Seorang Pria dengan rambut yang mulai memutih tampak menyesapi segelas wine dan menempelkan telepon di telinga. Ia mendudukkan dirinya dengan nyaman sembari melihat pemandangan malam kota "Pesankan aku tiket kapal barang untuk ke Vietnam dan urus beberapa urusanku di sana. Pastikan jika kau sudah mentransfer uangku ke rekening baru. Jangan sampai ter-"

'BRAK'

Pintu Apartemen terbuka paksa dan 4 orang pemuda masuk dengan tas di tangannya. Membuat Pria tadi was-was. Namun tidak bisa berbuat banyak begitu seseorang diantara mereka menutup pintu dan beberapa dari mereka berjalan mengitarinya. Kedua pemuda menodongkan pistol ke pelipis Pria tersebut dan menggiringnya ke sofa.

Pemuda yang tadi menutup pintu membuka tas yang di bawanya. Ia memakai Sarung tangan kulit bewarna hitam dan menyebarkan beberapa serbuk kristal putih diatas meja. Lalu memasukkan sebuah cairan bening ke dalam suntikan dan menyerahkannya kepada seorang pemuda lainnya.

"Kepalkan tinjumu" perintah seorang pemuda berwajah manis dengan suntikan di tangannya.

Melihat sang Pria yang mulai beruban tersebut tidak menuruti perintahnya, Pemuda berwajah manis tadi memberikan kode kepada rekannya yang lain.

Setelah dirasa Pria tersebut menurut, pemuda tadi menyuntikkan cairan bening tersebut ke lengan Pria tadi. Pria yang rambutnya mulai beruban memejamkan matanya matanya dan memekik kesakitan.

"Tuan Jung, Andai saja jika kau menyerahkan diri ke kepolisian, Mungkin kau masih akan menikmati udara besok. Walaupun dari jeruji besi. Beristirahatlah dengan tenang di neraka, Pak Tua" pemuda tadi menepuk pipi Pria tersebut yang mulai tidak sadarkan diri.

"Papa kami pu-" Seorang gadis dengan seorang anak kecil berusia kurang lebih dua tahunan terpaku melihat apa yang terjadi di ruang tamu Apartemennya. Beruntung Anak kecil tersebut sedang terlelap.

Keempat pemuda tadi terpaku.

"Ini tidak masuk ke dalam Skenario"

"Kalau begitu, Ubah skenarionya"

Pemuda manis tadi berniat merebut anak kecil tadi namun gadis tersebut menahannya.

"Jangan bunuh anak ini. Anak ini tidak bersalah"

"Berikan anak itu. Aku tidak mau memukul perempuan"

"Tidak!"

Pemuda yang lain memukul tengkuk gadis tersebut hingga tidak sadar. Pemuda manis tadi menggendong anak kecil tersebut dan menyelimutinya dengan jaket hangatnya.

Pemuda tadi segera berlari keluar dari Apartemen kecil terserbut. Sang Pemuda manis membawa anak kecil tersebut masuk ke dalam mobil hitam metalik dan sementara lainnya masuk ke dalam sebuah Van.

"Maaf Tuan, tapi pengasuh dari anak kecil ini datang saat kita akan pergi"

Pria yang dipanggil Tuan tersebut melihat Anak kecil tersebut sekilas. Pemuda kecil yang sangat manis dengan dimple di pipinya. Kulitnya putih bersih.

"Kita harus menaruhnya di Panti Asuhan. Yuta sudah mengambil beberapa berkas atas nama anak ini"

"Aku akan menjaganya" ujarnya final.

"Apa? Kau tidak gila John?"

"Doyoung. Dia tidak bersalah walaupun Ayahnya adalah seorang Bajingan yang mengorupsi uang negara. Aku akan menebus dosaku karna membunuh ayahnya dengan merawat anak itu. Tugasmu adalah mengubah dokumennya Atas nama Seo"

"Tapi-"

"Aku pernah di buang oleh orang yang di cintai Ayahku di Panti Asuhan. Dan jika bukan Karena Ibuku adalah cinta sejatinya, Aku akan membusuk di sana. Dan Aku tidak ingin dia merasakan hal itu"

Pemuda Manis-Doyoung, tidak bisa membantah atasannya lagi. Johnny Seo sudah berkata final dan harus di patuhi.

"Dan tugas dari Mafia adalah, memberikan perlindungan, Doyoung Mafioso kecilku"

- DON JOHNNY -

"Mantan Menteri Keuangan Jung telah dilaporkan Tewas di Apartemennya. Dengan hal ini penyelidikan atas penggelapan pajak sebanyak 20 Juta Dollar Amerika resmi di hentikan. Dari olah tempat kejadian perkara, di pastikan Tuan Jung tewas karena Overdosis Narkoba setelah berpesta dengan seorang-"

Johnny menekan tombol off pada Remote dan membuangnya ke arah tempat duduk. Di meja dibelakangnya, terdapat Pria dengan seragam polisi dan beberapa orang dengan jas rapinya duduk di sebuah meja berbentuk bundar.

Seorang Pria dengan jas hitam menyerahkan sebuah koper silver yang telah di buka. Di Dalamnya terisi penuh bundel Seratus Dollar Amerika.

"Terima kasih atas bantuanmu, Don Johnny" semua Pria dengan jas hitam disana berdiri dan membungkuk sopan ke arah Johnny. Namun Johnny hanya menyesap Americanonya dan memberikan mereka Gestur agar segera meninggalkannya sendirian di ruangannya.

"Maaf Tuan jika merepotkanmu sekali lagi, Ada bandar Narkoba kelas kakap yang kabur dari penjara pagi ini, Tuan"

"Kau tau jumlah yang harus di berikan jika ingin mendapatkan dia hidup atau mati"

"Baik"

"Ah iya satu lagi. Kapal yang mengangkut senjataku akan tiba di pelabuhan Malam ini. Pastikan tidak ada pemeriksaan di sana"

"Baik, Tuan. Akan kami atur"

"Sekarang kembalilah bekerja, Kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan segera"

Pria dengan seragam tadi membungkuk hormat sebelum menutup ruangan tersebut. Meninggalkan Pria yang baru menginjak usia awal dua puluhan tersebut sendirian.

Johnny Seo, atau orang lebih memanggilnya Don Johnny. Seorang Pemimpin klan Mafia terbesar di Asia dan beberapa negara di Eropa. Ia memang memiliki darah klan Mafia yang berasal dari Ayahnya. Namun, Ia sendiri yang membesarkan klannya dengan susah payah. Tak jarang Kepolisian memintanya untuk mencari seseorang atau menangkap seseorang yang benar-benar licin.

Ia juga memiliki bisnis lainnya yaitu menjual Senjata Api ilegal. 5 tahunnya menjadi seorang Boss Mafia yang terkenal sangat sadis, Ia sudah memiliki apapun yang Ia mau dengan mudah.

'BRAK' Pintu ruangannya terbuka dengan paksa dan Doyoung masuk dengan tergesa-gesa. Johnny memasang wajah marahnya.

"Jaehyun muntah-muntah ketika pelayan memberinya susu"

Dan detik kemudian, Johnny berlari menuju kamar Jaehyun yang berada tepat di depan kamarnya. Doyoung yang tidak biasa dengan sikap Majikannya hanya terdiam sebelum mengejarnya. Begitu Johnny tiba di kamar Jaehyun, terrlihat bocah tersebut yang tampak lemas dan matanya berair.

"Panggil Dokter. Dan pastikan dia datang secepatnya" perintah Johnny sebelum menggendong Jaehyun kecil.

Ia mengusap pelan rambut Jaehyun dan mencoba menenangkannya yang sedang menangis. Hidung Jaehyun yang memerah membuat Johnny tidak tega.

"Daddy di sini" Johnny mengecup pipi tembam tersebut berkali-kali, "Tidak nyaman ya? Sabar ya, You're strong boy"

Doyoung yang melihat tingkah Johnny yang selembut itu kepada Jaehyun benar-bemar tidak percaya. Ia berbisik kepada Yuta, salah seorang kepercayaan Johnny yang sudah bekerja bertahun-tahun.

"Aku rasa, ini lebih meneyeramkan dari Boss saat mencongkel mata orang dengan sendok"

Tak lama kemudian, Dokter yang biasa menangani Johnny datang. Johnny lalu menidurkan Jaehyun di tempat tidur. Johnny menunggu dengan sabar dokter tersebut memeriksa Jaehyun yang mulai tenang.

"Dia Alergi kacang-kacangan. Apa dia makan sesuatu sebelum minum susu?"

Johnny memasang wajah 'akan-menghabisi-siapapun'.

"kurasa dia tadi makan biskuit yang di belikan Johnny" ujar Doyoung.

Johnny lalu mencari bungkusan biskuit yang di maksud Doyoung dan membaca dengan seksama bahan-bahannya. Tak lama kemudian dia mengumpat yang menandakan jika dia yang salah.

"Mulai saat ini, Jauhkan segala jenis kacang dari Jaehyun. Apapun itu"

"Kau berlebihan" cibir Doyoung.

Doyoung tau, Johnny benar-benar serius tentang dirinya yang akan menjamin Jaehyun.

.

.

.

DON JOHNNY

Main Cast : Seo Youngho as Johnny. Jung Jaehyun as Seo Jaehyun.

Rating : M untuk adegan yang membunuh

Genre : Thriller, Romance

Disclamer : have nothing kecuali fics ini. Mendapat ilham menulis tentang kehidupan Mafia setelah menonton Film The Prison (Terima kasih temen saya yang sudah memberi saran untuk dfilm yang bagus untuk di tonton). Dan jika kalian pernah menontonnya, adegan bunuh-bunuhannya terinspirasi dari sana. Yang belum YOU MUST WATCH IT.

Jika kalian bingung

Don : Boss besar, atau Boss Mafia

Mafioso : Anggota Mafia

.

- Don Johnny -

Johnny memperhatikan seksama Jaehyun yang sedang mewarnai dengan spidol. Baru saja Johnny mengajarkan Jaehyun mewarnai.

"Mobil polisinya bewarna biru Jaehyun"

"Tidak. Mobilnya warna hitam"

"Mobil polisi bewarna putih dan biru"

"Tapi di rumah kita mobil polisinya hitam dan putih Daddy"

Johnny tersenyum karena Jaehyun mengingat dengan sangat tepat. Johnny melihat kearah jam dinding. Pukul 9.45. 15 menit lagi Ia harus segera menemui Doyoung sebelum melaksanakan aksi barunya. Mau tidak mau Ia harus membuat Jaehyun tidur dalam waktu 15 menit.

Beruntung, Jaehyun terlihat mulai menguap "Daddy, Jay mengantuk" Jaehyun menghampiri Johnny dan mulai menyamankan dirinya di paha Johnny.

Johnny mengusap surai hitam milik Jaehyun yang halus. Jaehyun sudah meminum susunya sebelum pergi menyikat gigi dan mewarnai bersama Johnny, dengan mudahnya Ia tertidur di paha Johnny. Johnny memakai piyama yang senada dengan Jaehyun. Piyama biru gelap dengan motif bintang-bintang seperti poster film Starwars. Permintaan Jaehyun. Ntah mengapa Ia menyukai film itu tahun ini.

Setelah dirasa Jaehyun sudah pergi ke Alam mimpi, Johnny memindahkan kepala Jaehyun dengan sangat hati-hati dan mengecup pipinya sekilas sebelum beranjak dari tempat tidur mereka.

"Maafkan Daddy, Jaehyun" usapnya lembut pada rambut Jaehyun. Johnny menutup salah satu guling dengan piyama yang Ia pakai. Sehingga Jaehyun merasa jika Johnny menemaninya.

Johnny segera berjalan menuju walk in Closetnya dan mengganti bajunya dengan Turtle neck sweater dan Jaket panjang hingga pahanya warna hitam. Ia menutup pintu kamarnya dengan sangat pelan. Memastikan tidur Jaehyun tidak terganggu sama sekali.

"Lama sekali" Cibir Doyoung yang sudah menunggu Johnny sedari tadi.

"Itu termasuk cepat karena Jaehyun makan sangat banyak saat makan malam dan menonton film sepanjang hari. Biasanya dia akan membuat kamarnya berantakan sebelum Ia benar-benar mengantuk" ujar Johnny sembari memasang sarung tangan kulit hitamnya dan menuruni tangga rahasia yang langsung terhubung dengan Garasi mobilnya. "Dia semakin pintar. Aku kewalahan menjawab pertanyaannya yang tiada henti terkadang"

"Kau tidak menceritakan pekerjaanmu kan?"

"Well, tidak akan pernah. Sama saja mencari mati"

"Ah iya, aku sudah mengubah saham Tuan Jung seperti yang kau perintahkan dengan nama Jaehyun"

"Bagus"

"Aku mendapat kabar dari kepala lapas jika ada Narapidana yang dulunya adalah Ahli bahan peledak dan mata-mata"

"Taruh berkasnya di mejaku nanti. Aku akan memikirkan apa kita akan memakai jasanya atau tidak"

Keduanya memasuki mobil Rolls Royce hitam dan mulai meninggalkan Bagasi.

"Timku mendapat info sewaktu menyamar menjadi pembalap liar jika ada salah satu bandar yang akan kabur ke cina melalui jalur laut"

"Apa kau sudah mendapatkan info dari orang yang memenjarakannya?"

"Dia memberi tahuku dimana tempat persembunyiannya. Menepi di sini. lebih baik jika kita berjalan kaki di sekirar sini"

Johnny menepikan mobilnya mengikuti perintah Doyoung. Sebuah jalan dengan gang-gang kecil yang jarang di tinggali. Tempat persembunyian yang tepat untuk buronan polisi.

"Kau sudah melihat peta tempat ini kan?"

"Orang-orang kita sudah bersembunyi di semua titik. Tapi kita harus menangkap orang itu dengan tangan kita sendiri"

Keduanya berjalan memasuki gang kumuh. Gang kecil diantara rumah-rumah yang sebagian besar di tinggalkan. Gang tersebut sedikit menguntungkan jika ada yang bersembunyi di sana karena tak jauh dari sana adalah pelabuhan kecil dan juga ada pasar ikan.

Keduanya berhenti tak jauh dari penjual Tteok. Namun tak lama kemudian 5 preman mengelilingi mereka.

"Kau tau kan, ahliku di bidang apa, jadi aku memutuskan untuk tidak akan menyia-nyiakan diriku dengan menghajar mereka" Doyoung tau jika akan terjadi hal tidak beres disana. Ia segera mundur dan berbalik badan.

"Kau yang bernama Johnny?" tanya salah satu dari preman tersebut.

"Mau apa kau?" tantang Johnny.

Salah satu dari mereka mengangkat kerah jaket Johnny namun dengan tegas Johnny melepaskannya. Saat akan memukul Johnny, Seorang pria dengan tas besar keluar dari toko yang tutup tak jauh dari mereka.

"Tuan Kang. Kau mantan mafia kan sebelum menjadi napi? Namun mengapa kau seperti preman picisan sekarang?" tantang Johnny "Kalian salah memilih Tuan. Dan akan aku tunjukkan, akan ada yang terluka karna salah Tuan"

"Jangan banyak bicara, Brengsek!"

Johnny melepaskan jaketnya dan melemparnya kearah Doyoung. Johnny melirik ke bumbu panas tteok tak jauh darinya. Pria di depannya hendak menyerang namun dengan sigap melemparkan sekotak bumbu panas Tteok wajahnya. Preman dari samping kanannya berlari dengan bersiap-siap menendang namun Johnny menghindar sehingga mengenai minyak panas.

Melihat dua rekannya terluka, sisa preman tadi segera berlari tanpa mempedulikan mereka yang kesakitan. Johnny menginjak punggung preman yang terkena saus tteok tadi.

"Kau mau menyerahkan diri sengan sukarela atau tidak?"

Namun, Pria tadi mundur dan berlari.

'DOR' "DOR' 'DOR'

Doyoung menembakkan peluru berisi obat bius ke kaki pria tersebut "Aku menunggu saat yang tepat"

"Bawa dia" perintah Johnny sembari menakai kembali jaketnya. Beberapa anak buah Johnny keluar dari persembunyian dan membawa pria tersebut.

Johnny kembali berjalan menelusuri gang kecil tadi sembari memakai jaketnya kembali. Di belakangnya, Doyoung mengikutinya dengan diam. Dia masih bersyukur setidaknya Johnny masih bisa menahan amarahnya sehingga tidak membunuh orang.

Ia mengenal Johnny dari sekolah menengah pertama. Johnny tidak suka dengan orang yang hanya bergerombol dengan pasukannya saja. Maka dari itu dia lebih memilih menyendiri. Sehingga saat pertama Doyoung berusaha mengajaknya berbicara, Johnny malah mengabaikannya. Namun, di hari berikutnya, Johnny mulai mengajaknya berbicara.

Doyoung pun tahu, jika Johnny berasal bukan dari keluarga yang main-main. Ia pernah membantu mengobati punggung Johnny yang terluka ketika melakukan street basketball karena di tantang oleh salah seorang senior. Namun, bukan hanya memar yang Ia lihat. Ada beberapa bekas cambukan dan sebuah tato naga yang membentuk huruf 'S' disana.

"Ayahku akan memukulku jika Aku tidak bisa menirukan apa yang dia ajarkan. Terkadang aku rindu semasa aku di Panti Asuhan. Kupikir ketika si Berengsek itu menjemputku, Aku akan mendapatkan kasih sayang. Namun, Aku harus beruntung karena hanya Akulah yang dia anggap sebagai Anak"

Doyoung tidak menanyakan lebih lanjut kepada Johnny. Dengan di kawalnya Johnny dengan beberapa Pria berbadan kekar dengan seragam yang rapi, Doyoung bisa menyimpulkan sendiri apa yang dilakukan Ayah Johnny.

"Aku tidak setuju dengan kata berbuat seenaknya kepada Mafia. Karena sebenarnya, mereka memberikan perlindungan dengan bayaran yang sangat mahal. Walaupun mereka harus membunuh demi melindungi seseorang, tidak semua mafia sama"

Doyoung sangat hancur ketika kedua orang tuanya meninggal saat Ia lulus SMA. Ia tidak memiliki siapa-siapa karena Ia anak tunggal. Karena Ayahnya seorang Dosen Kedokteran, Pihak kampus dimana ayah Doyoung mengajar menawarkan beasiswa penuh untuknya.

Doyoung lulus dengan nilai sempurna dan bersiap untuk memulai prakteknya. Seseorang dari semasa kuliahnya iri melihat Doyoung. Ia menukar obat sehingga Doyoung terlibat kasus Malpraktik. Hidupnya benar-benar hancur saat itu.

Di suatu malam, Seorang Sipir mengatakan jika ada seseorang yang ingin menemuinya. Johnny Seo.

"Apa kau mau menjadi kaki tanganku? Bekerja dengan seorang Mafia? Aku akan menjaminmu dan memberikanmu kehidupan yang sangat layak. Dan juga, Kau bisa menangkap seseorang yang menjadikanmu seperti ini"

Doyoung tidak menyangka jika Johnny akan melanjutkan kerja Ayahnya. Dan tawaran Johnny benar-benar sangat sayang untuk di lewatkan.

- Don Johnny -

Mobil Rolls Royce hitam milik Johnny terlihat memasuki sebuah lapas. Mobil Van bewarna senada tampak mengikuti Johnny dan Doyoung. Pintu gerbang terbuka lebar dan membiarkan kedua mobil tersebut masuk. Mobil Van tadi memasuki sebuah Bangunan yang sangat luas.

Johnny dan Doyoung berjalan sangat gagah menuju tempat tersebut. Di sana, mereka di sambut beberapa petugas lapas dan anak buah Johnny. Mereka menunduk begitu melihat kedatangan Johnny.

Pria yang kakinya terluka akibat peluru bius Doyoung merintih kesakitan dibawah meja.

"Kenapa kau melakukan ini?" tanya Johnny ketus.

"Aku sangat depresi di penjara, Tuan. Maafkan aku, Aku tidak akan berani kabur lagi. Aku janji" Pria tersebut memelas memohon ampun kepada Johnny.

"Kau bilang, Kau depresi? Naik keatas meja"

Diatas meja terdapat sebuah simpul tali yang biasa di gunakan oleh orang untuk menghabisi hidupnya. Pria tersebut menatap Johnny ragu sebelum berlutut di kaki Johnny.

"Aku tidak akan mengulanginya lagi, Tuan. Aku benar-benar minta maaf"

"3 orang terluka karena melindungimu, Brengsek. Maaf saja tidak cukup untukmu. Naik keatas meja, sekarang" Johnny mengakhiri kalimatnya dengan penekanan.

Mau tidak mau, Pria tersebut naik ke atas meja. Menahan rasa sakit di kakinya. Ia menatap simpul tali tersebut dengan ragu. Namun Johnny memberikan tatapan mematikan.

Pria itu mengalungkan simpul tali ke lehernya. Memejamkan matanya pasrah.

"Kau akan di kabarkan Depresi dan gantung diri, Kau paham?" teriak Johnny.

'BRAK'

Johnny menendang meja tersebut hingga jatuh. Membuat Pria tersebut menggantung. Kakinya terlihat mencari pijakan namun sayang Ia tidak menemukan apapun. Wajahnya mulai berubah menjadi sedikit keunguan. Beberapa orang di sana memutuskan untuk tidak melihat adegan tersebut. Hingga akhirnya tubuh Pria tersebut tidak bergerak lagi.

Johnny memutuskan untuk pergi. Dan Doyoung mengikutinya dengan takut. Menjadi mafioso bertahun-tahun tetap membuatnya merasa kasihan pada orang yang di tangkap Johnny. Jika tidak berakhir di rumah sakit dengan luka parah ataupun meregang nyawa.

Entah mengapa Johnny malam itu memutuskan membeli kopi dan duduk sejenak.

"Aku takut" ujar Johnny.

Doyoung mengerutkan keningnya. Ini aneh "Apa yang kau takutkan?"

"Aku takut... Jika Jaehyun akan menjauhiku nanti jika tau apa pekerjaanku"

"Kau..."

"Anak itu sangat menggemaskan, Doyoung. Dan ya, aku menyukai anak itu"