Disklaimer: Naruto milik Masashi Kishimoto. Saya tidak mengambil keuntungan apa pun dalam pembuatan fanfiksi ini selain kesenangan belaka.
Prompt: [Pertigaan oleh Sheva Laurent]
RAPTURE: [I] Missing A Stranger
Dedicated to my beloved partner in crime: Sheva Laurent
Story by Kenzeira
.
.
Hujan masih belum reda. Meski kini tinggal rintik-rintik saja.
Tapi kadang deras lagi, seumpama hidup yang tidak menentu: tiba-tiba bahagia, tiba-tiba berduka. Hujan dan misteri entah bagaimana terasa begitu akrab. Tirai sengaja dibuka sedangkan kaca jendela tidak. Seseorang tengah menerawang jauh dengan kedua siku bertumpu pada kusen, lantas tangan kanan menyangga dagu, tangan yang tersisa menggenggam cuping cangkir berisi kopi. Masih panas. Uapnya mengepul.
Aku membenci perempuan. Mereka memakan habis darahku (aku belum ingin mati, mengertikah kau?). Aku tidak bisa mencintai mereka, tidak sama sekali.
Sai menyesap kopinya. Sepasang mata berubah semakin gelap sesaat setelah mengingat pertemuan pertamanya dengan seorang lelaki di pertigaan jalan. Lelaki muda kaya raya, pewaris utama seluruh harta berlimpah yang kelak ditinggal mati orangtuanya. Uchiha Sasuke: tampan, kaya, cerdas. Ironisnya, kebanyakan lelaki semacam itu tidak merasa bahagia. Entah kenapa.
Semua perempuan tergila-gila pada hartaku. Betapa menjijikkan.
Sai tidak memiliki apa-apa, tidak ada yang bisa ia tawarkan. Kebahagiaan pun tidak dimilikinya. Ia hanya membawa tangan kosong—dan tangan itu siap melingkari tubuh Sasuke, menenangkan (atau barangkali menghangatkan).
Kala itu di suatu pertigaan (jangan tanya di mana, Sai sudah lama lupa, ia berdiri di berbagai pertigaan untuk alasan tertentu), di sore hari saat hujan sedikit reda, ia berdiri mengenakan yukata merah marun bermotif bunga. Ada hiasan di kepala juga riasan di wajah. Maskara, eyeliner. Lipstik oranye. Sesekali dijilatinya (tapi ia tahu bibirnya harus tetap terlihat menggoda).
Kemudian Sasuke datang. Kedatangan lelaki itu seperti berita menyedihkan di musim panas. Dia meracau tidak jelas (tidak jelas pula apa motifnya), memaki-maki kaum hawa (ada apakah gerangan, Sai sempat berpikir Sasuke adalah lelaki sinting yang ditinggal kawin kekasihnya). Lantas, mendadak, dia meraung-raung—dan hujan kembali lebat, semakin lebat saja.
Aku tidak tahu apa masalahmu sampai kau sekacau dan semenyedihkan ini, tapi, mendekatlah, biarkan aku memelukmu. Barangkali kau akan merasa lebih baik.
Sasuke mendekat, Sai meraba-raba bahu sampai kemudian melingkarkan tangan di belakang leher lelaki itu (ya, ya, betapa tidak masuk akal karena ia memeluk lelaki yang baru pertama kali ditemuinya, tapi bukankah memang itu yang biasa dikerjakannya setiap hari?).
Dan kalimat yang kemudian meluncur dari bibir Sasuke membuat Sai mengerti:
Kau … laki-laki.
Sasuke mengira ia perempuan karena memang ia seharusnya terlihat seperti perempuan. Sai selalu begitu. Ia tidak berminat menjelaskan apa pun karena tampaknya Sasuke tidak begitu ingin tahu (atau peduli).
Aku bahagia mengetahui kenyataan bahwa orang seperti dirimu ternyata tidak bahagia.
Semua orang tidak bahagia. Tapi semua orang bertingkah seolah mereka bahagia.
Seperti apakah perasaan bahagia itu, Tuan. Kau barangkali menganggap aku lelaki mengerikan karena berpikir seperti inilah kebahagiaan: mengetahui bahwa semua orang ternyata tidak bahagia, bukan hanya aku saja.
Sasuke tidak menyela. Lelaki itu justru seakan menemukan sesuatu yang hilang dari hidupnya: keberadaan Sai. Barangkali, di suatu masa, keduanya adalah pasangan paling bahagia, hingga saat reinkarnasi, mereka harus menelan banyak sekali ketidak-bahagiaan sebelum takdir mempertemukan keduanya.
[Ah, benarkah reinkarnasi itu ada?]
Hujan membuat pakaiannya basah kuyup. Rambutnya berubah lepek. Riasan wajah hilang tak bersisa selain lelehan maskara yang membuatnya terlihat seakan tengah menangis—dengan air mata berwarna hitam. Terlihat menggelikan sekaligus mengerikan. Tapi itulah yang membuat Sasuke terperangkap dan sulit lepas.
Sepertinya aku jatuh cinta padamu.
[Sai berlari, ia berlari semakin jauh—
… meninggalkan masa lalu yang kejam.
Tapi Sasuke selalu mampu menemukannya—
… dan memaksanya untuk menemukan kebahagiaan bersama-sama.]
Kau tidak bahagia, aku tidak bahagia. Barangkali tidak akan seperti itu kalau kau dan aku bersama.
Sai tidak mengerti kenapa ia menyambut uluran tangan Sasuke di kali keempat pertemuan mereka. Sasuke tidak menjanjikan apa pun. Sai tidak mengharapkan apa pun. Keduanya saling merengkuh dengan tangan kosong.
Kemudian, dengan tidak sabaran, Sai kembali menyesap kopinya lagi sebelum memutuskan untuk menutup tirai dan membaringkan diri di ranjang, bergabung bersama seseorang yang sedari tadi lelap dibuai hujan.
.
.
.
([rapture] i. missing a stranger : selesai)
(credit title: missing a stranger © anni b sweet)
11:34pm – July 18, 2016
a/n:
seseorang bertanya pada saya lewat pm: ken, apa kamu udah bosan dengan sasusai?
tidak, sama sekali. justru sasusai adalah otp saya nomor satu. saya hanya belum memiliki kesempatan untuk menuliskan kembali kisah mereka:") maka dari itulah [rapture] dibuat.
ini akan menjadi kumpulan drabble/ficlet yang saling berhubungan sesuai prompt yang diberikan (walau ujung-ujungnya pasti loncat-loncat tapi saya akan mengusahakan untuk tetap menyeimbangkan keutuhan plot)
nah.
adakah yang ingin menyumbangkan prompt untuk chapter selanjutnya? satu kata atau satu kalimat tidak masalah:)
