MY LOVELY SENSEI
Pair :
Levi Ackerman x Eren Jaeger (fem)
Disclaimer :
Karakter Shingeki No Kyojin milik Hajime Isayama sensei, saya hanya meminjam beberapa tokoh untuk ff abal-abal ini.
Warning! GS, TYPO, OOC.
Semoga kalian suka dengan ff ini~
.
.
.
.
Eren Jaeger, gadis berumur 17 tahun yang menyandang status sebagai siswi kelas 11 di SMA Survey Corps. Eren bukanlah murid yang aktif di sekolah, dia adalah murid yang sangat ceroboh. Sering sekali lupa dengan tugas sekolah.
Walaupun ceroboh, Eren adalah gadis yang ceria. Bahkan, saking ceria nya ia bisa menjadi gila bersama teman-temannya.
"Armin, ayo gila bersamaku." ucap Eren dengan senyum gila nya.
"Tidak, aku ingin tidur." balas Armin, gadis berambut pendek pirang yang sedang sibuk membersihkan kacamata nya.
"Ayolah, kita hanya gila sebentar sebelum pelajaran dimulai." Eren pun memaksa Armin agar gila bersamanya.
Armin pun melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda, yaitu tidur. Eren pun tidak kehabisan akal untuk mengerjai Armin. Ia tetap bersikap gila didekat Armin.
Armin Arlert, gadis berkacamata dengan rambut pendek pirangnya itu hanya mendengus pasrah. Jika Eren sudah mulai gila, sudah pasti ia akan ikut menjadi gila.
Akhirnya, dua gadis yang duduk bersama dibarisan paling belakang pun gila bersama.
Selain Armin, Eren juga senang mengerjai temannya yang bernama Sasha Braus dan Mikasa Ackerman. Mereka berempat adalah sekawan gila.
"Kim Taehyung itu punyaku, jadi jangan direbut." ucap Sasha memarahi Eren.
"Kau juga, jangan merebut Jeon Jungkook! Dia itu bias ku!" kini Eren yang memarahi Sasha.
Bisa dibilang, mereka berempat adalah Kpopers dan Otaku.
"Halah, kalian sibuk berebut bias dari tadi, kayak bias nya mau aja sama kalian." ucapan Armin kini yang membuat mereka diam seribu bahasa.
Memang miris terkadang menjadi fans yang selalu berharap bisa berjodoh dengan bias.
Mikasa hanya terkikik geli melihat wajah cengo Eren dan Sasha.
"Mau ke kantin?" ajak Mikasa.
"Mau, aku lapar." ucap Sasha bangkit dari duduknya.
"Kau memang tukang makan, dasar Monyet Lapar." ucap Eren meledek Sasha.
"Sialan kau Ren!" Sasha pun memukul punggung Eren sadis.
Di sepanjang jalan menuju kantin, mereka berempat, lebih tepatnya Eren dan Sasha yang tidak habis-habis nya ribut soal bias. Armin dan Mikasa yang mendengarnya hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Sha, lihat ke samping!" teriak Eren keras.
"Tidak mau! Sialan kau pake teriak-teriak segala!" kini Sasha menutupi wajahnya karena malu.
"Jean senpai! Dapat salam dari Sasha!" teriak Eren saat mereka berjalan melewati kelas 12-D.
"Bangsat kau Eren, akan kubalas kau." ucap Sasha lalu pergi duluan ke arah kantin.
Eren yang melihat tingkah Sasha hanya tertawa geli.
Mereka pun memesan makanan di kantin. Kantin hari ini terlihat sangat ramai, bahkan mereka sampai menunggu lama.
Setelah memesan makanan, mereka mencari tempat duduk dan makan bersama. Tentu saja, kegiatan makan mereka diiringi dengan bercandaan dan pertengkaran kecil yang dilakukan Eren dan Sasha. Mereka adalah biang ribut.
"Armin, lihat kebelakang. Ada Erwin!" ucap Eren kepada Armin.
Armin yang mendengarnya pun hanya memakan makanannya santai, padahal di dalam lubuk hatinya ia sangat berdebar-debar.
"Jangan sok tidak peduli begitu, Min. Aku tahu kau pasti berdebar-debar." goda Eren.
"Sialan kau Eren." ucap Armin singkat lalu melahap makanannya.
"Duh, Erwin terlihat semakin gagah dan tinggi loh. Tubuh nya sangat atletis." kini Sasha yang menggoda Armin.
"Punggung Erwin sangat kokoh dan lebar. Pasti sangat nyaman bersender di punggungnya." Mikasa pun menggoda Armin yang wajahnya sudah memerah malu.
Eren, Sasha, dan Mikasa pun hanya tertawa geli melihat ekspresi Armin yang menurut mereka sangat imut. Armin hanya menenggelamkan kepala nya karena malu.
"Habis ini, mau ke perpustakaan?" tawar Mikasa.
"Boleh, aku bosan didalam kelas." ucap Armin.
Setelah makan, mereka berempat pun berjalan menuju perpustakaan. Jika orang-orang biasanya menggunakan perpustakaan untuk mencari ilmu dan membaca buku, mereka berempat menggunakannya sebagai tempat bermain handphone, tidur, dan bersantai.
Karena dari awal sudah dijelaskan bahwa mereka berempat adalah sekawan gila.
"Kudengar Shingeki no Kyojin season 2 sudah ongoing, loh." ucap Armin.
"Memang, bahkan sudah sampai episode 6." ucap Mikasa.
"Astaga, aku tidak sabar untuk menontonnya." ucap Armin yang sangat antusias.
Armin Arlert, walaupun ia jarang belajar, tapi jangan pernah ragukan kemampuan otaknya. Ia adalah si ranking 1.
"Ssstt, jangan berisik. Disini perpustakaan." ucap Mike, penjaga perpustakaan.
Mereka pun terdiam, lalu melanjutkan kegiatan mereka masing-masing.
Eren yang sedang memainkan handphone nya pun tidak sengaja menginjak sebuah buku berwarna biru. Penasaran, Eren pun mengambil buku tersebut lalu membacanya.
.
.
.
.
"Yo, Levi. Kau mau kemana?" tanya Hanji Zoe, guru biologi yang paling nyentrik di sekolah.
"Perpustakaan."
"Mau ngapain?"
"Mengambil buku yang tertinggal."
"Baiklah, berhati-hatilah di jalan." ucap Hanji dramatis, seperti seorang ibu yang sedang merelakan anaknya pergi jauh.
"Cih, aku bukan anakmu." jawab Levi datar lalu pergi meninggalkan Hanji.
Levi Ackerman, pria berkacamata berusia 27 tahun, menyandang status sebagai guru sejarah di SMA Survey Corps. Memiliki wajah yang sangat tampan walaupun terlihat dingin dan tubuh yang sangat atletis seperti atlet.
Banyak para murid yang mengagumi dirinya, sosoknya yang dingin dan sangat berwibawa. Levi sendiri pun tidak terlalu suka jika menjadi pusat perhatian, ia tidak suka bersosialisasi.
"Astaga, bukankah itu Levi sensei?"
"Aaa~ dia sangat tampan!"
"Dia seperti husbando yang keluar dari dunia anime!
"Dia masih single ternyata."
Ya, seperti itulah ucapan para murid ketika melihat sosok Levi.
'Cih, dasar remaja labil.' batin Levi.
Levi pun tetap berjalan menuju perpustakaan. Sesekali ia melihat para siswi yang sedang melihatnya.
Levi pun masuk kedalam perpustakaan.
"Ada apa Levi?" tanya Mike sambil menghampiri Levi.
"Aku ingin mencari buku ku, apa kau melihatnya?" tanya Levi.
"Buku? Buku yang mana?" tanya Mike.
"Buku berwarna merah. Apa kau melihatnya?" tanya Levi.
Mike pun berpikir sejenak.
"Sepertinya aku pernah melihatnya, yang tebal bukan?" tanya Mike memastikan.
"Yap, buku itu sekarang dimana?" tanya Levi.
"Sepertinya ada di kursi yang paling pojok. Yang ada empat murid itu." ucap Mike sambil menunjuk kursi yang di duduki Eren dan kawan-kawan.
Levi yang melihat Eren sedang membaca bukunya pun langsung menghampiri kursi yang di duduki Eren.
"Sepertinya, kau sangat suka membaca buku ku." ucap Levi datar.
Eren, Armin, Sasha, dan Mikasa pun sontak melihat kearah Levi. Terutama Eren, kini tubuhnya panas dingin saat melihat tatapan tajam Levi.
"L-levi sensei?" ucap Eren gugup.
Melihat kegugupan Eren sontak membuat teman-temannya menyeringai. Mereka tahu kalau Eren sangat mengagumi sensei yang terkenal dingin ini.
"Eren sangat suka membaca, Levi sensei." ucap Sasha menyeringai kepada Eren. Eren hanya melotot kearah Sasha.
"Katanya Eren suka baca buku punya sensei." kini Armin yang mulai menggoda Eren.
"Bahkan, tadi Eren sempat ingin membawa buku itu pulang." kini Mikasa angkat bicara. Semuanya pun terkikik melihat wajah Eren yang sudah berubah menjadi merah.
'Bangsat kalian semua.' rutuk Eren dalam hati.
Levi pun hanya menatap wajah Eren datar.
"Benarkah itu, bocah?" kini Levi bertanya kepada Eren.
Eren bingung setengah hati. Ia bingung harus menjawab apa. Melihat ekspresi gugup Eren membuat Armin, Sasha, dan Mikasa menahan tawa.
Ingin sekali Eren memasukkan wajah mereka kedalam kloset sekolah yang tidak dibersihkan selama 6 bulan dan mengusap wajah mereka dengan wipol.
"I-ini b-buku p-punya s-sensei?" tanya Eren dengan gugup.
"Ya." balas Levi singkat, jelas, dan padat.
Eren pun memberikan buku tersebut kepada Levi. Ia pun keluar dari perpustakaan dengan lari terbirit-birit seperti orang yang sedang cepirit.
Kejadian tersebut pun sukses membuat Armin, Mikasa, dan Sasha tertawa terbahak-bahak.
"Hei kalian, ini di perpustakaan." ucap Levi menatap datar mereka bertiga.
Armin, Mikasa, dan Sasha pun terdiam. Levi pun keluar dari perpustakaan.
.
.
.
.
Eren yang malu pun bersembunyi di dalam toilet. Ia tidak berani bertemu dengan sensei idamannya.
'Sial, Levi sensei semakin tampan.'
Eren pun merenung di dalam toilet, jantung nya berdebar-debar sangat cepat. Sesekali ia menampar-nampar kecil pipi nya karena malu.
'Sudah, tidak usah di pikirkan.'
Eren pun memberanikan diri keluar dari toilet. Ia kembali menuju kelas sambil berlari dengan cepat.
"Eren, kau darimana saja?" tanya Mikasa saat melihat Eren kembali.
"Merenung." jawab Eren.
"Pasti di toilet." ucap Armin.
Eren tidak bisa mengelak, karena itu adalah fakta.
"Duh, yang habis bertemu dengan sensei." goda Sasha. Sial, Sasha membuat wajah Eren memerah sekarang.
Mereka berempat pun kembali bercanda seperti biasa. Sesekali Sasha menggoda Eren yang habis berbicara dengan Levi. Eren pun tersenyum sendiri.
'Bagaimana jika aku dan sensei berpacaran?'
.
.
.
.
.
TBC
Author's Note :
Halooo, saya kembali dengan membawakan ff abal-abal ini. Kisah ini sebenarnya terinspirasi dari salah satu teman saya :3 mohon maaf jika ff ini masih kurang memuaskan, karena saya tidak pandai memuaskan orang x"D /digampol/
Sekian dan terimakasih, saya dengan senang hati menerima kritik dan saran dari kalian semua. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Tuhan.
-levieren225
