Warning : Angst. Membosankan.
Disclaimer : Death Note isn't mine, I'm sure you've known it.
Note for Readers : The subtitle mean is "Prologue-Tears in the Rain"
PROLOGUE
TRÄNEN IM REGEN
Angin berhembus menerpa wajahku sementara kedua kakiku melangkah tanpa tujuan. Awan hitam menutupi langit, menahan matahari untuk menyinari dunia yang semakin busuk ini.
Kupikir aku telah menyingkirkan perasaan ini. Perasaan hampa yang membuat hatiku terasa sakit. Kupikir aku telah menyingkirkannya sejak lama. Rasa bersalah kembali menyelimutiku.
L...
Lima tahun telah berlalu sejak kematiannya – begitupun kematian Rem. Segalanya kini menjadi sangat membosankan. Tidak ada lagi ketegangan. Tidak ada lagi sesuatu yang menantang. Tidak ada lagi kesenangan.
Tidak ada lagi dirinya...
Dadaku terasa sakit ketika memikirkannya. Bayangan ketika dia jatuh ke dalam pelukanku di detik-detik kematiannya kembali menghantuiku. Dan jujur saja saat itu...
...adalah sesuatu yang sangat indah yang pernah terlihat di mataku.
Aku tidak tahu mengapa bisa begitu. Tetapi saat dia menatapku dengan matanya yang kelam, saat dia menutup matanya perlahan, saat dia menghembuskan nafas terakhirnya...
...cantik sekali.
Heh. Apa-apaan aku ini. Bisa-bisanya aku berpikir begitu pada orang yang mengancam nyawaku. Apalagi, dia lelaki.
Hanya saja... mengapa terasa menyakitkan?
Sudah lima tahun berlalu sejak itu terjadi, mengapa masih terasa sakit saat mengingatnya...?
Mengapa perasaan bersalah ini masih ada? Mengapa dia masih terus menghantui pikiranku? Mengapa hatiku terasa hampa? Dan mengapa...
...aku terus memikirkan hal ini...?
Ada banyak "mengapa" di dalam kepalaku. Kepalaku rasanya sakit. Ryuk juga pasti menganggap apa yang terjadi sekarang sangat membosankan. Tidak ada yang membuatnya tertarik lagi – kecuali apel, tentunya.
Ada pertanyaan terakhir yang terlintas di kepalaku.
Ke mana kedua kakiku akan membawaku?
Bisa kurasakan tetesan air jatuh ke wajahku, diikuti tetesan air lainnya. Hujan turun seakan ikut merasakan kegalauanku.
Hujan?
Hujan juga turun di saat itu...
'Bisa kudengar suara lonceng... benar-benar sangat keras hari ini…'
Ryuuzaki...
'Aku tidak mendengar apapun.'
Tidak...
'Begitukah? Memang keadaannya tidak memungkinkan bagimu untuk mendengarnya.'
Tidak lagi...
'Suara loceng gereja... mungkin ada pernikahan, atau...'
"TIDAAAAAAAAK!!!!!"
Tubuhku jatuh berlutut. Lumpur mewarnai celanaku. Tubuhku gemetar, nafasku berat. Tanpa melihat cermin pun aku tahu. Mataku lebar, wajahku pucat seakan melihat sesuatu yang membuatku syok.
Kenapa saat itu terlintas lagi?
Tidak!! Aku tidak menginginkannya!!
'Sejak kau lahir, pernahkah kau mengatakan hal yang jujur bahkan sekali?'
Jangan!!!
'Aku... sedih...'
Tidak!! Tidak!! Tidak!!! Jangan lagi!!
'Kau akan tahu segera...'
Kenapa kau tersenyum, Ryuuzaki!! Kau tahu kau akan mati di saat itu, kan?! Iya, kan?! Mengapa kau tersenyum!!
'Karena Light-kun... adalah teman pertamaku...'
Ryuuzaki...
L...
Air mata mengalir di pipiku, aku tahu itu. Inilah kenapa aku menyukai hujan, karena hujan bisa menutupi tangis yang sangat jarang kulakukan. Kapan terakhir kali aku menangis... aku tidak ingat...
Hanya dia, satu-satunya orang, yang bisa membuatku menangis...
Aku mengangkat kepalaku, melihat benda besi berdiri tegak tepat di depanku.
Gerbang...?
Pemakaman...
Kenapa aku kemari? Dalam hati aku bertanya-tanya, sementara tanganku memegang pagar besi untuk membantuku berdiri. Pemakaman ini... tempat di mana dia dikuburkan...
Dia dikuburkan di sini sendiri...
Aku membuka gerbang dan berjalan masuk. Makam-makam berdiri kokoh di kedua sisi jalan.
Ya, dia sendiri di sini...
Quillish Wammy, Watari, dikuburkan di tempat berbeda. Keluarganya – entah itu benar-benar keluarganya atau bukan – meminta agar tubuhnya dikuburkan di tempat kelahirannya.
Sedangkan L... tidak ada keluarga yang menjemputnya...
Dia sendirian di sini...
Kapan terakhir kali aku mengunjunginya? Dua tahun lalu? Tidak, bukan. Tiga tahun lalu, mungkin? Aku tidak tahu, dan aku tidak ingin tahu.
Hanya tinggal beberapa langkah lagi sampai aku tiba di makamnya. Samar-samar bisa kuingat nisan yang menancap di tanah pekuburannya. Kami tidak bisa memberinya nisan yang mewah, tetapi setidaknya nisan itu sangat indah...
Indah seperti dirinya...
"Ah..."
Aku tersentak kaget. Suara apa itu? siapa?
"Ugh..."
Aku melangkahkan kaki dengan cepat. Suaranya berasal dari sana. Ada apa?
Aku berhenti di depan makam yang menjadi tujuanku. Di sana... aku melihat sesuatu tergeletak di atasnya. Perlahan, aku mendekatinya. Dan bisa kulihat rambut hitam panjang menutupi tubuh yang terbalut kaus putih yang berlumur lumpur. Tubuh orang itu gemetar. Kedua lengannya menutupi wajahnya.
Apa yang dia lakukan di atas makam L?
"Hei... kau tidak apa-apa?" tanyaku sambil mengguncang-guncangkan tubuh orang itu. Dia sama sekali tidak bergerak, tubuhnya yang gemetar menjadi satu-satunya bukti bahwa dia masih hidup.
"Ukh..." Erangan terdengar darinya. Aku melihatnya menggerakkan tangannya yang menutupi wajahnya. Dia menggeser kepalanya perlahan, menoleh ke arahku.
Dan di detik itu, aku merasa seakan jantungku berhenti berdetak...
Dia... walau wajahnya lebih lembut... tetapi matanya yang hitam kelam... kantung matanya... kulitnya yang pucat... dan wajahnya... itu tidak salah lagi... ini tidak mungkin! Tidak! Aku terkesiap kaget, mataku terbelalak melihatnya, nafasku kembali berat. Ini tidak mungkin!!
Ya... tidak mungkin. Terlebih lagi, dia perempuan. Ini benar-benar mustahil. Tetapi, hal itu tidak mencegahku untuk bersuara.
"L!!!" teriakku kaget, aku langsung menutup mulutku dengan tanganku. Oh, Tuhan... tidak...
Dia memiringkan kepalanya, wajahnya terlihat polos, dia mengangkat sebelah tangannya untuk menggigit ibu jarinya. Sesuatu bergerak-gerak di belakangnya. Apa itu?
"Who are you?"
TBC...
A/N : Hehehehehe... akhirnya chapter pertama rampung juga... hehehe...
Malaikat Light : (menendang author di punggung) Hoi, Noir! Balik ke Scarlet, gih! Gerah tau ngeliat lu!
Apa-apaan, sih, lu!!
Iblis Kira : Scarlet yang ngebuat, kenapa lu yang nongol?
Abisnya gw nggak pernah kebagian tampil!!
Malaikat Light dan Iblis Kira : Resiko kepribadian ganda...
Tapi, setidaknya!! Berkat siapa dia bisa ngebuat fic humor, coba!! Terus, apa yang dia lakukan sebagai tanda terima kasih!!? Nggak ada!! Bahkan dia yang nongol di setiap author's note!! Padahal berkat gw dia bisa ngebuat "Surprise!", "L's Misery", dan fic humor lainnya. Dia itu, kan, nggak ada selera humor sama sekali!! Emo!! Bisanya ngebuat fic angsty yang bikin orang down!!
Kira dan Light : Dibilangin resiko kepribadian ganda, dudul...
Malaikat Light : Lu kepribadian sampingan, sedangkan Scarlet kepribadian utama, jelas aja pake namanya dia.
Iblis Kira : Kayak kita. Iya, nggak, Light?
Malaikat Light : Ya. Gara-gara lu, nama gw tercemar.
Kira dan Light : Karena itu... (Nendang author sekuatnya) Balik lagi jadi Scarlet, sono!! Gw ogah ngeliat tampang lu yang busuk!
Hn...
Iblis Kira : Lha, kok, elo yang nongol!
Hn...
Malaikat Light : Gw minta Scarlet!! Bukan lu, Chastity!!
Hn...
Kira dan Light : (sweatdrop) Udah, deh. Balik jadi Scarlet, gih.
Hn...
Kira dan Light : (sweatdrops nggak ketulungan)
Ah... ada apa?
Kira dan Light : (sweatdrop) DID lu kambuh.
(Cat : DID = Dissociative Identity Disorder = Split Personality = Kepribadian ganda)
Oh, begitu... maaf telah merepotkan kalian...
Kira dan Light : (sweatdrops) Nggak masalah...
Dan para pembaca sekalian, terima kasih telah repot-repot membaca fic yang jelek, payah, tidak berguna, membosankan, dan tidak berhak menerima waktu anda ini.
Kira dan Light : (dalam hati) Yang ini malah lebih parah...
Maaf bila fic ini jelek, payah, tidak berguna, membosankan.
Kira dan Light : (sweatdrops)
Tolong review fic ini, bila anda tidak keberatan.
Kira dan Light : Mendingan Lumiere yang nongol...
...
....
.....
With crimson camelia and Death Note on top,
-
Scarlet Natsume, Light, and Kira.
