Byurr

Se-ember air disiram ke kepala Jungkook yang sudah babak belur.

Jungkook membuka matanya perlahan, kepalanya teramat sakit dan pusing akibat benturan yang menyebabkan dirinya tidak sadarkan diri. Darah kering yang ada di rambutnya terlihat menonjol, lengannya diikat di kursi kayu reyot, rambutnya basah kuyup, ia menyadari bahwa dirinya tengah disekap dalam markas yang kumuh dan penuh debu, tepat di depannya seorang pria dengan kemeja biru safir berbahan satin menatapnya intens, tatapan yang menusuk tepat pada retina si manis Jungkook yang merasa berat mengadah.

"Dimana kau sembunyikan Yoongi?" suara bass itu tidak digubris Jungkook yang semakin melemah, pandangannya buram, pertanyaan yang dilayangkan tidak membuat Jungkook gentar dan tersudut sebab ia tak mengerti kemana arah pembicaraan ini. Suatu nama yang disebutkan pria berambut lumayan klimis dengan beberapa anak rambut yang menggantung itu pun Jungkook tidak tau.

Satu pisau tajam dari si bodyguard bertubuh kekar diberikan kepada pria asing yang mulai mendekati Jungkook, "AKHHH" teriakan yang diakhiri ringisan kentara dalam nada suara Jungkook. Tenggorokan Jungkook kering, bibirnya pecah-pecah, luka baru tertoreh di lengan kanannya, pria didepannya masih serius dalam perbincangannya.

"Dimana Yoongi?" tanyanya lagi sebelum menusuk tubuh Jungkook sesuka hati.

"Nugu?" lirih Jungkook yang membuat Namjoon bingung dan jengah. Tanpa aba-aba sapu tangan putih yang mengandung cairan kimia membekam hidung dan mulut Jungkook sehingga Jungkook tertidur.

.

Hasil scanning otak keluar, Namjoon dengan kerutan di dahi mencermati perkataan dokter yang berarti. "Hasilnya bagus, tidak ada cacat" terang dokter itu membuat Namjoon menghembuskan nafas, ia beruntung para suruhannya tidak melakukan kesalahan fatal dalam menyiksa targetnya sebab pemulihan ingatan itu butuh waktu lama sedangkan Namjoon punya alarm bahaya dengan kurun waktu sedikit ia harus menggali banyak informasi dari Jungkook.

.

Namjoon mengeratkan pegangan tangannya pada wastafel, ia melihat pantulan dirinya yang nampak hancur di cermin.

"Hyung, hehe" Namjoon menggeleng, sekelebat benang halus itu terus menyerbu ingatannya "Hey" Jimin yang berlari, tersenyum dengan kaus coklat dan jaket bahan berwarna krim bercorak bintang yang merumbai tertiup angin musim semi. Bunga sakura menghujani tubuh ringkih Jimin, dekapan Namjoon mengerat, Jimin tertidur dibawah pohon pada saat piknik 2 bulan yang lalu, dan Namjoon terkagum menatap wajah damai Jimin.

Namjoon ingat kenangan terpahitnya ketika Jimin divonis sakit satu tahun yang lalu, ia amat menjaga kekasihnya itu dimasa sulit, dan keadaan Jimin membaik sebelum menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit dengan keadaan yang parah 5 hari yang lalu tepat ketika adik bungsunya menghilang.

Namjoon segera mengambil satu butir obat penenang dalam kotak P3K dan menelannya.

.

Pic Yoon

Brugh. Jungkook terjatuh bersamaan dengan kursi kayu yang ditendang keras, debu bergelimpang, tubuhnya masih terikat, mulutnya di bungkam kain, matanya mengerut, ia tak ingin organ berharganya itu kelilipan. "Dimana Yoongi?" Namjoon menteror Jungkook dengan pertanyaan yang sama setengah jam terakhir, tidak ada respon yang baik dari si narapidana pelaku kejahatan. "Seragam biru tua dengan garis biru langit dan topi bucket"

"Sialan, hentikan keparat!" Jungkook mengguncang adrenalinnnya, matanya menukik, ia berhasil mendapatkan pisau lipat dan memotong talinya dengan mulus. Sekarang tangannya dipelintir berkat aksi heroiknya.

"Aku akan mencoba cara baru, kurasa hukuman ini tidak bermutu" Namjoon menarik Jungkook yang terseok.

"AKHH" dengan sengaja Namjoon melumpuhkan mata Jungkook dengan cipratan air berbahaya, setelah erangan Jungkook keluar dan sebuah cheap berhasil tertanam dalam badan Jungkook, Namjoon menampar Jungkook keras setelahnya Jungkook pingsan karena daya tahan tubuhnya menurun.

.

Jungkook terhenyak dalam mimpi samar tentang seorang lelaki yang dikeroyok hingga terjadi pertumpahan darah, ia hadir disana, menyaksikan sekilas lalu masuk ke sebuah gudang.

Jungkook terduduk sambil berfikir tentang mimpi tersebut, wajahnya yang lebam membuat air mukanya tak tergambar jelas. Jungkook menyibak selimut, ia bersandar pada kepala ranjang di sebuah kamar yang lumayan terang, nuansa krim pada tembok dan beberapa perabotan rumah berkesan santai sekaligus ceria tapi tidak dengan perasaan Jungkook yang bergemuruh.

Jungkook keluar dari kamar tersebut dan berusaha kabur dari penderitaan yang dirasakan, tapi entah mengapa kakinya terpaku saat melewati celah pintu yang terbuka, ia penasaran, dan ingin membokar rahasia apa yang dimiliki si penjahat yang menculiknya sehingga ketika Jungkook mendapat berkas data penting, ia bisa mengancam dan bebas dari incaran.

Dengan cepat Jungkook membuka satu persatu laci meja, beberapa kertas berhamburan di lantai, keningnya mengernyit kala melihat hasil laporan dari Rumah Sakit dengan seksama, Jungkook membaca siapa gerangan yang menjadi wayang dalam isi tulisan tersebut, 'Park Jimin, 22 tahun' Jungkook tidak sepenuhnya menyelesaikan analisanya, ia tak ingin membuang kesempatan langka maka ia harus gesit menemukan banyak fakta.

Jungkook bangkit dan memperhatikan bingkai foto di atas perapian. Ia lihat pria yang menjadi dalang wajah tampannya rusak tengah bersama seorang lelaki cantik berpose mesra, "Park Jimin" senyum miring Jungkook tercipta, ia menarik kenop pintu dan kaget mendapatkan pria yang sedang dihindari muncul, mendekatinya dengan aura kecaman yang lekat. Pria itu menyudutkan Jungkook lalu mencekik leher si pelaku yang membuat kamarnya berantakan. Jungkook tak bisa bernafas, kepalan jemarinya memukul lengan Namjoon brutal, ia ingin dilepaskan, beberapa map yang Jungkook selipkan terjatuh, pergerakannya melemas.

'Jebal' Namjoon segera melepaskan Jungkook, bayangan Jimin mendongkrak akal sehatnya.

Jungkook memegangi jantungnya yang berdegup kencang, tak lama orang itu menggendongnya dan membuat Jungkook terjerat kala tubuhnya diperlakukan halus saat dibaringkan di ranjang, pipinya dielus, Jungkook merasa nyaman namun tak aman.

Namjoon melihat Jiminnya menitikkan air mata itu membuat hatinya mencelos, Namjoon segera mencumbunya dan menyalurkan rindunya yang bagaikan lautan dalam. Jungkook berontak, nafasnya tersenggal setelah ciumannya terlepas, pria seksi di depannya membisikkan sesuatu yang membuat hormonnya meningkat.

"Aku akan melakukannya dengan lembut, tenanglah" ucap Namjoon diperuntukkan untuk Jiminnya. Dalam ilusi Namjoon, Jimin tersenyum memberikan aksen untuk kekasihnya agar melanjutkan. Disisi lain Jungkook jatuh bangun menghindar, ia terseok turun dari ranjang dengan seprai yang menyangkut di tubuhnya namun tak ada hasil, dan Jungkook tertegun mendapati tatapan welas asih pria didepannya. Jungkook akhirnya pasrah kala tubuhnya dijamah dengan perlakuan halus sehingga hasratnya luluh.

Namjoon menghisap kulit mulus Jungkook dengan hati-hati, "Ah" desahan Jungkook memenuhi ruang, bercak ungu telah tersebar dalam tubuh telanjang Jungkook. Namjoon semakin intens menatap muka merah Jimin yang menahan gairah, Namjoon turun menghisap penis tak bertenaga Jungkook dalam rongganya, memainkan kepala penis Jungkook dengan lidahnya yang lihai, Jungkook meremas seprai yang sudah amburadul "Ahhhh, hentikan" Jungkook mengecap rasa nikmat yang berlebih walau namanya tidak diagungkan.

Jungkook menggigit bibir, lubang sempitnya yang suci dimasukan jari Namjoon yang panjang secara tak sengaja menggelitik nafsunya, badan Jungkook membusung, ia menginginkan lebih. Namjoon segera membuka resletingnya, juniornya tak bisa diajak kompromi lagi. Satu hentakan dalam lubang Jungkook membuat sang empu merintih "Akh"

Namjoon merasa penisnya terjepit kuat, ia mendekati telinga Jungkook dan berkata lirih "Tahan sebentar, kumohon relaks, aku akan lembut" Jungkook menuruti perkataan Namjoon, ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Namjoon mulai maju, mencari titik sensitif Jiminnya, bulir keringat membasahi dahinya.

Jungkook meraung pilu, rasa nyeri dalam lubangnya berdenyut, ini adalah kali pertamanya berhubungan sex menjadi pihak bawah yang ditusuk, percayalah biarpun Jungkook bejat tapi kelaminnya masih perawan.

Namjoon mulai memijat penis Jungkook, Jungkook merasa terbang, rasa sakitnya berganti menjadi candu, Namjoon mulai menggerakan pinggulnya perlahan, "Ahhh" Jungkook merasa nikmat, tubuhnya terus menggesrek kasur, kepalanya mengadah sehingga leher jenjangnya terekspos dan segera dijamah Namjoon dengan jilatan. Puting Jungkook yang kontraksi dipelintir, Jungkook menjambak rambut Namjoon, surga dunia telah dirasakannya ketika bahu lebar pria di depannya menjauh, tubuh telentang Jungkook membalik, ia ingin menyudahi dan menghindar dengan merangkak keluar dari tempat tidur tapi sebelum misinya terwujud tubuhnya malah direngkuh dari belakang.

Namjoon kembali menyodokan juniornya sedalam mungkin ke lubang cantik kekasihnya, gerakannya semakin kencang kala spektrumnya melumnasi lubang, "Ahhhh ahhh, stophhh" saliva Jungkook menetes ia tidak kuat lagi, batas kenikmatannya yang manis telah menjadi tipu muslihat, Jungkook semakin ingin melanjutkan jika diteruskan. "Ahhh" Jungkook mengeluarkan spermanya, cairan putih lengket Namjoon pun memenuhi lubang hangat Jungkook setelah adegan panas beberapa menit yang lalu membuat Jungkook mengantuk dan masuk ke alam bawah sadar lebih cepat.

Namjoon mengeluarkan perlahan penisnya yang lumayan besar, ia tau kekasihnya kecapaian dan ia tak ingin mengganggu kekasihnya yang ketiduran, ia menyalakan lampu tidur kemudian mengambil bantal di bawah kasur, ia meletakkan kepala kekasihnya di alas empuk, menciumi kening Jiminnya sayang lalu menyelimuti sang kekasih sebelum dirinya memeluk punggung sempit Jiminnya dan mengalun di dimensi imajinasinya.

.

Jungkook terbangun, perutnya di peluk erat oleh tubuh pria telanjang di belakangnya, dan Jungkook melepaskannya sambil merintih. Tubuhnya oleng kala ingin mengambil bajunya yang tergeletak asal, dengan menahan sakit dalam anusnya Jungkook berjalan tertatih menuju ke kamar mandi. Setelah menyegarkan badannya, Jungkook menyusun kembali berkas dalam amplop yang berhamburan, ia mencuri beberapa uang koin dalam toples kaca setelah itu dirinya melarikan diri dari sana.

.

Namjoon mengerjap, bulu matanya terbebani berkas pagi, kelopak matanya perlahan terbuka, manakala dirinya terduduk dan turun dari ranjang, pupilnya membesar mendapati ada cipratan darah pada seprainya, segera ia melihat bagian bawahnya yang ternyata juga sama. Kerutan di dahi Namjoon tercipta, ia tidak bermimpi, kepalanya menggeleng gusar merutuki selangkangannya yang tidak bisa dijaga untuk berdamai. "Tidak, Ahhh, Lepassshhh" segelintir desahan Jungkook memenuhi sedikit ruang dalam otaknya. Tidak biasanya ia kehilangan kontrol, bahkan puluhan wanita dan pria manis pun tidak membuatnya goyah, tapi Jungkook, si brengsek pencopet itu dengan mudah meruntuhkan tembok pertahanannya.

.

Jungkook berjalan tertatih menuju toko roti, tangannya bergetar kala roti yang digenggamannya dilahap rakus, lambungnya yang tidak terisi sejak kemarin membuatnya kelaparan akut. Langkahnya melaju lagi ke sebuah rumah tak layak, disanalah ia membuang peluh, tubuhnya yang remuk sengaja di baringkan sebentar sebelum ia kembali beraktivitas, setelah dirasa cukup Jungkook segera mengunjungi ATM, ia mengeluarkan beberapa kartu pipih untuk dijebol isinya, matanya melotot kala mengetahui semua saldonya kosong, tubuh Jungkook merosot, ia membuang kartu rekeningnya keras, mukanya merah padam menahan amarah "Payah. Apa dia menpermainkanku?" senyum iblisnya mengembang "Baiklah, jika itu maumu"

.

Semilir angin kumbang menerpa buku bacaan Namjoon, lembar halamannya tertutup, Namjoon menghembuskan nafas putus asa, pikirannya sekarang dihuni sosok asing si sialan Jungkook yang mengusik hidupnya. "Aku akan terima tantangannya kalau begitu" monolog Namjoon.

Drrrttt

Namjoon segera mengambil ponselnya dalam saku, satu panggilan masuk segera ia angkat "Hyungnim, Jungkook terdeteksi, ia mendatangi tempat dimana adikmu menghilang lagi"

.

.

TBC

Weee ff baru (. ' v '.)

Jangan lupa komentarnya