MANE ET VESPERE
Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi
Warning : AU! Typos, Boys love/Shounen-ai, EYD berserakan.
Pair : Imayoshi Shoichi x Hanamiya Makoto
[Very Short Story]
…..
Kau tahu, apa yang diinginkan manusia sejak ia lahir?
Kebebeasan.
Apa kau juga tahu, apa yang diinginkan oleh dirinya sejak ia melihatmu di taman itu?
Dekapan.
Sadarkah kau saat dirinya diam seribu bahasa dengan tataan wajah Poker dan senyuman melengkung di kedua mata sipitnya?
Tidak.
Kau yang dibanggakannya, pernah kah sekali memalingkan wajahmu untuk menoleh kebelakang saat kau pergi meninggalkannya setahun silam?
Tidak.
Ia yang kau tinggalkan tetap mempertahankan wajah pokernya dan senyuman melengkung di mata sipitnya dalam diam. Menelan bulat-bulat kekecewaan dan kepahitan kedalam jurang hatinya. Apa kau tahu? Ia mulai hancur perlahan sejak saat itu.
—Hanamiya Makoto
sosok yang selalu ada dalam jurang hatinya Imayoshi Shoichi. Terisolasi dari realita dan menjadi ilusi yang adiktif, perlahan menggerogoti kewarasan dan psikis seorang Imayoshi Shoichi. Kepergiannya meninggalkan lubang terbuka yang kian hari kian membusuk. Tidak ada usaha untuk mengobatinya, menutup lubang itu kembali, menambalnya, dan menyembuhkannya. Imayoshi tidak minat untuk melakukan usaha-usaha tersebut. Tidak, Imayoshi hanya tidak ingin luka-luka tersebut di obati oleh orang lain selain dari Hanamiya Makoto –sang pelaku.
Imayoshi hanya bisa duduk terdiam dibawah deraian tangisan langit yang kian detik kian mendingin. Menambah intensitas rasa nyeri dan sakit pada Hatinya, –Juga jiwanya.
"Kau harus bertanggung jawab, Hanamiya."
Imayoshi menggapai sebuah batu besar di hadapannya, mengusapnya pelan dengan penuh kasih.
"Tega sekali melakukan ini semua pada senpai-mu."
Imayoshi masih setia mengusap-usap batu tersebut dengan kasih sayang
"Kau masih belum puas melihatku tersiksa?"
Kekehan renyah yang begitu lirih mengalun pelan menggelitik kalbu.
"—Sadist sekali."
Usapan berhenti, kekehan renyah-pun kian tak terdengar. Hanya sebuah isakan keputusasaan yang menjelma menjadi lullaby pengantar kesedihan.
Imayoshi berlutut, menyerah bertumpu pada kedua kakinya. Meraung lirih dalam kesedihan yang tak berujung. Mencoba menggapai apa yang tak bisa lagi untuk digapai.
Terngiang sebuah kalimat terakhir dari bibir sang terkasih,
'Tetaplah hidup, Mata empat—'
…
