.
Tak kuasa hati mencerna apa suguhkan takdir.
Karena kau, jelas luput sama sekali dari prediksiku selama ini…
.
Patah
by Rachel Cherry Giusette
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
AU. Drabble. NejiSaku.
"Namaku Neji Hyuuga. Salam kenal." ucap pemuda itu dingin tanpa estetika nada berarti. Sedingin ekspresi yang ia berikan ketika meluncurkan dua kalimat itu. Saat itu pagi dimana ia memperkenalkan diri sebagai partner kerja paruh waktuku. Hari yang sedikit mengganggu teringat office girl yang lain heboh mengintip di sela-sela pintu ketika ManajerKakashi membawanya kemari.
Aku menganggukinya. Tersenyum sopan. "Salam kenal, aku Sakura Haruno."
Dia tampan dengan rambut panjang sewarna kopi dan iris pucat bak bulan pucat di musim dingin. Aku beruntung bisa melewati sepanjang shift kerjaku bersamanya.
Ya, seharusnya begitu.
—Awalnya memang begitu.
.
Kau berdiri di depan pintu rumahku yang telah kukunci.
Memohon maaf atas segala yang kau perbuat.
.
Entah bagaimana jelasnya, kutemukan diriku layaknya gadis lain yang terpesona atas suguhan fisik lelaki di atas rata-rata. Neji tampan. Dan meskipun sedikit dingin, ia tetap memiliki etika manusiawi yang cukup membuatku luluh. Aku menjadi dekat dengannya.
Awalnya kuhabiskan waktu secangkir kopi mesin otomatisku dan sepotong jalanan sepulang kerja dengan sosoknya. Mengobrol tentang segala hal. Lalu hal itu menjadi lebih intens. Hubungan kami sampai pada taraf dimana obrolan serta kehadiran satu sama lain menjadi syarat wajib tak tertulis bagi kami berdua.
Flat-ku yang pengap mendadak dipenuhi aroma tubuhnya, tanda lamanya waktu yang ia habiskan untuk sekadar menemani si gadis sepi nan kosong yang tak pernah tersentuh romansa ini.
Kami tidak menjalin kasih. Atau, setidaknya belum.
Belum—ya, sebelum kutahu bahwa ia adalah lelaki yang sudah beristri dan memiliki dua anak.
.
Kau tebar serbuk sari ke taman hijau tak berbunga
Membuatnya bersemi.
Lalu bak badai di musim cerah,
Kau hancurkan apapun yang pernah menjadi indah.
.
Neji Hyuuga adalah anggota keluarga terhormat yang diusir keluarganya sendiri dengan cara yang tidak baik-baik.
Ia menikahi gadis hasil perjodohan. Praktis membuat kehampaan menjadi satu-satunya pengisi bahtera rumah tangga. Ia tidak pernah jatuh cinta pada istrinya. Namun di tengah prahara itu, lahirlah dua buah hati lucu tak berdosa yang begitu identik dengan dirinya.
Neji kehilangan arah. Melawan semua orang yang menentang kefrustrasiannya. Sebuah tamparan telak dari sang ayah dan tangis kecewa dari sang ibu, serta sobekan kertas kartu keluarga mengiringi kepergiannya. Neji pergi tanpa membawa apapun.
Lalu ia mendapat pekerjaan di satu perusahaan, dan bertemu denganku. Memulai hidup baru, memberiku harapan tinggi akan afeksi duniawi. Pun ia sendiri, terbawa tetes kecil romansa itu. Kami saling cinta, tapi ia tak bisa memilihku sebebas nalurinya.
Bagaimana denganku yang terlanjur patah? Apapun rasanya padaku telah menjadi sebilah katana yang menusuk tepat ke ulu hati. Menancap di tubuhku, membuatku sekarat dahulu sebelum pupus. Aku terlampau kecewa.
.
Kuputuskan bagaimana hatiku patah
Untuk remuk redam yang pertama
Memilih untuk merelakan
.
Andai kau mengatakan yang sebenarnya dari awal, Neji…
.
.
.
selesai.
