Pertama..
..kupikir tak semudah yang kuharapkan.
"Bisa..kah.. Jongin-sshi?" suara merdu itu terdengar lirih dan malu- malu.
Pemuda tampan yang kini berada dihadapan sang pemuda manis yang bertubuh mungil menyeringai. Menatap penuh dengan arti dan sarat akan ketajaman. Mata itu memesona, mata bulat besar milik si manis yang tersipu malu. Terlihat polos dan lugu. Sedikit menoreh tanda tanya didalam hati pemuda tampan.
Pemuda tampan tersebut tersenyum remeh. "Boleh saja. Kini kau kekasihku.. Baekhyun-sshi."
Kau mudah datang dan pergi, sesuka hatimu.
Seakan yang kau lakukan sama sekali tidak menyakitiku.
.
Deg
Baekhyun kembali terdiam saat ia akan berjalan masuk kedalam kelas kekasihnya, Jongin. Mata bulat namja manis bernama Baekhyun itu… membesar namun sekejap kembali menyipit. Tersentak saat tautan matanya tertangkap basah memidik sang terkasih yang tengah memeluk sebuah tubuh langsing dilengannya.
Mata Jongin.. menembak sosok Baekhyun dipintu kelasnya. Berdiri terdiam saat menyaksikan secara langsung sebuah kecupan Jongin menghujam bibir seorang pemuda cantik yang duduk dipangkuannya. Entah siapa dia… Baekhyun hanya merasakan sebuah perasaan pekat akan kesesakan dan sakit hati. Jongin sadar dengan jelas sang kekasih melihatnya bercumbu dengan orang lain.
Dan mengapa… Jongin malah tersenyum licik, tidak menghentikan perbuatannya.
Trek
Tak sengaja tangan Baekhyun yang gemetaran menyenggol pintu kelas Jongin. Membuat sosok yang duduk dipangkuan Jongin tersentak dan melirikkan mata indahnya. Menatap lurus pada sosok Baekhyun. Dan lelaki cantik itu menyeringai bersama Jongin yang kembali menarik lengan si cantik untuk mempersempit jarak mereka. Kembali berciuman dengan penuh gairah. Membuat Baekhyun seketika membalikkan tubuhnya, berjalan meninggalkan tempat itu secepat yang ia bisa. Ini bukan kali pertama ia menemukan Jongin sedang bermesraan dengan orang lain sepulang sekolah dikelasnya.
Mata bulat itu semakin nampak merah, namun ia tidak mau menyalahkan apapun. Ia takut jika ia berbicara saat ini.
Ia takut.
Baekhyun hanya takut melarang Jongin yang ia cintai untuk tidak belaku seenaknya. Baekhyun begitu takut… dan ia pasrah.
Grep
Untaian kaki ramping milik Baekhyun terhenti, membalik tubuhnya secara paksa. Menatap lurus kini sepasang mata milik si tampan. Benar, kekasinya Jongin ada disana. Ia mengejar Baekhyun yang pergi.
Jongin mengikatkan kedua lengannya ditubuh Baekhyun, memeluk tubuh ramping yang jauh lebih kecil dari tubuhnya. Mencium aroma citrus yang menyeruak pada sapuan surai halus berwarna coklat tua milik Baekhyun. Aroma dan sentuhan kesayangan Jongin.
"Kau milikku, Baekhyun."
Ambillah.. ambil semua yang pernah kuberikan padamu.
Dan kau tidak perlu memberikan apapun padaku.
Tidak perlu.
Dipelukan Jongin… Baekhyun masih dengan wajah yang sama, datar. Mata yang melambangkan sebuah kasih sayang yang lembut dan menenangkan. Ia namja yang tidak terlalu enerjik. Ia hanya seorang Baekhyun… ia hanya seorang Baekhyun yang begitu mencintai Jongin. Ia hanya seorang Baekhyun yang tidak bisa lepas dari pesona Kim Jongin. Walau Jongin… tidak pernah bisa bertahan dengan satu kekasih saja. Itulah yang Baekhyun coba untuk pahami.
Bukankah ia mencintai Jongin apa adanya?
"Baekhyun… kau milikku, kan?" tanya suara yang begitu dekat dengan pendengarannya. Hembusan nafas yang bisa ia dengar secara langsung dan rasakan.
"Ya. Jongin…"
Suara merdu menjawab, suara Baekhyun. Ia mengangguk didalam pelukan hangat, ia menyukai wangi hangat tubuh Jongin. Walau ia tahu, bukan hanya ia yang menikmati kehangatan itu. Namun kini seutuh ini untuknya, saat peluk Jongin menguncinya. Untuknya…
Jongin mengangkat wajah Baekhyun, menatap mata bulat yang indah bagai permata hitam besar. Rambut panjang menghiasi wajah namja manis itu seakan sebuah akar kuat penegas rupanya. Belah bibir merah muda, indah.. membuat si tampan tersenyum licik. Mengusap lembut bagian wajah Baekhyun yang begitu lembut. Taati setiap lekuk tanpa celah milik kekasihnya. Baekhyun begitu sempurna dimatanya. Amat sempurna.
Karena itu Jongin takut merusaknya.
"Kau milikku… Tidak ada yang boleh menyentuhmu."
Aku berikan semua cintaku padamu, jawabmu
Tapi kau tidak pernah mengerti
Arti pertanyaan itu sesungguhnya.
.
.
"Kau dimana Jongin?" desis Baekhyun yang sudah menunggu didepan sebuah gedung bertingkat tinggi. Pusat perbelanjaan di Seoul yang amat sibuk. Dari tadi Baekhyun hanya berdiri disana sembari melirik jam mungilnya. Sudah satu jam lebih ia menunggu Jongin disana. Mereka berjanji bertemu didepan sebuah department store, lalu berjalan- jalan untuk merayakan sebulan hari jadi mereka.
Akhirnya Baekhyun mengeluarkan ponselnya, mencari nama kontak sang kekasih lalu menelpon. Sambungan telpon tidak tersambung awalnya, membuat Baekhyun mencoba untuk beberapa kali … lagi. Berharap Jongin mengangkatnya dan memberinya kejelasan tentang keberadaan dirinya. Apa yang terjadi padanya dan apakah Jongin baik- baik saja?
Baekhyun mulai cemas.
-"Yoboseyo?"-
Baekhyun menghela nafas lega. "Jongin… kau—"
-"Ada apa menelponku? Kau tahu kalau aku sedang tidur, oeh?! Ini hari libur!"-
Sedikit tersentak, Baekhyun mencoba bertanya. "Kau—tidur? Tapi… bukankah kita ada janji?"
Diam sejenak. -"Ah! Aku lupa! Batalkan saja…. aku sedang tidak mau keluar hari ini. Aku akan kembali tidur, jangan menggangguku. –trek."-
Deg
Baekhyun menatap ponselnya diam. Jongin baru saja mengatakan apa? Lupa? Membatalkan janji mereka… lagi? Masih dengan wajah tanpa ekspresi, Baekhyun memasukkan ponselnya kedalam saku. Ia berjalan meninggalkan tempat itu dengan gotai. Hanya menatap kakinya yang berjalan amat pelan. Sesekali Baekhyun menyenggol pejalan kaki lainnya, tak peduli.
Mata bulat miliknya terlihat merah, berat.. menahan sesuatu yang mungkin saja akan meledak nantinya. Namun namja manis itu langsung menggeleng cepat, ia tepis keinginan lemah hatinya. Ia berusaha tersenyum mencoba mengambil sebuah pesan positif atas apa yang terjadi. Benar, Baekhyun akan selalu memaafkan semua yang Jongin lakukan padanya.
"Tidakkah kau ingat… tepat ditanggal ini… kita mengikat hati kita, Jongin?" lirih Baekhyun begitu pelan.
"…tidak ingatkah kau.. kebahagiaan terbesarku?"
Kau membuang semua yang aku berikan padamu.
Kau membuangnya!
.
.
Itu hanyalah sepenggal kisah dari sebuah kesabaran Baekhyun atas perlakuan Jongin. Mereka sepasang kekasih namun Jongin tidak pernah menghargainya sama sekali. Seburuk apapun kelakuan Jongin pada Baekhyun, namja manis itu hanya diam, menerima dan terus memberikan hatinya pada Jongin. Ia tidak marah dan ia sama sekali tidak pernah berkomentar tentang perilaku Jongin dibelakang—ah bukan, Jongin melakukan semuanya dihadapan Baekhyun.
Terang- terangan melakukan berbagai pelanggaran yang ia lewati ketika ia sudah memiliki sebuah ikatan dengan seseorang. Berkali- kali Jongin bermesraan didepan Baekhyun yang berstatus sebagai 'kekasih' Jongin. Melanggar janjinya dengan Baekhyun, alasan Jongin kadang bahkan tidak masuk akal.
Dan yang Baekhyun bisa lakukan hanya tersenyum sembari mengangguk. Seakan ia memiliki kesabaran tanpa batas, ia hanya mengatakan, "Tidak apa- apa, Jongin."
Baekhyun, ia hanya akan selalu mencoba mengerti perlakuan Jongin padanya. Apakah benar faktanya jika yang pertama kali jatuh cinta… dialah yang kalah?
Tidak.. Baekhyun tidak merasa kalah karena ia memiliki Jongin. Ia memiliki namja yang amat ia cintai sepenuh hati dan raganya. Ia mencintai Jongin dan sudah berpuas diri dengan apa yang sudah ia terima.
Bukankah ia harus bersyukur karena yang ia dapatkan sudah lebih dari cukup?
Kau tahu aku bisa melakukan apapun untukmu
Kau tahu itu…
..dengan jelas.
.
.
Sudah tiga hari berlalu sejak saat dimana Jongin melupakan janji perayaan hari jadinya bersama Baekhyun. Jongin seakan tidak merasa bersalah, ia bahkan tidak membahas apapun setelahnya. Minta maaf pun tidak. Semua kembali lagi seperti biasa, padahal Baekhyun berharap betul Jongin berubah setelah satu bulan mereka menjalin kasih. Miris sampai saat ini, Baekhyun dan Jongin sangat jarang bersama. Paling hanya saat pulang sekolah, itupun jika Jongin tidak ada janji kencan lainnya.
Dan apa yang bisa dilakukan oleh seorang Baekhyun?
Ia hanya tidak mau kehilangan Jongin… tidak mau.
Baekhyun sedang mencoba menyesuaikan sifat Jongin yang memang tidak bisa bertahan dengan suatu komitmen dan berhubungan dengan satu orang saja. Jongin tidak suka terikat… Baekhyun tahu itu dengan pasti. Dan Baekhyun sudah tahu akibat jika ia jatuh cinta pada namja bernama Kim Jongin.
Sudah sangat tahu.
Sampai…
"Bisakah kau hentikan ini, Baekhyun?"
Suara besar sahabatnya, membuat mata bulat hitam Baekhyun melirik. Menatap sahabat yang duduk bersebelahan bersamanya. Mereka sedang menghabiskan waktu istirahat bersama disebuah bangku taman sekolah. Menyantap sandwich keju kesukaan mereka dan sekotak susu vanila.
"Apa yang harus kuhentikan, Chanyeol? Aku masih lapar." Jawab Baekhyun polos sembari menatap sandwich yang ada ditangannya. Ia mengerucutkan bibir tebalnya… lucu sekali.
"Aiissh! Bukan itu maksudku, Baekhyun sayang." Chanyeol, sahabat Baekhyun hanya bisa memutar bola mata. Gemas akan tingkah sang sahabat yang ia pikir amat polos. "Maksudku… hubunganmu dengan.. Kim Jongin."
Mata bulat Baekhyun membuka lebar, ia alihkan pandangannya yang dari tadi menatap sandwich kearah Chanyeol. Sedikit dengan ekspresi tidak percaya, sungguh polos namja manis bernama Baekhyun ini.
"Kenapa? Apakah Jongin berbuat salah?"
Chanyeol benar- benar tidak percaya dengan ucapan Baekhyun. Masihkah ia harus memperjelas kesalahan Jongin agar Baekhyun mengerti? Haruskah ia urut semua kelakuan Jongin?
"Kau pura- pura bodoh atau sengaja menutup matamu atas kelakuan Jongin?"
Baekhyun menunduk dan menghela nafas pelan. Ia tersenyum amat manis, meletakkan sandwich yang baru ia nikmati setengahnya diatas paha. Merangkai jemari indahnya didada… membuat Chanyeol diam dan memperhatikan.
"Aku merasakan sesuatu disini… Chanyeol." Baekhyun memejamkan matanya sesaat, masih tersenyum. "Saat melihat Jongin bersama orang lain.. rasanya bergejolak. Berdenyut sakit dan sesak… namun saat tatapan matanya hanya untukku.. rasanya indah dan menyenangkan. Membuatku bahagia.. kau tahu Chanyeol? Perasaan seperti itu… lebih baik."
Deg
Chanyeol membulatkan matanya, mendengar ucapan tulus Baekhyun. Terlampau polos apa yang ia pikirkan.. apakah karena itu ia selalu mencoba bertahan? Hingga ia melupakan rasa sakit yang ia rasakan saat Jongin menyakitinya… semata- mata hanya karena ia bahagia jika Jongin disisinya?
"Baekhyun… diluar sana, aku yakin akan ada seseorang yang bisa menempatkan dirimu ditempat tertinggi dalam hatinya. Namja itu bukan Jongin, aku yakin!"
"Jongin! Pasti Jongin!" Baekhyun menembak dengan mantap, mengerucutkan bibirnya dengan manja.
"Bagaimana bisa kau berfikir seperti itu?!"
"Karena dia mengatakan bahwa aku miliknya."
"Ucapan egois macam apa itu! Dia mengatakan bahwa kau miliknya dan ia bebas mengencani orang lain didepanmu, Baekhyun! Demi Tuhan, kau masih mengatakan bahwa Jongin orang yang tepat untukmu?"
Baekhyun mengangguk mantap.
Geram, kali ini Chanyeol benar- benar tidak habis pikir dengan apa yang ada didalam benak namja manis bernama Baekhyun ini. Chanyeol yakin Baekhyun bukanlah namja bodoh. Namun mengapa ia seakan menutup semua fakta keburukan Jongin yang terpapar jelas didepan matanya.
"Apa yang membuatmu yakin kalau begitu?" tanya Chanyeol berusaha sabar.
"Karena… Jongin mengatakan bahwa tidak ada yang boleh menyentuhku selain dirinya."
"Ha?"
Baekhyun kembali menatap Chanyeol. "Bukankah itu membuktikan sesuatu, Chanyeol.. bahwa ia menyayangiku.. tidak ingin aku pergi darinya."
"Itu—"
"Dia membutuhkan aku, Chanyeol. Jongin membutuhkanku…"
Aku bisa menangkap granat untukmu
Aku bisa membuang tanganku dibelah pedang yang tajam untukmu
Aku bisa melompat kedepan kereta yang sedang melaju untukmu
Kau tahu, aku bisa melakukan apapun untukmu
Prak
Tangan mungil Baekhyun tidak sengaja menjatuhkan tumpukan buku yang ia dekap sejak tadi. Ia baru saja keluar dari perpustakaan, dan saat ia akan berjalan menuju kelasnya. Tangan putih itu sedikit kesulitan memeluk buku- buku tebal dalam peluknya.
"Aissh." Desis Baekhyun sembari berjongkok dan merapikan buku- buku itu perlahan.
Tap
Saat itu, Baekhyun melihat sepasang kaki panjang terhenti didepannya. Tepat didepan buku- bukunya yang berserakan, dan ia sadari ada sepasang kaki lain disamping namja berkaki panjang tersebut. Pelan, Baekhyun mendongakkan wajahnya, menghentikan sesaat lincah gerak tangannya sedari tadi.
"Jong..in.." ujar Baekhyun pelan.
Jongin tersenyum manis dan memeluk pinggang seorang lelaki cantik yang entah siapa lagi itu. Baekhyun yakin bahwa ia mengingat semua lelaki cantik yang pernah Jongin kencani sebelum dan setelah mereka berpacaran.
"Jongin~ Kau tidak mau membantu kekasihmu?" tanya suara manja milik lelaki cantik yang bergelayutan dilengan Jongin. Membuat Baekhyun pucat, seharusnya lengan itu hanya ia yang boleh memeluknya. Akan tetapi, mengapa Jongin membiarkan orang lain memeluk lengan miliknya dengan manja?
Sakit.
Mengapa bukan hanya Baekhyun yang boleh memeluknya?
Jongin menyeringai lalu memutar bola matanya. "Menolong? Dia saja tidak meminta bantuanku."
DEG
Perkataan Jongin sontak membuat Baekhyun membulatkan mata. Menatap tidak percaya sang kekasih. Menatap Jongin yang melihatnya secara tajam dan dingin. Seakan Jongin menunggu sebuah kalimat akan terucap dari bibir tebal Baekhyun. Bibir yang bahkan belum pernah Jongin cumbu sama sekali.
Haruskah Baekhyun memperjelas apa yang harus Jongin lakukan dengan kata- kata?
Tidak bisakah Jongin berinisiatif sendiri untuk menolong Baekhyun?
Tidak bisakah?
Seketika, Baekhyun kembali menunduk dan merapikan buku- buku tebal itu dengan pelan. Membiarkan mata merahnya tersembunyi. "Aku bisa sendiri."
Setelah mengatakan hal itu, Baekhyun melihat dari ekor matanya. Kaki panjang Jongin sudah berjalan pergi dari posisinya tadi, bersama seseorang yang bahkan Baekhyun tidak ketahui namanya.
Jongin pergi.
Membiarkan Baekhyun sendirian.
Gerak tangan Baekhyun terhenti. Ia kembali mencoba tersenyum manis, menumpukan semua kesesakkannya sesaat. Menatap buku yang kembali tersusun rapi dilantai dingin. Membiarkan beberapa siswa lalu lalang secara bergilir. Tanpa memperhatikan Baekhyun sama sekali.
Setelah menghela nafas, Baekhyun berdiri. Memeluk buku tebal yang akan ia bawa kekelas. Memang jabatannya sebagai sekretaris kelas sedikit menyita tenaganya untuk bersusah payah mengambil buku pelajaran yang akan dibagi pada teman- teman sekelasnya nanti.
Langkah Baekhyun tetap gotai hingga ia masuk kedalam kelasnya. Membiarkan matanya yang berat terhenti dikeadaan itu. Mencoba sedikit saja menenangkan diri dari kesesakkan yang ia jalani.
Ia yang memilih jalan seperti ini, bukan?
Lihat? Aku membawa luka hati ini terus menerus
Seperti menembak lurus sebuah peluru menembus otakku
Benar, bahkan aku rela mati untukmu
Tetapi kau tidak mau melakukan hal yang sama, bukan?
Baekhyun berjalan seorang diri dikoridor sekolah, sudah jam pulang sekolah rupanya dan Jongin tidak ada lagi dikelasnya. Ia tidak menunggui Baekhyun yang pulang sedikit terlambat karena mendapat tugas dengan ketua kelas dan wakil ketua kelas.
"Apa sulit menungguiku hingga pulang?" Baekhyun berucap lemah. "Jongin… padahal aku ingin pulang bersama."
Saat Baekhyun melewati ruang musik. Ia terhenti .. karena mendengar suara lembut yang amat menenangkan. Ia tatap pintu ruang musik itu sejenak, kemudian mendekatinya. Ia buka pintu ruang musik itu sedikit…
"Kau selalu bertanya padaku, bagaimana aku bisa begitu mencintaimu..
Disaat kau gelisah karena memikirkan masa depan..
Jangan khawatir, jangan menyusahkan dirimu sendiri, bagiku.. kau adalah orang yang sempurna."
—A day (Super Junior)
Mata bulat Baekhyun membesar saat mendengar lirik lagu yang dikumandangkan oleh suara indah bak penenang. Mengarahkan lengan Baekhyun untuk membuka pintu ruang musik itu jauh lebih lebar. Memperlihatkan seorang namja berkulit putih yang kini sedang duduk didepan sebuah grand piano. Ia tidak memainkan tangannya pada tuts piano. Hanya duduk disana, memejamkan mata dan bersenandung.
Malaikat?
Tap
Tanpa sadar, Baekhyun melangkahkan kakinya masuk kedalam ruang musik tersebut. Membuyarkan sejenak sang pelagu yang dari tadi bersenandung. Menumpukan mata mereka bersamaan. Tatapan mata yang membuat si pemilik masing- masing mata terpekur sejenak.
"Ma—maaf! Aku tidak bermaksud… mengganggumu." Sentak Baekhyun.
"Ani… kau tidak menggangguku." Namja berkulit putih itu tersenyum. Namja pemilik wajah penyayang yang amat lembut, Baekhyun menangkap kesan tampan dan lembut dari wajah itu. Benar saja, wajah itu begitu ramah. Seperti.. Guardian Angel di film fiksi saja.
"Aku harus pergi." Buru- buru Baekhyun berbalik badan.
"Tunggu!"
Terhenti, ia bisa mendengar panggilan dari belakangnya. Lelaki berparas penyayang itu ternyata memanggil Baekhyun dan berjalan mendekat. "Hey, Namaku Kim Joonmyeon. Bolehkah kita berkenalan?"
Baekhyun perlahan kembali mengarahkan pandangan matanya pada namja bernama Joonmyeon. Kini lelaki itu sudah mengarahkan tangannya pada Baekhyun.. bermaksud menjabat tangan, sopan sekali.
"Byun Baekhyun…" balas Baekhyun seraya menggapai tangan hangat milik Joonmyeon. Sedikit membuat Baekhyun berdesis nyaman didalam hati. Melihat wajah milik lelaki bernama Joonmyeon itu saja membuatnya sedikit tenang. Mengapa?
"Hmm.. Lagu yang kau nyanyikan tadi…" Baekhyun membuka jabatan tangan mereka. "..sungguh indah dan.. apakah kau tahu maknanya?"
Joonmyeon mengerjapkan matanya sesaat dan mengangguk. "Tentu.. itu hanyalah sepenggal lirik tentang seorang kekasih yang begitu mencintai kekasihnya… menurutku."
Baekhyun kemudian terdiam. Tidak berbohong kesedihan yang amat dalam terlihat dibenik mata indah milik Baekhyun. Membuat Joonmyeon sadar akan sesuatu. Apakah lelaki manis yang ada dihadapannya itu sedang bersedih?
Grep
Tangan Joonmyeon menggenggam tangan Baekhyun kemudian menarik namja manis tersebut menuju grand piano tempat ia tadi bernyanyi. Duduk bersama dikursi panjang piano dan membuka penutup tuts piano. Baekhyun memandang bingung pada sosok Joonmyeon.
"Kau bisa bermain piano?" tanya Joonmyeon.
Baekhyun menggeleng pelan.
"Kalau begitu mainkan sebuah musik dengan piano ini."
"Eh? Aku tidak bisa bermain piano."
"Maka dari itu mainkan saja." Joonmyeon meletakkan kedua tangan Baekhyun pada tuts piano dan menekankan kesembarangan tuts. Menyeruakkan senandung musik yang abstrak dan tidak jelas sama sekali. Hanya terdengar suara 'Jreng' 'Dreng' dan suara aneh lainnya.
"Hahaha! Kacau sekali!" Joonmyeon tertawa keras dan melepas tangannya dari tangan Baekhyun yang masih saja kebingungan akan tindakan namja yang baru saja ia kenali itu. Joonmyeon lalu menghela nafas dan melirik Baekhyun yang sedari tadi menatapnya bingung.
"Apa?" tanya Joonmyeon.
Baekhyun menggeleng dan kembali menatap tuts piano yang masih ia sentuh tanpa menekan tentunya. Kemudian Ia mencoba mencari nada 'Do' pada tuts piano, setelah menemukan ia menekannya beberapa kali. Aneh, sekarang Baekhyun mulai merasa hatinya sedikit tergelitik.
"Hmm.. tangga nada 'Do'? Seperti nama margamu, ya. Byun Baekhyun.."
"Hmm! Kau bisa menebaknya!" Senyuman terpatri diwajah manis Baekhyun dan ia mengangguk mantap. Menatap lurus pada mata Joonmyeon. Berhasil membuat Joonmyeon tersentak beberapa detik, menyadari betapa menawan sosok yang duduk bersebelahan dengannya. Mata bulat, bibir merah muda, kulit putih dan paras elok nan manis. Semua dimiliki oleh Baekhyun… Sedikit membuat Joonmyeon terpesona.
Deg
Joonmyeon menggaruk tengkuknya dan tersenyum tipis, mengalihkan pandangan matanya dari Baekhyun. Yakin sekali jika ia tidak akan bisa berhenti memuja sosok disampingnya jika ia tidak segera mengalihkan pandangan mata.
"Kau sendiri bisa bermain piano?" tanya Baekhyun polos.
Joonmyeon mengangguk dan menarikan jemarinya diatas piano. "Kau mau request lagu?"
"Bolehkah?" Mata Baekhyun nampak berbinar- binar.
"Tentu saja!"
"Kalau begitu aku ingin kau menyanyikan lagu tadi diiringi oleh lantunan musik dari piano."
Joonmyeon mengerutkan dahinya. "Kau menyukai lagu itu?"
"Nde!"
Jawaban yang amat semangat dilontarkan oleh Baekhyun, sekali lagi mengukir sebuah kata pujian akan perilaku Baekhyun yang Joonmyeon rasa amat menggemaskan. Dia lugu dan mudah terbawa.. akan tetapi ia namja yang begitu bersemangat.
"Baiklah~"
Joonmyeon menutup matanya sesaat dan menghela nafas pelan. Mata tajam itu kemudian menatap tuts piano dihadapannya serius, mulai mengurai jemarinya untuk menciptakan sebuah melodi dan instrument yang begitu mengagumkan.
"Aku memikirkanmu setiap saat
Aku tidak bisa berbuat banyak, aku akan menjagamu
Sinar matahari di hari yang berat.. buruk
Selama kamu ada bersamaku, I'ts OK, aku akan menjalankannya.."
Baekhyun menutup matanya perlahan. Mendengar suara nyanyian Joonmyeon yang begitu lembut dan instrument mengagumkan yang sedang dimainkan oleh jemari milik namja tampan tersebut.
-Kapan… Jongin menganggapku seperti itu?-
Ada sebuah luka yang dirasakan Baekhyun tiba- tiba.
"Dirimu memenuhi pikiranku..
Bahkan ketika aku merindukan sesuatu yang lain, bahkan ketika kita berpisah sebentar saja.. pada akhirnya..
..pada akhirnya, aku kembali padamu.."
DEG
Oh Tuhan!
Mata bulat Baekhyun tiba- tiba terbuka, meneteslah air mata begitu saja. Tepat saat itu lantunan tangan Joonmyeon terhenti dan suaranya tercekat, melihat sosok yang duduk disampingnya terisak… cukup hebat dan gemetaran . Memilukan… Isakan keras dengan suara yang merdu, membuat Joonmyeon langsung meraih tubuh Baekhyun. Hanya sebuah respon alamiah…
Meraih tubuh mungil Baekhyun masuk kedalam peluknya. Mengusap perlahan punggung itu, berharap Baekhyun sedikit tenang. Joonmyeon sama sekali tidak berbicara. Dia sudah tahu ada yang salah sejak awal dengan Baekhyun, karena mata itu…. mata itu benar- benar mencerminkan sebuah ketegaran saat Joonmyeon melihatnya.
Sebenarnya, mata besar itu siap pecah.
"Semua akan baik- baik saja." Bisik Joonmyeon menenangkan.
Cintaku bukanlah kebohongan
Bagaimana caranya agar kau mengerti bahwa…
…aku mencintaimu
.
.
Jongin mendudukkan dirinya disofa empuk kesukaannya. Bersamaan dengan hal itu, seorang namja manis ikut duduk dipangkuan Jongin. Kini mereka sedang berada diapartemen Jongin. Sejenak mereka bertatapan kemudian namja manis tersebut buka suara.
"Tidak kasihan dengan kekasihmu, Jongin?"
"Kasihan? Untuk apa? Dia bisa mengerti."
"Mengerti apa? Kau sungguh kejam, kalau tidak mencintainya putuskan saja hubungan kalian."
Jongin menyeringai dan mengusap lembut wajah namja manis itu perlahan. "Siapa bilang aku tidak mencintainya? Baekhyun itu hanya milikku."
"Jika nanti dia jengah dan pergi darimu?"
"Tidak akan… dia tidak akan pergi meninggalkanku."
"Mengapa kau seyakin itu?"
Kembali Jongin menyeringai. "Karena dia mencintaiku."
Kau tidak mengerti
Aku juga manusia biasa
.
.
Baekhyun dan Joonmyeon berteman baik sejak mereka bertemu, benar- benar hanya berteman. Apalagi kini Baekhyun ingin sekali bisa bermain piano. Entah atas dorongan apa, saat ia mendengar suara lantunan piano Joonmyeon, ia merasakan sebuah perasaan yang amat sangat tenang. Seakan lantunan nada itu mengambil perlahan sesak menghimpit dadanya.
Pertemuan mereka hanya saat jam pulang sekolah, itupun jika Baekhyun tidak pulang bersama Jongin. Setelah seminggu lebih berteman, Baekhyun mengetahui bahwa Joonmyeon adalah ketua organisasi sekolah mereka, Joonmyeon juga setingkat diatas Baekhyun. Dan kekaguman Baekhyun bertambah pada sosok Joonmyeon yang amat penyayang dan lembut.
Sampai akhirnya, Jongin mencium sedikit kedekatan Baekhyun dengan Joonmyeon.
Demi Tuhan, Baekhyun sama sekali tidak pernah bermaksud menyembunyikan pertemanannya dengan Joonmyeon pada Jongin. Tetapi namja berhati keras itu menganggap Baekhyun mulai berani mendekati namja selain dirinya dan Chanyeol. Mungkin karena Jongin sudah mengetahui kedekatan Chanyeol dan Baekhyun sebagai kedekatan seorang sahabat. Ia tidak mau ambil pusing, toh Chanyeol sudah memiliki seorang kekasih bernama Baekhyun.
Tetapi kedekatan Baekhyun dan Joonmyeon membuat Kai amat marah.
Sangat marah.
Sepulang sekolah, tiba- tiba Jongin datang kekelas Baekhyun, bahkan belum ada satupun murid kelas Baekhyun yang keluar dan masih nampak seorang guru yang hendak keluar kelas. Baekhyun tentu saja terkejut, tidak pernah sekalipun Jongin menyusulnya seperti ini. Sebenarnya Baekhyun sedikit merasa .. senang.
"Jongin, kenap—"
Belum sempat menyelesaikan pertanyaannya, namja manis itu terdiam saat Jongin tiba- tiba memasukkan semua peralatan tulis Baekhyun dengan kasar kedalam tas Baekhyun dan menyandangnya. Begitu cepat, Jongin menarik tangan Baekhyun. Membuat Baekhyun menyadari satu hal..
…Jongin sedang marah.
"Jong—" ucapan Baekhyun kembali terhenti saat Jongin yang dari tadi menarik tubuhnya masuk kedalam sebuah ruangan kelas yang tidak terpakai, menghempas tubuh Baekhyun sedikit keras kedinding. Jongin mengunci pintu ruangan kelas dan menatap Baekhyun dengan tatapan mata yang begitu tajam. Ada kilatan kemarahan disana, nampak sangat jelas.
"SIAPA JOONMYEON ?!" Teriak Jongin begitu menggelegar. "SIAPA DIA HINGGA KAU BERTEMAN DENGANNYA?"
Menyentak hati Baekhyun yang sedikit ketakutan melihat sosok Jongin. Alis tebal namja tampan itu menekuk, tangannya terkepal dan pasti terlihat jelas guratan kemarahan disana. Wajah tampan Jongin berubah menyeramkan dimata Baekhyun.
"Joonmyeon-hyung—dia.. adalah temanku."
Jongin geram melihat wajah polos kekasihnya, tanpa rasa bersalah. "SIAPA YANG MEMPERBOLEHKANMU BERTEMAN DENGANNYA? Dan kau tahu dari siapa aku mendengar kedetakanmu dengan namja bernama Joonmyeon itu, oeh?! Yixing yang memberitahuku!"
"Yixing? Siapa itu, Jong—"
"Masih bisa kau menjawab ucapanku! Kau tidak mengerti apa yang sudah kukatakan padamu, oeh! KAU HANYA MILIKKU DAN TIDAK ADA YANG BOLEH MENDEKATIMU!"
Baekhyun terkejut mendengar makian Jongin. Tubuhnya terasa dingin dan ia ketakutan pada sosok namja yang amat ia cintai ini. Kini posisi Jongin masih jauh beberapa langkah didepannya. Dan dari jarak sejauh itu saja, Baekhyun bisa merasakan kemarahan Jongin.
Mengerikan.
"Dengar! Jika kau membiarkan seorang saja mendekatimu, aku tidak akan segan- segan menyakiti orang itu. Sudah baik aku memberimu kelonggaran untuk tetap berteman dengan sahabatmu Chanyeol.. jangan membuatku lebih marah dari ini! Kau mengerti?!"
Baekhyun dengan pelan sekali mengangguk, ia menunduk."Aku mengerti Jongin."
"Ck!" desis Jongin saat itu lalu ia melihat kaki akan berbalik pergi.
"Ah—" Baekhyun tidak mau Jongin pergi begitu saja. Ia juga ingin berbicara kali ini. Ia juga ingin didengarkan kali ini. Ia ingin menegaskan sesuatu pada Jongin. Perkenankan ia Tuhan. "Tunggu!"
Panggilan Baekhyun menghentikan langkah Jongin yang sudah membuka pintu. Ia menghela nafas pelan dan membalikkan tubuhnya. Kembali menutup pintu seraya memandang kekasihnya, Baekhyun yang berjalan mendekat satu langkah. Hanya satu langkah…
"Apa?" tanya Jongin cepat.
Baekhyun memberanikan diri untuk menatap Jongin. Mempertemukan tatapan mereka yang jarang sekali tertaut cukup lama. Sebelum berbicara Baekhyun menelan kasar liurnya, memilin jemari putih mungil yang kini mulai terasa perih. Berjuanglah Baekhyun, kau berhak bicara disini. Bukankah… mata Jongin kini teralih padamu? Hanya padamu…
"Aku ini siapamu, Jongin?"
Pertanyaan Baekhyun berhasil membuat Jongin membulatkan mata tajam miliknya. Sedikit kebingungan dengan maksud dari pertanyaan Baekhyun. Sudah jelaskan kalau Baekhyun adalah kekasihnya dan apa maksud Baekhyun dengan menanyakan hal seperti itu?
"Siapa? Tentu saja kau adalah kekasihku."
Deg
Wajah Baekhyun berubah berwarna merah muda, ia tersipu malu. Jawaban itu sungguh ia inginkan dari bibir Jongin. Kemudian Baekhyun merogoh sakunya, sedikit mengerutkan kening karena benda yang ia cari tidak ada disana. Ia tatap tas sekolahnya yang masih disandang Jongin. Tanpa ragu, ia dekati Jongin yang nampak bingung. Baekhyun mengambil tas nya dari lengan Jongin.
Jongin tetap menatap heran Baekhyun yang ada dihadapannya, menaati sorot mata polos Baekhyun yang sedang tidak terpatok kearahnya, mata bulat yang indah itu… benar, mata yang menyihir Jongin, pundak yang sempit, kulit yang putih dan—
"Ini!" pekik Baekhyun riang, membuyarkan lamunan Jongin tentang keindahan sang kekasih. Memusatkan matanya melihat pada lipatan tangan Baekhyun yang ada dihadapannya. Menghias senyuman tulus dan lugu. Sorot mata Baekhyun jernih menembus lensa mata Jongin dalam sedetik.
Dan yang mengejutkan adalah saat Baekhyun membuka perlahan lipatan telapak tangannya, memperlihatkan sebuah.. piercing? Jongin menatap Baekhyun tidak percaya. Dan.. Hey, ini adalah piercing dengan huruf J dan K, nama Jongin dan Baekhyun.
"Aku akan memakai inisial namamu Jongin dan… kau memakai inisial namaku. Bagaimana?"
Jongin masih diam dan menatap Baekhyun terperangah. Bagaimana mungkin anak se lugu Baekhyun berfikir memberikannya sebuah piercing? Demi apapun Jongin tidak pernah menyangka… dan bukankah mereka masih sekolah? Bagaimana bisa mereka memakai piercing?
Namun siapa peduli?
Jongin tersenyum tipis dan mengangguk. Ia ambil piercing mungil berwarna hitam berinisial K, inisial nama Baekhyun tentu saja. Mungil sekali, hanya berukuran 0,5 cm jika diukur dengan mistar. Bahkan ditangan Jongin nampak begitu kecil.
"Tapi… kita tidak punya tindikan ditelinga." Suara Jongin terdengar melembut.
Baekhyun kembali mengacak acak isi tasnya, dan ia mengeluarkan sebotol alkohol dan jarum dari dalam tasnya. Apa Baekhyun sebegitu mempersiapkannya? Jongin jujur saja beberapa kali tersentak dengan kelakuan Baekhyun.
"Tunggu! Tunggu! Mengapa kau.. memberikanku sebuah piercing?" tanya Jongin belum bisa menangkap maksud Baekhyun. Pasti namja polos ini memikirkan alasan yang tepat dan bisa dimengerti, kan?
Baekhyun menunduk dan wajahnya kembali memerah. "Aku pikir… Jongin akan menyukainya.. karena Jongin suka tantangan.. aku.. mencoba untuk menyesuaikannya."
Deg
Terkejut sekali, Jongin benar- benar terkejut dengan jawaban Baekhyun. Betapa Baekhyun memikirkan Jongin… kemudian seringai menguasai wajah Jongin saat melihat wajah malu- malu Baekhyun. Sungguh lugu, pikirnya. Tetapi hal inilah yang ia sukai dari Baekhyun. Khas polos peraga sosoknya.
Ia begitu menggilai Baekhyun yang seperti ini. Walau ia sudah bermain dengan berpuluh namja sekalipun. Ia tetap tidak bisa melepas pandangan matanya dari Baekhyun. Hebat sekali namja polos berhati lembut ini. Dengan caranya sendiri dapat membuat Jongin memikirkannya.
Grep
Jongin menggenggam tangan Baekhyun dan membuka pintu ruangan kelas yang tidak dipakai tersebut. Menarik Baekhyun agar berjalan mengikutinya. Namja manis itu hanya diam saja dan mengikuti langkah kaki sang terkasih. Mereka berjalan menuju tangga, menaikinya kelantai 3 gedung sekolah dan kembali berjalan hingga terhenti disebuah ruang kesehatan.
"Kenapa keruang kesehatan di lantai tiga, Jongin? Bukankah di lantai dua juga ada?" pertanyaan Baekhyun tidak ditanggapi oleh Jongin. Ia mengunci pintu ruang kesehatan tersebut dan ia yakin sekali tidak akan ada yang mengganggu mereka karena jam pulang sudah berlalu lewat dari setengah jam.
"Duduklah diatas ranjang." Perintah Jongin sembari membuka jas sekolahnya dan mengambil sebuah kapas serta batu es dari dalam lemari pendingin didekat lemari obat- obatan. Baekhyun mengangguk pelan dan mengikuti ucapan Jongin. Ia duduk ditepi ranjang dan memperhatikan Jongin yang mendekatinya.
"Pegang ini." Jongin memberikan piercing berinisial 'K' pada Baekhyun dan kembali berjalan ke meja yang ada didekat lemari obat, meja guru kesehatan. Dengan cepat Jongin memasukkan batu es kedalam sebuah mangkok kecil dan mengambil beberapa kapas. Menenggelamkan beberapa kapas didalam gundukan batu es tersebut kemudian membawanya menuju tempat Baekhyun duduk, ranjang.
"Kau atau aku? Siapa yang pertama?" tanya Jongin dengan tatapan mata masih sama tajam dan memikat.
Dengan polosnya Baekhyun menggigit bibir bawah, menatap Jongin dengan tatapan memelas. Tidakkah ia sadar jika wajahnya itu sungguh sangat mengundang?
"Jongin saja." Bisik Baekhyun pelan dan mengambil jarum serta alkohol dari dalam tasnya. Senyuman manis terhias diwajah Jongin, ia jatuhkan tas Baekhyun dari atas ranjang. Membuka sedikit bagian atas seragam sekolahnya, hingga sedikit memperlihatkan leher dan pundak jenjang pemuda tampan tersebut. Ia merebahkan tubuhnya seketika diatas ranjang, membuat Baekhyun menatap Jongin lekat.
Sebenarnya Baekhyun sangat takut, namun ia juga ingin punya sebuah tanda pengikat dengan Jongin. Ia ingin Jongin… Ingin sekali.
Entah Baekhyun terlalu polos atau telepati Jongin sampai padanya, kini Baekhyun membuka kakinya dan duduk diatas perut Jongin, memegang sebuah jarum. Baekhyun menatap erat daun telinga Jongin yang akan ia lubangi. Jujur saja Baekhyun amat gemetaran, ia belum pernah menyentuh bagian tubuh Jongin selain tangan.
Merasa getaran ditubuh Baekhyun, Jongin langsung memegang pinggang Baekhyun dengan kedua tangannya. Membuat Baekhyun tersentak dan wajahnya memerah. Sedikit mendongakkan wajahnya, Jongin menatap Baekhyun, tersenyum remeh. Menarik urat leher Jongin yang entah mengapa membuat Baekhyun merinding.
"Jangan takut, Baekhyun… bukankah kau ingin mengikatku?"
Baekhyun membulatkan mata, ia tersentak karena Jongin seperti tahu dengan apa yang ia pikirkan. Perlahan Baekhyun mengambil alkohol dan melumurinya pada sebuah kapas, membersihkan perlahan daun telinga Jongin. Membuat sang namja tampan sedikit bergidik, saat ia rasakan rasa dingin menyentuh kulit telinganya. Bagian sensitif Jongin.
Setelah itu, Baekhyun meletakkan beberapa kapas dingin pada daun telinga Jongin, membuat rasa kaku ia rasakan pada telinganya. Jongin memperhatikan wajah Baekhyun yang begitu dekat dengannya. Merasakan desah nafas Baekhyun menyentuh bagian telinga Jongin.
"Kau… yakin, Jongin?" tanya Baekhyun saat sudah bersiap dengan jarumnya.
Jongin menyeringai dan mengencangkan kedua tangannya yang memegang pinggang Baekhyun yang duduk diatas perutnya. "Kau juga akan merasakannya nanti… lakukan."
Baekhyun menelan kasar liurnya dan mendekatkan jarum pada salah sisi daun telinga Jongin. Sekejap tatapan mata mereka tertaut dan dengan keyakinan penuh Baekhyun mengangguk. Menusukkan dengan hati- hati jarum tindik agar melobangi salah satu sisi daun telinga Jongin.
Dan…
"Agh!" Erang Jongin saat besi kecil itu menembus daging dan kulit daun telinganya. Menutup mata akan perih yang ia rasakan. Cengkraman tangan Jongin pada pinggang Baekhyun mengencang, mencoba menahan perih.
"Kau baik- baik saja?!" Baekhyun benar- benar cemas melihat ekspresi kesakitan Jongin.
"Ma—masukkan piercing- nya sekarang!" perintah Jongin keras, membuat Baekhyun mengangguk cepat dan mengganti jarum yang tadi menembus kulit dan daging telinga Jongin langsung dengan piercing berinisial 'K'. Kembali Jongin tersentak saat rasa perih menjalari tubuhnya. Baekhyun membersikan darah yang tadi sedikit keluar sebelum piercing disematkan pada telinga Jongin dengan kapas steril. Tangan namja manis itu masih gemetaran.
"Maaf." Desis Baekhyun saat melihat wajah Jongin masih tegang karena kesakitan. Karena Baekhyun duduk diatas tubuh Jongin, ia bisa merasakan detakan jantung Jongin yang berantakan, deru nafas Jongin.
Walau perih, namun Jongin masih bisa menahannya. Tidak seberapa sebenarnya, namun Jongin sedikit berlebihan mengekspresikannya agar Baekhyun cemas. Jahil sekali… ia lirik Baekhyun yang masih duduk diatas perutnya. Memperhatikan wajah memelas itu dengan seksama. Senyuman remeh kembali terlihat pada bibir sensual milik Jongin.
"Sekarang giliranmu."
Bruk
Baekhyun membulatkan matanya saat ia merasakan tubuhnya sudah terbaring pada posisi dimana Jongin tadinya berbaring. Jongin memposisikan tubuhnya tepat di atas tubuh Baekhyun, kemudian menghilangkan jarak di antara mereka. Si tampan menyeringai tipis membuat Baekhyun menelan liurnya perlahan. Dadanya berdebam melihat ketampanan namja pemilik seringai menawan.
Tangan Jongin mulai membuka kancing baju Baekhyun, menyingsingkan sedikit hingga pundak sempit Baekhyun yang putih terlihat. Mata tajam itu terhenti menatap leher dan pundak putih Baekhyun. Demi Tuhan, Jongin ingin sekali menikmatinya. Namun ia belum bisa menyentuh Baekhyun, benar… Baekhyun nya masih terlalu lugu dan polos.
"Jong…in…" desis Baekhyun mulai mendongakkan wajahnya, menatap Jongin dari posisi itu sama saja mengundang macan kelaparan. Lihatlah, rambut Baekhyun yang acak- acakan seketika itu, wajahnya yang memerah dan tatapan mata bulat miliknya sungguh memelas.
Bagaimana tidak Jongin menelan liur nya kasar. Namun ia tepis pikiran liarnya saat itu, mencoba fokus menatap telinga putih kemerahan milik Baekhyun. Tidak tega rasanya jika menyakiti namja mungil itu… Baekhyun memang bertubuh mungil. Terkadang Jongin nyaris lupa Baekhyun adalah seorang lelaki karena tubuh mungil dan parasnya yang manis.
"…Kau bisa menahannya?" tanya Jongin sedikit ragu. Ia benar- benar tidak mau jika Baekhyun merasakan rasa perih yang sempat tadi ia rasakan. Walau tidak terlalu sakit, tetap saja…
"Lakukan." Pinta Baekhyun.
Jongin tersenyum licik dan ia mulai menggerakkan tubuhnya lebih mendekati Baekhyun. Mengarahkan tangannya menuju cuping telinga Baekhyun, sedikit bergidik namja manis itu saat ia rasakan dinginnya kapas yang sudah dingin karena es. Baekhyun merasakan dadanya seakan bergemuruh dan meledak, ketika Jongin sejenak mengecup lehernya. Jongin melakukan hal itu sebelum akhirnya mata bulat Baekhyun tersentak. Merasakan perih menyerang satu titik pada daun telinganya, jarum sudah menembus kulit dan daging daun telinga Baekhyun.
"Aggh! Jong—in sakit!" Baekhyun mencengkram lengan baju seragam Jongin. Setitik air mata jatuh dari mata bulat Baekhyun yang melebar. Jongin merasakan tangan Baekhyun gemetar, sekejap rasa bersalah menyeruak didalam hatinya. Namun Jongin tidak lupa tujuannya, ia mengambil piercing berinisial 'J' didalam saku baju seragam Baekhyun. Mengganti langsung jarum yang menembus telinga Baekhyun dengan piercing mungil tersebut.
Sekali lagi dirasakan perih saat piercing itu terpasang, piercing berinisial 'J', inisial nama Jongin tentu saja. Dengan lembut Jongin mengambil kapas steril dan mengusap darah yang bisa dibilang sedikit pada telinga Baekhyun. Membuat Baekhyun sekali lagi bergidik perih.
Mengatur nafasnya masih memburu, Baekhyun dengan mata berair menatap Jongin yang telah menghela nafas lega. Baekhyun tersenyum saat ia lihat didaun telinga sebelah kanan Jongin, terdapat piercing yang berinisialkan namanya.
Apakah aku sudah berhasil 'menandai' bahwa Jongin adalah milikku?
Pikiran Baekhyun yang lugu, ia begitu mencintai namja yang kini berada diatas tubuhnya. Merasakan tatapan Jongin yang begitu dalam. Sekarang, Jongin sudah mendekatkan wajahnya. Menaati bibir bening Baekhyun, menyelami berbagai lekuk dan pahat rupa Baekhyun yang indah.
"Kita belum pernah sekalipun berciuman.. bukan?"
Mata Baekhyun kembali melebar saat ia mendengar pertanyaan Jongin. Tentu saja ia terkejut, sekalipun Jongin tidak pernah menyentuhnya kecuali memeluk. Entah apa yang dipikirkan Jongin hingga tidak pernah menyentuh Baekhyun padahal ia begitu mudahnya menyentuh ataupun 'bermian' dengan teman kencannya.
"Kau ingin?"
Sekali lagi, Jongin membuat detak jantung Baekhyun terpompa abnormal. Pertanyaan macam apa itu? Namun siapa yang tidak ingin menyatukan hati dengan sang terkasih? Baekhyun benar- benar ingin Jongin memperlakukannya sebagai seorang kekasih. Bukannya yang selalu sabar dan tegar saat melihat Jongin bermain dengan orang lain didepannya.
"Aku mencintaimu, Jongin."
Ucapan tulus Baekhyun membuat Jongin menyeringai. Polos, pikir Jongin terhadap Baekhyun. Dan tidak membuang kesempatan, Jongin perlahan mengusap leher putih Baekhyun, membuat si mungil memejamkan perlahan. Merasakan kulit hangat Jongin mengusap lehernya hingga pundak. Tersentak kecil tubuh mungil itu saat ia merasakan surai milik Jongin menyentuh wajahnya dan merasakan sebuah kecupan hangat menghujam lehernya.
Sesaat, benar- benar sesaat sentuhan yang Jongin berikan pada leher putih milik Baekhyun. Sedetik kemudian Baekhyun membuka matanya karena merasakan nafas Jongin sudah menyentuh hidungnya, ujung hidung mereka bersentuhan. Mengakibatkan Baekhyun dan Jongin bisa saling pandang dengan leluasa.
"Your first kiss… mine?" Bisik Jongin dengan senyuman remeh.
".. milikmu."
Baekhyun memeluk Jongin, menarik tubuh namja tampan yang kini tercekat mendengar pengakuan lugu Baekhyun. Sejenak Baekhyun merasakan wajahnya memanas, ia ingin menangis.. rasanya begitu tulus yang ia katakan baru saja hingga ia ingin menitikkan air matanya. Akan tetapi tetap saja namja manis itu menahan dirinya untuk tidak menangis. Jujur ia benci terlihat lemah.
"I'm yours, Jongin."
Tanpa menunggu lagi, Jongin melepas pelukan Baekhyun, membidik tajam mata besar milik Baekhyun yang terbuka namun terlihat sayu. Dengan satu gerakan, bibir Jongin sudah menyentuh bibir Baekhyun. Membuat namja manis tersebut gamang seketika, merasakan pertama kali lembutnya bibir Jongin. Merasakan pertama kali, tubuhnya bergejolak dengan sentuhan ringan yang berangsur mulai mengganas.
Ciuman itu sudah terlanjur dalam, menghanyutkan kedua insan yang sudah melepas semua batasan. Melupakan rasa sakit sesaat dan mencoba melampiaskan.
Baekhyun menginginkannya.
…yang ia inginkan hanya Jongin.
Dan ia sedang bersatu dengan namja tampan itu tanpa halangan, tanpa orang lain diantara mereka.. hanya berdua saja menikmati kesenangan duniawi. Tentu saja Baekhyun berharap… ia berharap Jongin akan berubah mulai sekarang.
…karena Baekhyun sudah memberikan semua yang ia miliki pada Jongin.
Jika ini salah
Mengapa sejak awal kau seperti memperlihatkan kebenaran?
Aku terjerumus dan aku.. menginginkannya
"Kau tampak senang sekali?"
Suara lembut itu memecah renungan Baekhyun, membuat namja manis itu terlonjak dari posisinya. Ia melirik sosok yang ada tepat dibelakangnya, Joonmyeon.
"Hyung! Jangan mengagetkanku!" Baekhyun mengerucutkan bibirnya, menatap dengan mata besarnya tertekuk manja.
"Ah, kau terkejut? Memangnya kau melamunkan apa hingga tersenyum seperti itu?" Joonmyeon memutuskan untuk duduk disamping Baekhyun. Mereka kini berada ditaman sekolah, jam istirahat memang pas dimanfaatkan untuk menikmati sebuah sandwich isi dan susu kotak. Menu kesukaan Baekhyun.
"Mau?" tanya Baekhyun polos sembari mengajukan sandwich yang ada digenggamannya. Sepertinya Baekhyun lupa sama sekali dengan peringatan Jongin untuk menjauhi Joonmyeon.
Joonmyeon tersenyum dan mengangguk. "Boleh."
Baekhyun memotong dua sandwich miliknya sama besar, memberikannya pada Joonmyeon. "Terima kasih." Joonmyeon menerima sandwich dari Baekhyun. Sebenarnya ia tidak lapar namun entah mengapa ia juga ingin memakan sandwich milik Baekhyun. Entahlah! Joonmyeon hanya ingin dan ia benar- benar ingin.
Baekhyun kembali menggigit dan mengunyah sandwich kesukaannya, kali ini dengan tambahan daging ayam yang renyah. Joonmyeon hanya menatap Baekhyun sesaat dan ikut memakan sandwich tersebut. Diam sejenak hingga Joonmyeon membuka pembicaraan.
"Bagaimana kabar kekasihmu?"
Baekhyun menelan kasar sandwich yang dari tadi ia kunyah. Menatap Joonmyeon sedikit merona, kemudian namja manis itu tersipu. Wajahnya memerah seperti warna sirup strawberry yang berada didalam gelas bening. Sungguh manis.
"Jongin… baik- baik saja. Hmm…" Baekhyun terlihat salah tingkah.
Joonmyeon memperhatikan Baekhyun yang menunduk, mata sipit Joonmyeon kini mulai menelusuri tengkuk Baekhyun yang putih. Menemukan disana sedikit bercak kemerahan. Joonmyeon mengerutkan keningnya, reflek tangan Joonmyeon mengayun pada kerah kemeja Baekhyun.
"Hyung? Kenapa?" tanya Baekhyun aneh saat melihat tangan Joonmyeon menarik sedikit kerah kemeja milik Baekhyun, memperlihatkan becak merah yang lebih banyak lagi tergambar dileher putih Baekhyun. Kontras sekali.
"Apa yang telah kau lakukan dengan kekasihmu, Baekhyun?" Joonmyeon malah bertanya, tidak menjawab pertanyaan Baekhyun. Tangan Joonmyeon sudah terlepas dari kerah baju Baekhyun. Kini namja tampan itu memegang sandwich pemberian Baekhyun dengan kedua tangannya. Ia berfikir dan… ia tidak bodoh. Tentu saja!
Apalagi Joonmyeon melihat rona merah dan wajah tersipu Baekhyun. Menandakan bahwa dugaannya benar, Baekhyun mungkin saja sudah melakukan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan Jongin kekasihnya. Memang Joonmyeon tidak berhak ikut campur namun ia hanya berfikir… hanya memikirkan kebaikan Baekhyun.
"Aku—kurasa Joonmyeon-hyung tahu dengan jelas. Aku dan Jongin… sudah tidak memiliki batasan lagi." Baekhyun kemudian agak memiringkan duduknya, memperlihatkan telinga sebelah kirinya kepada Joonmyeon yang duduk disebelah kanan Baekhyun.
"Piercing?!" teriak Joonmyeon tidak percaya. "Kau! Bagaimana bisa melakukan pelanggaran seperti itu dan memamerkannya padaku, Baekhyun? Aku ini ketua organisasi intra sekolah! Kau sudah melakukan pelanggaran!"
"Mwo?! Uwaaa! Aku lupa jika hyung adalah ketua organisasi intra sekolah! Hyaaaaaa, maafkan aku hyung. Jangan hukum aku!" pinta Baekhyun panik. Ia menatap Joonmyeon dengan tatapan memelas, ditambah mata besar yang kini seakan berbicara, 'Hyung, sungguh tega dirimu jika menghukumku.'.
"Kumohon, hyung." Baekhyun mengepalkan kedua tangannya dibawah dagu. Menatap Joonmyeon seperti puppy lucu yang menggemaskan. Bibir tebalnya melengkung cemberut, menampakkan wajah memohon yang amat membuat Joonmyeon…
Glek!
…kalah!
Joonmyeon langsung menggeleng cepat dan menghela nafasnya berat. "Jinjjayo~ Kau benar- benar lugu, Baekhyun. Baiklah, kali ini aku akan melepasmu namun esok.. jangan gunakan piercing saat kau berada di area sekolah."
Baekhyun mengerucutkan bibirnya. "Myoya~ aku tidak mau melepaskan piercing ini, hyung. Kau tahu tidak saat melubangi telinga itu rasanya sakit sekali."
"Aku tidak tahu karena aku tidak akan mencobanya!" tegas Joonmyeon.
"Tap—tapi benda ini berharga.. karena aku dan Jongin sudah terikat. Piercing ini mempunyai sebuah kenangan indah.. karena kami berdua yang memasangnya.. merasakan sebuah perasaan sakit bercampur senang saat piercing itu terpasang. Hingga… kami.. melakukannya."
Hening sesaat.
"Baekhyun.. Akhiri hubunganmu dengan Jongin."
DEG
Tidak percaya dengan apa yang dikatakan Joonmyeon, namja manis itu menatap tajam Joonmyeon yang sudah terlihat amat serius dan tidak main- main. Baekhyun terlihat sangat marah dari sorot matanya.
"Hyung tidak berhak mengatakan hal seperti itu!"
"Aku memang tidak berhak, aku tahu! Namun berfikirlah Baekhyun, dia hanya membawa pengaruh buruk didalam hidupmu. Kau tidak seharusnya merasakan semua sakit hati saat kau melihat kekasihmu bermain dengan orang lain. Kau tidak seharusnya merasa kecewa dan kau—"
"Cukup! Darimana hyung tahu jika Jongin suka sekali berhubungan dengan orang lain padahal aku tidak pernah menceritakan apapun tentang kebiasaan Jongin padamu! Hyung menyelidikinya? Kau lancang sekali!" Baekhyun sudah berdiri, matanya tertekuk marah, wajahnya memerah dan ia benar- benar benci pada seseorang yang menganggap Jongin adalah lelaki yang berperangai buruk.
"Aku tidak menyelidikinya, Baekhyun." Jawab Joonmyeon tenang.
"Kau bohong! Kalau tidak dari mana kau ta—"
"Yixing! Jongin merebut kekasihku."
Deg
"Yi—"
-"Dan kau tahu dari siapa aku mendengar kedetakanmu dengan namja bernama Joonmyeon itu, oeh?! Yixing yang memberitahuku!"-
Baekhyun sejenak terdiam. Jadi Yixing yang dimaksud Jongin waktu itu adalah salah satu lelaki cantik yang dikencani Jongin? Apakah namja yang terlihat sering sekali bergelayutan manja dengan Jongin? Jadi… Yixing itu kekasih… Joonmyeon?
Tapi…
"Maaf.. Baekhyun.. sebenarnya aku tidak ingin kau tahu akan hal ini… akan tetapi aku benar- benar tidak suka melihat kekasihmu mempermainkan kekasihku.. ah, maksudku mantan kekasihku. Yixing sudah… memutuskan hubungan kami." Wajah Joonmyeon nampak terluka.
Baekhyun tersentak, ia memilin ujung kemejanya. "…Jongin… pasti tidak bermaksud begitu, hyung.. maafkan dia."
Joonmyeon membulatkan matanya saat ia mendengar ucapan Baekhyun. Tidak menyangka Baekhyun yang akan minta maaf atas perlakuan Jongin. Hey, disini seharusnya Baekhyun sadar, bukan? Dia bukanlah orang lain untuk Jongin dan… Baekhyun, seorang kekasih dari Kim Jongin meminta maaf pada Joonmyeon yang kekasihnya sudah direbut oleh Jongin?
Pola macam apa itu!
"Kau bodoh, kah?" Joonmyeon mulai tidak paham dengan arah pikir Baekhyun.
"Tentu saja tidak!" pekik Baekhyun kesal.
Joonmyeon mendecak dan berdiri diposisinya, menyebabkan mereka berdua berdiri hadap- hadapan. Saling membidik mata masing- masing. Joonmyeon kembali menghela nafas pelan dan mengusap kepala Baekhyun sayang, seperti mengelus kepala kucing saja.
"Dia tidak akan berubah semudah itu. Percayalah padaku."
"Aku mempercayai Jongin!"
Tersenyum tipis, Joonmyeon melipat tangannya didada. "Cukup… aku melihat Yixing yang terjerat oleh kebohongan manisnya… aku tidak mau kau juga merasakan hal itu."
Setelahnya Joonmyeon berbalik badan dan berjalan meninggalkan Baekhyun sendirian. Namja manis itu masih tetap berdiri disana, menatap punggung Joonmyeon yang mulai menghilang dari pandangannya. Sejenak Baekhyun merasakan dadanya bergemuruh kuat. Ia memejamkan mata dan kembali duduk dikursi taman. Mencoba untuk tidak terlalu memikirkan perkataan Joonmyeon.
"Mengapa tidak ada yang percaya pada Jongin… mengapa semua orang mengatakan bahwa kau bukanlah sosok yang pantas untukku..Jongin?"
Air mata itu akhirnya luluh. Membuat tubuh Baekhyun bergetar pelan lalu pergi meninggalkan tempat itu dengan isakan halus dibibirnya. Ia bersedih… bersedih karena ia yakin kalau Jongin akan berubah setelah mereka melakukan hubungan intim. Kini Jongin tidak perlu mencari orang lain untuk melampiaskan keinginannya, bukan? Dan Baekhyun yakin jika Jongin pasti akan lebih mencintainya. Benar, Jongin mencintainya.
Cintanya bukan cinta sepihak, bukan?
Bukan!
Aku akan menutup telingaku dari cercahan mereka
Tidak peduli jika yang mereka katakan
Nantinya… ternyata adalah sebuah kebenaran
Siang itu, Baekhyun sedang berjalan dengan langkah yang lincah menuju apartemen Jongin. Senang sekali mimik wajah lelaki manis itu terhias. Rona merah muda yang amat manis dan menggemaskan tercetak dipipi. Lantunan nada merdu terlontar dari bibir tebal miliknya. Dan ia menatap ceria susunan kotak makan yang ada ditangannya. Benar, ia rela bangun pagi saat hari libur hanya untuk membuatkan bekal makan tersebut.
Hubungannya dan Jongin setelah piercing tersebut dipasang memang mulai menghangat dan dekat. Mereka kerap pulang bersama dan menghabiskan waktu lebih banyak berdua saja. Buktinya kini Baekhyun sudah memiliki kunci apartemen Jongin. Kunci duplikasi yang Jongin berikan untuk Baekhyun.. manisnya.
Kaki ramping Baekhyun sudah terhenti disebuah pintu apartemen sederhana yang tidak terlalu mewah namun sederhana dan minimalis. Nyaman sekali memang, maka dari itu Jongin betah tinggal diapartemen itu. Apalagi apartemen tersebut dekat dengan sekolah mereka. Jongin memang tidak tinggal dengan orang tuanya, mencoba untuk mandiri alasan yang ia katakan saat ditanya sebab ia tidak tinggal dengan orang tuanya.
Perlahan Baekhyun memasukkan kunci apartemen dan membuka pintu. Masih dengan senyuman manis, namja itu berjalan masuk. Sunyi.. itulah kesan pertama yang Baekhyun dapatkan. Namun ia tidak mau menduga dulu. Ia kelilingi apartemen Jongin yang nampak sangat sepi. Akan tetapi ketika Baekhyun sampai didepan pintu kamar Jongin… yang ia lihat…
"Jong—"
Deg
Suara Baekhyun tertahan.. saat dengan mata kepalanya, ia melihat lagi Jongin berciuman dengan seseorang. Kali ini bukan dilingkungan sekolah namun didalam apartemen milik Jongin, kamar milik Jongin. Baekhyun yang sengaja datang keapartemen Jongin untuk mengantarkan makan siang saat hari minggu atau hari libur… melihat hal memilukan tersebut?
Dikala ia berfikir hubungannya dengan Jongin mulai membaik?
"Ah! Baekhyun." Jongin menyeringai dan melepas tubuhnya dari namja cantik yang Baekhyun yakini adalah… Yixing? Benar, paras cantik dan manis namja itu, tidak salah lagi. Dia pasti Yixing, mantan kekasih Joonmyeon.
"Jongin~ Kita lanjutkan!" pinta Yixing manja.
Baekhyun tidak habis fikir, apakah Yixing tidak sadar bahwa kini yang sedang berdiri didepan pintu kamar Jongin adalah 'Kekasih' Kim Jongin? Demi Tuhan, jika bibirnya tidak kelu, Baekhyun pasti akan berteriak.
"Hey hey! Nanti saja, Baekhyun sudah datang. Kau membawa makanan, Baekhyun sayang? Aku sudah lapar." Jongin berdiri dari ranjangnya dan berjalan kearah Baekhyun. Memeluk tubuh mungil Baekhyun yang masih mendingin. Namun kehangatan dari tubuh Jongin yang tidak memakai pakaian atasnya membuat Baekhyun kembali mabuk. Ia balas pelukan Jongin dan dengan berani mencium pipi kanan Jongin dengan lembut.
"Kau nakal, Baekhyun sayang." Jongin tertawa kecil kemudian mencium pipi Baekhyun. Membuat Baekhyun manis terkekeh kecil. Disela- sela pelukannya dengan Jongin, Baekhyun melihat Yixing menatapnya marah. Namja berparas cantik dan berkulit putih bersih itu berdiri dari ranjang, memakai pakaian atasnya dan menyandang tas miliknya berwarna maroon.
"Kau mau kemana?" tanya Jongin saat melihat Yixing melewatinya dan Baekhyun.
"Aku mau pulang." Jawab Yixing terdengar sinis.
"Baekhyun sudah membawa makanan, bagaimana jika kita makan bertiga?" ujar Jongin cepat. Baekhyun dan Yixing terlihat kaget sekali. Gila, kah? Demi Tuhan, Baekhyun merasakan perih yang berkepanjangan merekah dihatinya. Jongin tega sekali, mengapa ia tidak memikirkan perasaan Baekhyun? Mengajak namja 'selingkuhan'-nya makan bersama dengan Baekhyun… kekasih Jongin sendiri…
…kejam.
Yixing menyeringai saat melihat ekspresi kecewa Baekhyun, dengan mantap ia mengangguk dan kembali meletakkan tas sandangnya diatas sofa milik Jongin. Kemudian berjalan menuju meja makan. Disusul Jongin yang sudah berjalan menuju dapur, mengambil peralatan makan untuk mereka bertiga.
Baekhyun berusaha sabar, ia berjalan menyusul Yixing di meja makan. Meletakkan kotak makan yang lumayan banyak, sekitar 5 buah kotak makan. Pasti Baekhyun begitu bersemangat memasaknya, terlihat dari aroma masakan yang begitu lezat saat semua penutup kotak makanan tersebut dibuka.
"Kau pandai memasak ternyata." Yixing tersenyum kecut. "Namun aku jauh lebih ahli darimu, Baekhyun-sshi. Kau tahu bahkan aku sering sekali datang keapartemen Jongin hanya untuk memasak untuk dirinya."
Deg
Baekhyun terdiam sesaat, gerakan tangannya terhenti saat mendengarkan ucapan Yixing. "Sering… kesini?"
Tersenyum penuh kemenangan, Yixing mengangguk. "Kau kalah dariku, Byun Baekhyun. Jongin hanya memanfaatkanmu."
Deg
Wajah Baekhyun langsung memerah marah, ingin sekali ia menampar Yixing. Namun sebisa mungkin ia tahan gejolak tersebut. Ia masih bisa menahan dirinya untuk tidak melakukan tindakan jahat ataupun kasar lainnya. Ia bukanlah namja kasar!
"…kau tahu aku siapa Jongin?" tanya Baekhyun akhirnya.
"Kurasa tahu…. Kekasih yang tidak dianggap."
Tangan Baekhyun terkepal, alis matanya tertaut dan sirat mata namja manis itu nampak amat terluka. Ucapan Yixing benar- benar membuatnya naik pitam. Akan tetapi Baekhyun masih saja diam. Masih saja mencoba menahan hasratnya untuk menampar Yixing… ia mencoba untuk sabar. Sesabar mungkin dan benar- benar—
"Kau tidak ada harganya dimata Jongin."
—PLAK
Yixing membulatkan matanya saat ia merasakan tangan Baekhyun menampar keras pipi putih merona miliknya. Yixing tidak terima sama sekali atas perlakuan Baekhyun, ia bermaksud membalas tamparan Baekhyun namun sebuah ide terpikirkan olehnya. Perlahan Yixing memegang pipinya yang terasa perih, menatap Baekhyun dengan mata berat yang memerah.
"Ada apa ini?"
Jongin datang dari dapur, melihat Baekhyun yang pucat dan Yixing yang… akan menangis. Ah, namja cantik itu bahkan sudah mengeluarkan air matanya, membuat Baekhyun merasa bersalah dan mengutuk perbuatannya baru saja.
"Yixing! Kenapa kau menangis?!" Jongin meletakkan peralatan makan yang ada ditangannya diatas meja dan mengusap air mata Yixing dengan kedua telapak tangannya. Sesaat Jongin menatap wajah Baekhyun yang terlihat amat bersalah.
"Dia menamparku."
Jawaban Yixing membuat Jongin terkejut. Ia tatap Baekhyun dengan wajah tidak percaya, seorang Baekhyun yang lemah lembut dan sabar bisa menampar seseorang. Apalagi melihat ekspresi Baekhyun yang seperti tercengang, menandakan bahwa Baekhyun mungkin memang menampar Yixing.
"Kenapa?" tanya Jongin pada Baekhyun.
Baekhyun menggeleng pelan dan menatap tangannya. "A—Aku…"
Jongin menghela nafas dan melipat tangannya didada, ia bidik tajam mata bulat Baekhyun yang sudah nampak berat, menggenang. "Aku muak! Kau selalu saja seperti ini, Baekhyun. Kau sama sekali tidak pernah mengeluh dengan setiap perilaku dan kelakukanku. Mengapa kau menampar Yixing? Seperti anak kecil saja! Minta maaf pada Yixing."
DEG
Baekhyun membulatkan mata besarnya. Kenapa dia harus minta maaf? Memang benar ia menampar Yixing namun Baekhyun pikir Yixing pantas mendapatkannya. Ucapan Yixing jauh lebih menyakitkan daripada rasa sakit tamparan.
Baekhyun menunduk dan memilin kedua jemarinya, takut saat Jongin mulai memarahinya seperti ini. Memang benar, selama ini Baekhyun hanya diam saja. Namun tidak bisakah Jongin sadar dengan sendirinya? Jongin sadar dengan hatinya?
… Baekhyun adalah kekasihnya.
Manusia yang sepantasnya ia jaga dan ia bela.
"Kenapa diam Byun Baekhyun?" tanya Jongin sinis.
Masih saja Baekhyun diam. Ia tidak tahu ingin mengatakan hal apa, jika ia mengatakan bahwa Yixing tadi menghinanya… ia tidak bisa membantah. Bukan karena ia takut… akan tetapi karena ucapan Yixing benar.
Ucapan Yixing benar.
Jongin menghela nafas dan mengambil tissue yang ada diatas meja makan. Mengusap lembut air mata yang masih teralir pada pipi Yixing. Kembali hati Baekhyun terhenyak ketika melihat Jongin begitu perhatian memperlakukan Yixing. Jongin sama sekali tidak membelanya.. Jongin sama sekali tidak mengerti dirinya…
…Jongin tidak menyayanginya.
"Jong—in."
Tes
Akhirnya Baekhyun tidak bisa menahan sakit hatinya lagi, tidak bisa menahan air matanya didepan Jongin. Baekhyun menangis… didepan Jongin. Membuat Jongin yang tadinya masih fokus mengusap wajah Yixing tercekat saat wajahnya teralih pada wajah Baekhyun. Dingin, Jongin merasa tubuhnya mendingin dan kaku saat melihat lelehan air mata kepedihan mengalir dari mata besar Baekhyun.
Air mata yang dapat menjelaskan semua luka hati yang ditahan oleh Baekhyun selama ini.
"Mengapa… kau tidak juga mengerti… Jongin?"
Setelah mengatakan hal itu, Baekhyun berbalik badan. Berjalan pergi meninggalkan Jongin yang masih kaku terdiam karena baru kali ini… ia melihat air mata Baekhyun. Air bening yang membuat Jongin merasakan sekujur tubuhnya penuh dengan dosa.
Blam
Bunyi suara pintu masuk pada pendengaran Jongin dan Yixing. Menandakan bahwa Baekhyun sudah pergi dari sana. Namun Jongin tidak bisa bergerak, kakinya seakan terpaku. Berat bukan main. Yixing melihat keanehan pada Jongin. Perlahan ia akan memegang tangan Jongin, akan tetapi…
Bruk
Lelaki tampan itu terduduk ditempatnya. Terdiam disana dan matanya seakan kosong kedepan. Benar… bibirnya beberapa kali ingin terbuka mengeluarkan suara, tapi terlihat jelas bahwa bibir tebal itu kelu. Tidak bisa keluar.. suaranya tertahan.
"Jongin!" Yixing mencoba membantu Jongin untuk berdiri dan menundukkannya disebuah kursi meja makan. "Kau baik- baik saja?"
Jongin memejamkan matanya sesaat dan menghela nafas. Mencoba untuk menenangkan dirinya, kacau. Jongin merasakan tubuhnya kacau secara mendadak. Ia tidak bisa bernafas dengan leluasa, jantungnya bahkan seperti akan meledak. Kulitnya basah oleh keringat dingin… semua terasa aneh dan sangat tidak nyaman.
Baru kali ini Jongin merasa lumpuh seketika.
"A—Aku… baik-baik saja.." Jongin menghela nafas pelan dan tersenyum kaku.
"Kau yakin? Tidak mau mengejar?" tanya Yixing nampaknya sedikit banyak bisa menangkap kegusaran Jongin.
"… Ya. Dia.. tidak akan bisa… lari dariku."
Baru kali ini.. Jongin mengatakan hal itu dengan keraguan.
…Baekhyun.
Aku lelah
Bolehkah aku mengatakan hal itu?
Kaki ramping milik Baekhyun berjalan amat cepat. Tidak mengindahkan beberapa orang yang ia tabrak tidak sengaja, membiarkan air mata yang dari tadi mengaliri pipinya tak terhenti. Ia masih menangis dan kembali ia kecewa karena Jongin tidak mengejarnya.
Apakah Jongin tidak peduli lagi padaku?
Pertanyaan itu terus berulang- ulang di pikiran Baekhyun. Oh Tuhan, Baekhyun bahkan sudah tidak bisa membendung air matanya lagi. Kali ini ia menangis dengan hati yang amat terluka. Rasanya sakit bukan main dan… itu menyedihkan.
Akhirnya langkah kaki Baekhyun terhenti, ia tidak kuat lagi berjalan karena kakinya kini gemetaran. Ia mencoba duduk disebuah halte yang lumayan banyak orang disana, menunggu bus. Baekhyun menghapus air matanya dan ia melihat sebuah bus datang kearah halte. Setelah bus terhenti, semua orang yang berada dihalte tersebut masuk. Meninggalkan Baekhyun duduk sendirian disana.
Masih mencoba menepis air matanya, Baekhyun mengambil ponsel didalam saku celana. Menekan tombol virtual 'Call' pada layar touchcsreen. Ia bermaksud menelpon Chanyeol sahabatnya, namun… panggilan tersebut tidak sampai. Chanyeol tidak mengangkatnya… ah, apakah Chanyeol sedang sibuk dengan Baekhyun?
Bukankah ini hari libur… benar, pasti Chanyeol dan Baekhyun sedang kencan. Percintaan mereka kan berbeda jauh dengan percintaan Baekhyun.
Chanyeol dan Baekhyun pasti sangat bahagia.
Tes
Kembali tangisan menguntai dari bibir Baekhyun, bersamaan dengan itu rintikan air terjatuh dari langit. Hujan.
Baekhyun terdiam sejenak menatap orang- orang yang terkejut karena tiba- tiba turun hujan. Beberapa orang akhirnya berdatangan ke halte dimana Baekhyun duduk. Membuat keadaan halte itu menjadi ramai. Baekhyun jadi sangat tidak nyaman, ia memutuskan untuk menerobos hujan saja.
Dan ia memang melakukannya.
Baekhyun berjalan keluar dari lindungan atap halte bus tersebut. Ia sudah tidak peduli lagi akan tubuhnya yang basah kuyub, sudah tidak peduli lagi ujung deraian hujan menusuk tubuh putihnya. Tidak peduli lagi dengan matanya yang tidak mau berhenti menurunkan air suci.
Langkah kakinya yang tadi lumayan cepat kini melambat, berjalan lambat sekali. Hingga akhirnya terhenti saat ia lihat seseorang berdiri dihadapannya, memegang sebuah payung yang lumayan besar, payung yang kini melindungi tubuh kuyub Baekhyun.
"Kau bisa sakit."
Suara itu… Baekhyun mendongakkan wajahnya dan… melihat orang yang begitu ia kenali. Air hujan tidak lagi membasahi pipi Baekhyun, kini terlihat jelas air mata jatuh bertubi- tubi di pipi merahnya. Mengaliri pipi yang sudah basah tersebut tidak tahu malu.
"Joonmyeon-hyung.." isak Baekhyun lirih.
Joonmyeon tersenyum amat menenangkan. Ia kemudian selangkah mendekati Baekhyun, dibawah payung besar itu, Joonmyeon dan Baekhyun berada. Lelaki tampan bersurai hitam kemerahan tersenyum menggenggam tangan dingin Baekhyun dengan sebelah tangannya yang tidak memegang payung.
"Jika rasanya sesakit itu… mengapa sejak awal kau tidak mau melepasnya?"
Pertanyaan Joonmyeon langsung menohok dihati Baekhyun, terisak lumayan keras. Ia menggeleng pelan dan menggigit bibir bawahnya, mencoba kembali menyembunyikan sisi lemahnya yang sudah terlanjur terlihat.
"..Aku memikirkanmu setiap saat
Aku tidak bisa berbuat banyak, aku akan menjagamu
Sinar matahari di hari yang berat.. buruk
Selama kamu ada bersamaku, I'ts OK, aku akan menjalankannya.."
Isakan Baekhyun terhenti saat mendengar suara lembut Joonmyeon yang terdengar begitu dekat ditelinganya. Tersenyum, Joonmyeon bernyanyi sembari tersenyum. Mencoba menarik tangan Baekhyun yang masih terdiam. Mereka berjalan pelan sembari bergandengan tangan didalam lingkupan payung besar berwarna putih transparan. Suara hujan bahkan tidak terdengar lagi, tersamarkan.
"Ayo bernyanyi bersama." Ajak Joonmyeon.
Baekhyun tersenyum tipis disela- sela tangisnya, ia mengapus air mata yang terjatuh dengan tangannya yang tidak digenggam Joonmyeon. Perlahan Baekhyun membuka belahan bibir merahnya, mencoba ikut bernyanyi meyambung lagu yang disenandungkan oleh Joonmyeon.
"Dirimu memenuhi pikiranku..
Bahkan ketika aku merindukan sesuatu yang lain, bahkan ketika kita berpisah sebentar saja.. pada akhirnya..
..pada akhirnya…"
Baekhyun menahan nafasnya. Sesak.
"… aku kembali padamu.."
Air mata jatuh kembali, namun langsung Baekhyun menghapus jejak tersebut… lagi. Mencoba terus menerus untuk meneguhkan hatinya agar tidak terlihat lemah. Joonmyeon masih tersenyum manis dan bersenandung. Walau suara nyanyian Baekhyun terdengar bergetar lirih, Baekhyun terus bernyanyi.
Kini langkah kaki mereka terhenti disebuah taman bermain yang tidak terpakai, Baekhyun menatap taman bermain itu tajam. Suara merdu miliknya juga sudah terhenti. Joonmyeon menyadari bahwa Baekhyun menatap taman bermain usang tersebut. Reflek saja, Joonmyeon menarik tangan Baekhyun untuk masuk kedalam taman bermain mini yang terletak sedikit jauh dari jalan raya.
Disana terdapat ayunan yang sudah tidak terpakai, seluncuran berkarat yang bolong, dan berbagai mainan yang tidak terpakai lagi, usang. Bahkan kolam pasir ditaman tersebut sudah tergenang air kotor. Benar- benar tidak terpakai dan… terlupakan.
Akan tetapi Baekhyun berjalan kearah sebuah kubah mungil seukura meter yang terbuat dari semen. Kubah itu sudah ditumbuhi lumut pada tiap dindingnya. Baekhyun tersenyum dan masuk kedalam kubah yang mirip mangkok raksasa terbalik, duduk disalah satu sisinya. Joonmyeon mengerutkan kening tidak mngerti tetapi akhirnya ikut masuk kedalam sana. Meninggalkan payung diluar kubah, memposisikan diri disamping Baekhyun yang duduk sembari memeluk kakinya.
"Tempat ini sunyi sekali." bisik Baekhyun dengan senyuman tipis, yang mereka dengarkan hanya rintikan hujan dan suara bising benturan air.
Joonmyeon mengangguk lalu mengusap rambut basah Baekhyun. "Masih mau menangis?"
Tertawa kecil Baekhyun mengangguk pelan. "Hahaha…Dia tidak mengejarku, hyung. Dia membiarkan aku pergi. Dia bahkan tidak mengerti bahwa aku tersakiti selama ini. Sakit sekali, hyung. Mengapa… dia jahat sekali padaku?"
Baekhyun menyembunyikan wajahnya diantara lutut. Isakan kecil terdengar dari sela- sela getaran tubuh Baekhyun. "Aku lelah, hyung. Rasanya ingin berhenti saja… tapi, aku mencintainya. Hingga aku tidak pernah memikirkan betapa sakit hati dan tersiksanya diriku. Tak pernah peduli respon hatiku yang tercabik- cabik saat ia bersama orang lain… didepan mataku… dia meludahi semua usahaku…"
Joonmyeon merangkul pundak Baekhyun lalu merebahkan kepalanya pada kepala Baekhyun. Joonmyeon menatap hujan yang ada diluar sana samar. Ia tersenyum manis dan mengusap pundak Baekhyun lembut penuh kasih sayang.
"Baekhyun…"
Namja manis itu tidak menjawab. Ia masih menangis pelan sekali, namun ia mendengarkan panggilan Joonmyeon yang amat lembut. Tetapi Baekhyun hanya diam, mencoba menikmati rangkulan Joonmyeon yang hangat. Joonmyeon kemudian tersenyum dan mendekatkan wajahnya pada telinga Baekhyun.
Berbisik disana…
"… bersediakah memulai lembaran baru.. bersamaku?"
Walau menyebalkan.. aku ingin menjadi orang yang egois
Tidak apa-apa, bukan?
Aku sudah lelah selalu mengalah
To be continue
