Hallo minna,,
Perkenalkan, saya Ulquiorraxme, newbie di fandom ini~
Ini fic Bleach saya yang pertama
Jadi, mohon dimaklumi kalau agak gj, banyak typo dan lain-lain
Disclaimer : Bleach bukan punya saya, tapi punya Kubo Tite-sensei
I'm Not Alone!
Chapter 1
The prolog
Enjoy!
Sinar matahari mulai tampak dari balik atap-atap rumah. Burung-burung yang tadinya tertidur pulas di sarangnya mulai beranjak dan terbang ke awan menghiasi indahnya pagi yang cerah ini. Hiruk pikuk orang beraktivitas mulai terdengar setelah jam weker yang terletak diatas meja sudut ruangan itu berdering.
Gadis berambut oranye kecoklatan yang tergerai di kasurnya itu membuka mata kanannya. Ia menoleh sesaat, mengamati jam weker yang masih berdering dengan nyaringnya. Ia lalu menoleh ke arah tanggalan yang terletak tepat di sebelah jam weker itu.
Minggu.
Ia hanya menatapnya sebentar. Kemudian ia merebahkan kembali badannya di kasur. Kembali menutup matanya yang masih terhiasi oleh kantung mata hitam. Ia masih terlalu lelah untuk memulai aktivitas hariannya.
'sreet...'
Samar-samar tampak bayangan hitam melewatinya. Perasaan buruk langsung hinggap di dalam benaknya. Gadis itu langsung terbangun dari tidurnya, mencari sosok yang barusan lewat di hadapannya, walau rasa takut mulai menyelimutinya.
'Reiatsu ini...!'
Gadis itu lantas membelalakkan matanya. Seorang laki-laki berambut hitam legam sedang bertengger di jendela kamarnya. Kulitnya yang putih pucat tekena cahaya matahari yang mulai menerik. Bibirnya yang tipis sama sekali tak menunjukkan ekspresi. Tatapannya tajam namun terasa hampa. Perlahan, ia mulai menekukkan sayap hitamnya yang lebar.
"U..ulquiorra...?" gumamnya terbata-bata. Ia langsung menutupi kakinya, yang hanya mnegenakan celana pendek di atas lutut dengan selimut yang terletak di sebelahnya. Semburat merah mulai muncul di sisi wajahya.
Laki-laki bernama Ulquiorra itu hanya bisa menatapnya datar. Tetap tanpa ekspresi. Walau ia menyadari gadis di depannya mulai gelagapan akan kehadirannya.
"Tenanglah, Onna. Aku tak akan bermaksud apa-apa padamu." Ucapnya datar. Lawan bicaranya hanya bisa bersweatdrop mendengar perkataannya itu.
"Uhm... kau mau sarapan apa Ulquiorra?" gadis bernama Orihime itu bertanya tiba-tiba, mencoba mengalihkan arah pembicaraan.
"Sudah berapa kali kubilang, aku tak butuh makanan sampah." Ucapnya datar. Orihime hanya bisa pasrah menerima jawabanya yang dingin.
"Um..., baiklah...
"Istirahatlah, Onna." Potongnya cepat. Ia lalu mengembangkan sayap hitamnya, dan mulai mengepakkannya. Pergi lagi entah kemana.
Orihime hanya bisa menatap bayangannya yang kian jauh sampai tak terlihat lagi. Lalu menghembuskan nafas pelan.
'Inilah jalan yang kupilih...' batinnya dalam hati.
Ia menatap sebuah cermin di sisi ruangan itu. Menatap banyangannya sendiri. Bayangan yang tampak lesu. Tubuhnya tak sesintal biasanya. Ia hanya bisa tersenyum kecut mengamati keadaanya yang sama sekali tak bertenaga.
"Kupikir hanya mimpi..."
-.o.o.o.o.o.o.o-I'm Not Alone!-o.o.o.o.o.o.-
Flashback...
Suasana kota terlihat begitu memilukan. Gedung-gedung hancur. Rumah-rumah rata dengan tanah. Sungai-sungai meluap. Pohon-pohon roboh. Jalanan hampir seluruhnya tertutup sampah yang berserakan dimana-mana. Keadaan yang bisa disamakan dengan suasana setelah terjadi pergeseran lempeng bumi.
Namun, para shinigami yang menapakkan kakinya di udara terlihat senang. Senyum yang menggembang seakan menjadi satu-satunya bagian yang sangat kontras dengan keadaan di sekitarnya. Semuanya bersorak senang. Saling berjabat tangan dengan rekannya.
Winter War telah usai.
Kebenaran selalu menang dari kejahatan. Setidaknya, itulah prinsip yang mereka yakini sampai detik ini. Detik dimana para Espada terkalahkan. Dimana Hueco Mundo telah hancur, lenyap dari dunia dimensi. Dimana semua pihak Aizen bertekuk lutut di hadapan para shinigami. Dimana pintu ketentraman shinigami telah terbuka lebar-lebar. Inilah, hari kemenangan.
Tapi, seorang gadis meringkuk di balik bangkai-bangkai rumah. Derai airmatanya terus mengalir, membasahi pipinya. Sesekali tangan mulusnya mengusap air mata yang mulai menghalangi pandangannya. Pandangan akan kesenangan shinigami.
"Ara...ara... ternyata masih ada saja gadis yang menangis di saat-saat bahagia seperti ini..." seorang laki-laki bertopi blaster putih hijau mendekati gadis itu sambil menutupi separuh wajahnya dengan sebuah kipas.
"U..Urahara-san...?" desahnya pelan. Kedatangan Urahara sama sekali tak membuat gadis itu berhenti menangis.
Urahara pun duduk menyetarakan tingginya dengan gadis itu. gadis itu sama sekali tak megubah reaksinya. Ia tetap menunduk menutupi matanya dengan kedua tangannya dan menangis.
"Sudah kuduga ini akan terjadi..." Ucapnya pelan. ia menghembuskan nafas panjang, dan mengeluarkan sesuatu dari balik kantongnya.
"Gunakan mereka kembali, Orihime Inoue"
Gadis bernama Orihime itu langsung tersentak. Ia mendongakkan kepalanya, menatap mata Urahara. Mencoba mencari secercah harapan.
"M..menghidupkan mereka kembali...?" desahnya pelan. isakkannya mulai menghilang tergantikan oleh sebuah harapan gelap. Otaknya sama sekali tak bisa bereaksi terhadap pertanyaan Urahara.
"Ya!" jawabnya enteng sambil tersenyum.
Orihime sama sekali tak bisa menjawab. bingung, berada di pihak mana. Apakah ia akan berada di pihak hatinya sendiri, atau berada di pihak shinigami yang samngat berlawanan dengan kata hatinya.
"B..bagaimana dengan shinigami...?"
"Karna itulah, aku membawanya benda ini!" Urahara menunjukkan sebotol kapsul. Orihime hanya bisa memandangnya dengan penuh tanya.
"Kapsul ini dapat menekan hawa lapar hollow untuk jangka waktu yang lama."
"Kau yakin para shinigami akan memperbolehkannya...?"
"Kau bisa menyembunyikannnya."
Orihime tak tahu lagi harus berbuat apa. Ia tertunduk lemas. Inilah jalan persimpangan hidupnya. Dimana ia harus menentukan kelanjutan hidupnya. Dimana ia harus memilih, berada di pihak espada, atau shinigami.
"Ayo, aku tak punya waktu banyak untuk duduk di sini...?" tanya Urahara menunggu jawaban Orihime.
'GREB...' dua buah lengan melingkar sempurna di leher Urahara. Urahara hanya tersenyum sambil mengelus lembut rambut oranyenya.
"Terima kasih, Urahara-san... Terima kasih!"
End of flashback...
-.o.o.o.o.o.o.o-I'm Not Alone!-o.o.o.o.o.o.-
"Inoue...!" seorang gadis berambut hitam sebahu memanggil Orihime sambil melambai-lambaikan tangannya. Orihime yang merasa namanya terpanggil langsung menoleh ke sumber suara.
"Rukia...?" Dilihatnya Rukia yang sedang berlari tergopoh-gopoh ke arahnya. Rukia mencoba mengatur nafasnya yang tak beraturan setelah berada tepat di depan Orihime.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Rukia sambil tersenyum senang.
"Um... Aku baik-baik saja. bagaimana denganmu?" ujar Orihime sambil tersenyum balik. Rukia yang melihat Orihime tersenyum menjadi senang.
"Aku juga baik-baik saja, baguslah kalau semuanya baik-baik saja..." jawab Rukia sambil merogoh sesuatu di dalam kantung roknya.
"Heey! Kemana saja kau!" suara maskulin menyeruak dari belakang Orihime.
'deg...' sesaat, jantung Orihime mendadak berdenyut lebih cepat.
'suara ini...'
Orihime langsung menoleh kebelakang. Firasatnya benar.
Seorang laki-laki berambut orannye mencolok kini sudah berdiri tepat di sebelahnya. Namun, bukan itu yang di cemaskan Orihime, melainkan apa yang dipakainya. Sebuah shihakushou, dan sebuah zanpakutou yang terikat sempurna di pundaknya. Perasaannya menjadi tak enak.
" Ichigo! Kenapa kau ada di sini! Bagaimana dengan hollow yang tadi!" Rukia tiba-tiba berteriak pada Ichigo.
"Kapa kau memberitahuku? Kau hanya bilang, Ichigo, ada hollow, dan langsung berlari entah kemana!" Ichigo ngotot membalas teriakan Rukia.
"Ah, aku lupa." Jawab Rukia dengan santainya. Ichigo hanya bisa memendam amarah yang mulau tersulut di benaknya.
"K..Kurosaki kun...?" Orihime menyapa Ichigo pelan. Ichigo langsung menoleh ke samping.
"Ah, Inoue? Bagaimana kabarmu?" tanya Ichigo sambil menepuk bahu Orihime pelan. Orihime hanya bisa menundkkan kepalanya, mencoba menyembunyika semburat merah yang sudah menjalar di sekujur wajahnya.
"Aku baik-baik saja, Kurosaki!" Tiba-tiba Orihime menjawab dengan semangat. Ichigo hanya bisa tersenyum tipis melihat Orihime yang tiba-tiba berubah.
"Oh.., Baguslah..." Ujar Ichigo menanggapinya. Orihime hanya bisa menahan senyumnya lebih lama.
"Kau lamban sekali. Membunuh hollow di depan mata saja tak bisa..." Seorang laki-laki seusia mereka tiba-tiba datang entah dari mana.
"Ishida...!" Ucap Ichigo yang sedikit kaget akan keberedaan Ishida di belakannya. Rukia hanya bisa bersweatdrop melihat reaksi Ichigo.
"Dasar shinigami..." ujar Ishida sambil membenahi letak kacamatanya. Ichigo semakin kesal akan perkataan Ishida yang mencoba menyulut kemarahannya.
"Hey, kau, Quincy, kau kalah dalam adu kekuatan dengan ku dulu, jadi, jangan terlalu sok cepat ya..." Ucap Ichigo sambil memamerkan death glarenya, walau ia tau, hal itu tak akan membuat quincy itu bertekuk lutut padanya.
"Hal itu takkan mengubah fakta bahwa quincy lebih cepat dari pada shinigami..." tepis Ishida enteng, sampai-sampai Ichigo kehabisan akal untuk membalas perkataan Ishida.
"Sudah-sudah, kalau kalian mau bertengkar, jangan disini, kau nampak seperti orang gila..." Ujar Rukia pada Ishida. Benar saja, semua orang di kawasan itu hanya bisa terpaku melihat Ishida yang seolah-olah terlihat seperti orang gila yang kehabisan obat.
"Huh... lihat saja, shinigami, akan kubuktikan sekali lagi bahwa aku bisa menyamaimu... tidak, melebihimu...!" ucap Ishida mencoba menutupi rasa malunya.
Orihime yang melihat pertikaian mereka hanya bisa tertawa kecil. Ishida yang baru menyadari keberadaan Orihime langsung menoleh ke arahnya.
"Inoue?" Ishida langsung menyapanya.
"Hai Ishida..." jawab Inoue sambil memamerkan cengiran khasnya.
'sreettt'
Mendadak, Orihime merasakan reiatsu yang sangat familiar. Reiatsu yang dalam. Tubuh Orihime langsung lemas.
"Onna..."
'U..ulquiorra...?' batinnya pelan. ia mencoba mencari keberadaan sang pemilik reiatsu.
"Inoue...?" Ichigo yang kawatir melihat raut muka Orihime berubah tiba-tiba menepuk pundaknya.
"K..kurosaki..." desahnya pelan. ia mencoba sedemikian rupa untuk tetap tenang.
"Kau tak apa...?" tanyanya pada Orihime. Rukia yang sedang asyik mengobrol denga Ishida langsung menoleh ke arah Orihime.
"Inoue? Kau tak apa?" Rukia kini juga mulai khawatir.
Perlahan-lahan, keadaan Orihime membaik. Reiausu yang ia rasakan tak seberat barusan. jauh lebih ringan. Bahkan, hampir menghilang seluruhnya.
'Apa ia sudah pergi...?' batinnya dalam hati. ia mencoba menoleh ke kanan, ke kiri, namun tetap saja ia tak menemukan sosok yang dicarinya itu.
"Aku tak apa, Ichigo, Rukia." Jawabnya singkat.
"Ah, iya, kami ingin mengajakmu dalam perayaan kota Karakura besol lusa. Kau mau ikut?" tanya Rukia sambil menunjukkanpuppy eyesnya, berharap akan kedatangan Orihime.
"Um.. aku tak tahu.." jawab Orihime ragu-ragu.
"Ayolah.. pasti akan menyenangkan... benar Ichigo?" Ujar Rukia sambil melontarkan pertanyaan pada Ichigo.
"Yah.." Ichigo menjawab singkat. Rukia langsung menoleh ke arah Orihime, mengharapkan sebuah "iya" dari mulutnya.
"Akan kuusahakan..." jawab Orihime tanpa pikir panjang. Rukia langsung tersenyum lebar sambil menepuk bahu Orihime.
"Aku menunggu kedatangamu. Ja!" Ujar Rukia lalu menarik kerah baju Ichigo pergi.
Orihime hanya bisa tertawa pelan melihat tingkah keduanya. Walau rasa cemburu selalu menyelimuti hatinya ketika Ichigo selalu akrab dengan Rukia.
"Mereka semakin akrab ya..." Ishida memecah keheningan. Orihime lantas menoleh ke arahnya.
"Yah.. begitulah.." jawab Orihime sambil berusaha melihat bayangan Rukia dan Ichigo yang kian menjauh. Sampai akhirnya tak terlihat lagi.
Ishida hanya terdiam tanpa membalas perkataan Orihime. Ia menghembuskan nafasnya pelan.
"Aku pergi dulu Orihime. Banyak tugas yang harus kulakukan." Ujar Ishida sambil memulai langkahnya pergi.
"Ya..." balas Orihime pelan.
Orihime langsung membalikkan badannya, bergegas menuju rumahnya. Ia melirik jam yang melingkar di tangannya.
'Aku belum mengangkat jemuranku!' batinnya dalam hati.
"Aku sudah melakukannya, Orihime-chaann~~~" seorang gadis berambut hijau degan dadanya yang besar tiba-tiba memeluk Orihime dari belakang.
"Nel-chan!" Orihime yang kaget akan kedatangan Nell yang tiba-tiba langsung kehilangan keseimbangan akibat pelukan Nell yang terbilang cukup berat.
"Ahahaha, kau menakutiku, Nell!" Jawab Orihime sambil menggenggam lengan Nell yang melingkar di leher Orihime.
"Diluar dugaan, ternyata, segel yang di berikan Urahara dapat berfungsi sebaik ini..." terdengar suara maskulin dari belakang Orihime. Orihime lantas menoleh.
"G..grimjow...?" Kejutan lainnya datang seraya Orihime mulai membelalakkan matanya.
"Hai, Orihime-sama." Ucap Grimjow sambil menundukkan kepalanya.
"G..Grim jow..! Panggil aku Orihime saja...!" kata Orihime gelagapan setelah tahu bahwa Grimjow memanggilnya dengan akhiran 'sama'. Terdengarlah suara tawa yang ramai dari arah atas. Orihime langsung mendongakkan kepalanya, mencoba mencari sumber suara.
Orihime hanya bisa menelan ludah mnegetahui kedelapan espada lainnya sedang berdiri di udara. Semuanya tersenyum. Dan kemudian berjalan turun mengelilingi Orihime.
"Kau tak buruk juga sebagai manusia, Orihime!" seorang laki-laki berparas cungkring langsung melingkarkan tangan kanannya di bahu Orihime. Orihime langsung kaget setengah mati.
"N..nnoitra...?"
"Hey, tubuh kecilmu tak akan bisa menghangatkannya, bodoh...! biarkan aku saja yang memeluknya!" ujar seseorang di belakang Nnoitra yang memiliki badan yang di atas rata-rata.
"Diamlah kau, yammy..." gerutu Nnoitra mendengar perkataan Yammy. Para espada lainnya hanya bisa tertawa mendengar obrolan pendek mereka.
Orihime hanya bisa menahan tawa melihat tingkah para espada. Ia hanya berfikir, bahwa menghidupkan para espada hanya akan menghidupkan sebuah pertemanan yang dingin. Namun, kelihatannya Orihime harus berfikir da kali setelah melihat kekonyolan para espada. Espada-espada yang bertekad membunuhnya beberapa pekan lalu.
"Sudah-sudah, kalian menghalangi jalan Orihime! Minggir-minggir!" ujar Nel sambil mengusir tangan Nnoitra dari bahu Orihime.
"Ayo, Orihime, aku akan membantumu memasak untuk makan malammu!" Kata Nell sambil mengedipkan mata kanannya. Espada-espada yang lain hanya busa melihatnya sambil meneteskan sweatdrop dari dahinya.
"Stark, Jangan tidur sembarangan..." ucap salah seorang Espada berambut kuning dengan ukuran dada yang hampir bahkan menyamai Nell. Siapa lagi kalau bukan Hallibel.
Namun, Stark hanya menliriknya sesaat, lalu menutup matanya kembali. Hallibel yang jengkel akan perlakuan Stark ingin segera men-cero nya, namun, sayang sekali, Yammy telah menggendongnya duluan.
Orihime langsung tertawa melihat perilaku mereka. tiba-tiba, pandangannya terfokus pada seorang Espada yang menmilih menyendiri di balik espada lainnya.
"Ulquiorra...?" Orihie memanggilnya dari kejauhan. Lantas, Ulquiorra menoleh.
"Ada apa, Onna..." tanya Ulquiorra datar merespon pertanyaan Orihime.
"Um.. tak apa..." ucap Orihime setelah menatap tatapan tajam Ulquiorra. Ia lalu menengok jam tangannya.
Jam menunjukkan bahwa hari sudah mulai petang. Orihime langsung memulai langkahnya menuju rumah.
"Ayo kita pulang..." Ucap Orihime sambi
'Sreet...!' Ulquiorra tiba-tiba bersonido tepat di depan Orihime. Namun, otak Orihime baru meresponnya setelah kepalanya menatap lurus dada Ulquiorra.
"U..ulquiorra...!" Orihime langsung blushing melihat Ulquiorra yang jaraknya begitu dekat dengannya. Apalagi di hadapan para espada ba-bi-bu lagi, Ulquiorra langsung menggendong Orihime di pundaknya.
"U..Ulqui.. Orra! A..apa yang kau lakukan...?" Tanya Orihime terbata-bata begitu menyadari bahwa Ulquiorra menggendongnya tiba-tiba. Ia langsung menutupi wajahnya yang sudah merah dengan rambutnya.
"Pulang..." jawabnya singkat. Ia lalu bersonido diikuti espada-espada lain menuju rumah Orihime.
-.o.o.o.o.o.o.o-I'm Not Alone!-o.o.o.o.o.o.-
'Tap!' tak lebih dari sepuluh detik, Ulquiorra dan Orihime telah sampai di depan rumah kecil yang sudah lama di kontrak oleh Orihime.
Orihime langsung membuka kedua matanya. Dilihatnya sebuah pintu tepat di depannya.
"Kita sudah sampai. Kau bisa turun, onna.." ujar Ulquiorra tetap dengan nada datarnya.
Orihime yang langsung menyadarinya langsung turun dari gendongannya.
"Um.. terima kasih ulquiorra..." ucap Orihime terbata-bata.
Ulquiorra langsung menatapnya sesaat, berbalik, dan langsung bersonido entah kemana. Orihime hanya bisa menghela nafas penjang.
Tak beberapa lama kemudian, para espada lain langsung bermunculan.
"Sial, cepat sekali sonido Ulquiorra..." Decak salah satu espada berambut biru itu.
"Bilang saja kalau kau iri padanya Grimmy...?" bisik Nnoitra sambil mencubit jahil pipi Grimjow.
"S..sial! jangan panggil aku Grimmy, Nnoitra!" Teriak Grimjow sambil menghantamkan cero tepat di muka Nnoitra, namun berhasil di tangkisnya. Nnoitra hanya bisa tertawa jahil sambil bersembunyi di belakang Nel. Nel hanya bisa mendengus kesal melihat tingkah kekanakan keduanya itu.
"Uhm.. Orihime? Apa yang kau bawa?" tanya Nel tiba-tiba. Orihime langsung melirik pada sebuah keranjang yang dibawa di tangan kirinya.
"Oh, ini, bahan-bahanku memasak untuk malam ini, Nel." Ucap Orihime sambil memamer-mamerkan isinya. Nel hanya bisa melihat-lihat isinya sambil ber-oh-ria.
Yammy yang melihat isi keranjang Orihime dari jauh langsung bersonido ke sebelah Orihime dan menyambar isi keranjang itu. ia langsung mengeluarkan sesuatu darisana. Ia menatapnya sebentar dan langsung memasukkan benda itu ke dalam mulitnya dan mengunyahnya dengan cepat.
"Hey! Apa yang kau lakukan!" teriak Nnoitra pada Yammy yang sudah menelan seluruh isi yang ada di mulutnya. Yammy hanya bisa bersendawa lega setelah mulutnya kosong.
"Kau mau makan benda-benda seperti ini? Manusia sungguh tak mempumyai selera..." Ujar Yammy sambil menoleh pada Orihime. Orihime hanya bisa bersweat drop mendengarnya.
"Ano, Yammy...
"Tentu sajatidak enak, Yammy. Makanan itu masih mentah..." Ucap seorang espada yang usdah berdiri di sebelah Orihime.
"U.. Ulquiorra..." Gumam Orihime yang baru menyadari kehadirannnya.
Ulquiorra menoleh pada Orihime. Menatapnya sesaat, lalu merogoh kantongnya.
"Kau melupakan ini, onna" Ucapnya datar sambil menyodorkan sebuah kunci pada Orihime. Orihime langsung menerimanya dan merogoh-rogoh tasnya. Sesuatu memang raib dari sana.
"Kau menjatuhkannya, onna" Ucapnya datar.
"Terimakasih, Ulquiorra!" ujar Orihime sambil tersenyum kepadanya. Ulquiorra hanya bisa diam, tanpa membalas senyum Orihime sekalipun.
"Bukan masalah." Jawabnya singkat, lalu bersonido lagi, entah kemana. Orihime menghela nafas panjang.
"ayo, semuanya, kita masuk..." Ucap Orihime lembut sambil membuka daun pintu yang ada di depannya.
-.o.o.o.o.o.o.o-I'm Not Alone!-o.o.o.o.o.o.-
"Itadakimasu~~~" semua penmghuni kamar itu bersorak ria sambil memegang sendok dan garpu di kedua tangannya.
Ya, hari ini, hari ini, Orihime memutuskan untuk makan malam bersama semua teman espadanya. Walaupun ruangannya terbilang cukup sempit, hal itu tak membuat suasana berubah. Suasana akan kekeluargaan yang sudah lama ak dimiliki oleh Orihime.
Dua buah meja dihimpitkan oleh Yammy. Nnoitra menutupnya dengan sebuah kain yang ia dapat entah dari mana. Grimmjow menyalakan lilin-lilin tepat di tengahnya. Nel menghiassi lilin-lilin itu dengan bunga-bunga yang ia dapat di taman dengan Orihime di taman Karakura tadi menata kursi-kursi. Stark membersihkan seluruh penjuru ruangan bersama dengan Halibel. Nnoitra mengganti lampu kamar itu dengan sebuah lampu gantung. Suasana sudah sangat mirip dengan sebuah restauran dalam ruangan itu.
"B..bagaimana rasanya, teman-teman...?" tanya Orihime terbata-bata.
Semua mengunyah, menelannya, dan diam. Orihime makin penasaran akan rasanya. Ia lalu mencicipi makanan di depannya. Enak. Namun, entah mengapa, yeman-temannya hanya diam tanpa reaksi mencicipi masakannya.
"M..makanan manusia... seperti ini...?" gumam Nel sambil menatap makanan di depannya.
"Um.. tidak enak ya...?"
"Enak." Ucap seorang espada berambut hitam yang duduk tepat di depan Orihime.
"B..benarkah...?" Ucap Orihime ragu akan pendapat Ulquiorra. Ulquiorra hanya bisa diam sambil mengunyah makanannya pelan.
"ini sama sekali berbeda dengan rasa 'roh' manusia..." Ucap Grimmjow sambil mengunyah makannannya. Orihime hanya bisa bersweat drop mendengar pendapat Grimjow.
"Ya, ini enak...!" Teriak Yammy sambil mengunyah makannya.
Orihime hanya bisa tersenyum lega mendengar pendapat pertama semua espada akan masakannya.
"Baguslah...!" seru Orihime sambil tersenyum senang. Makan malam berjalan dengan lancar.
-.o.o.o.o.o.o.o-I'm Not Alone!-o.o.o.o.o.o.-
Langit sudah gelap. Namun, bulan masih tetap memancarkan cahayanya. Jam menunjukkan pukul sembiloan malam. Rumah kontrakan gadis berambutsenja itu juga nampak sepi. hanya ia seorang diri yang terjaga di tengah espada-espada yang sudah tertidur pulas.
Satu demi satu, piring-piring yang kotor ia cuci. Walau cuciannya masih menggunung, ia masih dapat tersenyum senang. Semua memorinya tentang kakaknyy kini terbayang. Sosok yang bisa menemaninya dalam kesendirian. Walau ia telah tiada lagi.
Orihime mendongakkan kepalanya. ia menghela nafas panjang.
'Apa jalan ini benar?'
Orihime kembali melanjutkan mencuci piring yang menggunung itu.
"Orihime?" seseorang menyapa Orihime yang tengah sendiri. Orihime pun lekas menoleh.
"Nel..?" gumam Orihime melihat Nel yang kini sudah ada di sebelahnya. Nel langsung mengambil salah satu piring yang kotor dan membantu Orihime menyelesaikan pekerjaannya.
"Um.. kau tak perlu susah-susah, Nel! Aku bisa mengerjakannya sendiri..." ujar Orihime terbata-bata, mencoba tak membebani Nel. Namun, Nel hanya diam saja, melanjutkan mencuci piring yang masih kotor.
"aku tak bisa tidur, Orihime~~" desah Nel tanpa menatap Orihime.
"Terimakasih, Nel..." ucap Orihime, kembali mencuci piring-piring itu. Nel membalasnya dengan senyumnya yang mengembang.
"Orihime..." ucap Nel memecah keheningan. Orihime langsung menoleh menanggapinya.
"Ada apa, Nel..?"
"Aku ingin menanyakan sesuatu..." gumamnya pelan. Orihime langsung merubah ekspresinya, begitu membaca wajah Nel. Wajah yang serius.
"Kau mau menanyakan apa, Nel?" Ucap Orihime mencoba mencairkan suasana.
"Apa kau tak keberatan, dengan kehadiranku...?"
Orihime terdiam. Ia mencoba mencerna kata-kata Nel.
"Keberatan...?" gumam Orihime sambil menatap mata Nel penuh tanya. Nel hanya bisa menatapnya kembali.
"Kalian.. sama sekali tak menjadi 'pemberat' bagiku..." Ucap Orihime sambil kembali melanjutkan pekerjaannya. Senyum Nel perlahan-lahan mulai mengembang.
"Terimakasih, Orihime..." gumam Nel pelan.
"Kalian sama sekali tak menjadi pemberat.. Kalianlah yang membuat hidupku terasa mudah. Kalianlah yang bisa menutup kesendirianku selama ini..."
Nel hanya bisa menatap mata Orihime.
'kau adalah manusia pertama yang bisa membuatku berfikir, Orihime...'
-.o.o.o.o.o.o.o-I'm Not Alone!-o.o.o.o.o.o.-
"Selamat tidur, Nel.." bisik Orihime setelah menyelimuti Nel dengan selimutnya. Nel tersenyum singkat, lalu menutup matanya.
Orihime segera keluar dari ruangn itu, lalu menutup pintunya pelan-pelan, berharap tak ada seorangpun espada yang terbangun.
Ia lalu berjalan menuju ruang tengah. Ia hanya bisa terdiam menemukan sosok Grimjow dan Nnoitra yang sedang tidur di sofa. Ia tersenyum pelan. lalu kembali berjalan menuju kamarnya.
Orihime langsung terdiam begitu sampai di deoan daun pintu kamarnya. Samar-samar, perasaan aneh mulai muncul di benaknya.
'reiatsu ini...?'
Tanpa pikir panjang lagi, Orihime membuka pintu di depannya. Betapa kagetnya ia melihat semua yang ada di depannya.
Kamarnya benar-benar beda dari biasanya. Bersih. Tanpa satupun kotoran pun. Perabotannya tertata rapi. Kasurnya yang semula berantakan kini sangat bersih berhias pita hitam yang menggantung di setiap sudutnya, dengan beberapa helai kelopak mawar di tengah nya. Mejanya pun berhias mawar putih di vas.
Orihime hanya bisa terdiam memperhatikan kamarnya yang berubah 180 derajat. Indah. Orihime hanya bisa berkata dalam hati.
'Siapa..?'
TBC
Bagaimana fic nya?
Gj ya? -_-
Mohon di maklumi, karena ini fic saya yang pertama di fandom ini,,
Review please
