EVIL

.

.

.

.

.

"Kookie.. Bangun sayang..." suara itu mengalun begitu lembut, membelai sang anak yg sedang tertidur pulas.

Mentari sudah memancarkan cahaya kebesaran yg ia miliki. Menerangi jiwa-jiwa yg sebelumnya dipeluk oleh gelapnya malam. Tapi tidak dengan namja 18 tahun yg masih bergelung di dalam selimut yg masih ingin menikmati pelukan malam.

"Jeon Jungkook. Kalau kau tak bangun dalam hitungan ke tiga maka tak ada sarapan, makan siang, dan makan malam untukmu hari ini."

Namja yg mencoba membangunkan sosok yg bergelung dalam selimut itu mulai kesal.

"Jeon Jungkook." Panggilnya kesal.

"Satu. Cepat bangun."

"Dua. Aku serius kau tidak akan dapat makan dan uang jajan."

"Ti..." "Ampun Eomma.. Ampun.. aku bangun..aku bangun..." Namja muda itu duduk tiba2 dengan mata yang dipaksa dibukanya dan dengan cengiran manis setengah mengantuknya.

Yang tua hanya bisa gemas dan mengacak surai coklat tua yang muda, "Cepat cuci muka, gosok gigi, dan turun. Hyung-hyungmu sudah menunggu di bawah."

Di ruang makan

"Kookie. Appa dan Eomma akan pergi nanti malam ke Jepang dan kami akan di sana dua minggu mengurus proyek di sana. Jimin dan Yoongi akan berangakat ke LA untuk bulan madu siang ini. Kau mau tinggal di rumah atau mau ke Hoseok Auntie??" Seokjin mengusap lembut rambut anak terkecilnya itu.

Jungkook hanya bisa menghela nafas, "Kalian semua pergi bulan madu dan aku harus jadi obat nyamuk di rumah Hoseok Auntie. Hisshhhh aku lebih memilih di rumah." Kesal Jungkook sambil melahap pancake kejunya. Kini dia sangat sedih dan merasa kesal secara bersamaan. Heol.. rumahnya tak bisa dibilang kecil kalau dia ditinggal sendirian. Apalagi taman satu hektar keluarganya membuat dia seperti di daerah terpencil sendirian minus para maid.

"Uluh uluh... cup cup cup adikku sayang. Nanti Jiminie Hyung belikan oleh2 yang banyak untukmu." Kata namja di sebrang meja dengan pose menguyel-uyel gemas ke arah adiknya.

"Aku mau mobil baru warna merah menyala. Aku tak perduli dengan merknya tp aku ingin dia bisa berubah warna jadi hitam saat malam."

Ucapan itu membuat sang kakak melongo. "Kau mau minta mobil batman warna merah? Tidak sekalian minta dia bisa jalan kemana-mana sendiri tanpa kau harus menyetir?!" Kata Jimin-sang kakak- sarkastik dan memutar matanya jengah.

"Ide bagus. Aku mau itu juga." Kata Jungkook santai.

Belum sempat Jimin mengatakan sesuatu, namja manis seputih gula pasir disebelahnya menyela sang suami, "Aku bisa buatkan sistemnya. Tapi baru bisa selesai sebulan setelah bulan madu." Katanya dengan datar.

"Tapi sayang-" Sang istri mengangkat pisau pancakenya mengarahkan Jimin untuk diam.

"Terimakasih Yoongi hyung. Saranghae. Kau memang kakak ipar terbaik sepanjang sejarah. Lebih baik dari kakak kandungku sendiri." Jawab Jungkook yg mendapat dehaman Yoongi sebagai jawaban. Jimin hanya duduk menekuk mukanya dan lebih kesal lagi saat adiknya memeletkan lidah ke arahnya. Yoongi memang terlalu sayang pada adik ipar manisnya itu. Jungkook terlihat lebih bersemangat sekarang.

"Nanti appa belikan katana yg kau mau. Tapi appa dan eomma mau sebulan perginya" Ujar sang appa yang sedari tadi diam dan lansung mendapat delikan tajam dari sang istri, "Joon-ah." Sang Istri bergidik ngeri apa yang akan dilakukan sang suami kepadanya.

Mata Jungkook langsung berbinar lebar dan senyumnya mengembang. Mengangguk dengan semangat, "Appa.. Aku mau semuanya. Tsurumaru, Munechika, Mitsutada, Okurikara.. Semuanyaaaa..." Ia sudah tak perduli lagi berapa lama ia ditinggal sendirian yang penting ia mendapatkan koleksi replika katana yang ia inginkan.

Sang ibu hanya bisa menghela nafas melihat anak bungsunya yang mudah sekali dibujuk rayu oleh Namjoon dan Jimin. Mengelus surai si bungsu kembali, "Cepat habiskan makanmu. Siap-siap mengantar hyungmu ke bandara."

Kini Jungkook sedang merebahkan badannya di kasur empuk miliknya. Tadi dia baru selesai mengantar kakak dan kakak iparnya untuk berbulan madu. Pasangan itu baru menikah seminggu yang lalu.

Jungkook hampir tertidur saat ia mendengar ketukan pintu kamarnya. Ia bangkit membukakan pintu. Ia melihat ibunya yang kini berdiri sambil tersenyum manis.

"Eomma pergi sekarang ya sayang. Kami harus mengambil beberapa berkas dulu di kantor jadi sekalian pergi. Nanti Taehyung akan datang dan dia akan menemanimu selama sebulan ini."

Jungkook mengernyitkan dahi tak mengerti. "Taehyung?"

"Iya Taehyung. Panggil dia hyung sayang. Dia lebih tua 2 tahun dan dia Anak teman Eomma, Baekkie Auntie. Kau tak ingat? Dulu kau dan Jimin sering bermain bersama."

Jungkook hanya mengangguk walau ia masih tak ingat.

Setelah mengantar kedua orang tuanya ke pintu depan. Jungkook kembali merebahkan badannya ke kasur empuk miliknya. Dia mulai terlelap.

"Hah... ahhh... akhh... moree... hngghhh...""Kau sempit sekali sayang..""Nyaahhhh.. fasterhhh... akhh..""Kau akan menjadi pengantinku yang sempurna.""HHHAAAAAAAAHHH..." Jungkook terbangun dari tidurnya. Keringatnya bercucuran, dia menengok keluar dan matahari sudah terbenam sepenuhnya. Ia menyibakkan selimutnya. "Shitttt!!" Umpatnya saat ia melihat celana boxernya basah.

Ini sudah sebulan Jungkook selalu mendapatkan mimpi basah yang sama. Seseorang menggagahinya dan Jungkook begitu menikmatinya. Ia tak pernah melihat wajah orang yg menggagahinya karna wajahnya terlihat seperti siluet yg disebabkan oleh cahaya bulan merah yg begitu terang. Dia hanya akan mendesah dan tubuhnya tersentak. Yang ia ingat dari namja di mimpinya hanya tubuh yg sempurna, rambut berwarna pirang menyala dan suara berat saat mengerang.

Jungkook menggelengkan kepalanya mencoba menyingkirkan pikirannya dan menengok jam yang ada di nakasnya. Pukul 7 malam. Eommanya bilang anak temannya akan datang pukul 8 dan dia bisa memesan pizza atau ayam untuk makan malam berdua. Jungkook berdiri melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tamunya datang.

Seusai mandi Jungkook mendengar suara bel rumahnya berbunyi. Cepat-cepat ia mengambil baju sekenanya dan memakainya. Ia berlari menuju pintu, takut orang di luar menunggu terlalu lama. Memang ada maid di rumahnya tapi mereka cuma bekerja sampai pukul 3 untuk beres-beres rumah saja.

Sesampainya di pintu ia memutar kenopnya, dilihatnya seorang namja yg membelakanginya lebih tinggi dari dirinya beberapa senti, bahu namja itu begitu lebar dan lterlihat begitu menggoda untuk di peluk. Jungkook menelan ludahnya dengan susah payah. Namja itu membalikkan badan dan memasang senyuman perseginya, "Hai.. Bunny.. Lama tak berjumpa." Suara husky itu membuat jantung Jungkook berdetak tak karuan, ada sensasi aneh yang menjalari seluruh tubuhnya.

Kini mereka berdua sedang duduk di ruang tengah sambil memakan pizza dan ayam goreng pesanan Jungkook. Tak perlu lama mereka sudah akrab satu sama lain. Jungkook merasa begitu nyaman bersama Taehyung. Mereka memiliki hobi yg sama yaitu menonton film horror dan main game. Kini mereka sedang menonton film horror bersama. Insidious 3.

"Hyung. Kenapa aku tak ingat kita dulu sering bermain bersama? Dan kenapa kau baru muncul lagi sekarang?" Tanya Jungkook yang tengah memasukkan potongan pizza ke dalam mulutnya.

"Aku baru pulang dari Vatikan Kookie-ah." Jawab yang lebih tua sambil tetap memperhatikan layar di depannya.

Jungkook mulai membalikkan badannya ke samping melihat hyung disebelahnya. "Vatikan?" mengangkat alisnya bingung.

"hmm... kenapa?" Taehyung mengalihkan atensinya ke namja manis di sebelahnya.

"Jimin hyung juga sering bolak-balik ke sana."

"Lalu?" Taehyung memandangi namja manis di sebelahnya.

"Kalian sering bertemu tidak?"

"Tentu saja.." Taehyung mengembalikan atensinya pada layar di depan mereka kembali, 'bahkan dia dan kekasihnya hampir membunuhku.' lanjut Taehyung dalam hati.

Sudah seminggu Taehyung tinggal di rumah Jungkook. Aktifitas mereka normal.. Bangun tidur, sarapan masakan Taehyung, Taehyung mengantar Jungkook dan menjemputnya lagi. Begitu seterusnya.

Ini hari Jumat dan mereka berdua sedang duduk bosan memandang layar televisi di ruang tengah. Tak ada yag menarik, setidaknya untuk Taehyung, ia tak tertarik melihat Pororo kesukaan Jungkook yang tayang setiap sore.

"Bunny.. Aku lapar."

"Makan hyung." Jawab Jungkook tanpa mengalihkan pandangannya dari Pororo di layar kaca.

Taehyung mempoutkan bibirnya karna merasa tak diperhatikan. Dalam seminggu ini mereka sudah sangat dekat seperti kakak beradik. Tak lama seringaian muncul di wajahnya. "Kookie sayang. Bunny manisku." Yang lebih tua memainkan dagu yg muda. Mencoba menggelitiknya dan mengganggunya saat menonton.

"Haissshhh Hyuuuung. Jangan ganggu aku. Diam dulu. Aku kemarin tidak menonton Pororo. Dan namaku bukan Bunny manis.Tapi Kookie tampan." kesal Jungkook dengan nada merajuk yang begitu lucu dan manis, masih tak ingin mengalihkan atensinya dr layar kaca di hadapannya. Ingin sekali rasanya Taehyung menerkamnya sekarang juga. Namja di depannya begitu manis dan menggoda. Baju putih polos kebesaran yg dipakainya, celana boxer merah setengah paha yg mengekspos paha putih mulus yg menggoda iman. Aroma shampoo strawberry dan sabun Vanilla yg menguar menambah manisnya Jungkook membuat siapa saja ingin menerkamnya.

"Baiklah.. baiklah.. aku tak akan mengganggumu tapi nanti biarkan aku makan apapun yg kumau Bunny Kookie." Taehyung mengeluarkan senyuman penuh arti yg tak dilihat Jungkook dan mendapatkan anggukan dr namja disebelahnya. Seringaian itu makin lebar dan matanya kini ikut memandang layar kaca.

30 menit berlalu. Siaran Pororo sudah habis, muka yang muda terlihat sedih tapi ia segera bangkit dari dudukannya meregangkan otot-ototnya yang kaku karna dia tak bergerak saat menonton Pororo. Namja yg masih duduk memperhatikan gerak gerik yg muda sambil menjilat bibirnya yang terasa kering.

"Ayo hyung aku masakan maka--HYAAAAHHH" Taehyung menarik Jungkook ke atas pangkuannya dan memeluk erat pinggang ramping itu dari belakang. Nafas hangat Taehyung menerpa kulit leher putih di depannya. Menimbulkan sensasi geli dan asing bagi yang sedang dipeluk. "Hyuung?? Akhh.." Jungkook menutup mulutnya saat mendengar suara desahan keluar dari mulutnya saat Taehyung menggigit lembut telinganya. Kini Taehyung sedang menjilati dan mengecup leher Jungkook, menyesapnya dan meninggalkan ruam kemerahan di sana. Jungkook tak bodoh, dia tau apa yg dilakukan namja di belakangnya.

"Taehyung-hyung... katanya mau makan?!" Jungkook mati-matian menahan desahannya. Sebenarnya dia mulai takut, dia belum pernah diperlakukansecara intim oleh siapapun.

"Aku ingin memakanmu Bunny." Suara husky berbisik pada telinga Jungkook, seketika mata Jungkook membulat, suara pekikan keras keluar dari bibir plumnya, kepalanya menengadah ke atas. Taehyung meremas milik Jungkook dari balik celana boxer merah. Mendapatkan cakaran di tangannya dan jambakan oleh tangan Jungkook.

Bibir Taehyung masih setia di leher Jungkook, ia mulai membuka satu per satu kancing kemeja Jungkook dengan tangan kirinya. Tangan kanannya masih menggoda milik Jungkook di bawah sana.

Jungkook mulai terbawa nafsu. Libidonya naik begitu kurang ajar membuatnya mengerang frustasi ingin hal lebih dan lebih. Ia remaja laki-laki normal yg menonton film dewasa juga. Ia tau pasti apa yang akan dialaminya sebentar lagi adalah salah. Tapi ia tak perduli. Ia menginginkan ini. Nafsu sudah mengontrolnya. Ia tak perduli walau ia diperkosa sekarang juga oleh namja yg lebih tua di belakangnya.

4444

Kini mereka berdua sudah di dalam kamar Jungkook. Keduanya sudah polos tanpa helaian benang yang menutupi tubuh. Jungkook tengah mendesah keras dan menggerakkan pinggulnya ke atas menginginkan lebih dari Taehyung yang tengah mengulum miliknya.

"Ah... Hyu...unghhh... Aaaaakkkhhh... HYUUNNGG..." Jungkook mengerang kesakitan saat dua jari Taehyung masuk ke dalam holenya tanpa pelumas dalam sekali hentak.

Taehyung melepaskan kulumannya, memandang makhluk manis yang menahan rasa sakit. Jemari Taehyung masih diam di dalam Jungkook. "Hyung... Sakit..." Jungkook mulai terisak. Taehyung mencium bibir Jungkook untuk menenangkannya. Jemarinya mulai bergerak membuat motion menggunting dan berputar. Jungkook mengerang di dalam mulut sang domiannya.

Rintihan Jungkook berubah menjadi desahan saat dominannya menyentuh sesuatu di dalam dirinya. Taehyung tersenyum dalam ciuman mereka lalu melepaskan ciuman itu. Jemari di dalam hole Jungkook bergerak cepat meggesek sweet spot yang baru pertama kali disentuh membuat Jungkook menggeliat liar menggerakkan badannya berlawanan dengan jari Taehyung di bawah sana.

"AAKKKHH..." Jerit Jungkook saat Taehyung menambahkan dua jari lagi. Taehyung tak berhenti menggerakkan empat jarinya keluar masuk dengan brutal dan dihadiahi desahan terputus-putus dari kelinci manisnya.

Taehyung menarik jarinya keluar, membuat Jungkook memandangnya tak percaya karena sebentar lagi ia akan mendapatkan klimaksnya. Taehyung mengarahkan miliknya ke hole Jungkook. Ia menrapatkan badan keduanya, membimbing tangan Jungkook untuk memeluknya

"Vos mea in sempiternum"

"AAAKKKKKHHHHHHHHH..." Jungkook memekik keras saat Taehyung melakukan penyatuan dirinya dengan Jungkook sekali hentak selesai merapalkan sesuatu. Jungkook merasa panas. Tubuhnya menegang, nafasnya memburu. Kini manik malamnya berubah menjadi semerah darah. Ia merintih di bawah Taehyung yang tengah menancapkan taringnya dan menghisap darahnya. Sebuah geraman muncul dari bibis manisnya lalu hening. Seolah pingsan, mungkin memang pingsan. Jungkook menutup matanya.

Mata itu terpejam. Taehyung hanya terdiam mendiamkan dirinya di posisi awal memandang diam wajah yang terpejam.

Perlahan kelopak mata itu terbuka. "Tae..." lirihnya dan sebuah gumaman di atasnya menjawab.

"Apa aku pingsan??" Tanya si manis bergigi kelinci itu dengan polosnya. Mata indahnya sudah kembali hitam dan menatap sayu.

Taehyung hanya tersenyum dan mendekatkan bibirnya di telinga sang kekasihnya yg telah lama ia tunggu. "Bisa kita lanjutkan?" Bisiknya sensual dan mengulum telinga itu.

Leguhan sensual seorang Jeon Jungkook memenuhi ruang kamar pribadi itu. Deritan ranjang begitu kentara membelah kesunyian malam. Teriakan nyaring bak nyanyian kepuasan memenuhi sepinya malam.

"Ahhh... ahhh... Taehyungiehh..."

Gerakan Taehyung semakin cepat saat ia akan mencapai puncaknya. Jungkook pun menggerakkan pinggulnya mengikuti irama dominannya. Ia menginginkan hal yang lebih. Hal yang baru pertama kali ia rasakan.

"Taehh... more..."

Desahan itu disahuti dengan geraman dan gerakan semakin brutal membuat Jungkook menengadahkan kepalanya saat titik manisnya digempur tanpa henti. Jungkook bahkan sudah tak bisa mendesah hanya mulutnya yang terbuka. Nafasnya serasa tercekat.

Taehyung masih asik menggerakkan pinggulnya dengan brutal dan mengerang nikmat saat miliknya keluar masuk rektum milik kekasihnya. Tak berhenti bahkan saat Jungkook menembakkan benihnya berkali-kali. Ia tak berhenti seolah ia tak pernah puas dengan tubuh kekasihnya.

"Aaaarrggghhhh..." Taehyung akhirnya memuntahkan laharnya untuk pertama kali. Jungkook merasa lega dan merasa akhirnya ia bisa istirahat.

Tapi itu semua hanya angan. Taehyung membalikkan tubuh Jungkook supaya menungging dan ia langsung memasukkan miliknya yang kembali menegang ke dalam Jungkook. Jungkook hanya bisa memekik dan mendesah terputus mengikuti hentakan sang dominannya. Taehyung bahkan tak mengijinkan Jungkook untuk beristirahat.

"Kau... tak...tau...berapa...lama... aku... menantikanmu... sayang..." hentakan pinggul Taehyung semakin kuat disela setiap kata yang terucap dari bibirnya.

4444

"Yoongi Hyung... Kau kenapa??" suara itu mengagetkan Yoongi yang tengah melamun di ujung ranjang bulan madu mereka.

"Jim... A-aku khawatir kepada Jungkook. Entah kenapa aku tak tenang dari semalam." Kekhawatiran Yoongi hanya dijawab kekehan oleh Jimin. Dia heran kenapa istrinya itu mengkhawatirkan adik iparnya begitu. Jimin saja sebagai kakak kandung Jungkook biasa saja.

"Kau terlalu mengkhawatirkannya Sugar. Dia pasti baik-baik saja." Jimin mengelus surai istri tercintanya.

"Tapi perasaan ini sama seperti saat-" "ssstttt... jangan bahas itu lagi. Kita sudah menyegelnya. Oke?" Jimin memutus omongan Yoongi. Ia tak ingin membahas itu lagi. Sudah lewat 10 tahun dan Jimin merasa mereka sudah bahagia.

"Sugar..." Bisikan rendah dari suara Jimin membuat Yoongi brigidik ngeri. Ia hanya diam tak menanggapi. Sang suami mulai mendekatkan dirinya menempel kepada istrinya. Merebahkan badan mungil istrinya sembari mengunci tatapan mereka. Yoongi pun hanya terdiam mengikuti keinginan dari sang suami.

Jimin mendekatkan wajahnya perlahan ke istrinya. Semakin dekat.

Semakin dekat...

Menghilangkan jarak diantara mereka. Melumat bibir itu perlahan. Menyesapnya kuat. Menggigitnya... menelusupkan lidahnya... Ciuman itu semakin panas. Yoongi mendesah dalam ciuman itu. Tak kuasa melawan dominasi suami tercintanya. Tangan Jimin menelusup ke dalam celana pendek submisivenya. mencoba meraih sesuatu di dalam sana...

KRIIINGGGG KRIIINGGGG...

"Sial..." Bunyi telepon mengganggu acara 'makan siang' Jimin dan membuatjya mengmpat.

Yoongi yg masih terengah mendudukkan dirinya. Memandang sang suami yang berjalan ke arah nakas hotel di dekat televisi kamar mereka.

"Siapa?? Kau menyalakan ponsel??" Yoongi mengerutkan keningnya. Setahunya Jimin mematikan ponselnya.

"Vatikan?!" Jimin segera mengangkat telepon itu. "Hallo..."

Sunyi. Jimin mendengarkan baik-baik suara di sebrang sana. Wajahnya berubah sepucat mayat. Yoongi yang melihatnya mulai khawatir. "Jim...min..." Yoongi memanggilnya lirih.

Jimin membalikkan badannya ke arah Yoongi. Wajahnya pucat pasi dan kekhawatiran melingkupinya. "Baiklah..." Kata Jimin singkat dan mematikan panggilan itu. Seketika itu pula Jimin duduk merosot ke lantai.

Yoongi berlari ke arah sang suami yang mulai meneteskan air mata. Memeluknya erat.

"Hyung... Dia... Dia... Mendapatkannya..." Jimin berucap terbata melihat sang kekasih hatinya dihadapannya. Seketika itu pula Yoongi membatu.

"Jungkookie. Uri Kookie. Tidak. Jimin. Katakan itu semua bohong." Yoongi memandan Jinin.Berusaha mencari kebohongan dr mata itu.

" JIMIIINNNNNNN...!!!!!" raung Yoongi sembari mengguncangkan lengan kokoh yang selalu memeluknya.

Jimin mengusap air matanya. "Kita diperintahkan membunuhnya." Ia berdiri mengambil perlemgkapan bulan madu mereka. Yoongi hanya dapat diam terpaku.

"Kita harus kembali ke Korea Hyung. Dia kembali."

4444

tbc ?

or

end ?