Game of the Curse
Detective Conan & Magic Kaito 1412 © Aoyama Gosho-sensei
Game of the Curse © Reihika
Warning: BL!, Super OOC!, Typo(s), KaiShin, not KaiCon!
Rate M! Sudah dijelaskan di summary
Author Note: fanfic ini dibuat karena saya terinspirasi dari Doujinshi milik seorang atau sekumpulan orang dengan pen name "Eternal Kid's" mungkin beberapa dari kalian tau apabila suka baca doujin dan juga di fanfic ini akan ada gabungan dari beberapa episode dari Magic Kaito 1412. Kuharap kalian menontonnya jadi bisa paham, kalau gak nonton atau gak baca doujinnya... bukankah itu membuat fanfic ini lebih menarik? /ditabok
Summary: akibat sebuah kutukan, Sang pesulap pun akan melakukan apapun untuk melindungi detektif kesayangannya, meskipun sang detektif akan membencinya. "Nama gamenya adalah 'Yang kalah menuruti segala permintaan sang pemenang'" "aku tetap akan melindunginya meskipun harus mati, Jii-chan!" / KaiShin! Rate M for toys and *uhuk* lime. Cover milik Eternal Kid's.
~Happy Reading~
-Chapter 1: Game-
Sinar rembulan yang menghiasi langit malam, menjadi satu-satunya saksi mata yang mengetahui lokasi seorang remaja laki-laki yang menggunakan pakaian serba putih, topi dan sebuah monocle yang terpasang di mata sebelah kanan dan juga laki-laki yang memiliki julukan "Heisei Sherlock Holmes".
"sudah kuduga kau akan datang. Kau hebat sekali bisa sampai kesini, Tantei-kun." Laki-laki yang menggunakan monocle itu bertepuk tangan sambil membalikkan badannya, menatap laki-laki yang ia panggil 'Tantei-kun' itu.
"hah, mana mungkin aku menolak undangan untuk bertemu dengan pencuri internasional sepertimu. Barou, tentu saja aku bisa sampai disini, teka-teki yang kau buat itu mudah sekali, Kaito KID-san" 'Tantei-kun' tersenyum. Senyuman yang menunjukkan rasa percaya dirinya, senyuman senang saat ia telah memojokkan sang pelaku.
"Sasuga, Tantei-kun." Kaito KID tersenyum sambil mengeraskan tepuk tangannya.
"To the point saja, mengapa kau menyuruhku kemari?" sang detektif pun langsung memasang wajah serius, ia siap tuk mengintrogasinya.
"santai saja, tantei-kun. Tak perlu memasang wajah serius seperti itu. Aku menyuruhmu kemari hanya untuk mengajakmu bermain." KID pun berjalan mendekati sang detektif.
"bermain?" sang detektif yang tidak mengerti maksud KID hanya dapat memiringkan kepalanya. Disisi lain, KID tetap terus berjalan mendekati sang Detektif. KID yang kini telah berada persis didepan sang detektif mengangkat tangan kanannya untuk memegang dagu sang detektif.
"ya. Nama gamenya adalah 'Yang kalah menuruti segala permintaan sang pemenang'." KID yang masih memegang dagu sang detektif, menatap sang detektif dengan serius.
"sepertinya menarik. Aku akan menemanimu bermain." Mendengar kalimat itu KID melepaskan tangannya, lalu mundur beberapa langkah dan tersenyum.
"kalau begitu kejelaskan peraturannya. Besok aku akan melakukan sebuah pertunjukan, bila kau bisa membongkar trik yang kupakai, kau yang menang Tantei-kun. Tapi, apabila kau tak bisa membongkarnya, sudah pasti aku yang menang. Bagaimana? Mudahkan?" tanya KID sambil merentangkan kedua tangannya.
"hah, sepertinya kau yakin sekali untuk menang." KID pun hanya tersenyum dan menyiapkan 'sayap'nya saat melihat wajah sang detektif yang kini terlihat sangat percaya diri akan kemenangannya.
"Sampai bertemu besok dibawah sinar rembulan, ditempat yang sama, Tantei-kun." KID pun terbang da menghilang dibawah sinar rembulan.
.
.
.
Pagi itu, Kudo Shinichi yang bukan morning person masih tertidur pulas diatas kasurnya. Setelah bertemu KID kemarin malam, ia langsung pulang kerumahnya bermaksud untuk segera tidur. Akan tetapi, ia malah tidak bisa tidur. Ia tak sabar tuk bermain bersama KID, karena ia tau pertunjukan dari seorang Kaito KID yang terkenal tidak akan membuatnya bosan dan selalu membuatnya tertarik.
Karena ketidaksabaran itulah yang membuatnya terjaga semalaman dan baru bisa tertidur saat ayam mulai berkokok. Baru saja sekitar 3 jam ia tertidur, telpon berbunyi. Ia sangat mengantuk untuk mengangkatnya, tapi telpon itu terus berbunyi. Dan akhirnya Kudo Shinichi pun memutuskan tuk mengangkatnya.
"ah! Moshi-moshi, Shinichi-kun?"
"Ada apa, Megure-keibu?"
"bisakah kau datang kemari? Kami baru saja menemukan surat dari KID, uhm.. dan..."
"Surat? dan apa, Megure-Keibu?!"
"pokoknya kau harus segera kesini, dikantor detektif milik Mouri-kun."
"Baiklah, tunggu sebentar."
Shinichi pun menutup telpon itu dan entah mengapa rasa kantuknya kini telah menghilang. Ia ia sadar kalau KID kemarin hanya bilang 'besok' tak menyebutkan jam, dan apabila surat KID telah ditemukan berarti waktu tuk bermain dengan KID telah dimulai.
Shinichi pun bergegas tuk bertemu dengan Megure-keibu yang entah mengapa bisa berada di kantor detektif milik kelurga Ran, Mouri Kogoro. Saat ia membuka pintu itu, semua mata langsung menoleh kearahnya.
"Shinichi! KID menyebutkan namamu!" Ran menyambut Shinichi dengan menujukkan kartu KID. Ia salama sekali tak mengerti perkataan yang dilontar kan oleh teman semasa kecilnya itu, Ran. Ia langsung mengambil kartu KID yang dipegang oleh Ran.
Malam ini bulan purnama akan tiba,
aku senang sekali karena malam ini bisa mencuri dua permata sekaligus.
Ucapkan terima kasihku kepada Suzuki Jirokichi-san yang telah mengundangku malam ini.
Berkat surat tantangannya beberapa hari lalu,
Malam ini aku pasti akan bertemu dengannya, Kudo Shinichi.
Keibu-san, sampaikan salamku padanya.
Kaito KID
"Shinichi-kun, apa kau mengerti maksud dari kalimat yang dibawah itu?" megure-keibu mengambil surat itu dan menunjuk sebuah kata.
'bila kau tak bisa, serahkan dirimu. Dan bersiaplah untuk tak bertemu mereka.'
"aku sama sekali tak mengerti maksudnya, keibu. Aku bahkan lupa kalau Jirokichi-jiji mengirim surat tantangan pada KID beberapa hari lalu. Mengapa jiji itu langsung menantangkannya dengan dua permata sekaligus? Ceroboh sekali." Tak lama menyelesaikan perkataan itu, Shinichi mendapat pukulan cinta dari Ran dikepalanya. Meninggalkan benjolan merah muda disana.
Siapa yang dimaksud KID dengan 'mereka'?
.
.
.
Mengingat bahwa KID akan mencuri pada pukul 8 malam sesuai surat tantangan dari Suzuki Jirokichi. Kaito pun berjalan-jalan bersama Aoko—teman masa kecilnya—ke daerah lokasi pencurian, Kinza. Kaito mengamati sekeliling, sedangkan Aoko berjalan sambil melihat majalah toko yang berjualan sweets.
Bruk
"Kaito, mengapa berhenti tiba-tiba?" Aoko pun melihat kearah mata pandangan kaito. Dan Aoko pun melihat seseorang yang ia kenal.
"ah! Ran~!" orang yang dipanggil itu pun menoleh dan menghampiri sumber suara.
"Aoko~!" kedua wanita itu pun berpelukan layaknya saudara.
"apa yang kau lakukan disini?" Aoko bertanya sambil memiringkan kepalanya ke kanan.
"aku sedang menemani seseorang. Dimana dia ya?" Ran pun menoleh ke kanan dan ke kiri tuk mencari seseorang.
"yang kau cari sedang berdiri disana, Ojou-san." Kaito pun menunjuk seseorang tak terlalu jauh darinya.
"tunggu sebentar ya, akan ku panggil dia!" Ran pun menghampiri orang itu dan menariknya menuju Aoko dan Kaito. Sempat sekali orang itu melihat mata Kaito saat Ran menariknya dan ia merasakan deja vu.
"Ah! Jadi Ran bersama, Shinichi-kun?" mendengar perkaatan Kaito langsung menoleh ke arah Aoko dan berbisik apakah Aoko kenal dengan Shinichi atau tidak, tapi Aoko hanya menganggukkan kepalanya yang berarti, ia kenal dengan Kudo Shinichi. Kaito hanya terkejut, tak menyangka kalau sahabatnya itu adalah teman dari Kudo Shinichi.
"un. Ngomong-ngomong, aku belum pernah bertemu dengannya. Apakah dia pacarmu, Aoko?" Ran sedikit menggoda Aoko, wajah Aoko terlihat merah saat ini.
"Ka-Kaito! Perkenalkan dirimu pada Shinichi-kun dan Ran!" tapi Aoko malah mengganti topik pembicaraan. Kaito pun mendatangi Ran dan memperkenalkan dirinya.
"Kuroba Kaito, seorang pesulap. Yoroshiku." Dan seketika didepan ran kini terdapat bunga mawar yang dipegang kaito.
Pesulap ya, batin Shinichi. Kini Kaito menghapiri shinichi yang tengah berdiri tak jauh dari Ran.
"Kuroba Kaito, seorang pesulap. Yoroshiku." Kaito memajukan tangannya, bermaksud tuk berjabat tangan.
"Kudo Shinichi, seorang detektif. Yoro—"belum selesai berbicara, perkataan Shinici telah dipotong oleh Kaito.
"jadi kau detektif yang terkenal itu?! Aku selalu ingin bertemu denganmu, Kudo-kun!" sikap kaito kini berubah menjadi ceria.
"Shinichi aja." Shinichi pun menjabat tangan kaito.
"kalau begitu, kau juga panggil aku Kaito!" Kaito tersenyum, dan senyuman itu membuat Shinichi juga tersenyum.
Mereka—Ran, Aoko, Kaito dan Shinichi—pun akhirnya mengelilingi Kinza bersama-sama. Tak luput dari tugas, Kaito terus mengamati sekeliling dan tanpa ia sadari, ia selalu diperhatikan oleh Shinichi, karena shinichi merasa ada kejanggalan dengan perasaan deja vu nya tadi.
Beberapa menit sebelum pertunjukkan, seperti biasa KID menyamar sebagai warga biasa. mengamati tempat permata dan langit yang kini dihiasi dengan dua helikopter
Sesuai prediksiku¸ Batin KID. Yang KID prediksikan adalah letak permata. Yang satu berada di tengah-tengah perempatan jalan yang dikawal oleh polisi dan yang satunya lagi berada di atas gedung yang hanya diawasi dengan helikopter.
"Apa yang kau lakukan?! Menaruh dua permata di tempat umum dan di tempat yang berbeda?!" Inspektur Nakamori melalukan protes kepada Suzuki Jirokichi yang kini dengan santainya ia berdiri di tengah-tengah perempatan jalan.
"Bodoh sekali kau, Inspektur. Kalau aku menaruh ditempat yang sama, itu akan memudahkan KID untuk mengambilnya. Hahaha. Bila dia berhasil mencuri permata yang disini, di pasti langsung kesana bukan? Kali ini dia takkan bisa terbang, jadi itu akan memudahkan untuk pengejaran." Ucap Jirokichi dengan sombongnya. KID yang berada tak jauh dari mereka hanya bisa tersenyum.
KID melanjutkan kegiatannya yang sedang mengamati sekeliling. Ia mencari sosok detektif kesayangnya itu. Tapi detektif itu tak terlihat dimanapun, sedangkan waktu terus berjalan yang tanpa disadari sudah 1 menit sebelum pertunjukkan. Hitungan mundur yang dilakukan para penonton dan juga fans dari KID menghiasi lokasi pertunjukan itu.
Tiga...
Dua...
Satu...
Persis diatas podium yang digunakan untuk meletakan permata munculah asap putih, semua mata langsung memandangi tempat itu. Asap itu mulai menghilang dan menunjukkan sosok berpakai serba putih dan sebuah monocle yang berada di mata sebelah kanannya.
"Selamat malam, semuanya. Malam ini, aku akan menunjukkan dua keajaiban sekaligus. Terus perhatikan aku ya." KID menaruh jarinya telunjuk sebelah kanannya di depan bibir dan menutup salah satu matanya.
Hal yang dilakukan KID menghasilkan sebuah teriakan seperti 'KID-sama!' yang terlontar dari para wanita yang masih remaja sampai yang sudah berkeluarga.
"Sekarang!" titah dari Jirokichi. Tali-tali mulai naik dan menutupi ke-empat jalan yang bisa digunakan KID untuk akses melarikan diri.
"hahaha! Kali kau tidak bisa kabur KID!" Jirokichi kini menunjuk KID sambil tertawa terbahak-bahak, yakin bahwa hari ini dia akan menang dan berhasil menangkap KID.
seorang reporter mendekati KID untuk mengajukan sebuah pertanyaan, "kini Anda telah terkepung, apa yang akan Anda lakukan?"
"hmm... tugasku disini sudah selesai, jadi kurasa aku sekarang akan pergi tuk mengambil permata yang satu lagi." KID tersenyum didepan kamera itu.
"Ta-tapi Anda kini terkepung. Bagaimana cara nya tuk bisa kesana?" tanya reporter itu. Lagi-lagi KID hanya tersenyum.
"dengan teleportasi." Perkataan itu semua orang kebingungan.
"Kita akan bertemu lagi dalam waktu kurang dari satu menit dari sekarang setelah aku berjalan melewati ruang dan waktu." Sebuah asap tiba-tiba muncul di tempat KID berada. Asap-asap itu mulai menghilang dan...
"K-KID MENGHILANG?!" reporter itu berteriak histeris melihat bahwa KID sudah tak ada dihadapannya. Semua orang langsung menoleh ke kanan dan ke kiri tuk mencari sosok berpakaian putih itu. Secara bertahapan kartu KID berjatuhan, menuliskan satu kata di balik kartu itu.
"Three."
"Two."
"One."
Sebuah asap kini bermunculan di tempat permata yang berada di atas ke gedung itu. Semua mata langsung menoleh kearahnya. Jirokichi, Nakamori, dan polisi lainnya hanya terkejut tak percaya akan apa yang barusan mereka lihat. Nakamori dan pasukannya langsung menuju gedung itu untuk melakukan penyergapan.
KID pun mengambil permata yang berada didepannya dan dimasukkan kedalam bajunya.
"heee, padahal menggunakan sistem katrol, tapi kau menyebut itu teleportasi?" KID terkejut dan mencari sumber suara itu. Dibalik bayang-bayang terdapat sosok seseorang.
"pantas saja tadi aku mencarimu tak ada dimana pun. Ternyata kau disini, Tantei-kun. Apa yang kau lakukan disini?" tanya KID.
"sebenarnya aku hanya penasaran dengan balon yang tadi kau pecahkan. Kukira untuk apa ada balon disini, ternyata untuk menjatuhkan pemberat agar kau bisa naik kesini." Senyuman shinichi kini seakan berkata kau-telah-terpojok.
"kau memang hebat, Tantei-kun." Puji KID. Tanpa mereka sadari, para polisi kini telah berada disekeliling dan mulai mengejar KID. Semua mata yang berada di bawah—jalan perempatan—masih memandangi sosok KID yang berada di atas gedung, dan lagi-lagi mereka dikejutkan oleh KID yang menghilang tuk kedua kalinya. Dan juga untuk kedua kalinya, kartu-kartu KID berjatuhan. Dan hitungan mundur dimulai sejak orang pertama yang mendapat kartu bertulisan 'three'.
Dua detik kemudian, sebuah kempulan asap muncul tengah-tengah langit dan menunjukkan seseorang yang sedang berdiri, dan mengarahkan tangannya kearah bulan purnama.
Ini juga bukan. Sudah waktunya untuk pulang, batin KID sambil berjalan.
"KA-KAITO KID BERJALAN DI UDARA!" lagi-lagi reporter itu berteriak histeris di depan kamera, kameraman langsung menghadapkan kameranya kearah KID, menunjukkan kepada semua orang yang berada di depan televisi tentang sebuah keajaiban, berjalan di udara.
Shinichi kini memutar otaknya sambil melihat KID yang masih berjalan, shinichi mencari tau bagaimana pencuri itu bisa berada disana dan berjalan di udara. Ia memikirkan semua kemungkinan yang ada. Tapi waktunya berpikirnya habis saat KID berhenti berjalan.
"Ladies and Gentleman, pekerjaanku sudah selesai. Terima kasih telah datang ke pertunjukanku malam ini. Sampai berjumpa lagi dibawah sinar bulan purnama." KID pergi dengan Handglidernya kearah sang detektif. KID membuka mulutnya, seakan mengatakan sesuatu kepada sang detektif. Setelah itu ia pergi.
"'ayo pergi ke tempat kemarin.' Che, dasar pencuri." Shinichi yang mengerti perkataan KID langsung pergi meninggalkan gedung itu, dan menuju ke tempat kemarin saat mereka bertemu. Sedangkan permata yang tadi dicuri, masih perlahan turun dengan parasut kecil.
Desuai dengan perkataan KID tadi setelah pencurian, shinichi datang ke tempat dimana kemarin ia bertemu dengan KID.
"Nde, mengapa kau menyuruhku kemari, KID?" tanya shinichi kepada KID yang kini berada didepannya.
"kau tak mau mengakui kekalahanmu, Tantei-kun?" tangan kanan KID kini memegang topinya dan tersenyum.
"aku akan mengaku kalah, apabila kau bisa memenuhi beberapa syarat dariku." Shinichi kini menatap KID dengan intens.
"hee~ bukankah itu curang Tantei-kun? Kan 'Yang kalah menuruti segala permintaan sang pemenang'." KID berusaha mengelak perkataan Shinichi.
"kau tidak menyebutkan peraturan bahwa yang kalah tak boleh memberi syarat. Benarkan?" KID kini terdiam, yang dikatakan Shinichi itu benar. Melihat reaksi KID, Shinichi hanya dapat tersenyum kemenangan.
"baiklah baiklah. Ini untuk detektif kesayanganku—" Shinichi blushing. "apa syaratnya?"
"pe-pertama, bisakah kau membongkar trik yang tadi kau pakai tuk berjalan di udara?" Shinichi kini terlihat sedikit excited dimata KID.
"sebenarnya itu sangat mudah, tantei-kun. Sebelum aku muncul ditengah-tengah permata aku sudah menyiapkan beberapa hal. Pertama, aku turun dari salah satu helikopter dan memasang sebuah kawat diantara dua gedung dan juga memasang sebuah kawat untuk tubuhku. Kedua, berkamuflase menggunakan mantel hitam dan pergi menuju tengah-tengah dari kedua gedung itu. Ketiga, berjalan dengan lambat mengikuti pergerakan helikopter yang lambat. Dan yang terakhir, menyetel musik untuk memalsukan suara langkah kaki. Mudah kan? Bagaimana kau tak bisa membongkar trik semudah ini?" pertanyaan KID dijawab dengan Shinichi yang menolehkan kepalanya alias tak ingin menjawab.
"hahaha, kau manis sekali Tantei-kun." KID menggoda Shinichi yang kini wajahnya tengah memerah.
"Che, terserah kau saja! Syarat yang kedua, beritau aku identitasmu yang asli!" ucap shinichi sambil menyondongkan tangan kanannya ke arah KID sambil membentuk seperti pistol.
"kalau itu yang diinginkan oleh detektif kesayanganku, akan ku beritau." KID berjalan mendekati shinichi berniat untuk menunjukkan identitas aslinya, tapi KID menyadari sebuah peluru—entah dari mana asalnya—datang menuju ke Shinichi. KID langsung refleks melompat kearah Shinichi dan mereka terjatuh.
"KID, sakit tau!" Shinichi membuka matanya perlahan, dan menemukan baju—dibagian bahu sebelah kanan—KID yang berwarna putih itu berubah menjadi merah. "KID! Ada apa?! Bahumu!" Shinichi mulai panik.
"Tantei-kun, apakah kau mau bersamaku? Hanya untuk seminggu saja, Ini salah satu permintaan dari sang pemenang." Shinichi terkejut. Bahkan disaat seperti ini KID menagih hadiah kemenangannya. Shinichi yang merasa bersalah—karena menurutnya ia yang menyebabkan KID terluka—hanya bisa menganggukkan kepalnanya. KID pun tersenyum dan ia mulai berditi tuk menyiapkan 'sayap'nya.
"Jyaa, ayo kita pergi." KID menggendong shinichi ala bridal dan terbang melewati langit malam yang dihiasi bulan purnama dan bintang-bintang.
Ternyata pemandangan dari atas sini bagus juga, pikir shinichi sebelum ia tertidur didalam gendongan dan pelukan KID.
"ugh..." Shinichi perlahan membuka matanya. Menyadari bahwa ia kini berbaring diatas kasur membuatnya memposisikan tubuhnya tuk duduk dan mengamati sekitar. Ia sama skali tak tau ini dimana dan ini ruangan milik siapa. Ia mendengar derap kaki mendekati ruangan itu. Shinichi memasang kuda-kuda tuk menyerang. Dan pada saat pintu terbuka, ia melihat sosok KID berjalan mendekatinya.
"KI-KID!" Shinichi melonggarkan pertahannya saat ia tau bahwa KID yang datang.
"Ohayou, Tantei-kun." Shinichi hanya terdiam melihat KID yang kini sedang menaruh makanan disebuah meja persis disebelah kasur. Shinichi yang terdiam, tiba-tiba mengingat kejadian yang terjadi kemarin. Ia pun beranjak dari kasur dan menghampiri KID.
"KID! Lukamu! Apa kau tak apa?!" KID terkejut melihat Shinichi yang seperti ini. Maksudnya, Shinichi yang kini memegang bahu kiri KID dan pinggul sebelah kanan KID. Sebenarnya itu dilakukan shinichi agar ia tak melukai bahu sebelah kanan KID. Tapi KID malah berpikir yang lain.
"hee~ jadi Tantei-kun ingin bermain diranjang bersama ku?" Shinichi yang paham maksud KID langsung blushing. KID langsung menarik Shinichi keatas ranjang, dan kini shinichi berada dibawah tindihan KID.
"KI-KID! Lepaskan aku!" Shinichi berusaha mendorong KID tuk menjauhkannya, tapi dengan kekuatan Shinichi yang seperti itu, membuatnya kalah telak dan juga membuat KID lebih bebas untuk memasukkan tangannya ke dalam baju shinichi.
Tangan itu menyenggol benda kecil yang berada di dada shinichi, membuat shinichi mendesah kecil. KID hanya bisa tersenyum mendengar desahan itu. KID secara perlahan membuka kancing baju milik shinichi, karena terlalu fokus membuka kancing itu KID tak sadar bahwa tangan kiri shinichi bergerak kearah wajahnya.
"Ka-Kaito..." KID terkejut saat shinichi menyebut namanya. Tangan kanannya menyentuh mata sebelah kanannya dan menyadari bahwa monocle itu sudah tak ada disana. KID pun memutuskan tuk melepas topinya juga.
"Ohayou, Shinichi." Kaito tersenyum kepada shinichi, dan dengan cepat Kaito menarik kedua tangan shinichi keatas dan memborgolnya dengan tiang-tiang yang menjadi struktur dari kasur itu. Shinichi terkejut karena tiba-tiba ada borgol disana. padahal shinichi yakin di ruangan itu tidak ada barang apapun.
"Kaito, mengapa kau melakukan ini?! Mengapa kau menjadi KID?!" shinichi menggerak-gerakkan tubuh dan tangannya berusaha tuk melepaskan borgol itu. Kaito yang masih menindih shinichi lagi-lagi hanya bisa tersenyum.
"Shinichi, KID adalah seorang ahli penyamaran. Ngomong-ngomong, aku tak akan menyentuhmu lagi bila tak mendapakan izin darimu. Tapi yang akan menyentuhmu ada 'ini'." Entah darimana tiba-tiba ditangan Kaito muncul sebuah benda-benda kecil yang tidak diketahui oleh Shinichi.
"i-itu apa?" Shinichi gugup melihat benda-benda itu terus bermunculan dari tangan kaito.
"kau benar-benar tidak tau ini, Shinichi? Kau polos sekali. Aku suka itu." Kaito mendekatkan wajahnya ke wajah shinichi, lebih tepatnya untuk menaruh bibir kaito disebelah telinga shinichi.
"sex toys." Bisikan Kaito membuat mata shinichi membulat. Ia tau sex toys itu apa, tapi hanya pengertiannya saja! Itupun ia tau karena Hattori membicarakan topik itu dengannya. Ia juga tak pernah sekalipun tuk searching gambarnya.
"Ka-kaito... Ka-kau pasti bercanda kan?" kini perasaan shinichi diliputi rasa takut saat kaito satu-persatu melepaskan pakaiannya.
"tentu saja, tidak." Senyuman kaito dimata shinichi kini terlihat sangat licik. Shinichi yang ketakutan membuat tubuhnya gemetaran. Kaito yang melihat itu meraih tangan shinichi dan menciumnya.
"kau mau kan bersamaku selama satu minggu penuh, jadi kumohon jangan memberontak. Aku tak ingin menyakitimu." Tapi perkataan kaito sepertinya tidak didengarkan oleh shinichi, dan shinichi malah memberontak dan berusaha melepaskan diri dari borgol. Melihat perlakuan shinichi, kaito mau tidak mau harus melakukannya.
Kaito kini telah memasang benda kecil laknat di dua tonjolan didada shinichi. Kaito kini mencuci tangannya dengan pelumas dan bersiap-siap memasukkan jarinya di lubang kecil dibalik pantat shinichi.
Mata shinichi membulat saat menyadari satu jari telah masuk ke lubangnya. Desahan kesakitan shinichi terdengar oleh kaito, membuat kaito menggerakkan jarinya secara perlahan. Dan tak lama, kaito memasukkan dua jarinya lagi. Dan lagi-lagi desahan kesakitan shinichi terdengar oleh kaito.
Setelah merasa cukup dengan lubang shinichi, kaito mengeluar jarinya dan memasukkan benda yang berbentuk seperti juniornya itu kedalam lubang shinichi.
"a-apa yang kau masukkan?!" mata shinichi kini mulai berlinang air mata. Ia tak sanggup tuk menahan rasa sakitnya itu.
"kau tak perlu tau namanya, Shinichi. Bagaimana kalau kita mulai saja?" Kaito kini mengambil tiga buah remote control. Kata 'ON' Kaito tekan dan membuat tiga benda yang menempel pada tubuh shinichi bergetar.
Shinichi awalnya merasa kesakitan, tapi kini ia mulai merasakan sebuah kenikmatan. Tapi, shinichi tetap tak ingin mengeluarkan sebuah desahan karena ketiga benda laknat itu. Meskipun menahan desahannya, tubuh shinichi tak bisa membohongi reaksi dari ketiga benda itu dan membuat 'milik' shinichi menegang.
"hmm... kau menahan desahanmu ya? Kalau begitu akan kutambah getarannya." Kaito menambah kecepatan getaran dari ketiga benda itu. Tapi shinichi masih keras kepala tak ingin mengeluarkan desahannya padahal ia sudah mau mancapai klimaks.
Hingga pada akhirnya shinichi mencapai klimaks, ia berhasil menahan desahannya. Dan tak lama, ia tertidur. Tentu saja, shinichi tertidur karena kelelahan. Mulai dari ia tak bisa tidur karena menunggu permainan yang akan ia mainkan bersama KID, jalan-jalan ke Kinza dengan Ran, hingga malamnya ia bertemu dengan KID dan akhirnya dibawa KID ke ruangan itu dan ia mengetahui bahwa KID adalah teman Aoko yaitu Kaito yang baru saja ia kenal kemarin lalu mendapat perlakuan seperti, itu membuat tubuh dan pikirannya lelah.
"Shinichi, maafkan aku. Bertahanlah sampai enam hari lagi." Setelah mengatakan itu kaito melepaskan ketiga benda itu dan borgol dari tubuh shinichi. Lalu kaito membersihkan tubuh shinichi yang mengenai sperma milik shinichi. Setelah bersih, kaito memakaikan shinichi sebuah hem putih miliknya, dan saat dipakai shinichi itu terlihat kebesaran tapi kaito tidak peduli yang penting shinichi tidak akan kedinginan.
Setelah itu, kaito menutupi tubuh shinichi dengan bedcover. kaito tersenyum melihat shinichi yang kini terlihat tertidur sangat pulas. Kaito mendekatkan wajahnya ke wajahnya shinichi dan mencium kening shinichi.
"Oyasuminasai, Shinichi."
~TBC~
Haihai~
saya balik lagi di fandom ini dengan membawakan multichap~!
apakah ada yang bisa nebak saya terinspirasi dari doujinshi apa? XD
maaf ya kalau lime nya kurang masuk kehati (?), karena saya gak pandai bikin begituan :''Da
jangan lupa ya, pencet favorite sama follow~
jangan lupa juga buat memberi review~
terima kasih telah membaca~!
Reihika◆
