ChanBaek Couple
Tittle : You Steal My Heart
Author: chickenKID
Main Cast: ChanBaek
Other Cast: Find by yourself
Rate: Aman
Genre: Romance (maybe), entahlah tak terlalu mengerti -_-a
Length: 1 of 2
Disclaimer: ChanBaek milik orangtuanya, SM, dan Tuhan YME, FFnya milik saya, sayanya milik ONEw XDD
Warning: YAOI..AU..OOC..TYPO(S)...BOYS X BOYS = LOVE (ketawa nista XDD)
Note : Saya pernah memposting FF ini tapi dengan main cast HunHan. Sebenarnya FF ini saya buat dari setahun yang lalu dengan main cast ChanBaek. Tapi karena adanya beruta Baek punya pacar saya langsung ganti dengan HunHan karena saya kecewa. Tapi sekarang saya ingin berbagi untuk ChanBaek shipper. Maka dari itu saya posting yang ChanBek Version. FF ini terinspirasi dari beberapa hal. Dari manga detektif Conan, series Once Upon A Time, dan saya sedikit memasukan summary dari sebuah novel yang saya lupa judulnya, tapi untuk cerita ini ASLI hasil karya saya. Saya Author yang masih amatir, bagus tak bagus cerita saya nikmati saja ya. Setelah baca kalian WAJIB untuk meninggalkan jejak !
IF YOU DON'T LIKE, PLEASE DON'T READ !
IF YOU READ, DON'T BE SILENT READERS !
YOSH HAPPY READING ^o^/
Mencintai bukan hanya sekedar menerima kehadiran.
Bukan pula bergandengan tangan hingga semua orang mampu melihat betapa bahagianya kita.
Namun, mencintaimu membuatku belajar banyak hal tentang hidup itu sendiri.
Pertemuan kita adalah pertemuan yang tanpa akhir, pertemuan yang akan selalu menjadi awal di mana cinta itu bersemi.
Aku mencintaimu.
Kau telah mencuri hatiku.
Mungkinkah aku bisa bersamamu?
chickenKID's Present
You Steal My Heart Chapter 1
Chanyeol PoV
Aku sedang berjalan menyusuri kota tempat tinggalku Seoul. Ini baru saja jam 8 pagi. Aku harus segera pergi ke tempat kerja karena banyak sekali pekerjaan menungguku. Well, sepertinya aku harus memperkenalkan diriku. Namaku Park Chanyeol, aku tinggal di kota Seoul, di apartemen yang tak terlalu mewah sendirian karena Orangtuaku tak tinggal di Seoul. Pekerjaanku memang tak terlalu mewah, dengan gaji yang standar, tetapi aku akan selalu melakukan pekerjaanku dengan sepenuh hati karena aku sangat mencintai pekerjaanku. Sedari dulu hingga sekarang aku menyukai hal berbau misteri, hal yang membuat otakku bekerja dua kali lipat, logikaku bermain, dan pasti aku sangat menikmati semua itu. Maka dari itu sekarang aku bekerja sebagai detektif, mungkin karena pengaruh novel-novel misteri yang sedari dulu aku baca, membuatku bekerja di kantor kepolisian Seoul sebagai detektif. Yah, karena aku bukan polisi jadi aku tak harus memakai seragam layaknya seorang polisi, walaupun aku bekerja di kantor kepolisian.
Aku berbelok ke sebuah cafe, di mana tempat biasa aku bersarapan.
CRING
Lonceng di pintu berbunyi saat aku membuka pintunya. Aku duduk di tempat biasa, di dekat jendela paling pojok sebelah kiri. Pelayan di cafe itu sudah tahu menu sarapanku. Tak istimewa, hanya 2 potong roti panggang coklat dengan kopi panas tanpa gula. Walaupun begitu tapi itu adalah sarapan favoritku.
Setelah selesai sarapan dan membayarnya, aku keluar dari cafe itu menuju tempat kerjaku. Dari cafe tersebut ke tempat kerjaku tak terlalu jauh. Maka dari itu aku sengaja memilih cafe tersebut untuk sarapan di setiap pagiku.
BRAK
Seseorang menabrakku hingga ia terjatuh. Bukannya sombong, tapi karena dia bertubuh mungil dan aku bertubuh tinggi membuat dirinya terjatuh sedangkan aku masih tetap di posisiku. Dia memakai sweater kebesaran dan memakai kupluk yang membuat wajahnya tertutupi. Aku segera mengulurkan tanganku untuk membantunya, tetapi ia tak menerima uluran tanganku. Ia segera berdiri seraya membungkukkan tubuhnya tanpa berkata apapun. Setelah itu ia pergi dari hadapanku.
'Orang aneh' batinku. Aku melanjutkan langkahku, namun baru beberapa langkah saja aku segera memegang saku belakang celanaku. Dan dugaanku benar, dompetku hilang. Aku segera menoleh dan melihat orang yang tadi menabrakku masih berjalan dengan cepat di sana. Di antara orang-orang yang berlalu lalang di trotoar jalan. Aku segera mengejarnya.
"HEI KAU" aku berteriak padanya. Ia tak menoleh, namun kulihat ia langsung berlari begitu mendengar suaraku. Great, itu membuktikan bahwa dialah pelakunya, yang menyebabkan dompetku hilang.
'Sial, masih terlalu pagi untuk kehilangan dompet' rutukku. Aku terus berlari mengejarnya, kulihat ia memasuki gang yang tak terlalu besar di depan sana. Aku tersenyum, dengan begitu aku lebih leluasa menangkapnya. Aku mempercepat lariku, dengan tubuh tinggi ini langkahku lebih lebar daripada sang pencuri yang kulihat bertubuh mungil itu. Aku hampir dekat dengan tubuhnya dan
GREP
Tertangkap. Aku menangkap pundaknya tak sengaja sedikit mendorong tubuhnya, dalam keadaan berlari seperti itu membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan dan
BRUK
Ia terjatuh. Aku tersenyum, segera mendekatinya.
"Tertangkap kau, sekarang coba perlihatkan wajahmu" ujarku seraya membalik tubuhnya dan membuka kupluk yang sedari tadi menutupi wajahnya.
SRET
Aku membuka kupluknya.
"Aih, boy?" tanyaku melihat ternyata seorang namja laki-laki berwajah imut dengan kulit putihnya yang mulus itu yang mencuri dompetku.
"Ani, Man" jawabnya. Setelah itu ia mengambil batu di dekatnya dan
BUGH
Ia memukulku dengan batu itu, tepat di kepalaku. Aku meringis dan memundurkan tubuhku. Rasanya pusing tiba-tiba menderaku. Kurasakan darah menetes dari pelipisku.
"Aku bukan bocah lelaki tuan, aku seorang lelaki dewasa, jadi jangan memanggilku boy, panggil aku Man" ujar pencuri itu seraya bangun lalu melihat ke arahku sambil tersenyum.
"Sial" gerutuku.
"Terimakasih atas dompetmu, ah dan maaf atas lukamu itu, tapi aku sama sekali tak menyesal. Annyeong" ujarnya, lalu berlari meninggalkanku.
"HEI KAU, AKU AKAN MEMBALASMU, AKU AKAN MENEMUKANMU" teriakku yang hanya di balas dengan serangan jari tengah ke arahku dengan wajah tersenyum. Shit, bagaimana bisa wajah yang seperti anak laki-laki polos begitu melakukan sesuatu yang kasar padaku. Benar-benar sial.
Masih mengerang karena sakit di kepalaku. Aku mencoba untuk bangkit dari dudukku. Untuk sekarang aku harus segera ke kantor dan meminta seseorang mengobati lukaku. Lihat saja, aku akan menemukanmu pencuri sialan.
.
.
_ChanBaek_
.
.
"Bagaimana bisa pagi-pagi begini kau sudah terluka dan kehilangan dompetmu?" ujar Kyungsoo, salah satu rekan kerjaku. Dia bekerja di kantor kepolisian bagian kesehatan. Jadi sekarang ini dia sedang mengurus luka di kepalaku.
"Aku sedang terkena sial Kyungsoo-ya, dia benar-benar lincah, gerakannya sangat cepat, walaupun aku sempat berhasil menangkapnya mana kutahu dia akan melayangkan batu itu padaku."
"Aish, kau memang ceroboh"
"Jangan menasehatiku, kau bukan ibuku, Awww appo" lirihku saat Kyungsoo malah menekan lukaku.
"Bodoh, aku hanya khawatir padamu" ujarnya. Dan aku hanya tersenyum.
"Ne, gomawo, tapi tenang saja, pencuri itu akan menyesal karena ia telah berurusan dengan orang yang salah" ujarku menyeringai.
"Ne, ne, aku yakin kau dapat menangkapnya" ujar Kyungsoo.
"Baby, sedang apa kau di sini dengan orang menyebalkan seperti dia?" seseorang mengintrupsi kami. Yah, sebut saja dia Kai, seorang Polisi dengan wajah mesumnya. Ia bertanya pada Kyungsoo, ah aku malas mengatakan hal ini, tapi KAI ITU KEKASIH KYUNGSOO. Jangan tanya padaku, mungkin sebentar lagi dunia kiamat karena bahkan saat ini banyak pasangan sesama jenis berkeliaran di negeri ini. Aku langsung merinding seketika.
"Aku baru saja merawat lukanya, dia baru saja di serang seorang pencuri dan mendapat hadiah pukulan batu di kepalanya" ujar Kyungsoo menghampiri Kai.
"Aish, kau memang detektif bodoh, selalu sial karena ceroboh. Aku tak mengerti detektif bodoh sepertimu dapat bekerja di kantor kepolisian pusat" ujar Kai menghinaku beserta dengan gelengan kepalanya sambil melihatku.
"Sialan kau Kai, terus saja hina aku sampai kau puas" ujarku. Dia hanya tertawa mendengar ucapanku.
"Jangan cemburu hanya karena Kyungsoo mengobati lukaku" ujarku.
"Aku tak cemburu karena Kyungsoo tak akan pernah tertarik dengan detektif bodoh sepertimu" ujarnya, lalu ia menarik Kyungsoo dan menciumnya di hadapanku. Sial, aku sangat ingin memukulnya, itu sangat-sangat menjijikan.
Setelah ia mencium Kyungsoo, ia menarik Kyungsoo dan menjulurkan lidahnya padaku seperti mengejek. Aih, aku tak habis pikir betapa kekanakannya dia. Ia menarik Kyungsoo meninggalkanku. Aku hanya tersenyum, yah walaupun begitu mereka berdua adalah temanku, teman terdekatku di banding dengan rekan kerjaku yang lain. Karena mungkin hanya aku yang dapat menerima hubungan mereka berdua. Sebenarnya Kai dan Kyungsoo menyembunyikan hubungan mereka dari yang lain. Tetapi aku mengetahuinya, karena yah kau tahu pekerjaanku sebagai detektif jadi sangat mudah sekali menganalisis orang lain. Jadi hanya padaku mereka tak sungkan memperlihatkan kemesraan mereka. Meskipun terkadang membuatku jijik. Tapi justru mereka (tepatnya Kai) sangat senang mengerjaiku akan hal itu.
Aku segera bergegas ke meja kerjaku untuk mengurus beberapa kasus yang akhir-akhir ini terjadi. Yah, mungkin selain mengurus beberapa kasus juga aku akan menyelidiki siapa pencuri yang berani mencuri dompetku dan melukai kepalaku.
Chanyeol PoV End
.
.
_ChanBaek_
.
.
Baekhyun PoV
Hari ini aku tak ada kerjaan. Karena kemarin baru saja aku mendapatkan hadiah besar. Aku baru saja mendapatkan dompet seorang detektif yang isinya lumayan mengejutkan. Meskipun memang aku salah memilih target karena pasti aku harus berurusan dengan seorang detektif, tapi dalam atm tabungan detektif itu banyak sekali uangnya. Untuk membobol atm seseorang sudah bukan masalah besar bagi seorang pencuri profesional sepertiku. Dan tenang saja, aku tak menghabiskannya sendiri, karena aku membaginya dengan rekan-rekan kerjaku yang lainnya. Ah, membicarakan tentang rekan kerja, aku termasuk kedalam perserikatan kelompok pencuri nasional. Yah, namanya memang keren, tapi pekerjaannya memang sangat kotor. Tapi yah mau bagaimana lagi, aku tak punya orangtua sejak aku lahir, aku dibesarkan di panti asuhan. Jadi untuk mendapatkan uang aku hanya dapat melakukan ini. Aku sudah menjadi seorang pencuri sejak umur 15 tahun. Memang itu pekerjaan yang penuh dengan resiko, tapi sejak berumur 17 tahun aku di ajak oleh seseorang yang memergokiku sedang mencuri untuk masuk kelompok pencuri itu. Di sanalah aku di bina untuk menjadi pencuri profesional. Dan sekarang aku tinggal bersama dengan mereka. Meskipun begitu aku sangat senang karena aku merasa punya keluarga.
Aku sangat bosan. Aku duduk di kursi pinggir jalan. Berharap mendapatkan target empuk untuk pekerjaanku. Sampai pada saat itu mataku tertuju pada mobil VW berwarna hitam yang terpakir di dekat gang kecil di sana.
'Sasaran empuk' batinku. Aku beranjak dari dudukku, menuju tempat mobil itu terparkir. Aku melihat keadaan sebentar seraya membawa pisau yang tersimpan di sakuku. Ku tusuk pinggir kaca jendela pintu mobil tersebut menyebabkan bunyi
KLEK
Tanda kunci pintu mobil sudah terbuka. Aku langsung tersenyum. Ini pekerjaan mudah untuk pencuri profesional sepertiku. Aku langsung masuk ke dalam mobil. Ku bawa kawat yang tersimpan di sakuku, kuputar kawat tersebut sedemikian rupa. Ujung yang runcing ku arahlan ke lubang kunci mobil, ku coba menyalakan mesinnya dan
BRRMMM
Berhasil. Mobilnya berhasil menyala. Aku semakin mengembangkan senyumku. Dan aku memindahkan gigi, lalu ku lajukan mobil tersebut. Dapat satu mobil itu lumayan menguntungkan. Aku masih tersenyum sambil mengendarai mobil tersebut.
"Seharusnya mengendarai mobil itu dengan menggunakan kuncinya, bukan dengan kawat seperti itu"
Suara yang berat mengejutkanku. Membuat mobil yang kukendarai oleng dan hampir menabrak pembatas jalan.
"AWAS, APA YANG KAU LAKUKAN?" teriak namja yang mengintrupsiku. Dia tiba-tiba muncul dari kursi belakang.
"PRIIIT" tiba-tiba suara peluit polisi terdengar.
'Ini gawat' batinku. Tiba-tiba namja tersebut langsung mencabut kawat di lubang kunci dan menggantinya dengan kunci yang ku yakin itu kunci mobil yang asli.
Tok tok tok
Polisi itu mengetuk kaca jendela. Aku menghela napas.
"Bukalah, kau tenang saja, tak usah tegang" ujar namja di belakangku. Aku tak pernah menoleh melihat namja itu. Tapi kuyakin ia pria dewasa karena suaranya yang berat menyiratkan usianya yang tak lagi muda. Mungkin.
Kubuka jendela mobil berusaha untuk tenang. Aku tersenyum pada polisi itu.
"Maaf, bisa saya lihat SIM dan STNK mobil anda?" ujar polisi tersebut.
'Tamatlah riwatku' batinku.
"Ku mohon maafkan sepupu kecil saya ini. Dia sedang belajar menyetir. Dan kujamin dia tak akan melakukan kesalahan seperti barusan lagi" ujar namja di belakangku. Aku hanya tersenyum lalu membungkukan badanku pada polisi itu. Kulihat sepertinya polisi itu sedang berpikir. Aku memperlihatkan senyum memelasku.
"Baiklah, tolong awasi sepupu kecilmu ini, jangan sampai meresahkan pengendara lainnya" ujar polisi itu. Aku langsung tersenyum lebar.
"Ne, josonghamnida" ujar namja itu. Lalu polisi tersebut pergi meninggalkanku. Aku sedikit menghela napasku. Tinggal satu lagi masalahnya. Namja di belakangku ini. Namja pemilik mobil yang kucuri ini.
"Sepupu kecil eoh? Maaf saja aku bukan anak kecil" ujarku. Dengan perlahan menoleh ke belakang tempat namja itu berada. Dan langsung membuatku berhenti bernapas untuk beberapa detik saat melihat wajahnya. Dia...
"Annyeong boy, kita bertemu lagi" ujarnya. Aku langsung membulatkan mataku. Dia namja yang baru saja kemarin ku curi dompetnya. Dia namja yang baru saja kemarin kupukul kepalanya dengan batu. Dia detektif itu.
"Sudah kubilang kan kalau aku akan menemukanmu" ujarnya seraya tersenyum memperlihatkan gigi rapinya. Aku hanya dapat menelan ludahku. Ia mengulurkan tangannya mengusap wajahku.
"Aish, meskipun kau bilang kau bukan anak kecil, wajahmu ini yang menunjukan bahwa kau masih kecil" ujarnya dan
GREP
Ia mengangkat daguku dan memaksaku untuk menatap matanya. Meskipun bibirnya tersenyum lebar, tapi matanya sangat mengintimidasi. Membuat bulu kudukku merinding.
"Sekarang aku ingin kau mengembalikan dompetku, pencuri sialan" ujarnya dengan nada rendah penuh penekanan. Aku tak menjawabnya, aku hanya diam dan menatap wajahnya.
"Kau tak mendengar eoh? Kembalikan dompetku pencuri sialan" yah, detektif menyebalkan. Meskipun aku memang seorang pencuri, tapi aku bukan orang sialan. Aku sedikit tersinggung ia menyebutku pencuri sialan.
"Oh tuan detektif yang terhormat, seharusnya kau tahu pencuri sepertiku tak akan mungkin menyimpan dompetmu itu dengan utuh" ujarku. Ia membulatkan matanya, meskipun memang matanya sudah bulat, terlihat sangat jelas keterkejutan di wajahnya.
"Kau bilang apa sialan?" tanyanya seraya menekan cengakramannya di daguku.
"Meskipun aku mengulang kata-kataku, kuyakin kau sudah tahu maksudku kan?" ujarku. Lalu dengan perlahan aku mengambil senjataku. Senjata yang biasa ku gunakan dalam keadaan darurat seperti ini.
CROT CROT CROT
Tiga kali kutembakan senjataku pada mata detektif itu. Tembakan merica cair yang kuyakin akan membuat matanya perih. Dan benar saja. Ia memekik dan langsung melepaskan cengkraman tangannya di daguku. Ia langsung mengusap-usap matanya.
"Kurang ajar kau pencuri sialan. Aku tak akan pernah memaafkanmu" ujarnya menggerutu. Aku hanya tertawa mendengarnya.
"Dengar detektif yang terhormat, jangan pernah menyebutku pencuri sialan, karena pencuri adalah seniman yang sangat terampil dalam mencuri barang, sedangkan detektif tak lebih dari sekedar tukang kritik yang mencari-cari kesalahan orang" ujarku. Lalu kubuka pintu mobilnya dan berlari meninggalkan detektif itu. Yang kudengar dia hanya berteriak
"KU YAKIN AKU AKAN SELALU MENEMUKANMU SIALAN" dan aku hanya tertawa penuh kemenangan.
Baekhyun PoV END
.
.
_ChanBaek_
.
.
Chanyeol PoV
"Aku tak habis pikir detektif sepertimu selalu kalah oleh pencuri itu" ujar Kyungsoo. Kali ini dia sedang mengobati mataku.
"Sudah kubilang kan, dia bodoh dan ceroboh" yang ini suara Kai. Perkataannya selalu menyebalkan.
"Terserah kalian mau berkata apa. Tapi aku tak akan menyerah mengejar pencuri sialan itu. Dia memang cerdik, tapi aku tak akan kalah cerdik darinya" jawabku mantap.
"Dengan kekalahan yang sama terjadi dua kali seperti ini kau masih mengelak kalau kau bodoh eoh?" ujar Kai. Aku hanya mendengus kesal.
"Hei, aku berhasil menjebaknya untuk mencuri mobilku dan aku hampir berhasil menangkapnya"
"Hanya hampir Yeol, dan akhirnya kau gagal lagi" ujar Kyungsoo.
"Aish, kalian berdua selalu meremehkanku. Tenang saja, meskipun ia berhasil kabur tapi aku akan selalu menemukannya. Tunggu saja waktunya" ujarku menyeringai. Dan mereka hanya diam tak menghiraukanku. Aish, memang pasangan yang menyebalkan.
.
.
_ChanBaek_
.
.
Aku sedang beroprasi, memata-matai keadaan di jalan raya. Yang kutahu pencuri itu memang selalu beroprasi di daerah keramaian. Aku mengintai dengan santai di kursi jalan raya, dengan memakai kacamata hitam, pakaian yang biasa saja persis seperti pemuda narsis yang kuyakin tak akan membuat orang curiga kalau aku ini sedang memata-matai. Dan tepat sasaran, kulihat namja yang memakai sweater kebesaran dan memakai kupluk sehingga menutupi wajahnya dengan tubuhnya yang mungil. Aku menyeringai.
'Lihatlah boy, aku selalu menemukanmu' ujarku. Lalu aku beranjak dari dudukku.
'Dengar detektif yang terhormat, jangan pernah menyebutku pencuri sialan, karena pencuri adalah seniman yang sangat terampil dalam mencuri barang, sedangkan detektif tak lebih dari sekedar tukang kritik yang mencari-cari kesalahan orang' aku jadi ingat kata-katanya kemarin. Membuatku kesal seketika. Bagaimana bisa pencuri sialan sepertinya menyebut detektif itu sekedar tukang kritik yang mencari-cari kesalahan orang eoh? Sudah jelas dia membuat kesalahan. Bagaimana bisa aku membiarkannya? Dasar menyebalkan.
Aku mendekatinya yang kulihat ia akan menjalankan aksinya. Saat ia akan menabrak orang aku segera menariknya. Kulihat dia terkejut. Aku hanya tersenyum tanpa melepaskan kecamataku. Aku menariknya menjauh dari keramaian, tepat setelah melihat gang sempit aku menariknya ke sana. Sempit dan sepi, sepertinya tempat yang cocok untuk menyiksa orang. Aku bersorak dalam hati.
BRAK
Aku mendorongnya ke dinding di ujung gang sempit tersebut. Aku membuka kacamataku seraya tersenyum.
"Annyeong, bertemu lagi denganku. Kuharap kau tak bosan ne" ujarku. Kulihat ia memutar bola matanya malas. Aih, aku juga malas bertemu dengannya. Kalau saja urusanku dengannya sudah beres aku tak ingin bertemu dengannya lagi. Kubawa sesuatu dari dalam saku jaketku. Lalu
CEKLEK
Ku borgol tangan kanannya. Ya, aku membawa borgol dari jaketku. Dan memakaikannya ke tangan kanan pencuri sialan itu. Sedangakan yang satunya ku borgol ke tangan kiriku. Ku lihat dia terkejut.
"Dengan begini kau tak akan bisa lari dariku" ujarku penuh kemenangan. Sebenarnya borgol ini ku dapat dari Kai. Lebih tepatnya aku mencurinya karena Kai tak mau memberikan pinjam borgol ini padaku. Tapi tenang saja, setelah semua ini selesai aku akan mengembalikannya lagi pada Kai.
"Jadi boy, aku ingin kau mengembalikan dompetku" ujarku. Ia terlihat menghela napas.
"Arra, tapi sudah kubilang kalau dompetmu itu sudah tak utuh lagi isinya"
"Aku tahu, yang penting kau kembalikan dompetku dan lencana detektifku" ia menatapku.
"Baiklah, dompetnya ada di markasku. Aku akan mengambilnya. Tapi kau harus melepaskan borgol ini" ujarnya.
"Tidak bisa, aku tahu kau akan melakukan sesuatu padaku lagi. Kali ini aku tak akan kalah" jawabku. Ia menghela napas lagi.
"Baiklah, kalau begitu kau harus ikut denganku ke markasku" ujarnya. Sebenarnya aku tak terlalu mengerti ia selalu menyebut 'markas' bukan rumah. Apa ia terjerat dengan kelompok penjahat besar? Kalau benar begitu bukankah ini kesempatan untukku mengungkap kelompok penjahat besar? Aih, ini sungguh menarik.
Lalu aku mengikutinya. Kami menaiki bus dan duduk bersebelahan. Memang kami jadi pusat perhatian karena tanganku dan tangannya terborgol. Tapi aku tak terlalu peduli. Kulihat dia hanya menundukkan wajahnya. Sepertinya ia malu. Tak tahukan ia bahwa mencuri itu bahkan perbuatan yang sangat memalukan? Ia terlihat masih sangat muda meskipun aku tak yakin berapa umurnya karena dia selalu menyebut dirinya bukan anak kecil. Wajahnya kecil dan kulitnya putih mulus dan sangat halus waktu kemarin aku sempat menyentuh wajahnya. Jika di lihat ia seperti anak polos yang tak tahu apa-apa. Padahal ia pencuri menyebalkan yang bahkan mungkin sudah menggaet beberapa banyak harta orang lain. Dunia memang kejam, sesungguhnya mungkin dia bisa jadi namja yang baik. Tunggu
Memukul kepalaku hingga berdarah.
Menyemprot mataku dengan cairan menyebalkan yang membuat mataku perih.
Aih, dilihat dari manapun perbuatannya memang sungguh menyebalkan. Dia tak termaafkan. Setelah dompetku kembali aku akan menangkapnya. Lihat saja nanti.
Setelah menempuh waktu kurang lebih setengah jam. Ia akhirnya mengisyaratkan untuk turun. Dan kamipun turun dari bis, di daerah yang sama sekali asing bagiku. Ini pertama kalinya aku berada di tempat asing ini sepanjang hidupku tinggal di Seoul. Ia berjalan dan karena tangan kami terborgol aku mengikutinya. Sampai pada saat kami tiba di sebuah gedung yang lumayan besar tapi sepertinya sedikit tidak terurus dan sepi. Kulihat ia menghentikan langkahnya dan berbalik padaku.
"Kau yakin hanya akan membawa dompetmu kan?" tanyanya. Aku hanya mengangguk.
"Sungguh isi dompetmu sudah tak utuh lagi. Aku sudah peringatkan padamu" ujarnya.
"Arra, aku hanya ingin dompetku kembali, itu barang yang sangat penting. Dan aku membutuhkan lencana detektifku, kuyakin kau tak membuangnya kan?" tanyaku. Ia hanya mengangguk.
"Kalau begitu kau harus membuka borgol ini" ujarnya seraya menggerak-gerakan tangannya.
"Wae?" tanyaku heran.
"Dengar ! Jika kau ingin dompetmu kembali dan keluar dari sini dengan selamat, kau harus menuruti perkataanku" ujarnya sedikit berbisik.
"Wae?" tanyaku lagi. Aku memang sangat penasaran, memangnya kenapa?
"Di dalam sana tempat orang-orang sepertiku. Jika mereka tahu bahwa kau seorang detektif maka kau akan habis di sini. Maka dari itu berpura-puralah kau itu temanku, aku akan membawa dompetmu kembali. Sebagai gantinya, kau jangan pernah mengganggu kehidupanku lagi. Arra?" tanyanya. Aku hanya mengangguk. Dan ia kembali menggerak-gerakkan tangannya. Aku mengerti apa maksudnya, karena itu aku segera mengambil kunci borgol dan membuka borgol yang berada di tangan kami. Kulihat ia menghela napas dan kembali berbisik.
"Ingat, jangan membuat orang curiga jika kau masih ingin selamat" bisiknya. Aku hanya mengangguk. Setelah itu ia berjalan sambil menggengam tanganku.
DEG
Hatiku mencelos saat tiba-tiba saja ia menggengam tanganku. Kurasakan tangannya sedikit bergetar. Jujur sebenarnya aku tak terlalu takut meskipun ia sudah memperingatiku untuk berhati-hati. Sungguh aku tak takut karena aku sudah terbiasa berhadapan dengan penjahat. Tapi saat kurasakan tangannya bergetar sambil menggenggamku membuatku sedikit mengerti, mungkin dialah yang merasa cemas dan takut. Aku hanya tersenyum, memang sebenarnya dia hanya namja biasa yang polos. Sayang dia harus berada di dunia yang kejam seperti ini.
Kubalas genggaman tangannya mencoba membuatnya tenang. Kuarasakan getarannya sedikit mereda. Aku sedikit tersenyum, ini pengalaman pertamaku untuk sedikit peduli pada musuhku (penjahat). Karena bagaimanapun detektif tak boleh lemah di hadapan musuhnya. Dan bagaimanapun detektif harus menaklukan musuhnya dengan cepat. Yah, mungkin aku hanya sedikit memberikan waktu untuknya. Sampai waktunya tiba, aku baru bisa menangkapnya.
KRIEETTT
Pintu gerbang yang lebih mirip seperti pintu garasi terbuka. Ia menarikku masuk ke dalam gedung yang ia sebut markasnya.
"Oy Bacon, kemana saja kau? Apa yang kau dapat hari ini?" seseorang mengintrupsi kami. Seorang namja dengan kulit seputih susu, rambut ala spike berwarna coklat dan menurutku sedikit tampan kuperkirakan ia masih muda karena wajahnya terlihat kekanakan.
"Annyeong Sehun-ah, err sayangnya hari ini aku belum mendapatkan apapun" ujar Bacon. Well, aku tak tahu siapa nama pencuri ini, karena kudengar tadi temannya memanggilnya dengan sebutan Bacon jadi aku hanya mengikutinya saja.
"Yah sayang sekali Bakhyunnie, aku dan Sehunnie sudah berhasil mendapat 4 target" yang ini ujar seorang namja yang tiba-tiba mendekati Sehun dan merangkulnya. Seorang namja yang lebih pendek dari Sehun, dengan wajah kecil dan senyum manis. Bibirnya kecil mungil. Sebenarnya aku tak terlalu yakin dia seorang namja jika saja aku tak melihat jakun yang terpampang di lehernya.
"Ah ngomong-ngomong dia siapa?" tanya Sehun. Mungkin yang dia maksud itu aku.
"Ah, tenang saja dia temanku" jawab Baekhyun.
"Teman? Sejak kapan kau punya teman?" suara berat tiba-tiba menghampiri. Kulihat seorang namja tinggi yang kuperkirakan lebih tinggi dariku menghampiri kami.
"Eoh? A-aku ba-baru saja berteman hari ini. Yah hari ini" kudengar nada gugup dari si Bacon atau Baekhyunnie atau siapapun pencuri ini.
"Annyeonghasaeyo, Chanyeol imnida. Aku temannya Bacon, ah Baekhyunnie, ah orang ini" ujarku seraya membungkukkan badanku. Pencuri itu masih menggenggam tanganku, kali ini semakin erat. Kurasakan keringat dari tangannya. Aih, dia benar-benar sedang tegang sepertinya.
Kulihat namja tinggi itu menatapku dari atas sampai bawah. Hello, aku memang tampan, tapi jika dilihat seperti itu oleh seorang namja aku sedikit merinding.
"Boleh aku ke kamarku sebentar dengannya?" ujar pencuri itu. Setelah lama menunggu jawaban, kulihat namja tinggi itu mengangguk. Lalu pencuri itu kembali menarikku masuk ke gedung itu. Aku tak tahu ini sebenarnya tempat apa. Tapi penerangan di sini sangatlah temaram. Aku tak terlalu bisa melihat jelas. Dan di sini sangatlah sepi. Apa benar ini adalah markas kelompok jahat? Tapi sepertinya ini lebih cocok disebut dengan markas gelandangan mungkin. Aku tak menyangka orang-orang yang tadi kulihat mempunyai wajah yang menurutku bagus itu tinggal di sini. Ini benar-benar gelap. Kulihat sebuah pintu coklat kalau aku tak salah melihat warnanya di sana. Pencuri itu membuka pintu itu dan
SRASH
Aku langsung menutup mataku tatkala cahaya memasuki retinaku. Itu terlalu terang, mungkin karena sedari tadi aku berada di tempat gelap membuat mataku tak bisa membiaskan cahaya yang terlalu terang. Kurasakan pencuri itu melepaskan genggaman tangannya. Omo, perasaan apa ini? Aku seperti kehilangan sesuatu yang seharusnya kugenggam. Aku langsung menggelengkan kepalaku. Aigoo Park Chanyeol, jangan mulai gila.
Kulihat ia langsung menuju lemari yang ada di ruangan itu. Di sana terdapat dua tempat tidur, dua lemari dan dua meja. Kuakin ini adalah kamar yang pencuri itu maksud. Setelah itu ia kembali menghampiriku dan menyodorkan dompetku.
"Igo" ujarnya. Aku langsung tersenyum senang mendapatkan dompetku kembali. Saat aku akan mengambilnya ia kembali menariknya.
"Aku sudah bilang bahwa isi dompet itu tak lagi utuh. Selain uang aku tak mengambil apapun lagi. Setelah ini kau janji tak akan mengganggu kehidupanku lagi kan?" tanyanya. Aku hanya mengangguk. Kemudian ia kembali menyodorkan dompetku. Aku segera mengambilnya. Saat kulihat, benar saja yang ia katakan, uangku semua raib, tak tersisa sedikitpun. Aku langsung menatapnya. Dan dia hanya tersenyum tanpa rasa bersalah. Aigoo, dia memang pencuri sialan.
Setelah itu dia kembali menggenggam tanganku dan keluar dari kamarnya itu. Kembali ke ruangan remang-remang tadi.
"Emh, Kris Hyung, aku akan mengantar temanku pulang dulu ne" ujarnya pada namja tinggi tadi yang kuyakin namanya Kris. Kulihat namja itu hanya melirik sebentar dan mengangguk. Lalu pencuri itu menarikku. Kali ini ia sedikit cepat berjalan, membuatku seperti terseret olehnya. Entah mengapa ia terlihat sungguh tak sabaran. Tapi karena itu dompet yang tadi kugenggam di tanganku terjatuh.
"Hei tunggu" ujarku. Pencuri itu masih terus saja menarikku.
"Hei dompetku terjatuh" ujarku. Ia menghentikan langkahnya dan langsung berbalik.
"Detektif Park eoh?"
DEG
Suara berat membuat jantungku berdegup seketika.
"Byun Baekhyun, sejak kapan kau berteman dengan seorang detektif eoh?" ujar suara berat itu lagi. Membuatku dan pencuri itu menoleh ke sumber suara. Di sana namja tinggi itu memegang dompetku dan lencana detektifku.
Kurasakan tangan yang menggenggamku kembali bergetar. Waktu terasa lambat bagiku. Aku memang sudah terbiasa menghadapi penjahat, tapi aku tak menyangka kalau ini sedikit berbeda
BUGH
Ya, sedikit berbeda. Kurasakan pukulan telak mengenai tulang rusukku. Setelah tadi namja tinggi itu memisahkan genggaman tangan kami. Ia mendorongku dan memukulku tepat di tulang rusukku.
"Hwang Zi Tao, kemari" ujarnya dengan suara berat dengan mata mengintimidasiku. Kurasakan darah tiba-tiba keluar dari mulutku.
"Ne gege?" seorang namja bermata panda menghampiri kami. Kulihat pencuri itu hanya menatapku simpatik. Oh yeah, sekarang aku sedang berada di antara kumpulan para pencuri. Kyungsoo dan Kai benar, aku hanya seorang detektif bodoh yang bahkan tak bisa menangkap pencuri sialan sepertinya dan malah terjebak di markasnya.
"Mari kita bersenang-senang dengan detektif ini" ujar Kris. Dan
BUGH
Ia menendang wajahku. Tepat di sudut bibir kiriku. Rasanya perih. Namun aku masih bangkit. Aku tak melawan karena
BUGH
Mereka tak memberikan kesempatan untukku melawan. Kali ini tendangan di dadaku. Aigoo, rasanya sekujur tubuhku sakit.
"Hyung sudah hentikan" kudengar suara pencuri itu memohon. Aku hanya tersenyum meremehkan, hei bukankah ini rencanamu eoh? Menjebakku agar masuk ke markasmu dan menghabisiku. Aku tersenyum meremehkan dan menatap matanya. Tapi
DEG
Hatiku mencelos lagi saat kulihat air mata di pipinya. Apa ia menangis melihatku babak belur seperti ini? Tapi untuk apa ia menangisi orang yang bahkan tak dikenalnya?
"Hyung, Tao, kumohon hentikan" ujarnya lagi saat mereka kembali memukuliku. Aku benar-benar sudah lelah. Sekujur tubuhku sakit. Aku seperti namja lemah yang tak bisa menolong diri sendiri.
"Untuk apa kau membelanya eoh? Dia ini detektif, kau tahu, dengan membawanya kesini sama saja seperti bunuh diri. Dia harus dihabisi" ujar Kris. Aku sudah terbatuk. Darah sudah beberapa kali keluar dari mulutku.
"Mian Hyung" ujar pencuri itu dan
BRAK
Aku tak tahu apa yang terjadi. Namun kudengar suara keras di depanku. Dan teriakan
"GEGE" namja bermata panda itu berteriak.
"Mianhae Hyung, Tao, aku sungguh minta maaf" ujar pencuri itu. Semuanya terjadi dengan cepat. Kulihat kursi kayu yang sudah berserakan di sana. Sepertinya baru saja pencuri itu melayangkan kursi itu pada Kris. Dia langsung memapahku keluar dari sana.
"Kau harus kuat untuk berlari, kalau tidak kita akan tertangkap" ujarnya aku hanya mengangguk. Dan aku mulai berlari bersamanya. Dengan tangannya yang kembali menggenggam tanganku. Aku tak mengerti situasi apa sekarang ini. Yang kutahu, ia baru saja menolongku, menyelamatkan nyawaku yang bisa saja melayang di tangan mereka. Mereka terlalu bringas dan menakutkan.
"Hosh hosh hosh" napas kami sama-sama tak teratur. Tapi kami sudah mulai jauh dari tempat tadi. Kulihat jalanan agak sepi dan tubuhku masih terasa nyeri.
"Gwenchana?" tanyanya.
"Sudah seperti ini kuyakin kau tahu bahwa aku tidak baik-baik saja" jawabku. Ia mempoutkan bibirnya persis seperti anak kecil.
"Sudah kubilang kan, jika kau ingin keluar dengan selamat, kau harus menuruti apa kataku. Kau malah menjatuhkan dompetmu dan mengacaukan semuanya"
"Kau yang menarikku dengan tidak sabaran. Makanya aku tak sengaja menjatuhkan dompetku" jawabku.
"Sekarang aku tinggal menunggu waktu kematianku, Andwee~" ujarnya merajuk seraya berjongkok dan menangis.
"Kau telah menyelamatkanku. Jangan menyesal seperti itu. Kau terlihat sangat putus asa" ujarku.
"Bagaimana aku tidak menyesal eoh? Andai kau tak mengganggu hidupku, aku tak akan pernah membantumu dan berada di situasi sekarang"
"Sekarang kau malah menyalahkanku. Bukankah kau yang pertama kali mengganggu hidupku eoh?"
"Itulah yang aku sesali. Kenapa aku harus mencuri dompetmu. Aku tahu berurusan dengan seorang detektif memang masalah yang besar. Sekarang aku tak tahu kemana aku harus pulang. Aku yakin Kris Hyung tak akan memaafkanku. Dan aku tak tahu sekarang aku harus tinggal di mana. UWAAAHHH HIDUPKU KACAU" ujarnya lalu menangis meraung-raung. Aigoo, kemana hilangnya pencuri sialan yang omongannya sok itu? Sekarang dia terlihat sangat cengeng.
"Tinggal saja denganku" dan dengan itu ia menghentikan tangisannya seraya menatapku. Ia segera bangkit dari jongkoknya.
"Mwo?"
"Tinggalah denganku. Di tempatku. Kau baru saja menyelamatkan nyawaku. Bukankah aku berhutang padamu?" ujarku. Dia masih tak menjawab dan hanya menatapku.
"Aku serius. Kau tahu, kelihatannya pertemuan kita memang tak seharusnya terjadi. Tapi pertemuan itu seperti takdir yang tak dapat dihindari. Sepertinya kau memang harus bertemu denganku. Dengan semua kejadian ini mungkin aku memang harus membawamu pergi dari sana. Membuat hidupmu lebih berarti dengan tak melakukan hal seperti mencuri lagi. Jadi maukah kau ikut denganku dan tinggal denganku?" tanyaku. Dan ia langsung tertawa. Orang aneh, baru saja ia menangis, dan sekarang ia malah tertawa.
"Kau tahu, sekarang ini kau seperti sedang melamarku" ujarnya masih dengan tawanya.
"Mwo? Aigoo, aku tak melamarmu, lagipula kau ini seorang namja, dan aku masih normal. Aku hanya ingin membalas perlakuanmu karena kau telah menyelamatkanku"
"Meskipun aku sudah mencuri dompetmu?" tanyanya.
"Ne"
"Meskipun uangnya tak tersisa sedikitpun?" aku hanya mengangguk.
"Meskipun atmmu sudah terkuras habis?"
"Ne. Eoh MWO?" aku terkaget. Dan dia hanya tersenyum.
"Sudah kubilang kan pencuri sepertiku tak mungkin membiarkan isi dompet yang dicurinya utuh. Dan untuk tawaran tinggal bersama aku terima. Mulai saat ini mohon bantuannya" ujarnya seraya membungkukkan badannya. Aish, sekali pencuri sialan tetap pencuri sialan. Untung saja dia sudah menyelamatkan nyawaku. Jika tidak ia tak akan selamat. Dan akhirnya ia kubawa ke apartemenku. Entahlah bagaimana hidupku nanti saat apartemenku bertambah satu orang pencuri menyebalkan sepertinya.
To BeContinued
Ingin dilanjut?
Silahkan tinggalkan jejak di kolom review xixixi
Yosh review jusaeyo
*TebarSenyumnyaONEw
