Tittle : Everytime
Author : Melati Pinaring Gusti a.k.a Raisa Ananda
Cast : Oh Sehun (EXO), Xi Luhan (OC)
Rate : Untuk sementara T
Genre : GS (Gender-switch), Romance, School life, Comedy, Hurt
Rating : T
Length : Chaptered
.
.
.
.
"Setiap saat aku melihatmu, walau kau tidak menyadarinya. Setiap saat aku memperhatikanmu, walau kau tidak mengetahui keberadaanku. Aku tersenyum karenamu, walau kita tidak bertatap muka. Aku bahagia karenamu, walau kita tidak saling berbicara."
Story begin!
.
.
.
-00-
*Everytime–Chen EXO ft. Punch
Sebuah mobil Nissan Skyline warna hitam masuk ke halaman sekolah dengan mudahnya. Mobil mewah itu melaju ke pelataran parkir yang terletak di belakang pohon besar diiringi rombongan siswi yang menunggu sang pengemudi keluar dari mobil. Well, pengemudi itu adalah Sehun, Oh Sehun. Tentu saja gadis-gadis itu rela berdesakan hanya demi melihat idola tampan mereka.
Tak lama berselang, Sehun keluar dari mobil dengan ransel biru dongker di tangan, jas sekolah yang tidak dikancingkan, dan kacamata hitam yang bertengger di wajahnya. Dengan wajah setengah panik, ia berusaha menerobos kerumunan itu agar tidak terlambat masuk kelas. Lima menit kemudian, akhirnya Sehun berhasil melewati rombongan fans-nya dan langsung berlari menaiki tangga di depan perpustakaan untuk menuju kelasnya di tingkat dua. Namun, ia tersandung salah satu anak tangga dan–
BRUK! BRAK!
–Ia terjatuh menimpa seseorang.
Posisi mereka sangat berbahaya dan tidak enak dilihat, karena Sehun menindih gadis yang ditabraknya dan wajah mereka sangat dekat. Mereka saling memandang satu sama lain untuk beberapa saat, lalu keduanya mencoba bangkit berdiri.
"Siapapun kau, aku tak peduli. Aku hanya ingin mengatakan, orang awam berjalan menggunakan mata, dan tidak menabrak orang lain seenaknya." ketus Sehun pada gadis yang ditabraknya setelah mereka berdua telah berdiri tegak.
"Maaf, Tuan. Aku berjalan menggunakan kaki, bukan mata. Dan tambahan, yang jatuh tiba-tiba dari atas bukan aku. Aku berjalan tanpa masalah sebelum kau jatuh dari tangga dan menindihku. Hanya memberi tahu." kata gadis bernama Luhan itu dengan tenang. Bahkan, ia mendongakkan kepala dengan berkacak pinggang, posisi yang menunjukkan bahwa ia tidak takut pada lawan bicaranya.
Wajah Sehun merah padam. Ia membuka mulut untuk membalas, namun sebelum sepatah kata pun terlontar dari mulutnya, Luhan sudah terlebih dahulu menyela, "Maaf, aku harus pergi. Aku sibuk. Adios!"
"Apa-apaan gadis itu?! Apa dia tidak tahu siapa aku?!" Sehun bermonolog-ria sambil menatap punggung Luhan yang kian menjauh.
Sementara itu, disisi lain…
"Oh ya ampun! Sehun menabrakku! Ya Tuhan! Ini sungguh sebuah anugerah! Astaga, wajahnya yang hampir menyentuh wajahku saat terjatuh masih terbayang-bayang di pikiranku. Kyaaa..! Apa yang harus kulakukan?!" Luhan berbicara dengan dirinya sendiri secara histeris. Well, aku sudah mengatakannya sebelum ini, bukan? Catat, Xi Luhan adalah fans berat Oh Sehun.
Luhan sengaja bersikap menyebalkan dan jual mahal di depan Sehun agar tidak dituduh sebagai fans fanatik. Baiklah, cara yang lumayan juga :v *Plakk* Namun, ia bertingkah seperti fans Sehun kebanyakan dibelakang lelaki itu. Gadis itu sekelas dengan Sehun, tapi seperti biasa, Sehun sama sekali tidak menyadari keberadaan orang disekitarnya kecuali orang yang benar-benar dekat dengan dirinya. Jadi, Luhan harus berpuas diri dengan hanya memandang Sehun setiap hari tanpa pernah bercakap-cakap dengan lelaki itu. Luhan juga mempunyai sahabat karib bernama Byun Baekhyun yang–
"Luhan! Kemana saja kau ini?! Aku mencarimu ke seluruh bagian sekolah, kau tahu?! Tolong jangan membuat sahabatmu ini khawatir. Aku bisa dibantai Nyonya Xi kalau ia tahu putri kesayangannya hilang di sekolah!"
–Berisik.
"Oh, Baekhyun! Kau tahu? Tadi Sehun menabrakku! Kyaa..! Aku senang sekali!" Luhan mengguncang bahu Baekhyun dengan histeris.
"Tunggu, hentikan guncangan ini. Kau membuatku pusing! Untunglah Chanyeol tidak seperti Sehun-mu yang tidak peka dengan lingkungan sekitarnya." balas Baekhyun. Gadis itu melipat tangannya di dada. "Kenapa kau masih mau memperjuangkan lelaki sepertinya, sih?!"
"Entahlah. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku begitu menyukainya."
"Luhan, attitude dan characteristic itu penting kalau kau menyukai seseorang." Baekhyun menghela nafas. "Coba lihat Chanyeol! Dia baik hati, suka tertawa, humoris, murah senyum, gemar menyapa. Nah, Sehun?"
"Setidaknya Chanyeol belum sepenuhnya menjadi milikmu, bukan? Kita sama, Baekhyun… Kau hanya seorang penggemar dari Park Chanyeol, dan aku pun juga sama saja. Apakah Chanyeol pernah mengajakmu berbicara sekali saja walau kita sama-sama sekelas?"
"Tidak." Baekhyun memutus perkataannya dan mengajak Luhan duduk di kursi panjang di depan perpustakaan. Berdiri selama lebih dari sepuluh menit membuat kakinya cukup penat. "Tapi, Chanyeol memiliki sifat yang menyenangkan, bukan? Jika Chanyeol kau sandingkan dengan Sehun, itu sama dengan menyandingkan api dengan es, Luhan! Api dan es menggambarkan sifat mereka yang berlawanan. Bahkan, hampir mustahil kau dapat mencairkan es yang membeku itu."
"Baekhyun, aku tidak peduli bagaimana sifat Sehun. Aku tidak peduli bagaimana sikapnya sehari-hari. Yang aku tahu hanya, aku menyukainya apa adanya. Walau aku sendiri tidak tahu apa yang membuatku begitu menyukainya." kata Luhan.
"Aku puas walau hanya memandangnya setiap hari. Aku dapat tersenyum hanya dengan memperhatikannya setiap waktu. Aku bisa tertawa saat mendengarkan cerita yang terlontar dari mulutnya, bahkan ketika ceritanya tidak lucu sama sekali. Intinya Baekhyun, aku bahagia walau dia tidak tahu aku 'ada'." Luhan mengulas senyuman kecil di wajah jelitanya. "Aku ke kelas duluan, ya!" pamitnya sebelum melambaikan tangan dan menaiki tangga dengan tergesa.
Baekhyun tersenyum getir. "Kenapa kau sangat keras kepala, Luhan? Aku hanya ingin kau bahagia. Melihatmu mengaguminya dari jarak jauh tanpa bisa memilikinya membuatku sangat sedih. Tuhan… Tolong berikan kebahagiaan pada sahabatku walau hanya sedikit. Aku ingin melihat senyuman lebarnya lagi. Seperti dulu. Kumohon…"
-00-
*Talk Love–
(OST. Descendants of The Sun)
"Good morning, everyone!" sapa Mrs. Ahn begitu memasuki kelas 2-3.
"Morning, Ma'am!"
"Kegiatan kita kali ini adalah, membuat kliping lengkap berisi hal yang berkaitan dengan benua Eropa secara berkelompok! Tolong jangan ribut, karena saya akan membacakan pembagian kelompoknya!" Mrs. Ahn mengeluarkan secarik kertas lalu mulai membaca tulisan yang tertera di dalamnya.
"Kyungsoo dengan Jongin, Eunbi dengan Mingyu, Baekhyun dengan Chanyeol, Hyesung dengan Minho, Suho dengan Yifan, Kyungmi dengan Eunhyuk, Hyemi dengan Kyuhyun, Yerin dengan Wonwoo, Luhan dengan Sehun, Yuri dengan Donghae." Wanita setengah baya itu melipat kembali kertas di tangannya. "Berkumpul dengan kelompok masing-masing, sekarang!"
Baekhyun tersenyum senang. Dewi Fortuna sedang berada di pihaknya dan Luhan sekarang. Baekhyun dengan Chanyeol, Luhan dengan Sehun. Miracle, right? Gadis itu melirik Luhan yang duduk di sebelahnya.
Ampun! Cewek satu itu lagi tidur, ternyata! Pantas saja tidak bertingkah histeris seperti biasanya. Baekhyun mendesis tak peduli. Ia segera mengumpulkan buku-bukunya dan menarik kursi ke meja Chanyeol. Sehun yang duduk di samping Chanyeol segera menyingkir saat Baekhyun datang dengan kursinya. Lelaki itu melirik sahabatnya sejenak, lalu bertanya,
"Yeol, tahu enggak yang namanya Luhan?" Sehun menyenggol Chanyeol yang sedang sibuk membantu Baekhyun memindahkan barang-barangnya.
"Nggak. Coba tanya ke Baekhyun." Balas Chanyeol.
"Luhan? Itu, yang lagi tidur." Ucap Baekhyun tanpa ditanya.
"Ah! Terima kasih!" kata Sehun sambil tersenyum. Lelaki itu meraih tasnya, lalu menarik bangku ke meja Luhan. Sesaat setelah Sehun duduk, ia menyentuh lengan Luhan dengan hati-hati.
"Permisi?" ucap Sehun pelan, takut membangunkan Luhan secara tiba-tiba.
"Uh, ya?" Luhan mengangkat wajahnya. Saat kesadarannya sepenuhnya kembali, matanya membelalak. Ia berteriak bersamaan dengan Sehun.
"KAU?!"
"Aish!" Luhan mendesis sambil memalingkan wajahnya. "Kenapa kau ada disini?! Hah?! Jawab!" bentaknya pada Sehun.
"Kita satu kelompok, bodoh! Argh! Kenapa juga harus kau?!"
"Harusnya aku yang bilang begitu, bodoh!"
"Yang bodoh itu kau, tahu!" ketus Sehun.
"Ya ya, terserah." Balas Luhan acuh. "Ngomong-ngomong, tugasnya apa?"
"Tuh kan, kau itu bodoh. Jadi kau tidak mendengarkan, huh?! IQ-mu berapa, sih? Enam puluh?" celoteh Sehun tanpa jeda.
"Apa?! IQ-ku tinggi, tahu!" bentak Luhan lagi. "Lagipula mau mendengarkan atau tidak, itu urusanku!" Gadis itu memalingkan wajahnya acuh.
"Dasar keras kepala." Umpat Sehun sambil memalingkan wajahnya (Juga) dengan bertopang dagu.
Meanwhile…
"Jadi, Baekhyun, kau mencari informasi dan aku yang akan menyusun laporannya. Kau tidak keberatan, kan?" ucap Chanyeol.
"Tidak." Jawab Baekhyun singkat sambil menundukkan kepala untuk menyembunyikan wajahnya yang sudah semerah kepiting rebus sekarang. "Hanya itu saja, kan?"
"Ya, hanya itu." Chanyeol memperhatikan raut wajah Baekhyun. "Kenapa menunduk terus, sih dari tadi? Ayolah, angkat kepalamu sedikit!" Kedua tangan lelaki itu terulur, menyentuh kedua sisi kepala Baekhyun agar mendongak.
"Ah!" Baekhyun berseru kaget begitu sepasang tangan milik Chanyeol menyentuh kedua sisi kepalanya. Sudah lima menit posisi itu bertahan, apalagi pandangan Chanyeol tidak lepas dari mata Baekhyun, membuat gadis itu merona dan malu setengah mati. "A, anu, tolong lepaskan." Baekhyun segera menurunkan tangan Chanyeol dengan pelan.
"Oh? Ahahaha… Maaf, maaf!" Chanyeol tertawa sumbang sambil mengelus tengkuknya dengan gugup. Rona kemerahan muncul perlahan di wajahnya.
Sehun yang memandang adegan tersebut hanya mendecih. Oh, ayolah! Adegan itu cukup romantis, namun bila mereka berdua yang melakukannya, itu terlihat sangat konyol! Sehun memutar bola matanya dengan jengah, lalu menoleh ke arah Luhan yang masih memalingkan wajahnya.
"Hei, lihat sini!" Sehun memutar kedua bahu Luhan agar menghadap ke arahnya. Dapat dilihatnya Luhan yang memelototinya kesal. Sehun menggerutu sejenak. "Jangan memandangku seperti itu! Kau mau tugasnya selesai atau tidak?!"
"Ya, ya…" Luhan memutar bola matanya. "Katakan saja apa yang ingin kau ungkapkan." Ucap gadis itu sambil melipat kedua tangannya di atas meja.
Sehun tersenyum simpul, senyum yang cukup sulit dilihat orang, bahkan orang terdekatnya sekalipun. Termasuk Chanyeol dan kedua orang tuanya. "Kita mencari informasi bersama-sama, dan menyusun laporan secara bersama pula. Cukup adil, bukan?"
Luhan memasang pose berpikir –Bertopang dagu sambil menengadah menatap langit-langit kelas. "Hm, benar juga." Ucapnya. "Tapi kapan? Kau tahu sendiri, kita tidak mempunyai banyak waktu. Aku pengurus ekskul musik dan kau sendiri kapten basket, wakil ketua ekskul dance, dan wakil ketua OSIS. Sedangkan waktu untuk mengerjakan tugas ini hanya seminggu dari sekarang."
"Kapan dan dimana ekskul musik serta rapat pengurusnya?" tanya Sehun.
"Hari Selasa dan Kamis, di ruang musik." Balas Luhan.
"Ekskul basket diadakan setiap hari Senin, ekskul dance di hari Selasa, dan OSIS di hari Sabtu. Jadi, kita bisa mengerjakannya di hari Rabu, Jumat, dan Minggu." Ucap Sehun mantap. "Ini hari Rabu. Ayo mengerjakannya sepulang sekolah."
"Baiklah." Luhan tersenyum, namun dengan segera raut wajahnya berubah kembali datar. "Eits, kita berdamai hanya untuk tugas ini, bukan?"
"Tentu saja!" Perkataan Luhan membuat Sehun menarik kembali senyumannya dengan cepat, digantikan wajah datar dan dingin dengan mulut yang mencibir kesal.
Keduanya kembali saling memalingkan wajah ke arah berlawanan dengan dagu terangkat tinggi dan tangan yang dilipat di depan dada. Kini, Chanyeol yang mendecih setelah melihat adegan tersebut.
"Apa-apaan mereka? Kenapa Sehun dan Luhan bertingkah sok jual mahal begitu? Cih, tak tahukah mereka kalau hal itu konyol?" Komentar Chanyeol dengan pedas. Well, mungkin itu sebagai balasan atas perkataan Sehun tadi.
.
.
To Be Continued
Dont forget to leave ae coment ^^
