Embrace the Chord [REMAKE]

Original version by Shanty Agatha

KOOKMIN

Cast

Jeon Jungkook

Park Jimin

BTS's Member

Warning: GENDERSWITCH!

.

.

.

-HAPPY READING-


PROLOGUE

.

.

.

Perempuan itu racun. Perempuan itu jahat. Mungkin mereka tampak cantik dan lembut di luar, tetapi siapa yang tahu betapa kejinya jiwa yang tertanam di sana.

Itulah yang tertanam di benaknya, di hari itu, hari yang dingin dan berkabut, ketika eommanya membangunkannya di dini hari. Waktu itu dia masih menghabiskan malam-malamnya dengan menangis, menangis karena sudah hampir dua minggu dia dipisahkan dari adik kesayangannya, dari ayahnya yang lembut dan baik hati.

Sekarang dia terpaksa tinggal bersama eommanya, yang membawanya pergi begitu saja dari rumah dan kemudian tinggal di rumah teman laki-lakinya.

Meskipun dia masih kecil, tetapi dia bisa membaca kalau pria itu bukan hanya sekedar teman bagi eommanya. Eommanya memeluk pria kaya itu dengan mesra, membiarkannya mencium pipinya di depan umum. Dan eommanya tidur di kamar pria itu, sementara dia ditempatkan di sebuah kamar yang dingin dan sepi, sendirian.

Dia masih kecil. Tapi dia sudah tahu pasti kalau eommanya tidak mencintainya. Perempuan itu merenggutnya dan membawanya, bukan karena menginginkannya tetapi lebih karena ingin menyakiti appanya. Dengan tega eommanya memisahkan dia dari orang-orang yang disayanginya. Dia benci eommanya, benci sekali!

Masih dini hari ketika eommanya membangunkannya, jemarinya yang lentik dengan pewarna kuku merah menyala, menyentuh pundak kecilnya, mengguncangnya terburu-buru,

"Bangun, bangun, kau harus segera bangun, eomma akan mengantarmu."

Dia terbangun, mengucek matanya bingung,

"Kita mau kemana eomma?" suaranya yang mungil dan lemah masih serak, matanya susah dibuka karena sembab, menangis semalaman.

"eomma akan mengantarmu. Kau tahu, eomma ada pekerjaan di luar negeri dan ibu tidak bisa membawamu, jadi eomma akan menitipkanmu sementara di rumah teman eomma."

Dia langsung duduk, masih kebingungan, dan hanya menurut ketika eommanya mengantarkannya ke kamar mandi, menyuruhnya mencuci muka. Ketika dia keluar dari kamar mandi, eommanya sudah mengatur pakaiannya ke tas ransel kecilnya yang selalu dibawanya kemana-mana.

"Bawa biolamu sendiri, ayo kita berangkat." eommanya membawa tas ranselnya keluar, sementara dia terburu-buru mengikuti, sambil meraih tas berisi biola berat dan besar berwarna merah gelap. Biola ini milik appanya, seorang pemain biola terkenal yang karena suatu hal, tidak bisa bermain biola lagi. Itulah yang menjadi penyebab perpisahan appa dan eommanya, yang menyebabkan eommanya meninggalkan appanya dan keluarga mereka tercerai berai.

Tetapi bagaimanapun juga, biola itu adalah hartanya yang paling berharga. Milik appanya, appanya yang baik dengan jemarinya yang besar yang selalu mengusap kepala kecilnya, appanya yang dengan senyum lembutnya selalu memeluknya dengan sayang, menaikkan dirinya kepangkuannya setelah sesi-sesi berlatih biola bersama yang menyenangkan. Seandainya dia bisa memilih, dia ingin bersama appanya. Dia tahu appanya punya cinta yang tulus, dia tahu appanya benar-benar menginginkannya.

Sayangnya, dia hanyalah anak kecil yang harus tunduk kepada keputusan orang-orang yang lebih tua, karena dia masih tidak punya daya apa-apa.

Dia memeluk biola itu erat-erat dan kemudian mengikuti eommanya yang sudah melangkah keluar rumah, di sana sebuah mobil sudah menunggu, eommanya masuk lebih dulu ke dalam mobil, dan dia tak punya pilihan lain selain mengikuti eommanya masuk ke dalam mobil.

.

.

.

.

.

Mobil itupun melaju membelah jalan, dan mereka melewatkannya dalam keheningan. eommanya terdiam menatap lurus ke depan, sementara dia duduk di ujung terjauh di kursi, menatap kosong ke arah jendela, dan bertanya-tanya dimanakah appa dan adiknya sekarang? Apakah mereka baik-baik saja? Apakah dia bisa menemui mereka lagi?

Mobil itu memasuki pintu gerbang putih di sebuah rumah yang sangat indah. Eommanya turun lebih dahulu dan membiarkan dia mengikutinya. Pintu rumah terbuka, dan sepasang suami isteri setengah baya membuka pintu. Sepertinya mereka adalah salah satu teman eommanya, karena mereka langsung tersenyum ketika melihat eommanya.

Dia dan eommanya lalu dipersilahkan masuk, dan duduk di ruang tamu yang sangat megah. Suami isteri itu menatapnya dengan lembut, dan si isteri mendekatinya dan mengenalkan diri,

"Kenalkan, aku Jeon Jihyun kau bisa memanggilku Jihyun eomma, semoga kau senang di sini ya nak." Jemari mungilnya yang begitu lembut mengelus kepalanya, membuatnya teringat kepada appanya. Seketika itu juga dia tahu, bahwa perempuan setengah baya di depannya ini baik hati dan tulus. Dia akan diperlakukan dengan baik ketika tinggal di sini - sampai eommanya menjemputnya lagi.

Lalu dia disuruh ke ruangan lain sementara para orang dewasa bercakap-cakap, seorang pelayan yang baik hati membawanya ke ruang bermain di sebelah ruang tamu, di sana ada banyak sekali mainan yang sepertinya masih baru, beberapa bahkan masih terbungkus plastik. Pelayan itu sudah menyiapkan segelas susu putih hangat dan sepiring kue cokelat yang menggiurkan, dan dengan sayang menyuruhnya bermain sesukanya.

Tetapi tentu saja dia tidak berani. Mainan-mainan itu tampaknya masih baru, dan tentunya ada yang punya bukan? Mungkin saja pemiliknya adalah anak dari pasangan suami isteri setengah baya yang baik hati itu. Dia takut merusakkan mainan itu dan dimarahi.

Dia duduk dikursi kecil yang disediakan, dan meminum susunya dengan haus, ternyata dia lapar. Semalam dia tidak bisa menelan makanannya karena menahan rasa ingin menangis akibat kerinduannya pada appa dan adiknya, sekarang perutnya menagih minta makan. Dia juga memakan sepotong kue manis yang sangat enak itu.

Setelah menghabiskan satu potong kue dan meneguk sisa susu hangatnya, tiba-tiba dia mendengar deru mobil melaju meninggalkan rumah itu.

Apakah itu mobil eommanya? Apakah eommanya telah pergi? Kenapa eommanya tidak berpamitan kepadanya?

Dia langsung berlari keluar, dan menubruk Jihyun, perempuan setengah baya yang meminta dipanggil eomma. Jihyun setengah berlutut, lalu memeluknya dengan mata berkaca-kaca entah kenapa, perempuan itu lalu mengusap rambutnya dengan sayang,

"Eommamu sudah pergi dia begitu terburu-buru dan tidak sempat berpamitan, tidak apa-apa ya nak, mulai sekarang kau tinggal di sini ya...kami semua akan merawatmu dengan baik, kau jangan sedih." Jihyun kemudian menggandeng tangan mungilnya dengan lembut, "Kemari sayang, biar kutunjukkan kamarmu." Sebelum pergi, mata Jihyun melirik ke arah mainan-mainan di ruang bermain itu yang tidak disentuh olehnya dan tersenyum lembut, "Jangan takut memainkan semuanya, semua itu baru dan dibeli khusus untukmu, semua itu milikmu."

Dia lalu di antar ke sebuah kamar yang begitu indah. Kamar khusus anak-anak, yang sepertinya baru dicat dan di dekor ulang. Dindingnya biru dengan pola pesawat yang indah, tempat tidurnya juga bersprei biru muda, berbagai mainan juga ada di sana, seolah-olah menjaga agar dia tidak kesepian.

"Istirahatlah di sini dulu sayang, nanti kalau sarapan sudah siap, eomma akan memanggilmu." Jihyun menyebut dirinya sendiri sebagai eomma, berbisik lembut dan membantunya naik ke ranjang, dia memang masih mengantuk akibat terlalu dini dibangunkan oleh eommanya tadi.

Jihyun menyelimutinya dengan selimut tebal, kemudian mengecup dahinya lembut sebelum pergi. Setelah Jihyun keluar dan menutup pintu di belakangnya, dia merasakan ada yang basah di dahinya. Air mata? Kenapa Jihyun menangis?

Karena penasaran, dia bangun lagi dan turun dari ranjang, mencoba mengintip keluar. Di sana dilihatnya Jihyun menangis sesenggukan di pelukan suaminya.

"Sudahlah Jihyun, jangan terbawa perasaanmu, nanti anak itu melihatnya dan kebingungan." suaminya, lelaki setengah baya yang berwajah lembut tampak menghibur Jihyun.

"Tapi aku sedih sekali tiap melihatnya, anak sebaik dan setampan itu, dibuang begitu saja oleh eommanya hanya demi segepok uang untuk membiayai kehidupan berfoya-foyanya di luar negeri. Dia sungguh eomma yang jahat." Jihyun mengusap air matanya, tampak begitu sedih.

"Tapi kau sekarang yang menjadi eommanya, Jihyun. Eomma kandungnya sudah menyerahkan anak itu, dan dia sama sekali tidak berniat kembali. Anak itu memang anak yang malang, tetapi dengan kasih sayang kita, dia akan baik-baik saja. Kita akan menyayanginya, dan membuatnya melupakan eommanya."

Dia yang masih mengintip di ujung pintu kamarnya terpaku, membeku mendengar percakapan itu. Dia memang masih kecil, tetapi sedikit banyak dia mengerti.

Eommanya telah meninggalkannya di sini, bukan menitipkannya untuk menjemputnya dikemudian hari, tetapi menjualnya. Ya eommanya telah membuangnya, menjualnya untuk segepok uang.

Air matanya meleleh, dan dia berlari naik ke ranjang, menangis sesenggukan sampai matanya perih, Dia ingin bersama appanya, dia ingin bersama adiknya.

Kalau memang eommanya mau membuangnya, kenapa dia tidak ditinggalkan saja bersama appa dan adiknya?

Eommanya memang jahat. Eommanya tidak punya hati, menyakiti appanya, menyakiti adiknya, menyakiti dirinya. Mungkin semua perempuan berjiwa jahat seperti eommanya.

Semua perempuan memang jahat!

Dan lama kelamaan, karena terlalu lelah menangis, dia tertidur, tubuh kecilnya tengkurap di atas ranjang itu, dengan pipi penuh bekas air mata.

Sampai kemudian sebuah jemari lembut membelai rambutnya, dan membuainya ke dalam pelukan. Dia terbangun, dan menyadari tubuh mungilnya ada di pelukan Jihyun.

"Tidurlah dengan tenang sayang, kau aman di sini bersama kami. Aku menyayangimu anakku." lalu Jihyun bersenandung lagu nina bobo.

Dia memejamkan lagi, mata merasa tenang, sebelum terlelap jauh, dia berpikir bahwa mungkin Jihyun termasuk perempuan yang tidak jahat. Dia merasa bisa mempercayainya. Mulai sekarang, Jihyun adalah mamanya. Dia akan melupakan eomma kandungnya, perempuan jahat yang membuangnya tanpa hati.

Tetapi ternyata cinta Jihyun tetap tidak bisa menyembuhkan kepedihannya, sampai dewasa, dia masih menyimpan luka itu...

Luka yang menciptakan kebencian mendalam kepada mahluk yang bernama 'perempuan'

TBC


Nb: hai ini pertama kalinya saya datang membawa ff hasil remake novel karya kak Shanty Agatha. Bagi yang ingin membaca versi aslinya dapat mengunjungi blog/wattpad kak Shanty.

Mind to Review? ^^