kalian menginginkan sequel?

baiklah aku kabulkan, jangan meneror ku lagi nee ^^

dan jangan bosen dengan ceritanya, ini mungkin hanya 2 chap saja ^^

happy reading ^^

BACK

Kaki lincahnya melangkah riang sambil sesekali melompat kecil, tangan putih mulusnya memegang tali tas ransel di punggungnya, bibir mungilnya menyanyi riang lagu anak anak favoritnya, langkah kakinya yang sedikit melompat membuat rambutnya yang diikat dua dengan pita hello kitty ikut bergoyang seirama langkahnya.

'lalala…lalalala…lalalla….'

Suaranya mengalun indah, meskipun ia melupakan lirik lagunya. Terus bernyanyi samapi ia membuka pintu mansion mewah keluarga Jung.

"MOMYYYYYYY…." Teriaknya setelah tangan mungilnya berhasil membuka pintu

Berlarai mencari orang yag telah melahirkannya ke penjuru ruangan. Bibir mungil nya mengembang saat melihat siluet sang ibu berdiri di halaman belakang rumah. Sedang meminum secangkir kopi ditemani beberapa kertas disekelilingnya.

Diletakkan gelas yang baru ditenggaknya, lalu merantangkan tangan menyambut sang buah hati.

"anak momy sudah pulang? Aigooo… chu chu chu chu"

Menghujani ciuman berkali kali kepada putri cantiknya. Dan menggendong sang buah hati

Jung Hani, nama putri cantik itu. Cucu tunggal keluarga Jung dan keluarga Lee. Putri kecil yang hidup bagaikan putri raja di negeri dongeng.

"momy… didy oediga?"

"eoh? Kenapa selalu menanyakan dady mu huh?" Ken, namja cantik berhidung mancung yang merupakan eomma dari si putri cantik, memasang wajah seolah cemburu.

"hihihihi…chup" Hani, mengecup pipi sang momy, agar namja cantik itu tidak marah "I love u momy….i love didy too…hihiiii" si putri cantik mengeratkan tangannya dileher sang momy. Menunjukkan betapa ia menyayangi momynya.

"YAAKK… kau bisa saja merayu heuum… chup chup chup…"

"hahahahahhah…. Sudah momy… nanti cantik hani bisa hilang…"

Mereka tertawa bersama dan saling membalas ciuman satu sama lain. Jika ada yang melihat keakraban mereka, tentu akan langsung menilai jika mereka adalah contoh pasangan ibu dan anak yang begitu harmonis. Kalian pasti iri dengan mereka.

"chaa… ayo ceritakan bagaimana harimu disekolah?" mencium pipi Hani kembali, lalu menghadapkan wajah sang putri ke arahnya.

'hmmm…." Si putri cantik memasang pose berpikir dengan jari telunjuk mengetuk dagunya berkali kali "momy… tadi ada siswa baru disekolah…" matanya berbinar antusias

"eoh? Benarkah? " Ken membalas tak kalah antusias dari putrinya

"nee…" mengangguk, membuat rambut kuncir duanya ikut bergerak "namanya Yoogeon, dia tampan sekali momy….walaupun kulitnya sedikit gelap seperti coklat…hihiihihihi"

"Yaakk…. Dari mana kau mengenal kata tampan eoh?"

"momy kan selalu mengatakan didy tampan… teman hani mirip dengan didy...dia sangat tampan momy…" jelas Hani masih dengan wajah cerianya

"YAAAKKK….. Jangan katakan kau menyukainya?"

"hiihihihiih..nee…." kepalanya mengangguk, dan Pipi gadis cilik berumur 5 tahun itu bersemu merah,

"AIIGOOO… akan momy adukan dengan dady mu…" Ken berusaha mengancam anaknya

"didy pasti akan menyukainya…kerena yoo sangat baik momy, dia tadi membantu Hani membuka botol minuman Hani, lalu dia juga memberi Hani bekalnya, bekalnya sangat enak momy… seperti makanan yang sering kita makan di restoran"

"jinja? Kau tidak boleh sembarangan makan makanan dari orang lain sayang…."

"Yoo baik momy…makanannya juga enak" Hani mulai protes, tidak terima larangan sang momy

"tapi tetap saja tidak boleh sembarangan, kita tidak tau orang yang akan berbuat jahat dengan kita"

"tapi bu guru bilang kalau kita baik sama orang, maka orang juga akan baik dengan kita…" si Putri cantik berceloteh panjang lebar, yang intinya ia tidak suka dilarang, keras kepala eoh?

"ah sudahlaah… sekarang kita ganti baju, lalu kita ke kantor dady. Bagaimana?"

"JINJA? YEEAAAYYYY….." lengkingan suaranya menggema diseluruh penjuru ruangan, membuat para maid menggelengkan kepala. Mereka senang dengan suara si putri kecil, karena tanpa suara dia rumah mewah ini akan sunyi seperti tidak memiliki kehidupan.


"Nee nee hyung... Aku Sudah menjemput yoo, kau tenang saja, cukup istirahat dirumah. Uusan Yoo biar aku saja.. nee nee... sudah yaa... annyeong"

Piip

menekan tombol merah, lalu memasukkan ponselya ke dalam saku celananya.

"tsk... ummamu cerewet sekali" namja muda berstel jas itu memandang bocah di sebelahnya. yang ditatap hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi

"aiisshh... ummanya cerewet kenapa anaknya justru seperti gunung es begini" berdecak lagi "sudahlah, ayoo kita pulang" menggandeng tangan si kecil menuju mobil yang terparkir di depan gerbang sekolah


BACK

Pair : Raken / Keo VIXX

Cast : hongbin, Hani, Yoogeon

Mereka memutuskan untuk menjalankan takdir masing masing.

Sampai nanti jika Tuhan berkehendak mengubah takdir mereka,

atau mereka sendiri yang mengubah takdir mereka.

"DIDYYYYYY..." langsung berlari ketika sudah berhasil membuka pintu ruang kerja appanya.

si putri kecil menghampiri sang appa yang tadinya berkutat dengan dokumen dokumennya kini bangkit dan berjongkok sambil merentangkan tangannya, menyambut sang putri.

"hup... aigoo.. dady merindukanmu.. chu chu chu" sama seperti sang momy, dadynya juga memberi kecupan berkali kali kepada si putri kecil

"Hani juga merindukan didi..." memeluk erat leher appanya yang selalu ia panggil dengan sebutan 'DIDY'

"kau datang dengan siapa baby?"

belum sempat menjawab, Muncullah namja cantik dari pintu, menggerutu tidak jelas.

"tsk... dia terlalu lincah sekali... kau meninggalkan momy sayaaangg"

"hihihihhii..." hani menutup mulutnya sambil terus terkikik geli melihat momynya yang tampak kelelahan karena mengejarnya "momy tadi lama sekali berbicara dengan ahjumma ahjumma itu, jadi Hani tinggal saja"

"mereka teman momy sayang" jawab Ken sambil berjalan menuju sofa.

mendudukkan dirinya disana

"hihihhihihi..." masih terkekh geli

Leo membawa putri yang ada dalam gendongannya duduk bersama istrinya yang duduk di sofa.

"kenapa kalian kemari?"

tanya Leo, tanpa menolehkan kepalanya kearah sang istri. tangannya masih mengelus rambut panjang sang putri.

"dia mau bercerita..." jawab Ken, "sayang, ayo ceritakan apa yang tadi ingin kau ceritakan" Ken menyuruh hani untuk segera menceritakan apa yang ingin ia ceritakan tadi.

dan dengan antusias si putri kecil yang cantik itu bercerita dengan kepada dadynya. Menceritakan teman barunya. Bibirnya berceloteh riang, dan tangan mungilnya bergerak memperagakan ucapannya.

Ken tersenyum memandangi kedua orang yang ada dihadapannya. Senyum di wajah Leo adalah senyum alami yang hanya bisa ia tunjukkan kepada putrinya. Karena hanya dengan Hani senyum itu dapat tercipta. Hanya dengan hani Leo segala macam ekspresi bisa dikeluarkan Leo. Dan hanya untuk Hani, semua itu hanya untuk Hani.

Ken bersyukur untuk itu semua. Setidaknya Leo bisa menerima kehadiran Hani, tidak seperti yang ia takutkan. Pasalnya Kehidupan pernikahan mereka sangat buruk. Setelah mereka menikah Leo benar benar berubah. hidup seperti robot untuk keluarganya, menuruti apapun keinginan orang tuanya, sama sekali tidak memberontak. Tapi itu semua berimbas pada kehidupan pernikahan mereka.

Leo jarang pulang kerumah mereka, hadiah dari kedua orang tua mereka. Leo lebih banyak menghabiskan waktunya di apartemen pribadinya. Hanya akan pulang jika membutuhkan kebutuhan biologisnya, itupun lebih sering pulang dalam keadaan mabuk.

Ken hanya bisa pasrah dengan kehidupan pernikahannya, ini semua salahnya yang memaksakan kehendaknya, tanpa menyadari bahwa cinta Leo memang bukan untuknya. bertahun tahun berusaha agar Leo mencintainya, namun tetap tidak bisa. Leo tidak mencintainya.

flashback

Hujan deras malam ini membuat Ken harus memasangkan selimut tebal kepada putri kecilnya yang baru berusia 2 tahun tidak lupa ia menghidupkan penghangat ruangan. Ia tidak mau si kecil kedinginan, ia begitu menyayangi putrinya. Begitupun suami dan kedua orang tuanya -Jung dan Lee-.

Setelah memastikan putri kecilnya dalam keadaan lelap, iapun beranjak dari kamar bernuansa pink tersebut. Beralih menuju kamarnya, yang ternyata sudah ada suaminya disana.

"kau sudah pulang?" tanya Ken menutup Pintu kamar mereka

Leo berjalan mendekat kearah Ken, dan dalam radius 1 meter Ken dapat mencium aroma alkohol lagi dari tubuh sang suami. Mabuk lagi, dan Ken sudah tau akhir dari malam ini bagaimana.

selalu seperti ini.

"eeuunngh... sshh... AHHHH"

"UUGHH...AARRGHHH... SARANGHAE... SARANGHAE HAKYEONAAAHH..."

TES

TES

Ken meneteskan airmatanya, usai Leo mencapai klimaksnya di atas tubuhnya. Sakit, sungguh sakit menyadari jika suaminya membayangkan namja lain ketika mereka bercinta.

Ini bukan pertama kali Leo seperti itu, bahkan hampir setiap mereka bercinta. Namun Ken tidak dapat berbuat apa apa, ia tidak mau sikap Leo semakin berubah atau malah membencinya. Jadi ia cukup bertahan saja.

"saranghae... hakyeonaahh.. kembalilaah..."

bahkan dalam tidurpun Leo sering menyebut nama orang itu.

Flaschback end

"momyyyyyy..."

"eoh? aah.. nee, wae chagi?"

Ken tersadar dari lamunanya akibat jeritan dari si cantik Hani. Putrinya memasang wajah cemberut karena sedari tadi memanggil momy nya yang melamun.

"momy melamun lagi.. huh" hani melipat tangannya didadanya dan mempoutkan bibirnya.

"ah.. mianhae chagi.." Ken pura pura menyesal

"sudah jangan mengambek, nanti Yoo tidak suka denganmu" Leo mencubit hidung Hani, untuk menghilangkan cembertu diwajah sang anak

"yaak.. didy..." Hani menyembunyikan wajah malunya di dada bidang sang dady.

"hahahaha..."

Tok tok

pintu ruangan di ketuk, tak lama pintu dibuka.

"KONGIEEEE AHJUSIIIIII..." Hani kembali berteriak memanggil orang yang baru muncul dipintu, Hani berjalan menghampiri ahjussi kesukaannya.

"Hai cantik, apa kabarmu?"

"hihiihih... hani baik baik saja ahjussi. ahjussi mau ikut jalan jalan?"

"eoh? errr... tidak bisa cantik, ahjussi harus bekerja, kalau tidak dady galakmu akan memotong gaji ahjussi..." bisik Namja bernama lengkap Lee Hongbin.

"hihiihihih... dady tidak akan memotong gaji ahjussi... jika dady memotong gaji ahjussi, nanti Hani yang akan membayar es krimnya" bisik Hani.

"kau ini.. memangnya kau punya uang?"

"hmm..." mengangguk antusias "Uang Hani di celengan Bamby sudah penuh" Hani merentangkan tangannya ingin menunjukkan bahwa uangnya sudah banyak

"ahahhaha... ada ada saja, baiklah nanti kapan kapan kau yang harus membayar es krim kita oke" Hongbin memberikan jempolnya kepada si kecil.

"nee..." Hani membalasnya dengan senyuman andalannya.

"ada apa Hongbin ah?" Tanya Leo, dan hongbin hampir melupakan tujuannya datang ke ruangan sang bos

"ahh... aku hanya ingin mengingatkanmu hyung, kalau semua sudah menunggu di ruang rapat. sepertinya kita bisa memulai rapat sekarang" ucap Hongbin

"baiklah aku akan segera ke sana" Leo bangkit dari duduknya merapikan pakaiannya.

"didy mau kemana? apa kita tidak jadi jalan jalan?" tanya Hani

"mianhae baby... dady ada rapat penting. kau jalan jalan dengan momy saja nee, nanti jika rapat dady selesai dady akan menyusul kalian"

Mata Hani sudah berkaca kaca, Leo mendekati putrinya dan menggendongnya.

"Dady janji akan menyusul. yaksok" Mengacungkan jari kelingking,hal yang biasa mereka lakukan jika berjanji

"Hani dengan momy saja nee, kita akan makan es krim kesukaanmu" Ken ikut membujuk buah hatinya.

"nee... yakcok" sambut Hani riang

Leo menurunkan Hani tidak lupa memberi kecupan kepada putri tersayangnya.

*****GB****

kini keduanya berada di cafe eskrim favorit Hani. sedari tadi Hani berceloteh terus menerus menceritakan apa saja yang dilihatnya. terkadang protes jika melihat ada yang tidak sesuai dengan pikirannya, cerdas eoh?

Ken hanya bisa menanggapi sang anak dengan celotehan juga atau terkadang memberi pengertian seringan mungkin yang dapat dicerna untuk anak seumuran Hani.

"momyy biar Hani saja yang bawa, momy duduk saja " Hani menyuruh Ken duduk, sedangkan dirinya menunggu pesanan mereka

"baiklah hati hati nee..." Ken berjalan menuju bangku yang kosong

Hani menunggu pesanan mereka. ia sudah biasa makan es krim di tempat ini, sehingga orang orang yang bekerja di cafe sangt mengenalnya. celotehan riangnya membuat semua pekerja senang dengannya.

"nah cantik ini pesananmu, hati hati nee membawanya" seorang yeoja memberikan nampan berisi 2 cup es krim warna warni kepada Hani.

"gomawoo eonii..." Hani sedikit membungkukkan badannya, kemudian berjalan menuju bangku dimana momynya duduk menunggu.

hani berjalan pelan pelan menyeimbangkan badannya, takut jika nampan yang dipegangnya jatuh. wajahnya begitu serius memandangi jalan.

namun seorang anak kecil berlari larian didalam cafe membuat langkah Hani menjadi susah. Jalannya semakin kaku dengan nampan ditangannya.

"kyaaa... ayo kejar aku..." teriak kedua anak kecil yang berlari lari dan tanpa sadar menyenggol tangan gadis cilik yang berusaha keras membawa nampan ditangannya. wajah hani sudah pucat membayangkan yang dibawanya akan jatuh...namun..

HAPPP

sepasang tangan berhasil menangkap gadis cilik itu, dan menahan nampan ditangannya. hani yang tadi menutup matanya kini membuka matanya dan dapat dilihatnya sosok namja yang sudah menolongnya. tatapan mata mereka bertemu, dan keduanya sama sama mengalami desiran halus dalam darah mereka.

"aigoo... kenapa gadis kecil sepertimu membawa nampan begini eoh?" namja itu mengambil nampan dari tangan Hani, dan memastikan anak yang ditolongnya itu baik baik saja.

"gomawo ahjussi..." ucap Hani sambil tersenyum

"nee... sekarang katakan dimana kau mau duduk, ahjussi akan mengantarmu"

"itu... momy disanaa..." Hani menunjuk ke arah momynya yang ternyata sedari tadi berdiri memperhatikan keduanya.

namja itu melihat ke arah yang ditunjuk tangan mungil gadis cilik itu.

DEG DEG DEG

Hening

Pandangan mereka bertemu.

Tuhan mempertemukan mereka kembali

"keniee" lirih namja itu

"ravi yaa..."

Namja itu tau, meskipun jarak beberapa meter, namun dari gerakan bibirnya dia tau namja cantik itu menyebutkan namanya.

Ken berjalan menuju namja yang ternyata adalah sahabatnya yang pergi tanpa pernah memberi kabar kepadanya. Dan akhirnya mereka bertemu kembali. Ken menghambur ke pelukan sahbatnya itu, perasaannya tidak terbendung lagi. Perasaan rindu akan kehadiran seorang sahabat.

"ravi yaa... ini benar kau? hiks.."

"nee...ini aku... hei kenapa kau menangis?"

Ravi melepas pelukan mereka, dan menghapus airmata sahabatnya. Ravi dapat melihat sahabatnya semakin kurus saja, dan dari pancaran matanya masih sama seperti dulu, banyak menyimpan luka.

"kau kemana saja? kenapa tidak memberiku kabar eoh? kau mau melupakanku?.. yaak kejam sekali kau" Ken menghapus kasar air matanya dan meninju lengan Ravi.

dan ravi tersenyum, sahabatnya tidak berubah.

"momy..."

mereka melupakas gadis kecil, yang sedari tadi menyaksikan dua orang dewasa dihadapannya. Cukup aneh melihat keduanya, namun Hani dapat menyimpulkan jika ahjussi yang menolongnya ini pasti namja baik, dan momynya mengenal ahjussi itu. Tapi kenapa momy menangis?

"momy?" Dahi ravi mengernyit menatap Hani lalu ke Ken

"nee... dia putri ku" ucap Ken tersenyum kaku

tidak mau membuat sang anak nantinya ngambek, Ken mengajak ravi untuk duduk bersama mereka menikmati es krim yang mereka pesan.

"dia cantik, mirip sepertimu" ucap ravi yang pandangannya tidak lepas dari Hani.

Seperti terhipnotis, Ravi benar benar tidak ingin melepaskan pandangannya dari Hani. Menatap kagum pada kecantikan putri kecil itu. dan Ravi merasakan getaran itu, ia menyadari itu. Namun ia tidak ingin bertanya, biarlah Ken sendiri yang akan jujur padanya.

"nee... namanya Jung Hani...dia juga pintar sekali" ucap Ken

DEG

Jung, Ravi tersenyum sedih mendengar marganya.

Hani masih terus menyendok es krimnya dan memasukkannya kedalam mulutnya. Tidak perduli apa yang dikatakan oleh namja dewasa di sebelahnya.

"apa kehidupanmu baik baik saja?"

"..."

Ken terdiam, Bingung jawaban apa yang harus ia berikan pada namja didepannya. baik baik sajakah dirinya? yaa dia memang baik baik saja memiliki putri secantik dan sepintar Hani. Namun jika ditanya baik baik sajakah kehidupan pernikahannya?

"yaa... aku baik baik saja" jawab Ken sebisanya, kepalanya sedikit merunduk, tidak mau membalas tatapan namja didepannya.

"aku masih sahabatmu jika kau melupakan itu" ucap Ravi masih terus menatap namja cantik yang begitu dicintainya. Meskipun bertahun tahun dia mencoba menghilang, namun rasa cinta kepada sahabatnya tidak bisa hilang. Justru semakin menggunung, dan ditambah lagi sosok gadis kecil didepannya.

"lalu jawaban apa yang kau inginkan?" Ken mencoba mengangkat kepalanya, menatap ravi.

dan ravi bisa melihat melalui sorot mata Ken, karena ia sangat paham bagaimana kehidupan sahabatnya ini dulu. Ken sangat mudah ditebak. meskipun bibirnya tidak berkata apapun.

"sudahlah.." ravi memberikan senyuman kepada sahabatnya. Ia tidak mau memaksa, hanya perlu menunggu sampai dimana namja cantik ini akan sanggup bertahan.

"aku akan selalu ada jika kau membutuhkanku, aku masih tinggal di apartemen yang lama" lanjutnya "heiii... cantik mau bermain bersama ahjussi?" Ravi mencoba menggoda gadis cilik yang asik dengan es krimnya

"eoh?" merasa dipanggil, Hani menatap polos ahjussi didepannya "ahjussi mau ajak Hani ke taman bermain?"

"nee..." mengangguk "Hani mau? kita akan bermain sepuasnya... apa Hani suka naik komedi putar?"

"nee... mau mau mau... Hani suka ahjussi... Hani mau. Momy bolehkan?" Hani anutsias dengan ajakan sang ahjussi. Memandang sang momy dan mengeluarkan aegyo andalannya.

"Hah... kau menang chagi. baiklah kita bermain sepuasnya hari ini" ucap ken dan disambut teriakan gembira dari Hani

"YEAAAYYYYY..."

Hani turun dari bangkunya dan berhambur ke Ravi, memeluknya

"gomawo ahjussiii..."

dan Ravi tidak bisa membendung lagi, diraihnya Hani dalam pelukannya. Ia peluk erat seperti tidak ingin melepasnya lagi. menyalurkan rasa sayangnya. Bisakah gadis cilik dalam pelukannya ini merasakan pelukan sayangnya?

"nee..." Ravi melirik ke arah Ken, dan dapat dilihatnya Ken tersenyum, tapi senyum itu seperti senyuman paksaan.

'mianhae ravi yaa' batin Ken

*****GB***

Mereka bertiga kini ada di taman bermain, dengan Hani yang berada dalam gendongan Ravi. Gadis cilik tampak berbinar melihat sekelilingnya yang penuh dengan mainan. Dirinya memang pernah ke Taman bermain, namun itu sudah lama sekali, kedua orangtuanya tidak pernah lagi mengajaknya ke taman bermain. Dadynya terlalu sibuk akhir akhir ini.

"Ahjussi... Ayo kita naik ituuu..." Hani menunjuk ke Arah permainan yang berbentuk bulat besar yang bergerak. Komedi putar.

"Kau berani?" Tanya Ravi memastikan

"Nee.. Tentu saja Hani berani" menganggukkan kepalanya, membuat kunciran rambutnya ikut bergerak.

"yaakk... Tidak tidak tidak...kita tidak akan naik itu chagi" Ken menggeleng keras, menolak.

Smirk muncul diwajah Ravi melihat ekspresi Ken. Mereka mengabaikan penolakan Ken, Dan berjalan seolah tidak mendengar gerutuan namja cantik itu.

Setelah membeli ticket, kini mereka mengantri dijalur masuk. Hani begitu antusia menaiki komedi putar. Dia bersorak gembira ketika berhasil duduk didalamnya. Sedangkan Ken memegang erat besi pegangan, tangan satunya meremas celananya.

"Momy jangan takut nee... Hihihihi" Hani menggoda momynya

"YAAAKKKK... MOMY TIDAK TAKUUTTT" Ken merubah ekspresi wajahnya, dia gengsi mengakui ketakutannya pada anaknya

"Tsk... " Ravi berdecak melihat tingkah keduanya

"Yeaayyy..." Hani bersorak riang ketika komedi putar mulai bergerak

Wajah berbinarnya tampak jelas ketika mereka berada diatas. Ia bisa nelihat permainan permainan lain dari atas, ia juga melihat kedai es krim. Kecil sekali, batinnya.

Sedangkan Ken setengah mati menyembunyikan rasa takutnya. Melihat itu Ravi meraih tangan Ken dan menggenggamnya "gwenchana" bisiknya

DEG

Ken berdesir merasakan genggaman tangan Ravi.

"Ahjussi... Apa ahjusi tau kartun favoritku?"

"Eoh? Ah sebentar ahjussi pikirkan dulu..." Ravi memasang pose pura pura berpikir,

Biasanya gadis cilik seperti Hani menyukai serial kartun yang tidak jauh jauh dari gaun, mahkota, istana, pangeran, dan kecantikan.

"Biar ahjussi tebak, kartun favoritmu adalah elsa?"

"Ani" Hani menggeleng, membuat rambutnya ikut bergerak

"Ana?"

"No no no"

"Hmm... Sophia?"

"No"

"Ah apa kau menyukai Cinderella? Atau barbie seperti momymu yang sangat ingin menjadi Ken sesungguhnya"Ravi melirik ke arah Ken

"Yaakk... Jangan membawa bawaku" cibir Ken

"Hihihihi... Masih salah"

Hani terus menggeleng, Karena jawaban Ravi masih terus salah

"Baiklah, ahjussi menyerah"

"Hihihi...kartun favoritku itu adalah kartun yang mirip seperti ahjussi"

"Eoh?"

"Ppffftttt..." Ken mati Matian menahan tawanya "bwahahahahahha..." Namun gagal, ia tertawa keras mendengar ucapan polos anaknya, dan ia mengajak anaknya berhigh five.

"Hahahahaha,..." Dan hani ikutan tertawa

"Huft... Kalian sama saja"

Bahu Ravi melemas, mendengar penuturan Hani, mirip sekali dengan Ken yang selalu mengatainya Larva,

Namun Ravi senang dapat melihat tawa dari keduanya.

"Ahjussi mirip sekali dengan si larva kuning, aku suka larva , aku juga suka ahjussi"

DEG

DEG

Ikatan batin itu kuat, percayalah. Ia bisa menghancurkan tembok persembunyian apapun. Dan Ken menyadari itu.

Ken ingin sekali mengungkapkan semuanya, namun ia belum siap. Ia menunggu saat yang tepat.

"Ahjussi lihat disana ada penjual boneka, kita kesana nanti nee" ucap Hani dengan aegyonya

Dan Ravi kembali mendengus "kau menang chagi, baiklah kita akan ke Sana"

"Yeaayyy..." Hani bersorak riang

Hani bisa merasakan kebaikan dari ahjussi yang baru dikenalnya beberapa waktu lalu. Ia senamg Karena kini orang yang menyayanginya bertambah lagi. Dia bisa merasakan kasih sayang tulus dari namja yang ia panggil ahjussi itu.

*****CWTLY****

Pukul 20 tepat Leo sampai dirumah. Dahinya sedikit mengernyit menyadari ada yang kurang. Biasanya ada yang menghambur kepelukannya saat ia pulang, namun rumah terlihat sangat sepi. Hanya beberapa maid yang tampak sedang bekerja di dapur.

'Mungkin dia ngambek' batin Leo , salahkan para investor yang mengajaknya makan malam bersama setelah mereka menyelesaikan rapat. Dan akhirnya ia batal menyusul anaknya bermain. Tapi ia sudah punya persiapan jika gadis cilik itu Marah, ditangannya memegang sebuah paper bag yang isinya boneka larva kesukaan anaknya.

Leo membawa langkahnya menaiki tangga, menuju kamar anaknya. Sampai dilantai atas langkah Leo terhenti melihat istrinya yang baru saja keluar dari kamar putrinya.

"Dia sudah tidur?" Tanya Leo , berjalan mendekati Ken

"Nee... Dia kelelahan Karena seharian mencoba semua permainan di Taman Bermain" jawab Ken, wajah lelah juga tampak diwajah cantiknya, namun ada binar bahagia dibalik wajah lelahnya, leo melihat itu.

"..."

Leo membuka pintu yang tadi di tutup oleh Ken. Berjalan masuk kekamar bernuansa pink itu. Dinding bercat pink itu dipenuhi walpaper kartun berwarna kuning favorite si kecil Jung.

Leo mendekati Hani yang sudah tertidur lelap dengan selimut tebal menutupi tubuhnya hingga dada, dan boneka larva kuning besar dalam pelukannya,

Leo menyadari ada sesuatu yang berbeda, anaknya tidak Marah padanya karena tidak menepati janji mereka, buktinya Hani dapat tidur lelap. Biasanya jika Hani merajuk atau marah dia akan menunggu dadynya pulang sampai jam berapapun lalu kemudian memarahi dadynya dengan celotehan cerewetnya.

"Boneka baru heum?" Leo mengelus rambut putrinya, menyibakkan rambut yang menutupi kening anaknya. Dirapikan selimut dan letak boneka dalam pelukan anaknya, lalu Leo beranjak keluar, tidak lupa memberikan kecupan dikening ananknya.

"Jaljayo..."


"Kalian pergi dengan siapa?"

Ken Sudah akan jatuh terlelap sebelum suara kembali membangunkannya. Leo yang sudah selesai Mandi dan menggunakan celana pendek dan kaos santai ikut berbaring diranjangnya.

"Eoh?"

"Tidak mungkin hanya berdua saja" lanjutnya masih dengan eskpresi datarnya

"..."

Ken masih terdiam.

"..."

"Aku hanya ingin tahu, siapa yang bisa mengembalikan mood Hani hingga ia tidak marah padaku Karena aku tidak menepati janji..."jelas Leo "bukan Karena aku cemburu"

NYUUUTTT

Ken meremas bajunya, sungguh bukan itu pemikirannya.

"Ravi..."

"Eoh?"

"Tadi kami tidak sengaja bertemu dengannya di tempat es krim. Lalu dia mengajak Hani ke Taman Bernain..." Jawab ken

"..."

"Hani sangat senang, sehingga ia lupa kalau dadynya sudah mengingkari janji"

"Jadi dia kembali?"

"Eoh? Apa maksudmu?" Tanya Ken heran, yang sebenarnya menutupi kegugupannya.

"Baguslah jika ia kembali. Aku bisa bayangkan bagaimana bahagianya Ravi bisa bertemu Hani. Pasti bahagia sekali"

DEG DEG

"N..nee.. Ravi senang bertemu dengan Hani, begitupun Hani" jawab Ken semakin gugup.

Apakah Leo tau?

"Sudah seharusnya mereka sailing bahagia, Karena ikatan batin itu tidak bisa dibohongi"

"A..aap...apa maksudmu?" Ken semakin gugup,

"Lupakan" ucap Leo menatap Ken , menatap kedalam matanya penuh keyakinan "kebahagiaan itu ada didepan kita, hanya kita tidak tau Cara menggapainya. Ku sarankan kau segera mencari kebahagiaanmu Kenie.. Kau berhak bahagia"

TES

"Apa maksudmu Leo yaa? Hiks... Kebahagianku ada padamu... Hiks" Ken tidak dapat membendung tangisnya.

Inikah saatnya?

"Semua ada ditanganmu, kau yang berperan selama ini... Menjadikan orangtuamu sebagai pelindung yang dapat memenuhi segala keinginanmu. Bahkan kau tega memisahkan anak dari ayah kandungnya"

DEG

Benar dugaannya, Leo mengetahuinya. Jadi selama ini Leo mengetahuinya namun masih dapat menerima anaknya dengan lapang Dada, dan bahkan menyayangi Hani seperti putrinya sendiri. Harusnya leo tidak menerimanya, harusnya Leo membencinya.

"Hiks...hiks..."

"Tidurlah... Aku tau kau lelah" Leo memejamkan matanya. Dia juga lelah sangat lelah. Lelah dengan kehidupannya

Ken membekap mulutnya agar tangisnya tidak terdengar,

Jahatkah dia?

Egoiskah dia?

Masih pantaskah ia disebut seorang umma?

"Huks..."

Terus menangis hingga sampai setengah jam.

Leo sudah terlelap

"Hakyeonaahh..." Lirih Leo ditengah tidurnya, lihatlah dalam tidurpun Leo masih mengingat namja itu. Semakin membuat Ken sakit.

Beranjak turun dari ranjang, meraih jaketnya dan mengambil kunci Mobil.

Ia butuh ketenangan.

Bergegas menjalankan Mobil, ia tidak perduli meskipun penampilannya saat ini kacau, masih dengan piyama tidurnya.

"Hiks..." Masih terus menangis,

Ken tahu dimana ia bisa bersandar, tempat dimana ia biasa bersandar dari semua masalahnya. Karena Ken hanya memiliki namja itu dulu., namja yang selalu menjadi tempat ia mencurahkan segalanya, namja yang selalu bersabar dengan sikap manjanya.

Kakinya benar benar membawanya ke sini,tempat yang selalu ia datangi dikala sedih.

Dia bisa saja masuk dengan menekan tombol tombol yang begitu ia hapal , namun masihkah sama paswordnya?

TIIIIINGTIING

Ken memutuskan untuk menekan Bel saja. Berdiri menanti orang didalam membuka pintu.

Cklek

"Nug...Kenie?"

Ken berhambur ke pelukan namja yang baru saja membuka pintu.

'"Hiks... Ravi yaa... Mianhae,.. Hiks... Mianh... Mianhae"


*****TBC*****

Anyyeong *lambailambai*

Chap ini Raken dulu nee. Next baru Leon ^^

Sabar menanti nee *bow*

Mianhae jika typo bertebaran ^^

Untuk RL bisakah sabar menungggu? :(


Invite ulang nee, yang lama delcont aja 5B860B2B ... Gomawo

line : endhaiu

Katalk : endhaiu

Fb : endhaiueo