Kuroko no Basuke © FUJIMAKI TADATOSHI

Our Home © Atma Venusia

Fiksi ini dibuat hanya untuk memnuhi kepuasan jiwa semata, tidak untuk mengambil keuntungan materil.


Malam awal musim semi memang lebih dingin dibandingkan dengan malam yang lain, tapi pada dasarnya itu adalah malam yang sama. Langit gelap yang kadang dihuni bulan dan bintang, lampu-lampu terang dari setiap gedung, waktunya kembali ke rumah, waktunya memberi istirahat lebih pada tubuh. Itulah malam, setidaknya bagi Izuki Shun yang malam ini lebih suka duduk di luar sambil menantikan jawaban dari pesan singkatnya pada beberapa anak yang ia kenal.

Ada hal yang selalu Izuki yakini sejak dulu; bahwa manusia bukanlah mahluk yang lemah. Mereka kuat, ia kuat, anak-anak itu pun sama kuatnya. Maka sekaras apapun mereka mengerang, selelah apapun mereka mengeluh, Izuki yakin anak-anak itu kuat. Mereka sangat kuat, di mata Izuki mereka adalah bentuk nyata kekuatan.

Tapi belakangan kekuatan-kekuatan itu mulai melemah dengan adanya keraguan pada kemampuan mereka menahan beban, dan saat ini yang bisa Izuki lakukan hanya mengingatkan mereka seberapa hebatnya mereka saat kecil dulu. Seberapa hebatnya mereka dan seberapa mengagumkannya mereka.

"Shun," Izuki menoleh. Seorang pria dengan poni panjang muncul menutupi cahaya yang menyusup keluar dari pintu dapur yang tadi dibiarkan terbuka. "Sei menelepon tadi, dia mencarimu. Katanya nomor ponselmu sibuk."

"Oh, iya, tadi Shintarou habis menelponku."

Laki-laki itu rekan kerjanya. Rekan berbaginya. Himuro Tatsuya namanya.

"Kali ini ada apa lagi?"

Izuki mengendik sesaat sebelum Himuro duduk menemaninya di bawah gelap malam itu. Ada beberapa bintang yang terlihat, bulan pun ada, tapi kabut awan membuat mereka tampak seperti ilusi cahaya dilangit malam itu. Mereka mengingatkan Izuki pada anak-anak itu sekarang.

Terselubung kabut awan. Terlihat namun tersembunyi. Bahkan yang paling terang sekalipun tampak seperti redup.

"Atsushi juga meneleponku kemarin. Dia bilang ayahnya mulai membuatnya menyicipi banyak makanan lagi, dia mulai takut tidak bisa memenuhi keinginan ayahnya."

Izuki hanya mengangguk. Cerita itu bukan hanya sekali-dua kali Izuki dengar. Sejak anak-anak itu meninggalkan Our Home sekitar tujuh tahun lalu, ketakutan mereka masih saja sama. Bahkan setelah beberapa dari mereka mendapatkan apa yang menjadi keinginan orang tua mereka, rasa takut yang sama masih menghantui mereka.

"Padahal dulu mereka sangat cerewet kalau disuruh makan sayur."

"Hah? Kenapa tiba-tiba jadi membicarakan itu?"

"Aku hanya teringat seberapa cerewetnya mereka dulu. Tapi sekarang sifat itu hilang, mereka jadi lebih pendiam."

"Ah, aku mengerti."

Iya, Izuki ingat betul kalau dulu anak-anak itu sangat cerewet. Semua hal mereka ceritakan pada Izuki, pada Himuro dan Riko. Bahkan kadang kalau hal yang mereka dapat terkesan sangat hebat mereka akan melaporkannya pada Kagetora-san, membicarakannya sampai seminggu penuh, sampai ada hal hebat lainnya. Tapi sekarang, setelah sekian waktu, sifat menggemaskan yang satu itu hilang, digantikan dengan rahasia-rahasia tentang diri mereka sekarang.

"Tatsuya, menurutmu apa mereka bahagia?"

Lawan bicaranya diam sesaat, mungkin menimbang-nimbang jawaban.

"Aku tidak tahu, tapi kuharap mereka bahagia." Anggukan lain menjadi jawaban Izuki. Toh, mereka sama-sama tidak tahu bagaimana keadaan anak-anak yang sedang mereka bicarakan sekarang ini. Berharap dan mendoakan adalah satu-satunya cara mereka beranggapan.

"Hm. Aku harap seperti itu."


Nama anak-anak itu Seijuurou, Ryouta, Tetsuya, Daiki, Shintarou, Atsushi dan Satsuki. Tujuh anak paling berharga yang pernah Izuki asuh.

Mereka datang ke Our Home ditahun yang sama dengan tahun pertama Izuki menjadi pekerja di sana. Oh, mungkin Atsushi adalah pengecualian, anak itu datang setelah Himuro Tatsuya resmi diterima dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Himuro. Tapi bagi Izuki pribadi mereka adalah yang teristimewa. Mereka yang pertama yang ingin Izuki lindungi selain kakak dan adik perempuannya di Nagoya.

Izuki ingat betul apa saja kesukaan mereka, ingat betul bagaimana tingkah mereka saat berbohong, bahkan Izuki bisa menjadwal kapan dan dimana mereka bermain dulu. Dan sayangnya itu dulu, sekarang berbeda.

Satu persatu dari mereka mulai menjauh, tidak sepenuhnya, dikatakan menghindar mungkin lebih benar. Mereka mulai menutupi cerita-cerita mereka dan membuat banyak kebohongan yang menurut Izuki itu menyakitkan untuk didengar oleh orang yang merawat meraka.

Ini mungkin berlebihan, tapi Izuki benar-benar menganggap mereka sepeti anak Izuki sendiri.

"Oh ya, kau sudah melihatnya?"

"Apa?"

"Film baru Ryouta. Apa judulnya? Mimpi Buruk?"

"Mimpi itu Buruk."

"Iya, itu maksudku."

"Belum. Minggu kemarin aku sibuk mengurus pendaftaran sekolah anak-anak."

"Kalau begitu minggu ini ayo pergi denganku." Izuki tidak mengiyakan atau menolak. Matanya masih terfokus pada layar ponsel menanti jawaban dari Tetsuya, Satsuki dan Daiki. "Katanya di film kali ini Ryouta dapat peran anak tiri, semacam cinderella, tapi ada actionnya juga. Dia makin hebat saja ya?"

"Hm. Aku tahu dia hebat."

Dari dulu Izuki tahu kalau Ryouta memang punya bakat bermain drama. Saat ada pentas di sekolahnya, dia pasti dapat peran penting dan selalu berakhir sukses, belum lagi tubuhnya yang lentur, Ryouta hampir bisa melalukan semua gerakan di pentasnya dengan aman.

Sebenarnya Satsuki dan Daiki juga bisa dikatakan baik dalam hal yang sama, tapi mereka tidak begitu tertarik, tidak seperti Ryouta. Sebaliknya, Daiki lebih memilih untuk olahraga, dia selalu menjajikan piala atau medali emas setiap kali ada festival olahraga di sekolahnya. Kalau kalah dia akan uring-uringan, menyalahkan dirinya yang kurang latihan. Bersyukur Izuki karena orang tuanya sekarang adalah atlet senior yang juga seorang pelatih Tim Basket Nasional. Setidaknya Daiki punya panutan.

Kalau Satsuki memang sudah dari awal selalu dijadikan tuan putri, jadi kalau peran yang dia dapat di drama bukan peran yang setara dengan statusnya maka dia akan mengundurkan diri. Sifat tuan putrinya itu juga yang membuatnya punya beberapa kekurangan sebagai perempuan. Dia cantik, bersih, menggemaskan, tapi tidak bisa masak. Atsushi yang notabennya suka makan bahkan lebih memilih puasa dari pada harus makan masakan Satsuki. Bersyukur juga Izuki karena keluarga Satsuki sekarang adalah keluarga yang bisa tetap membuatnya menjadi tuan putri.

Walau tidak sehebat keluarga yang menganggkat Seijuurou, setidaknya Satsuki tetap akan menjadi tuan putri dalam keluarganya sekarang.

Omong-omong tentang Seijuurou, anak yang selalu menjadi ketua atau pemimpin itu sekarang ada di keluarga hebat, salah satu keluarga terkaya di Jepang. Punya nama di Asia dan kancah internasional. Dia sudah dipastikan akan menjadi pewaris tunggal keluarga Akashi, meneruskan semua usaha kakek dan ayahnya.

Ryouta sendiri sudah terlihat sekarang, dia sudah mencapai mimpinya. Berkat keluarga barunya, ia bisa dengan mudah melewati jalan menuju mimpinya. Ayah seorang sutradra dan produser, ibunya adalah artis senior sekaligus musisi, dua kakak perempuannya kini bahkan sudah membentuk dua dan merangkap menjadi model atau sesekali ikut main film.

"Atsushi baik, kan?"

"Mungkin."

Izuki menoleh. Menuntut penjelasan dari jawaban Himuro barusan.

"Belakangan aku merasa suaranya jadi semakin lesu. Dia memang biasa mengeluh tentang ayahnya, dan tuntutan untuk menjadi koki penerus restoran ayahnya, tapi belakangan jadi sedikit berbeda. Aku harus katakan gimana ya? ... kehilangan motivasi? Ah, intinya dia tidak sedang bersemangat, belakangan ini."

Padalah mimpinya adalah menjadi koki hebat, tapi sekarang dia sendiri yang tidak bersemangat. Jadi kalau Izuki khawatir itu wajar bukan? Anak itu harusnya sangat senang ada orang tua yang terus menduku mimpinya.

Shintarou dan Tetsuya yang dulunya tidak tahu ingin jadi apa bahkan sekarang sudah menentukan cita-cita mereka. Shintarou ingin menjadi dokter seperti kedua orang tuanya sekarang, sedang Tetsuya ingin menjadi guru seperti pamannya.

Tapi Izuki mengakui kalau Shintarou dan Tetsuya adalah dua anak yang sedikit kurang beruntung. Mereka mendapatkan keluarga baru yang baik dan perduli pada masa depan keduanya, tapi...

"Shintarou mengatakan apa tadi?"

"Tidak banyak. Dia hanya bilang sudah dua minggu dia tidak melihat ayah dan ibunya, lalu bilang ingin main, tapi karena Kazu dia jadi dapat hukuman tambahan, jadi tidak bisa pergi dari rumah sama sekali, kecuali untuk les dan sekolah."

"Orang tuanya masih saja keras."

"Mungkin karena sekarang tahun terakhir, jadi orang tuanya ingin dia lebih giat."

"Aku kagum kau masih bisa berpikir positif disaat kau sangat mengkhawatirakan kehidupan mereka belakangan ini."

Izuki hanya bisa mengulas senyum.

Sejujurnya jawaban tadi juga ia tujukan untuk dirinya sendiri. Ia ingin meyakinkan dirinya kalau Shintarou baik-baik saja, hanya kekurangan waktu untuk bertemu dengan ayah dan ibunya. Memikirkan Shintarou yang kesepian rasanya sedikit menyakitkan untuk Izuki, salah-salah nanti dia mendatangi Shintarou dan malah menimbulkan masalah untukanak itu. Izuki tidak mau sampai seperti itu.

"Ayo masuk."

Saat berdiri, poselnya bergetar. Gerakan Izuki tertunda untuk membaca satu pesan dari anak yang belakangan surit sekali dihubingi.

Aku baik-baik saja, Shun-nii. Ayah dan Papi juga baik. Oh ya, aku pindah sekolah lagi. Kali ini aku akan pastikan untuk betah. Shun-nii tidak perlu khawatir, aku sudah besar. Tahun depan aku masuk SMA tahu? (·_·)

Izuki mengulas senyum. Dia lega akhirnya Tetsuya membalas pesannya. Walau ada sedikit perasaan mengganjal, tapi tahu dia masih mau menghubunginya, membuat Izuki merasa lebih baik.

"Siapa?"

"Tetsuya."

"Apa katanya?"

"Dia pindah sekolah lagi."

"Lagi?" Izuki mengangguk. "Sudah berapa kali? Benar dia baik-baik saja? Aku takut dia tertekan."

"Dia bilang dia baik-baik saja. Itu lebih dari cukup untukku."

Bohong. Izuki tahu kalau Himuro tahu ia berbohong. Diantara yang lain, Tetsuya adalah yang paling membuat Izuki khawatir. Orang tuanya sekarang memang baik, dia pasti mendapat kasih sayang yang cukup, kebutuhannya juga pasti terpenuhi, tapi masalahnya adalah mentalnya, kepercayaandirinya.

Dia satu-satunya yang diangkat oleh pasangan Gay. Tidak ada ibu, yang dia punya hanya Ayah dan Papi.

Dulu Izuki hampir bertengkar dengan Kagetora-san karena tidak ingin Tetsuya diangkat oleh pasangan sejenis itu, tapi akhirnya Izuki mengalah dengan sederet peringatan yang Izuki sampaikan langsung pada pasangan itu. Mengingat Tetsuya termasuk anak yang lemah, Izuki ingin pasangan itu menjanjikan segala hal yang Tetsuya butuhkan, Izuki ingin Tetsuya-nya hidup dengan baik. Tapi tetap saja, keresahan Izuki tidak bisa hilang.

Bocah tujuh tahun yang pergi dengan sepasang Gay itu kini sudah beranjak dewasa, tahun depan dia akan memasuki SMA dan itu artinya beban moralnya jadi semakin berat. Semakin dewasa ia maka semakin ia paham sebarapa buruknya pasangan Gay di mata banyak orang. Tetsuya mungkin tidak akan mempermasalahkan itu pada orangtuanya, tapi Izuki yakin anak itu menanggung banyak hal karena orangtuanya.

Ah, sebanarnya dulu ada niatan Izuki ingin mengambil Tetsuya dari pasangan itu, tapi karena kawan lamanya yang kebetulan adalah adik sepupu ayah angkat Tetsuya niat itu Izuki urungkan. Mayuzumi Chihiro, paman yang Tetsuya idolakan, menjajikan kehidupan bahagia untuk Tetsuya. Pria yang sangat mirip dengan Tetsuya itu meminta Izuki untuk mempercayai saudaranya, mempercayakan Tetsuya pada orangtua angkatnya sekarang.

Dan tidak ada hal yang bisa Izuki lakukan selain mengiyakan permintaan Mayuzumi kala itu.


"Dengar kalian harus bersikap baik. Jangan sampai Kagetora-san marah."

"Memangnya mau ada acara apa, sih? Kenapa kami didandani seperti ini?"

"Ryouta jangan buka kancingnya! Daiki juga! Aduh, kalian ini kenapa, sih? Sekali-kali menurutlah padaku, untuk yang terakhir kalinya, aku mohon menurut ya?" Izuki terpaksa memasang lagi kancing baju Ryouta dan Daiki.

Setelahnya ia mengikatkan pita pada rambut Satsuki yang asik dengan boneka barbie baru miliknya. Tetsuya, Seijuurou dan Shintarou memang sudah dari sananya penurut, jadi Izuki tidak terlalu pusing. Syukur juga kemarin Atsushi habis cabut gigi, anak itu jadi tidak begitu banyak makan jajanan.

"Shun, kau belum menjawab pertanyaan Ryouta." Daiki menegurnya setelah selesai memasang kancing bajunya. Dia menghadang Izuki sambil bertolak pinggang, meniru gaya salah satu tokoh pahlawan di kartun hari minggu yang meraka tonton.

"Hari ini akan ada orang-orang yang datang untuk mengajak kalian menjadi anak mereka. Makanya aku bilang kalian harus terlihat baik. Kalau nakal tidak akan ada yang mau mengajak kalian, tahu?"

Tiba-tiba suasana menjadi hening. Anak-anak itu saling tatap dan kembali pada Izuki.

"Artinya kami akan pergi dari sini?" Seijuurou yang bertanya.

Izuki mengangguk.

Awalnya Izuki pikir mereka akan senang. Mendapatkan keluarga baru yang akan memberi mereka kasih sayang harusnya cukup untuk membuat mereka berteriak girang dan menjadi semakin liar karena tidak sabaran. Lebih heboh dari saat Izuki bilang kalau mereka akan jalan-jalan membeli baju baru. Tapi nyatanya yang Izuki lihat dari mereka justru kebingungan. Mereka terlihat ragu, takut, Ryouta bahkan sudah menangis sesegukan sambil memeluk Daiki yang berdiri mematung menatap Izuki.

"Hei, kenapa diam? Ryouta juga kenapa malah menangis?"

Begitu Izuki berjongkok mereka langsung mengepungnya. Ryouta dan Satsuki memeluknya. Merengek bilang ingin tetap dengan Izuki.

"Hei-hei, dengarkan aku." Disapunya air mata Ryouta dan Satsuki bergantian. Matanya mengarah pada yang lain, mengharap meraka ikut mendengarkan. "Kalian harusnya senang. Kalian akan punya ayah dan ibu seperti yang kalian inginkan selama ini."

"Tapi kami tidak akan bertemu denganmu lagi, Shun." Daiki tampak marah. Kini gantian Izuki menatap anak dengan kulit gelap satu itu. "Aku baru tahu kalau kau sebegitu sayangnya padaku, padahal selama ini kau yang paling susah untuk aku atur."

Dia melengos. Telihat benar-benar kesal ... atau sedih.

"Aku bukannya sayang padamu, tapi aku rasa menyusahkan Shun-nii saja sudah cukup. Aku tidak mau menyusahkan orang lain lagi."

Sedikit tercekak, Izuki memaksa senyum pada Shintarou yang menunduk setelah mengatakan itu.

"Kalau karena aku banyak makan, aku akan mengurangi makanku, tapi jangan suruh aku pergi. Aku ingin tetap disini dengan Tatsuya dan Shun." Kali ini giliran si bongsor Atsushi.

"Kau dengar? Mereka tidak ingin pergi, aku dan Tetsuya juga tidak ingin pergi, Shun."

"Tapi akan lebih baik jika kalian punya keluarga. Kalian punya ayah dan ibu, jadi kalian tidak akan bingung harus menulis apa di laporan liburan kalian. Jalan-jalan, pergi melihat lumba-lumba, semuanya akan kalian lakukan dengan ayah dan ibu kalian."

"Aku lebih suka pergi dengan Shun-nii." Tetsuya menimpali, disambut dengan anggukan yang lainnya.

Izuki jadi semakin sulit. Tatsuya yang harusnya membantu ia juga tidak ada, sibuk membantu di tempat lain.

Tapi mata-mata penuh harap itu tidak bisa ia abaikan.

"Makanya aku bilang, dengarkan aku." Mereka tidak bersuara, tapi mereka mendengarkan. "Kalian masih bisa main kesini, aku akan menunggu kalian, aku janji. Tapi punya keluarga itu jauh lebih baik dari pada tinggak di Our Home, dengan keluarga kalian bisa jadi lebih baik. Kalian akan lebih bahagia, percaya padaku."

Mereka benar-benar tidak mengatakan apapun.

"Ayo sekarang kita keluar, sepertinya orang-orang sudah datang. Ingat, kalian harus jadi anak baik atau aku akan sangat kecewa pada kalian."

Mereka masih diam.

"Ayolah, aku juga sedih, tapi aku ingin kalian bahagia."

"Bahagianya kami itu disini!"

"Tidak lagi, Daiki. Kalian akan lebih bahagia nanti." Izuki berdiri menuntun tangan Ryouta dan Satsuki yang masih saja sesegukan menahan tangi. "Ayo. Aku akan antar kalian sampai depan."


Kalau boleh jujur waktu itu Izuki sedikit tidak rela. Tapi apa yang bisa seorang pengurus lakukan? Semua orang juga tahu kalau keluarga adalah yang terbaik untuk anak-anak yang pernah dibuang orang tuanya atau langsung ditinggalkan setelah dilahirkan.

Yang bisa Izuki lakukan untuk mereka hanya berharap dan mendoakan kebahagiaan mereka dengan keluarga baru mereka.


Hohoho~ aku datang lagi dengan FF baru. Padalah masih punya tanggungan yang lain, kali ini aku bakal rajin (walau nggak tau seberapa cepet bisa update), yang lain juga bakal aku update juga.

Sekian, aku pamit~~