Nordik. Chic ibaratkan wujud asli mereka seperti Shinigami di animanga Death Note
Hutan Duriath, Lindon, gunung Lindon : salah satu daerah yang Chic tentuin ada di Dunia Tengah
Melkor/Morgoth : tuan kegelapan dari mitologi Nordik
Valinor : anggap aja seperti tetua desa kalau di Canon Naruto
jubsn, haori, hakama : setelan kimono
zori : sendal jepit tradisional-nya Jepang.
busur Eldar : Busur spesial milik Naruko di sini. Wujudnya akan dijelaskan nanti
A/N
Yosh! Akhirnya setelah ngurek2 novel Silmarillion(made by J.R.R Tolkien) punya om+searching lewat Wiki, Chic bisa menyelesaikan ff ini juga.
Buat yang mau tahu lebih banyak tentang mitologi Nordik yang dimaksud, bisa search di Wiki. Jujur, Chic nge-fans banget sama imajinasi Tolkien-sensei. Di sini juga Chic kreasiin lagi mitologi yang ada dengan banyak unsur lain. Sedikit terinspirasi dari RPG. Mudah-mudahan rakyat eropa gak marah Chic nambahin 'unsur' dari keyakinan mereka ya? Hehe kan cuma ff *plak*
Yosh basa-basi-nya segitu dulu.
Bingung? Gaje? Jelek? Pasaran?
Kritik, saran, pertanyaan, dan segalanya tolong tuangkan dalam review.
Special for Ritsu Natsuki-motou-chan and all readers.
So, keep or delete?
Chic White.
