Kyungsoo membungkuk setelah menyelesaikan bait terakhir lagu yang ia nyanyikan. Suara tepuk tangan menggema di seluruh penjuru ruangan tempat berlangsungnya acara kelulusan yang diadakan pagi itu. Kyungsoo turun dari panggung bersamaan dengan acara yang telah selesai karena ia tampil sebagai penutup. Ia bersama rombongan murid keluar dari ruangan dan langsung mendapati banyak murid yang sedang mengambil gambar bersama di halaman. Kyungsoo memandang sekitar, merasa iri dengan murid yang sedang mengambil gambar dengan keluarganya yang datang. Kris yang tidak jadi datang membuatnya semakin muram.
"Penampilanmu tadi sungguh luar biasa." Seseorang mendekatinya. Kyungsoo mendongak –karena tubuhnya yang pendek– dan mendapati seorang laki-laki dengan senyum lebar berdiri di sampingnya.
Kyungsoo menatapnya tanpa berkedip dengan mata bulatnya.
Jongin. Laki-laki yang diam-diam ia sukai selama ini tiba-tiba menyapanya. Oh! Yang benar saja? Bahkan mereka tak pernah bertegur sapa sebelum ini.
Jongin ikut menatap laki-laki pendek di sampingnya tersebut, "Apa aku begitu menakutkan hingga kau menatapku seperti itu?"
Kyungsoo segera mengalihkan pandangannya dari laki-laki itu.
"Maaf, aku tidak bermaksud–" Di dalam hati, Kyungsoo merutuk karena memiliki tatapan yang buruk. Matanya yang bulat dan tajam membuatnya tampak seperti seseorang yang sedang marah meskipun dia sedang tidak merasa begitu.
"Hanya bercanda!" Jongin kembali tertawa, membuat Kyungsoo mati kutu. "Ini! Tadi tertinggal di kursimu." Tambahnya seraya menyodorkan sebuket bunga yang biasa diberikan saat hari kelulusan ke hadapan Kyungsoo.
Laki-laki yang lebih pendek menerimanya dengan ragu. "Terimakasih."
Kyungsoo merasa wajahnya memanas. Ia bahkan tak pernah –berani– membayangkan hal seperti ini. Ini sungguh diluar dugaannya.
"Tak perlu sungkan padaku, Kyungsoo."
Kyungsoo menoleh ke arah Jongin saat laki-laki itu tiba-tiba saja menyebut namanya.
"Kau hanya mau kembali menatapku saat aku menyebut namamu." Jongin tersenyum. "Apa kau tidak penasaran darimana aku tahu namamu? " laki-laki itu menatap Kyungsoo balik.
Kyungsoo tersadar dan segera mengalihkan pandangannya ke arah murid-murid yang sedang berfoto di depannya, "Pembawa acara memanggilku untuk tampil, tentu saja kau tahu namaku."
Jongin kembali tertawa, "Kau membuatku merasa bersalah karena kau tidak menatapku saat kita berbicara."
"Aku hanya tidak ingin kau merasa tersinggung dengan tatapanku." Kyungsoo berkata seraya melirik Jongin.
"Tadi aku hanya bercanda. Kau tidak perlu merasa bersalah karena menatapku."
Kyungsoo memberanikan diri untuk menatap Jongin. "Maaf."
"Begitu lebih baik." Jongin tersenyum lega. "Keluargamu tidak datang?" Tambahnya saat tidak melihat siapapun yang datang menghampiri Kyungsoo.
"Mereka tidak bisa datang hari ini. Kau?"
"Orangtuaku bukan tipe yang mau repot-repot meninggalkan pekerjaan berharganya hanya demi melihat anaknya menerima surat kelulusan." Jongin tertawa seolah hal itu hanyalah sebuah candaan.
Kyungsoo menatapnya dengan tatapan aneh.
"Kenapa?" Jongin menoleh, menatap tepat pada mata laki-laki yang lebih pendek.
Kyungsoo menggeleng. "Ti–tidak."
Jongin mengendikkan bahu, kemudian mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
"Ayo kita abadikan hari kelulusan kita!" Kyungsoo terkejut ketika tangan kiri Jongin tiba-tiba saja merangkul pundaknya. "Satu, dua, tiga, cheese!"
