Title : Happy Life

Story by Yerseoul

Genre : Family, Hurt, Comfort, Drama

Lenght : Oneshoot

Cast :

-Sehun

-Luhan (GS)

-Baekhyun (GS)

-other

Cerita ini asli dari pikiran saya, copycat nagajuseyo!

Sehun dan Luhan yang telah berpacaran kurang lebih dua tahun memutuskan untuk menikah, tanpa halangan mereka melaksanakan pernikahan dengan suka cita dan banyak yang memberi ucapan selamat untuk mereka. Ditahun pertama mereka menikah, semua masih sama. Sehun yang selalu bermanja kepada Luhan setelah pulang kerja dan Luhan selalu menyambutnya dengan masakan ketika pulang kerja membuatnya selalu ingin cepat pulang kerja, mereka juga belum terlalu ingin mempunyai momongan. Namun, berbeda di tahun kedua. Pasangan ini memutuskan untuk menambah satu orang di keluarga kecil mereka, memang proses pembuatannya selalu berjalan lancar tetapi tidak dengan hasilnya.

"sehun…." Sehun mendongakkan kepalanya menatap sang Istri.

"negatif lagi" Luhan menunduk sedih, ini sudah ke-enam kalinya ia mendapat hasil negatif di kit kehamilan. Ia mulai menyerah sekarang.

Sehun berdiri dari kursinya dan memeluk Luhan yang terisak dibahunya, ia juga merasakan apa yang dirasakan oleh istrinya, kecewa. Tapi ia tidak bisa marah dengan istrinya karena itu bukan salah istrinya maupun dia. Yang hanya bisa ia lakukan sekarang adalah menenangkan istrinya.

"sudahlah Lu, kita tidak usah terlalu tergesah-gesah, mari nikmati saja" Sehun mengelus punggung Luhan.

"aku selalu iri dengan Xiumin dan Jongdae, mereka menikah setahun yang lalu tetapi mereka sudah mau memiliki anak kedua sedangkan kita?" Luhan berbicara dengan nada tersenggal-senggal dibahu Sehun.

"aku tahu, kita harus berusaha okay? Mungkin Tuhan belum mau memberikan kita momongan untuk sekarang" Sehun memeluk Luhan erat. Ia berharap ada keajaiban yang datang kepadanya dan Luhan.

Satu minggu setelah kejadian itu, Luhan dan Sehun kembali beraktivitas seperti biasa, diselingi oleh kegiatan ranjang yang bisa menghasilkan bayi (?). Untuk sekarang pasangan muda ini tidak terlalu gencar memiliki momongan, mereka percaya jika Tuhan sedang membuat rencana terbaik untuk mereka.

"Lu?" Sehun terbangun di tengan malam, ia melihat jam yang menunjukkan pukul setengah dua dini hari. Ia melihat disebelahnya dan tidak ada Luhan. Ia mendengar suara samar-samar dari kamar mandi dan segera bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi.

"astaga Lu!" Sehun kaget melihat istrinya membungkuk di wastafel yang sedang memuntahkan isi perutnya. Sehun langsung saja menghampiri istrinya dan memijat leher istrinya. Luhan masih saja memuntahkan isi perutnya sampai ia tidak bisa berdiri lagi, ia hampir saja terjatuh tapi segera ditangkap oleh Sehun.

"h-hey Lu, kau tidak apa-apa?" Sehun mengelus pipi istrinya yang lemas. Luhan menggelengkan kepalanya.

"mari kita ke rumah sakit sekarang juga" Sehun menggendong Luhan bridal style dan keluar kamar mandi mengambil kunci mobilnya lalu keluar dari kamar tidur menuju garasi.

Ia membuka pintu mobilnya dan membaringkan Luhan di kursi penumpang. Ia menutup pintu mobil di kursi penumpang lalu pergi membuka pintu kursi pengemudi dan masuk ke dalamnya lalu menutupnya lagi.

Sehun mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, untung saja jalanan sekarang lagi sepi jadi ia bisa mengebut agar segera sampai ke rumah sakit. Ia sangat khawatir dengan keadaan istrinya yang terbaring lemah dikursi penumpang.

Sehun menggendong istrinya masuk ke rumah sakit lalu perawat-perawat mendorong ranjang rumah sakit dan menghampiri Sehun, Sehun meletakkan Luhan diranjang lalu di dorong oleh perawat menuju UGD.

"maaf tuan Sehun tapi anda tidak masuk dulu" seorang perawat menahan Sehun agar tidak masuk ke dalam ruangan, Sehun mendesah pasrah lalu pergi duduk di kursi tunggu sambil menutup matanya.

'semoga saja Luhan tidak apa-apa' doa Sehun dalam hati.

=Happy Life=

Luhan dengan perlahan membuka matanya, kepalanya terasa seperti ditinju ke segala arah.

"se-sehun…" panggil Luhan dengan suara seraknya.

Ketika penglihatannya tidak kabur lagi sontak ia mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari suaminya.

"seh-sehun…kau dimana…" tanya Luhan sendiri. Ia berusaha untuk bangkit namun tidak bisa. Ia membutuhkan suaminya.

Seketika ia mendengar pintu terbuka dan tertutup, Luhan melihat ke samping dan menemukan suaminya.

"kau sudah bangun Lu?" Luhan hanya mengangguk

"maafkan aku meninggalkanmu sebentar, aku sarapan di kantin tadi"

"tidak apa-apa"

"apakah kau baik sekarang?"

"aku tidak terlalu baik-baik saja, kepalaku pusing sekali" Luhan mengeluh, tiba-tiba ia merasakan sebuah tangan mengusap kepalanya dengan lembut.

"istirahatlah, aku yakin saat kau bangun nanti kau merasa lebih baik" Luhan menampilkan raut cemberut.

"aku lelah tidur, kau menyuruhku tidur lagi"

"dasar rusa cerewet" Luhan menatap Sehun tajam sementara Sehun hanya terkekeh.

"cepat tidur lagi, aku tidak menerima penolakkan"

"ish! Baiklah! Aku akan tidur lagi tapi berjanjilah kepadaku saat aku bangun nanti kau ada disini" Sehun mengangguk sambil masih mengelus kepala Luhan.

Luhan langsung memejamkan matanya dan terlelap.

Sehun mendesah sedih.

Ia hanya tidak bisa bercerita kepada Luhan apa yang sudah istrinya alami selama pingsan.

[flashback]

Sehun langsung berdiri dari tempat duduknya setelah melihat dokter keluar dari ruang UGD dan menghampirinya.

"bagaimana keadaan istri saya dok?"

"saya belum bisa memastikannya tuan Sehun, tes dari laboratorium akan keluar setengah jam lagi jadi kami akan memanggil tuan jika sudah keluar. Untuk sementara kami akan menempatkan nona Luhan di ruang rawat inap."

"terima kasih banyak dokter"

"sudah menjadi kewajiban saya Tuan Sehun, saya permisi" sang dokter membungkuk singkat lalu berjala meninggalkan Sehun.

'kenapa aku mulai merasakan hal yang tidak enak' Sehun berbicara dalam hati, setelah mengetahui kata dokter tadi hatinya langsung gelisah. Sehun menepiskan itu lalu pergi menuju ruangan Luhan.

Sehun membuka pelan pintu ruangan dan melihat Luhan masih tertidur, ia mendekati ranjang Luhan dan duduk disebelah sang istri, hatinya sangat sakit melihat wajah istrinya yang sangat pucat, ingin rasanya ia yang menggantikan istrinya terbaring lemah diranjang rumah sakit.

Setengah jam berlalu, ada yang mengetuk pintu ruangan lalu membukanya. Sehun melihat ke arah pintu ada seorang perawat.

"maaf mengganggu tuan Sehun, tapi hasil tes nona Luhan sudah keluar, anda bisa langsung ke ruangan dokter Kim" Sehun mengangguk, ia berdiri dari kursinya tetapi sebelum itu ia mengecup kening Luhan, "semoga kau sudah sadar ketika aku kembali" bisik Sehun. Ia berjalan keluar dari ruangan menuju ruangan dokter Kim, dokter yang menangani Luhan.

"baiklah tuan Sehun, anda ingin mendengar kabar buruk dulu atau kabar bahagia?"

"bahagia?" Sehun ragu-ragu menjawab.

"baiklah, saya adalah tipe orang yang tidak suka berbasa-basi. Nona Luhan sedang hamil dan usia kandungannya satu minggu" Sehun membulatkan matanya, ia tidak salah dengar bukan? Luhan hamil? Hamil buah hati mereka?

"kabar buruk?"

"kandungan nona Luhan sangat lemah karena faktor rahimnya, dan jika kalian bersi keras mempertahankan kandungan nona Luhan itu akan membahayakan nyawa nona Luhan dan janinnya" raut wajah Sehun yang tadinya bahagia berubah drastis menjadi terkejut.

"ja-jadi apa solusinya?"

Sang dokter mendesah pasrah, "hanya ada satu solusi yaitu mengeluarkan janinnya dan mengangkat rahimnya"

"a-apa?! ti-tidak ada solusi selain itu? saya akan membayar berapa saja asal Luhan dan janinnya selamat"

"maafkan saya tuan Sehun tetapi hanya itu saja solusi yang bisa saya berikan" Sehun langsung berdiri dan keluar ruangan menuju toilet.

Ia menyuci mukanya dan tiba-tiba satu, dua tetes air mata terjatuh dari matanya. Ia kesal dan sedih, mengapa harus istrinya yang menerima semua cobaan pahit ini? Mengapa tidak ia saja yang menderita?. Sehun terjatuh dan menangis tersedu-sedu, ia berharap keajaiban terjadi kepada keluarga kecilnya.

Sehun keluar dari toilet dengan wajah sembab. Ia sudah memutuskan untuk menyelamatkan nyawa Luhan. Ia berjalan ke ruangan dokter Kim dan membuka pelan pintunya.

"tuan Sehun?" dokter Kim yang tadinya sedang menulis sesuatu melihat ke depan pintu yang menampakkan Sehun dengan mata sembab. Sehun berjalan pelan lalu duduk di depan dokter Kim.

"dokter Kim…."

"saya sudah memutuskan…." dengan berat hati Sehun berkata

"angkat janin dan rahim Luhan" dokter Kim terkejut, ia tidak menyangka Sehun berubah pikiran dengan cepat.

"apakah anda yakin tuan Sehun?" Sehun hanya mengangguk.

"apakah anda tidak ingin menunggu nona Luhan siuman lalu memberitahunya?" tanya dokter Kim lagi.

"saya akan memberitahunya setelah kalian mengangkat janin dan rahimnya"

"baiklah, silahkan isi formulir ini dan operasi akan dilakukan malam ini"

=Happy Life=

Sehun melihat Luhan keluar dari kamar mandi

"sehun…"

"hmm?"

"kenapa bagian bawahku terasa nyeri?" Sehun menatap Luhan membeku.

"apa yang terjadi selama aku pingsan?" tanya Luhan curiga

"a-aku.." Sehun gagap.

Luhan berjalan dan berdiri di depan Sehun dengan tatapan curiga.

"cepat beritahu aku Hun!" Luhan memaksa

"berjanji kepadaku setelah aku memberitahumu kau tidak akan marah kepadaku"

"baiklah"

Sehun menarik nafasnya.

"rahimmu diangkat bersama janinmu"

Luhan sontak memegang perutnya, ia tidak percaya jika sebelum pingsan ada kehidupan kecil di perutnya.

"a-apa?" mata Luhan berkaca-kaca, kaget apa yang dia dengar dari Sehun.

Sehun memeluk Luhan dengan erat. Takut dengan reaksi Luhan. Yang dipeluk langsung terisak.

"ja-jadi aku tidak bisa hamil lagi?"

"maafkan aku"

Luhan menangis keras, hilang harapannya menimang makhluk kecil di tangannya.

"Se-sehun" Luhan menangis terisak-isak

Sehun mendengar isakan Luhan meneteskan air matanya dengan diam. Ia benar-benar tidak sanggup mendengar tangisan pedih istrinya.

Selama dua puluh menit mereka berpelukan, Luhan sudah berhenti menangis dan hanya menatap kosong di depannya. Ia merasa sudah tidak hidup lagi.

Sehun dengan pelan melepaskan pelukannya, "hey, mari kita pulang okay?" Luhan mengangguk, dengan wajah sembab ia merapikan barang-barang yang ia bawa pulang dibantu oleh Sehun.

Disaat lagi merapikan barang-barang mereka, terdengar ketukan pintu lalu pintu dibuka. Ternyata itu adalah dokter Kim.

"selamat siang Tuan dan Nyonya Oh"

"siang" Jawab Sehun sementara Luhan hanya tersenyum.

"bagaimana kabar anda nona Luhan?"

"saya baik-baik saja"

Dokter Kim tersenyum.

"saya datang kesini hanya untuk memberikan resep obat yang harus diminum oleh nona Luhan dirumah nanti" dokter Kim memberikan secarik kertas dan diterima oleh Sehun.

"terima kasih dokter Kim"

"sama-sama, saya permisi dulu" Dokter Kim membungkuk singkat lalu keluar dari ruangan.

Luhan duduk diatas ranjang rumah sakit dengan lesu. Sehun yang sadar dengan tingkah laku Luhan , duduk di samping Luhan lalu memegang tangan kanan Luhan.

"sehun-ah… maafkan aku tidak menjadi istri yang kau impikan"

"apa maksudmu?"

"aku tidak bisa memberikanmu anak, aku merasa seperti istri yang paling tidak berguna" Luhan menetaskan air matanya lagi.

"hey….jangan berbicara seperti itu, kau adalah istri paling pengerti yang aku miliki dan tidak akan aku lepas"

"tapi Hun-"

"ssstt! Sudah jangan menangis, kita akan mencari jalan keluar secepatnya okay?" Sehun menghapus air mata Luhan lalu mengecup lama kening Luhan.

'semoga kita mendapat jalan keluar secepatnya, aku tidak ingin kehilanganmu Sehun-ah' Luhan berharap dalam hati, ia hanya takut karena gara-gara tidak bisa memberikan anak, Sehun berpaling darinya dan mencari wanita lain. Oh Luhan…. kau benar-benar meragukan cinta Sehun sekarang.

=Happy Life=

Sehun membuka pintu belakang mobil untuk mengambil barang-barang Luhan sementara Luhan berjalan menuju pintu rumahnya. Ia memasukkan kunci rumah lalu membuka pintunya dan tiba-tiba

"SURPRISE!" Luhan menutup mulutnya, kaget tentu saja. Teman-temannya memakai topi ulang tahun menyambutnya.

"aku bukan ulang tahun hari ini"

"kami tidak merayakan ulang tahunmu, kami merayakan kau sudah keluar dari rumah sakit" jawab Baekhyun

"benarkah? Kalian so sweet sekali" Luhan tersenyum, setidaknya ia masih mempunyai teman-teman yang peduli padanya.

"hmm… sekarang makan kue ini, kau kurus sekali" Kyungsoo menyerahkan piring berisi potongan kue kesukaan Luhan, Cheesecake.

"Kyungsoo? aku kira kau di jepang"

"ya aku memang di jepang tapi Baekhyun menelponku kalau kau masuk rumah sakit jadi aku langsung berangkat tadi malam"

"seharusnya kau menelpon Sehun saja untuk mengetahui kabarku tidak usah balik juga, inikan bulan madumu"

"Jongin tidak menolak"

"siapa yang-" Kyungsoo menatap suaminya, Jongin tajam.

"ya okay aku tidak menolak, aku sangattttt khawatir denganmu Lu, apalagi saat mengetahui kau- AWW!"Kyungsoo menginjak kaki Jongin

"ka-kalian tahu?" Kyungsoo, Baekhyun, Jongin, Chanyeol saling menatap.

Luhan langsung menunduk. Baekhyun langsung merangkul Luhan.

"kau tidak boleh sedih, kami selalu berada di sampingmu Lu" Luhan tersenyum.

"cepat makan Cheesecakemu rusa!" Luhan cemberut melihat Kyungsoo, ia mengambil Cheesecakenya dengan sendok lalu memakannya.

"kau yang membuat ini soo?" Kyungsoo menggeleng lalu menunjuk Baekhyun.

"aku tidak percaya kalau Baekhyun yang membuat cheesecake ini, ini sangat enak"

"yak! Rusa jelek! Kau meragukanku" Luhan mengangguk sambil mengunyah kuenya.

"aku yang membuat ini dan tanpa bantuan dari siapapun" jelas Baekhyun bangga.

"benarkah? Wah kau banyak berubah, aku masih ingat kau membuat telur mata sapi tapi tidak membuka cangkang telurnya" Baekhyun merona malu.

"terserahmu saja rusa jelek" Luhan memeletkan bibirnya mengejek Baekhyun.

"whoa kalian semua datang" ucap Sehun di depan pintu membawa tas Luhan.

"kau mempunyai supir Lu?" tanya Kyungsoo jenaka. Luhan mencubit pelan pinggang Kyungsoo.

"terserah kau saja" Sehun membawa barang-barang Luhan dan meletakkannya di ruang tamu tempat para teman Luhan berkumpul.

"kau ingin mencoba Cheesecake Hun-ah?" Sehun mengangguk, Luhan menyendokkan sedikit Cheesecake di piringnya lalu menyuapi Sehun.

"mataku jadi panas melihatnya" sindir Baekhyun berpura-pura mengipaskan matanya dengan tangan.

"sudah sudah-" Luhan memberikan piringnya ke Sehun.

"bagaimana kita memasak makan siang sekarang? Aku yakin kalian semua sudah lapar" semua teman Luhan mengangguk.

"oke, mari kita ke dapur"

=Happy Life=

Sementara Kyungsoo, Luhan, dan Baekhyun di dapur memasak, para lelaki menunggu di ruang tamu sambil mengobrol,

"bagaimana kabarmu Hun?" Chanyeol bertanya sambil mengunyah Cheesecakenya

"agak baik"

"aku tahu kau masih sedih"

"yeah…."

Setelah itu mereka hanya fokus memakan Cheesecake di piring masing-masing tanpa bersuara. Jongin yang merasakan hawa canggung tiba-tiba bertanya kepada Sehun.

"apakah kau akan meninggalkan Luhan" Sehun menatap Jongin bingung.

"maksudku... setelah kau tahu jika Luhan tidak bisa hamil, apakah kau akan meninggalkannya?" entah apa yang dipikirkan oleh Jongin sampai bertanya seperti itu kepada Sehun.

"kau gila atau apa? Tentu saja aku tidak akan meninggalkannya, tidak mempunyai anak bukan berarti kau menyerah Jongin-ah" jelas Sehun, tidak ada terbesit di pikirannya untuk meninggalkan Luhan tetapi hari ini teman dan istrinya bertanya seperti itu kepadanya.

"aku hanya memastikan saja" jawab Jongin cemberut.

"jadi Hun… kau benar-benar tidak mau mempunyai anak? Kau butuh keturunan"

"entahlah… aku hanya menunggu takdir saja"

"takdir akan datang jika kau berusaha bodoh!" Jongin mengejek Sehun.

"aku ingin bilang sesuatu kepadamu Hun tapi aku tidak yakin kau akan setuju…" Chanyeol berkata

"ada apa?"

"aku mempunyai kenalan seseorang ia mempunyai panti asuhan di pedesaan, jika kau ingin mempunyai anak kau bisa saja mengadopsi dari sana" Chanyeol mengambil dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu nama lalu memberikannya kepada Sehun.

"ini adalah nomor Hp nya, jika kau tertarik hubungi saja dia"

Sehun mengangguk, "aku akan berbicara kepada Luhan dulu"

Jongin dan Chanyeol hanya memberikan acungan jempol untuk Sehun.

Pasangan HunHan, ChanBaek, dan KaiSoo berada di meja makan menyantap makanan hasil dari tiga perempuan. Mereka menghiasi meja makan dengan mengobrol dan tertawa bercerita tentang masa-masa mereka dulu saat masih SMA dan perguruan tinggi. Luhan sesaat melupakan penderitaan yang ia alami bersama teman-temannya dan juga suaminya Sehun, ia sangat mensyukuri mempunyai teman yang peduli padanya.

ChanBaek dan KaiSoo di tempat Luhan sampai sore saja karena mereka masih mempunyai kegiatan masing-masing. Luhan memeluk Baekhyun dan Kyungsoo lalu kedua sahabatnya itu menyemangati Luhan agar terus tersenyum.

Luhan menutup pintu rumah dengan suasana hati yang bahagia.

"jangan terus tersenyum Luhan-ah, aku akan mengidap diabetes nanti" Luhan merona dengan gombal murahan dari Sehun.

"kau berisik! Aku mau mandi" Luhan mendorong Sehun menjauh lalu pergi ke kamarnya.

Sehun melihat tingkah lucu Luhan yang menggemaskan membuatnya tersenyum, ia senang melihat Luhan tersenyum terus-menerus dan dia akan mempertahankan senyuman di wajah cantik Luhan.

=Happy Life=

Sehun dan Luhan sedang bersiap-siap untuk tidur, malam ini mereka menggunakan piyama couple ber-motif bintang bedanya Luhan berwarna putih dan Sehun berwarna biru tua. Saat ini mereka sedang bersandar di kepala ranjang. Sehun tiba-tiba mengingat sesuatu.

"Luhan-ah…" Luhan yang sedang membaca majalah menengok ke arah Sehun.

"ada apa?"

"aku ingin berbicara kepadamu tapi aku harap kau tidak marah okay?" Luhan mengangguk.

"jadi… aku diberi tahu oleh Chanyeol kalau ia mempunyai kenalan yang memiliki panti asuhan di desa dan jika kita menginginkan anak… kita bisa adopsi disana" Luhan menatap Sehun lama-lama. Tak mendapat respon dari Luhan Sehun pun merengek.

"jawab aku~"

Luhan tiba-tiba tertawa, Sehun berpikir kalau istrinya ini sedang kerasukan.

"y-yak kenapa tertawa?"

"cara merengekmu sangat lucu sekali" Sehun cemberut.

"ish tidak lucu" Sehun merajuk.

Luhan gemas melihat tingkah laku suaminya sekarang,

"oke oke maafkan aku bayi besar" goda Luhan sementara Sehun menatap ke depan, masih merajuk dengan istrinya.

"kita bisa mengadopsi disana Hun-ah, kita akan cari jadwal kesana okay? Berhentilah merajuk! Kau sudah besar" Sehun melebarkan matanya terkejut setelah mendengar ucapan Luhan. Ia langsung memeluk Luhan erat sementara yang tiba-tiba dipeluk tersenyum dan memeluk balik.

"kita akan kesana hari minggu nanti" Sehun berucap dan masih memeluk Luhan.

"hhmm…." Luhan memeluk Sehun, memejamkan matanya dan menikmati pelukan suaminya.

Secara tidak langsung pasangan HunHan telah menemukan takdirnya, namun. Apakah takdir itu akan berjalan sesuai rencana?

TBC


AUTHOR NOTE :

gimana ceritanya? bagus gak? kalau kurang bagus nanti bakal aku delete aja ceritanya TT tapi aku harapnya kalian suka sih /apasih yer/ btw cerita ini aku bikin jadi twoshoot doang hehehe. btw kan tadi ada scene Luhan dirumah sakit terus dokter ngomong-ngomong gitu, please jangan bash aku kalau penyakit yang diderita Luhan gak ada atau salah atau apalah karena aku bukan dokter apalagi dokter kandungan, diriku masih SMA. sudah itu aja yang mau aku bicarain, pleaser review guys supaya aku semangat ngelanjutin ceritanya /kalo ada/