Author : Stepsss
Title : Give Us a Chance
Genre : Romance, Yuri.
Length: Chapter (maybe 3 or 4)
Main cast : TaeNy
Sub Cast: Snsd Member, F(x) Member
Warning! : The genre is Girl X Girl, dont like dont read. Please be a good reader with NO BASHING. Gomapta
Happy Reading guys...
Epilogue
Aku merindukannya, gadisku dan segala kenangan yang pernah ada bersamanya. Mengapa harus bertemu bila akhirnya akan berpisah? Mengapa harus memulai bila akhirnya akan mengakhiri? Terlalu banyak pertanyaan menyelimuti pikiranku, terlalu dini kah untuk mengenal cinta? Terlalu mudakah untuk memahami tentang cinta? Atau terlalu takut untuk menerima bahwa tidak ada kata 'selamanya' didunia ini.
NORMAL POV
"Taeng..." panggil Sica lembut pada sang Leader yang sedang asyik dengan tablet ditangannya, Taeyeon tak menjawab, hanya melihat sekilas kearah Jessica
"aku pikir pembagian jadwal belakangan ini kurang adil untukmu"
"jinjja? Aku sama sekali tidak menyadarinya"
"jelas saja kau tidak menyadarinya, kau sangat menikmatinya kan? Kau menggunakannya sebagai pengalih perhatianmu"
"mwo? Apa maksudmu?"
"tidak usah berpura-pura seperti itu kepadaku Taeng, aku mengerti keadaanmu, aku tau kejadian itu sangat-"
"kemana member lain?" tanyanya memotong perkataan Jessica, mencoba mengalihkan perhatian
"kau memang pengalih perhatian yang buruk Leader"
"kau tidak menjawab pertanyaanku" Taeyeon meneguk air mineral digelas dihadapannya, hari masih sangat dini, tapi dia sudah siap berangkat bekerja menjalani aktivitas individunya
"mereka semua masih tertidur, Yoong dan Fany tidak pulang. Yoong masih filming untuk dramanya, sementara Fany menginap dirumah temannya" Jessica memancing reaksi Taeyeon
"jinjja? Temannya siapa? Dimana rumahnya? Mengapa tidak ada yang memberitauku?"
"mengapa kau begitu khawatir?" pancingannya tepat sasaran
"aniyo, aku hanya penasaran tidak usah dijawab jika kau tidak ingin menjawabnya" nadanya ketus dan dingin, Jessica mengerutkan kening
"woooaaah kenapa kau begitu ketus? Dia hanya menginap di dorm f(x), dia merindukan mereka terutama Sully, dia ingin memanfaatkan waktu kosongnya bersama mereka. Tidakkah kau merindukan dongsaeng kesayanganmu itu juga?"
"ne" jawab Taeyeon singkat "aku berangkat dulu, ingatkan yang lain untuk sarapan, aku sudah menyiapkannya" Taeyeon bangkit berdiri tanpa memedulikan Jessica. Jessica menarik nafas dalam lalu menghembuskannya dan menggelengkan kepalanya melihat sikap Leadernya tersebut, dia tau sesuatu telah terjadi diantara mereka dan dia tau Leadernya telah kembali ke sikap dulunya, introvert.
ooooooooo
"unnie!" Sully menggoyang-goyangkan lengan Tiffany yang sedari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri
"hm?" gumamnya tanpa berusaha menoleh kearah member f(x) yang sudah dianggapnya menjadi adik kandungnya tersebut
"unnieeeee!" Sully berteriak
"ya! Jinri! Berhenti berteriak!" terdengar suara Victoria dari arah dapur, sang Leader f(x) itu tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk para member dan seorang tamu mereka. Kemarin malam Tiffany datang dengan alasan ingin menghabiskan waktu bersama member f(x) terkhusus Sully karena dia sangat merindukannya
"umma, kau tau mengapa aku berteriak? Dari tadi aku seperti duduk disebelah patung!" adu Sully kepada Victoria sambil memanyunkan bibirnya, ia melangkah kebelakang Vic dan menarik-narik kaus kebesaran yang dipakai Leadernya tersebut. Dia seperti seorang anak yang sedang mengganggu aktivitas memasak ibunya. Ya tapi memang begitulah mereka, jarak umur dengan sang Leader yang cukup jauh membuat mereka bahkan terkadang memanggil sang Leader dengan sebutan Umma
"umma, lihat! Kemarin malam patung ini mendatangi kita dengan wajah antusias dengan alasan merindukan aku, tapi sekarang dia malah mengabaikanku" tidak mendapat respon dari sang Leader, dia kembali merengek dan menarik-narik baju Victoria
"berhenti mengganggu Umma, Jinri" Luna datang dengan rambut yang masih basah, terlihat baru selesai mandi "selamat pagi Unnie" sapanya kepada Tiffany yang masih tetap terus mematung "unnie?" sapanya sambil melambaikan tangan didepan Tiffany, Tiffany tersadar kemudian memiringkan kepalanya
"umma! Bahkan Fany unnie terlihat lebih mengerikan dari sebuah patung, dia adalah patung yang bisa bergerak secara tiba-tiba!" Sully kembali mengganggu Victoria, Luna yang mengerti kemudian duduk disebelah Tiffany, menarik tangan Tiffany dan meremasnya sedikit
"wae Fany Unnie?" tanyanya lembut, Tiffany hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya
"wajahmu tidak terlihat seperti orang yang sedang baik-baik saja Unnie" Luna berusaha membuat Fany berbicara
"sudahlah kalian makan dulu, sarapan sudah siap" Victoria menghidangkan makanan diatas meja makan "Sully, panggil Amber dan Krystal"
"ne umma" Sully menuruti perkataan Victoria kemudian berjalan menuju kamar Krystal
"makanlah dulu Fany" Victoria menghampiri Tiffany, dia tau sesuatu sedang terjadi dengan sunbae yang lebih muda darinya ini
"ne Unnie" Tiffany bangkit dari sofa dan berjalan kearah meja makan, menarik sebuah kursi dan menghempaskan pantatnya disana, memandang hasil kerja Victoria. Dia sedikit tertegun dengan ketelatenan sang Leader f(x) ini saat menghidangkan makanan, rapi, bersih, dan tampilan yang menarik
"unnie, apakah di dorm SNSD juga ada yang memasak lebih hebat dari uri Victoria umma?" tanya Luna santai sambil mengambil makanannya
"tentu saja. Hyoyeon melakukannya dengan baik" tentu saja dia menghindari satu nama yang juga sebagai juru masak di dorm SNSD
"aku dengar Taeyeon Unnie adalah salah satu yang terbaik dalam hal memasak?" Sully datang dan duduk disebelah Fany, dirasakannya sebuah kaki menyundul kaki kirinya, dia melihat kedepan, memperhatikan mimik wajah sang Leader. Sepertinya dia telah membuat sebuah kesalahan dengan perkataannya barusan
"te-tentu saja dia juga adalah salah satu yang terbaik" Tiffany berkata sedikit canggung sambil menyuapkan makanannya, Victoria terlalu jeli untuk menangkap gesture tidak nyaman Tiffany saat menjawab pertanyaan Sully
"umma, aku tidak lapar aku dan Amber unnie langsung berangkat saja ne?" Krystal datang disusul dengan Amber dibelakangnya yang membawa sebuah tas besar milik Krystal
"aniyo, kau harus makan Krys" Victoria menyendokkan makanan ke piring untuk Krystal, menarik bangku disebelahnya dan menyodorkannya kepada Krystal yang sudah duduk disebelahnya
"aku menaruh ini dulu kedepan pintu" pamit Amber sambil berjalan kepintu untuk meletakkan tas besar milik Krystal
"kau mau pindah dorm?" tanya Fany heran melihat tas yang dibawa Krystal
"aniyo unnie, itu adalah baju yang sudah tidak pernah kupakai lagi, rencananya aku akan menyumbangkannya ke yayasan yatim piatu" sahut Krystal sambil dengan malas menyuapkan makanan kemulutnya
"jangan memasang tampang malas seperti itu saat makan masakan umma, Soojung" Amber mengacak rambut hitam Krystal, dia malah semakin memanyunkan bibirnya
"ya! Cepatlah habiskan makananmu sebelum kau terlambat. Aku dan Fany Unnie akan menghabiskan hari dengan berjalan-jalan sepuasnya. Selamat menikmati hari kerjamu Soojung" ledek Sully sambil menyandarkan kepalanya dibahu Fany, membuat Fany menunjukkan lengkungan di matanya
"umma! Sully menggangguku terus!" Krystal menjauhkan piringnya
"bukan alasan untuk kau tidak menghabiskan makananmu Soojung" Victoria mengambil piring Krystal kemudian menyuapi maknae grupnya tersebut. Mereka memang senang bermanja dengan sang Leader
"tak usah hiraukan dia Jungie, selesai semua urusanmu kita akan berjalan-jalan" kata Amber mencoba membela maknaenya
"jinjja?" Krystal berkata dengan mulut penuh
"ya! Habiskan dulu isi mulutmu lalu berbicara" tegur Luna. Krystal kembali memanyunkan bibirnya
"jangan melakukan itu Krys, aku tak ingin melihat Amber Unnie tidak bisa menahan diri melihatmu melakukan itu" kikikan kecil terdengar dari mulut mereka kecuali KryBer, ulah siapa lagi kalau bukan Sully
"berhentilah menggodanya jinri" Fany menepuk-nepuk punggung Sully melihat ekspresi kesal dari wajah Krystal "segera selesaikan schedule mu Soojung, kita akan membuat perjanjian untuk bertemu diluar nanti, kalian setuju?" tanya Fany memandangi Vic, Sully dan Luna bergantian, mereka menjawab dengan senyum dan anggukan
"tapi Krystal harus mentraktirku makanan baru aku mau" sambung Sully kemudian
"ya! Kenapa harus mentraktirmu makan? Kenapa tidak minta kepada Fany Unnie, bukannya dulu kau sering melakukan itu?"
"ya! Aku tidak pernah memintanya, Fany Unnie dan Taeyeon Unnie yang menawarkanku traktiran, Fany Unnie juga yang memberikanku salah satu dari kartu kreditnya untuk kugunakan belanja saat dia sedang tidak ada waktu menemani kita, benar kan Unnie?" adu Sully sambil mengeluarkan aegyonya didepan wajah Tiffany, Tiffany yang mendengar hal itu hanya tertawa sambil mengangguk-anggukkan kepalanya
"lagian kau sudah terlalu sering memuaskan hasrat makan yang dimiliki monster satu ini" tunjuknya kepada Amber, "mengapa tidak sesekali mentraktirku"
"ya! Berhenti menggoda kami jinri!" Amber melemparkan lap tangan kewajah Sully
"apa ada yang salah dari perkataanku Unnie? porsi makanmu terlalu banyak, kau memang hanya makan tiga kali sehari tapi dalam porsi yang sangat besaaaar" Sully melebarkan kedua lengannya, mengundang tawa dari semua orang
"kau sudah selesai makan Soojung? Ayo kita berangkat nanti kau akan terlambat" celetuk Amber tanpa memedulikan tingkah Sully yang terus menggodanya dan Krystal. Amber bangkit dari duduknya, membawa piring bekas makannya dan Krystal lalu membawanya kedapur
"biar aku yang mencucinya Unnie, kalian pergilah" suara Luna menghentikan gerakan tangan Amber yang hendak mencuci piring, dia berjalan lagi keluar dapur, mengambil hoodie yang diletakkannya di sandaran kursi makannya tadi lalu menyampirkannya di bahu
"come on princess" katanya sambil mengulurkan tangan kearah Krystal, Krystal memamerkan senyum manisnya, menerima uluran tangan Amber lalu bangkit berdiri
"pakai dulu hoodie mu, diluar sangat dingin" kata Victoria sambil menyodorkan hoodie milik Krystal. Krystal menurutinya, memakai hoodienya lalu kembali menggenggam tangan Amber
"kau juga harus memakai hoodie mu Unnie" kata Luna kepada Amber saat menyadari Amber belum mengenakan hoodienya
"nanti akan aku pakai dimobil" jawabnya cuek sambil menarik tangan Krystal. Tetapi Krystal menahan tangannya, Amber membalikkan badan melihat mengapa Krystal menahan tangannya. Krystal hanya memandangnya dengan tatapan Icy glare miliknya, membuat Amber sedikit bergidik
"ne, arraseo" Amber melepaskan genggaman tangannya kepada Krystal, Krystal mengambil hoodie dari bahu Amber lalu memakaikannya kepada second eldest di grup ini
"sudah kan princess? Kajja" katanya seraya merapihkan hoodie nya, kemudian menarik tangan Krystal lagi, Krystal hanya tersenyum sambil mengikuti langkah Amber
"umma, unnies kami pergi dulu ya" pamit Krystal sambil melambaikan tangannya setelah berada didepan pintu
"guys, jangan bersenang-senang tanpa kami ya. Annyeong" Amber kemudian menutup pintu
"dia sangat mirip kakaknya" Fany bergumam sambil memain-mainkan sumpit di piringnya
"nugu?" tanya Sully
"Krystal, dia sangat mirip Jessica. Tidak ada yang bisa menentangnya ketika dia mengeluarkan Icy glare nya itu, kalian tau, Yuri member yang paling tidak bisa diam dan tidak bisa dilarang saja bisa seketika tunduk kepadanya ketika dia menunjukkan wajah menyeramkannya itu" kata Fany sambil sedikit terkikik
"jinjja?" Tanya Luna antusias sambil membereskan piring dari atas meja, Tiffany mengangguk. Luna berjalan kedapur untuk mencuci piring
"aah, mungkin itu karena Yuri Unnie adalah pacar Sica Unnie makanya dia tidak ingin menolak kemauan Sica Unnie" sambung Sully
"ntahlah, tapi yang aku tau siapapun didalam dorm tidak ada yang berani membantah ketika dia mengeluarkan Icy glarenya kecuali—" Tiffany menghentikan kata-katanya
"kecuali apa Fany-aah?" Tanya Victoria sambil mengupas buah ditangannya
"ehm... kecuali T-Taeyeon. Hanya Taeyeon yang berani membantahnya" lanjutnya sambil memaksakan senyum. Menyebut nama Taeyeon saja bisa membuat jantungnya berdetak tdak karuan. Lagi-lagi Victoria menangkap gesture tidak nyaman dari Tiffany
"jinjja? Apakah karena dia seorang Leader?" kata Sully sambil mengambil potongan buah dari piring kecil didepan Victoria
"m-molla" Tiffany mengangkat bahunya, tenggorokannya terasa tercekat saat membicarakan gadis itu "mungkin karena dia begitu keras kepala" sambung Fany sambil kemudian menggigit bibirnya, dia selalu mencoba tidak memikirkan gadis itu, karena dengan dia hanya memikirkannya saja bisa membuat air matanya tumpah tak terbendung, dan dia tidak akan membiarkan itu terjadi didepan para hoobae nya
"ah, arraseo" sahut Sully sambil mengangguk-anggukkan kepalanya "Aku jadi merindukannya"
"nado" gumam Fany pelan tanpa sadar, tapi Victoria sudah mendengar gumamannya
"kau mengatakan apa Unnie?" Tanya Sully sambil menatap kearah Fany, Fanny hanya menggeleng sambil memamerkan eyesmile nya. Sedari tadi Victoria sibuk memperhatikan mimik wajah dan gerak-gerik tidak nyaman pada Tiffany
"bagaimana hubunganmu dengan Taeyeon Unnie?" celetuk Sully dengan blak-blakan "tentu baik-baik saja kan? Bodoh sekali aku mempertanyakan tentang hubungan kalian. Aku pikir cinta kalian adalah yang terbaik"
Tiffany terbatuk mendengar perkataan Sully, wajahnya sampai memerah akibat batuknya yang tidak mau berhenti, Victoria segera menyodorkan segelas air minum kearah mulut Fany, kemudian Fany meneguknya perlahan, berhenti untuk mengambil nafas. Sully dengan sabar menunggu batuk Unnie nya itu reda
"bersiap-siaplah Jinri, kita akan segera pergi" kata Victoria begitu melihat Sully akan berbicara lagi. Dia tau sesuatu sedang terjadi diantara Taeyeon dan Tiffany dan dia tau Tiffany kesini bukan untuk mengingat hal itu. Melihat Luna keluar dari dapur diapun memerintahkan Luna agar bersiap-siap. Luna dan Sully menuruti Leadernya
"aku tak tau apa yang sedang mengganggu pikiranmu, tapi jika kau membutuhkan teman untuk bercerita panggil saja aku, ne?" Victoria menggenggam lembut tangan Tiffany yang lagi-lagi kedapatan sedang termenung dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Tiffany menoleh sebentar kepada Victoria, memberikan senyuman yang menciptakan lengkungan bulan sabit pada matanya, dia menarik nafas sejenak
"mungkin aku memang membutuhkan seorang teman bicara Unnie, tapi tidak untuk sekarang. Bisa-bisa bayi raksasa itu tak berhenti mengomel karena acara hang out kita batal akibat waktu yang tersita karena sekedar bercerita denganmu" Tiffany terkikik membayangkan wajah Sully ketika sedang marah
"dia tidak mungkin begitu, kalau kau merasa tidak baik kau bisa mengatakannya padanya, dia pasti mengerti" Victoria mengelus pundak Tiffany
"aniyo Unnie, gwenchana" Tiffany mencoba memberikan senyum terbaiknya, bagaimanapun juga dia kesini bukan untuk mengingat hal yang berbau dengan Taeyeon "mungkin lain kali jika kita punya waktu berdua" sambungnya lagi
"whenever you want Fany-aah" sahut Victoria sambil mengusap kepala Tiffany, diperlakukan seperti itu membuat perasaannya membaik. Victoria memang sangat dewasa, aura keibuan yang dimilikinya membuat siapa saja yang berada didekatnya bisa merasa nyaman
"bersiap-siaplah sebelum kedua monster itu selesai" sambung Victoria sambil berdiri, Tiffany membalasnya dengan anggukan, kemudian berdiri dan menuju kamar Sully tempat dia meletakkan barang-barangnya
ooooooooo
"Im homeee" teriak Taeyeon sambil menghempaskan pantatnya disofa empuk di ruang tamu dorm, dia merampas sebungkus makanan ringan dari tangan Sooyoung yang sedang asik membaca majalah
"ya! Kembalikan makananku Kiddo!" Sooyoung yang tidak terima dengan perbuatan Taeyeon kembali merebut makanannya dari tangan sang Leader
"aiiiish jinjja. Kau pelit sekali tiang!" ledeknya kepada Sooyoung dan segera berlari kedapur sebelum shikshin di grup itu mengamuk
Taeyeon membuka kulkas, mengambil jus jeruk lalu menuangkannya kegelas, pandangannya tertuju pada lemari tinggi diatas wastafel dapur. Tentu saja setiap hari dia melihat dan membuka-tutup lemari tersebut sesuai dengan kebutuhannya. Tapi dia tidak punya cukup waktu untuk sekedar duduk diruang makan dan memandangi lemari yang menjadi saksi bisu kisah bahagianya dengan gadisnya dulu. Dilantai terlihat sebuah kursi pendek tempat biasa dia menginjakkan kakinya kalau-kalau tidak ada yang bisa dia mintai tolong untuk mengambil sesuatu dari dalam lemari tinggi tersebut.
Seketika hatinya berdesir mengingat kejadian-kejadian itu, kejadian dimana dulu selalu ada seseorang yang setia mengambilkannya sesuatu dari atas lemari, sampai kursi itu mereka simpan karena gadis itu selalu melarangnya menggunakannya.
*flashback*
"Taetae~" panggil Tiffaany manja sambil memeluk Taeyeon dari belakang
"ah, duduklah dikursimu sayang, aku sedang memasak. Aku tak mau konsentrasi ku terpecah karena kehadiranmu dan menghancurkan sarapan kita" Taeyeon mengelus tangan Fany yang dengan nyaman bertengger diperutnya, tetapi dengan cepat Tiffany menarik tangannya dan menyandarkan pinggangnya di wastafel dekat Taeyeon berdiri, kemudian dia menyedekapkan tangannya didada
"okeeeey sepertinya sekarang aku menjadi pengganggu untukmu" Tiffany memanyunkan bibirnya
"jangan begitu Miyoung-aah" Taeyeon segera menarik tangan Tiffany, tidak tega melihat gadisnya cemberut "kau tau... aku hanya... aku hanya sangat sulit memfokuskan fikiranku kepada hal lain saat kau berada didekatku" Taeyeon mengecup punggung tangan Tiffany
"so cheesy~" cibir Tiffany sambil melepaskan genggaman tangannya, menatap dalam mata Taeyeon
"aku hanya berkata yang sebenarnya, tidak percaya?"
"bagaimana jika tidak?"
"maka kau harus percaya kepadaku karena aku kekasihmu"
"jinjja... kau selalu pintar menjawab" Tiffany kembali menggoda Taeyeon dengan meletakkan dagunya dibahu Taeyeon, tangannya denga perlahan menyentuh pinggang ramping sang Leader
"itu mengapa sampai saat ini aku masih menjadi Leader soshi" sahutnya santai "Miyoung-aah, duduklah dikursi makan, aku akan menghidangkan sarapan untukmu sebentar lagi" katanya sambil kerepotan karena memasak sambil menjaga kepala Tiffany dibahunya
"aku ingin berada didekatmu" Tiffany mengecup leher Taeyeon, membuat gadis kecil itu menarik nafas dalam
"Miyoung-aah, jebal..." dia menghentikan tangannya pada aktivitas memasak, berusaha berbicara serius sambil menahan tangan Tiffany dan mengarahkan tubuhnya menghadap kekasihnya itu, kemudian menatap mata indah dihadapannya "ini masih pagi, aku tidak mau para member kelaparan karena aku menghancurkan sarapan pagi untuk mereka"
"jadi kau lebih takut dimarahi para member daripada kekasihmu sendiri? Huh?" Tiffany kembali bersedekap
"aiiiish jinjja" Taeyeon menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal "bukan seperti itu sayang aku hanya-"
Ucapannya terhenti saat Tiffany mendaratkan kecupan kilat dibibir Taeyeon, kemudian tersenyum jahil kepada kekasihnya
"aku hanya ingin sedikit menggodamu dipagi ini sayang" Tiffany sedikit terkikik saat mengatakannya
"yeah, you got it" Taeyeon kembali memfokuskan perhatiannya pada masakannya, saat dia teringat harus mengambil mangkuk dilemari atas, dia melihat kebawah untuk mencari kursi pendek yang biasa dia gunakan untuk membantu tubuhnya menjangkau sesuatu yang ingin diambilnya didalam lemari. Dia mengerutkan keningnya saat tidak mendapati bangku itu, Tiffany yang melihat kesulitan yang dialami kekasihnya hanya tersenyum geli melihat raut kebingungan diwajah gadis kecil itu. Taeyeon berusaha berjinjit untuk mengambil mangkuk tersebut tetapi malang sebagai danshin kedua di grup dia tidak bisa menjangkaunya
"memohonlah kepadaku" suara Tiffany menghentikan usaha Taeyeon
"tolong ambilkan mangkuk itu Miyoung-aah"
"aku bilang, memohon"
"aigo! Kenapa kau begitu menyebalkan pagi ini?" sahutnya dengan raut kesal
"memohon atau aku akan duduk manis dikursi makan dan membiarkanmu bersusah payah disini?" Tiffany menunjukkan raut nakal diwajahnya, Taeyeon mendenguskan nafas
"Miyoung-aah, tolong aku untuk mengambil mangkuk itu, jebaaal" Taeyeon menyatukan telapak tangan kanan dan kirinya didepan dada sambil memasang aegyo. Tiffany hanya menggelengkan kepala
"sayang, ayolah ambilkan aku mangkuk itu" lagi-lagi Tiffany menggeleng
"chagi, tolong aku ne? Jebaaal" usaha Taeyeon masih belum membuahkan hasil, Tiffany masih menggeleng
"kau lupa kalimat kuncinya" Tiffany membuang muka menghadap kearah lain
"ah, ne... arraseo" Taeyeon seperti mendapat pencerahan "Miyoung-aah, my mushroom, sweetheart, ambilkan aku mangkuk diatas itu ne?" Taeyeon mengeluarkan aegyo nya dalam bentuk bbuing-bbuing yang sangat menggemaskan saat dia mengatakan permohonannya yang kemudian meluluhkan keangkuhan Tiffany, Tiffany selalu suka saat Taeyeon menyebutnya dengan 'sweetheart'
"aaaw! Kyeopta!" kata Tiffany sambil berjinjit mengambil mangkuk yang dimaksud Taeyeon, kemudian mengecup bibir Taeyeon yang mengundang senyum manis dari Kid Leader tersebut "aegyo mu adalah yang terbaik sayang"
"jangan lupa mengembalikan bangku ku Fany-aah, aku akan kesusahan jika kau menyembunyikannya terus"
"mwo? Dari mana kau tau?"
"apa yang tidak diketaui kekasihmu yang hebat ini?" Taeyeon mematikan api pada kompornya, makanannya sudah selesai. Harum yang semerbak tercium ke seisi dapur
"aku tidak akan mengembalikannya" kata Tiffany sambil berjalan mengikuti Taeyeon ke ruang makan untuk menghidangkan masakannya
"mwo? Waeyo?"
"karena aku bisa melakukan yang lebih baik daripada yang bangku kecil itu lakukan" jawabnya cuek sambil mengambil tempat duduknya
"jadi, kau cemburu pada sebuah bangku?"
"setidaknya kau membuat bangku itu menjadi kebutuhanmu, padahal kau yang mengatakan kalau akulah kebutuhanmu yang utama"
"chagi, mengapa kau kekanak-kanakan sekali hari ini? Hm?"
"karena aku merindukanmu" jawab Tiffany cuek sambil meneguk minumnya
"nado bogoshippo Miyoung-aah" dengan posisi berdirinya Taeyeon kemudian memeluk Tiffany yang sedang terduduk, sedikit membungkukkan tubuhnya untuk menjangkau pipi gadis manis itu dan kemudian mendaratkan bibirnya disana, menjalankan ciumannya kearah bibir Tiffany sampai bibir mereka bertemu, Tiffany membalas ciuman sang Leader, merekapun terhanyut dalam ciuman kerinduan yang sudah lama tidak mereka lakukan semenjak aktivitas individu mulai merajai schedule mereka
"ya! Byuntaeng! Bisakah kau melakukannya dikamarmu saja?! Ini masih pagi!" seru Yuri yang datang dari arah ruang tamu diikuti member lain yang terkikik dibelakangnya, Taeyeon hanya mendengus kesal karena moment berharganya diganggu –lagi- oleh para membernya
*end of flash back*
Taeyeon tersenyum mengingat kejadian itu, setelah itu Tiffany tidak mengembalikan bangku yang disembunyikannya. Alasan yang terlalu kekanakan menurutnya, tapi itulah Tiffany-nya dulu, terkadang dia bisa bersikap sangat dewasa, terkadang kedewasaannya menghilang ntah kemana saat dia mulai merindukan sosok kekasihnya yang kecil ini, dia bisa lebih manja dari seorang anak kecil yang sedang sakit. Taeyeon menarik nafas dalam lalu menghembuskannya, menatap kelangit-langit berusaha tidak menumpahkan airmatanya yang sudah menumpuk di kantung matanya
"aku merindukanmu Miyoung-aah" bahunya naik turun, usahanya untuk tidak menangis gagal. Gadis itu telah menjadi segalanya untuknya, membuatnya begitu bahagia saat bersama dengannya, membuatnya merasa benar-benar jatuh cinta dan merasa dicintai, membuatnya merasakan rindu yang begitu menyakitkan ketika tidak bisa bertemu, membuatnya menemukan tempat ternyaman untuk merebahkan kepalanya yang lelah, membuatnya merasa melambung keudara saat gadis itu mengucapkan kata-kata cintanya yang memabukkan
TAEYEON POV
Bahkan kau masih membuatku merasa jatuh cinta sekalipun dalam keadaan kita yang seperti ini, Fany-aah tidakkah kau bisa melihat hatiku yang hancur? Hatiku yang sudah tak berbentuk lagi karena kenyataan ini? Fany-aah, jebal... pergilah dari pikiranku jebal Miyoung-aah...
Harus dengan cara apalagi aku mengatasi hal ini? Pergi sangat pagi dari dorm dan pulang larut malam hanya agar tidak bertemu denganmu. Aku tau rasa rindu ini begitu menyiksa perasaanku, tapi lebih tersiksa lagi jika aku bertemu denganmu dengan keadaan yang berbeda, keadaan yang tidak sesuai dengan kemauanku, keadaan yang benar-benar berubah. Kita hanya bertemu saat berpapasan, tapi disitulah aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak berlari dan memelukmu, untuk tidak melingkarkan tanganku dipinggang rampingmu dan meletakkan kepalaku dipelukanmu untuk menangis dengan nyaman disana
Kau tidak pernah tau apa yang aku rasakan setelah kejadian itu, kejadian yang merenggut bahagiaku, yang merenggut senyum tulus dari hatiku, yang merenggut Miyoung-ku dari pelukanku. Yang kau tau aku baik-baik saja, menjalani hidupku dengan biasa tanpa ada yang perlu terlalu aku pikirkan. Mungkin Jessica benar, aku adalah sang pengalih perhatian, atau seperti kata Sunny, aku adalah sang pemain peran. Yang menunjukkan senyum indah didepan semua member, menunjukkan raut baik-baik saja kepada semua orang, memberikan kepalsuan.
Aku merindukannya, sangat merindukannya. Merindukannya yang menarik tubuhku setiap malam saat dia merasakan pelukanku melonggar karena terlalu nyenyak tertidur, merindukannya membangunkanku setiap pagi dengan kecupan dipipiku dan memberikan ucapan selamat pagi dengan senyum indahnya, merindukannya mengelus kepalaku saat aku meletakkannya diatas pahanya, merindukannya memanggil namaku dengan manja, merindukannya memasakkan makanan untukku meski dia tau pada akhirnya aku hanya akan tersiksa dengan rasa dari masakannya, kau memang koki terburuk didorm ini tapi kau koki terbaik dengan cinta dimasakanmu yang kau berikan kepadaku, membuat makananmu menjadi masakan yang paling nikmat dan tiada tanding didunia.
Kepalaku terasa begitu berat sekarang ntah sudah berapa lama aku menangis sendirian disini, aku yakin Sooyoung terlalu sibuk dengan dunianya untuk sekedar mengecek keadaanku. Ntah siapa member yang berada didorm saat ini aku tidak tau. Schedule ku memang kebetulan sudah selesai, mengingat Fany sedang menghabiskan waktu bersama Sully dan member F(x) lainnya seperti yang Jessica katakan padaku tadi pagi aku pikir tidak ada salahnya aku langsung pulang dan beristirahat, memang tubuhku terasa sangta lelah belakangan ini, aku tidak mempunyai cukup waktu untuk sekedar beristirahat
Kulipat tanganku diatas meja lalu membenamkan wajahku disana, kembali semua kenangan tentangnya terlintas dalam benakku, tentang keposesifannya terhadapku yang malas melakukan exercise ke gym, tentang hangat nafasnya yang menyentuh tengkuk leherku saat dia berusaha menggodaku, tentang merdu tawanya yang terdengar saat aku berceloteh tentang hal-hal yang lucu, tentang wajah antusiasnya saat menceritakan pengalamannya hari ini kepadaku setiap malam saat kami hendak tidur, tentang perasaan lelahku yang seketika menguap pergi saat mendapatinya bersusah payah menahan kantuknya hanya agar bisa tetap terjaga dan menyambutku saat aku pulang kedorm larut malam, tentang senggukannya saat menangis dibahuku karena dia merasa bersalah telah melakukan kissing scene dalam drama musikalnya, tentang tangisnya yang pecah setiap kali aku marah dan memukul kepalan tanganku ketembok untuk melampiaskan amarahku dan otomatis membuatnya memelukku sambil mengelus kepalan tanganku, tentang wajah khawatirnya saat aku jatuh sakit dan harus masuk rumah sakit, tentang wajahnya yang kelelahan karena masalah tak hentinya menimpa kami berdua. Nafasku sampai sesak mengingatnya, ntah gumaman dari tangisanku ini akan terdengar oleh Sooyoung atau tidak aku tidak perduli lagi sekarang, yang ingin aku lakukan hanyalah membebaskan airmataku sebebas-bebasnya.
Taeyeon bbaboya! Looser! Mengapa aku menjadi seorang pecundang yang tidak bisa diandalakan? Seseorang yang tidak bisa dengan baik mempertahankan gadis yang aku cintai. Kau memang tidak pantas untukku Miyoung-aah, tidak pantas didampingi oleh orang lemah sepertiku, kau lebih baik bersama namja-namja yang mencintaimu. Aku tau kau sedang dekat dengan Nickhun 2PM. Tidak, bahkan kau sudah dekat dengannya sebelum kita putus, ingat bagaimana cemburunya aku dengan Thailand Prince yang tampan itu Fany-aah? Saat dia datang menemuimu disela-sela aktivitas grup kita, saat kau dengan santainya mengirimkan sms untuknya ketika didalam sebuah acara talk show saat MC meminta kita mengirimkan pesan kepada teman dekat dan itu menimbulkan rumor antara kau dan dia, ingatkah kau seperti apa aku saat itu? aku hampir dibutakan oleh rasa cemburuku
Miyoung-aah, sweetheart... aku merindukanmu...
