DEAR, FRIENDS

Disclaimer : not mine. it's Tite Kubo's

Warning : Ichiruki, OOC


ABARAI RENJI

Aku mengunyah permen kenyal di mulutku. Permen berbentuk kelinci berwarna kuning. Rasa pisang. Siapa lagi yang memberikan makanan untuk bocah TK seperti ini. Ya, dia Rukia Kuchiki. Sahabatku, si nona bangsawan itu. Adik dari Byakuya Kuchiki. Keluarga Kuchiki adalah salah satu keluarga yang cukup disegani. Aku sudah berteman dengan Rukia dari kelas 1 SD, bersama seorang lagi, Ichigo Kurosaki-si playboy tengik-. Kami telah bersama selama hampir 10 tahun. Fantastis. Dan selama ini, belum ada yang membuat kami berpisah. Walau-tentunya-sifat kami sangat berbeda. Rukia adalah orang yang sangat aneh. Tentu saja hanya aku dan Ichigo yang beranggapan seperti itu. Tidak banyak yang tau, di balik sifat anggunnya, wajah cantiknya, lembut tutur katanya, dia adalah maniak Chappy. Seekor kelinci. Pernah waktu itu, dia membeli 1 kotak kardus permen coklat hanya kerena didalamnya terdapat hadiah Chappy's keychain limited edition. Untung saja dia berhasil menemukannya. Coba kalau tidak, hhh entahlah aku tak ingin memikirkannya. Sering aku merasa heran, kenapa Byakuya masih tidak sadar juga dia memiliki adik yang sangat aneh ini? Oke, itu adalah pertanyaan yang sulit dijawab. Meskipun begitu, Rukia adalah gadis yang baik. Hatinya begitu tulus. Dan ia selalu jujur. Walaupun sifat jujurnya (baca:ceplas-ceplos) itu membuat dia sering bertengkar dengan Ichigo. Yah… Ichigo.

Ichigo adalah sahabatku yang lain. Rambutnya aneh sekali. Berwarna oranye seperti jeruk. Entah model siapa yang ditirunya. Ichigo adalah seorang playboy. Wajahnya yang tampan dan badannya yang tinggi tegap adalah salah satu modalnya. Belum lagi, keahliannya merangkai kata, memuji, merayu yang-katanya-membuat semua wanita klepek-klepek padanya. Dan aku… aku? Hem apa kalian mau tau tentangku? Aku hanyalah siswa biasa. Tidak pintar dalam pelajaran apapun. Dan aku, agak pendiam. Itu yang sering Rukia katakan. Hahaha, mungkin benar juga pendapatnya. Aku kembali mengunyah permen kenyal itu. Tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti di depanku. Rukia keluar dari dalamnya.

"Terima Kasih." ujarnya pendek kepada supir yang membukakan pintunya.

Aku tersenyum. melambaikan tanganku kepadanya. Rukia balas tersenyum. Senyum seorang nona bangsawan. Tentu saja, mobil hitam itu belum pergi. Setelah mobil itu pergi, barulah ia menunjukkan sifat aslinya. Rukia berlari ke arahku. Ia melompat-karena ia sangat pendek-dan mencoba merangkulku.

"Apa kabar kau babon?" teriaknya kencang. Tuh kan, dia berani memanggilku babon.

"Enak saja babon, kau…" ucapanku terhenti karena dia mulai mengacak-acak rambutku. Aku mencoba berkelit. "Sudahlah, Rukia. Dasar kau nona gadungan!" ejekku sambil merapikan rambutku. Rukia menjulurkan lidahnya. Tertawa. Dan kami pun berjalan bersama menuju kelas.

.

.

.

RUKIA KUCHIKI

"Jadi, bagaimana liburanmu?" tanyaku membuka pembicaraan.

"Hem.. Baik." jawabnya singkat dengan pandangan tak peduli. Aku kesal.

"Hey babon! Ada apa sih denganmu? Tidak bersemangat begini. Kau belum makan?"

"Sudah. Aku makan ini tadi." Renji mengeluarkan bungkusan kecil. Setelah kuperhatikan, ternyata itu adalah permen kenyal Chappy. Oleh-oleh dariku sewaktu aku liburan ke Osaka. Aku tersenyum. Ternyata dia memakannya juga. Hhh, kalau Ichigo sih sudah pasti tidak. Mana peduli dia dengan Chappy-ku yang imut itu?

"Omong-omong, mana Ichigo? Dia tidak masuk?" tanyaku.

"Kau ini seperti tidak tau saja, dia akan datang bersamaan dengan bel masuk kelas. Masa kau tidak ingat?"

Aku tertawa. Sepertinya liburan musim panas ini sedikit membuatku eror. Masa aku bisa lupa kebiasaan si jeruk itu?

Kami masuk ke dalam kelas. Renji mulai menyapa teman-teman sekelas. Aku pun ikut menyapa.

"Ohayou, minnaaaaa!"

"Ohayou Kuchiki-san!" jawab teman sekelasku, Inoue Orihime.

Aku duduk di bangkuku. Tiba-tiba handphoneku berbunyi. Sebuah sms masuk. Aku membukanya.

From: Kaien-senpai

Rukia, hari ini kau masuk tidak? Ada yang ingin kubicarakan denganmu.

Aku melonjak kegirangan. Dari Kaien-senpai! Ahhhh- ingin membicarakan apa ya dia? Aku menekan tombol reply.

To: Kaien-senpai

Hari ini aku masuk, ano apa yang ingin kau bicarakan senpai?

Handphone itu berbunyi lagi. Tanda ada sms masuk.

From: Kaien-senpai

Ah, syukurlah. Nanti saja aku beritahu kepadamu. Kutunggu kau di kantin istirahat nanti ya!

Wajahku memerah. Kaien-senpai mencariku? Ahh, senangnya…

Tanpa sadar aku tersenyum.

Sampai tiba-tiba…

Duak!

Awww, sakit! Siapa sih yang berani menjitak kepalaku? Aku menengok ke belakang. Dan di belakangku sudah berdiri Ichigo, yang dengan muka sengaknya menyapaku.

"Hoy Rukia. Bagaimana liburanmu?"

Aku berdiri. Melompat, berusaha menjitak balik kepala jeruknya itu. Tapi tidak berhasil. Dan itu membuat semua yang di kelas menertawakanku.

"Sudahlah, midget. Kau ini tak akan bisa menjitakku, tau!" Ichigo tersenyum penuh kemenangan.

Apa? Midget? Barusan dia memanggilku midget?

"Hey, jeruk! Seenaknya saja kau bicara! Aku ini tidak midget tau!" ujarku berkelit.

Semua teman-temanku tertawa. Tentu saja, aku ini memang bodoh. Menyangkal yang sudah pasti. "Se.. Setidaknya Hitsugaya lebih pendek dariku!" aku berusaha membela diri. Meski dengan itu, Hitsugaya melotot seperti ingin memakanku hidup-hidup. Ichigo masih tertawa. Argh, aku benci sekali tawa itu. Ingin aku meninju mukanya!

"Ohayou minna." ujar Soifon-sensei datar. Melihat Soifon-sensei, kami semua pun langsung duduk di tempat masing-masing. Soifon-sensei sangat galak. Dan kami semua tak ingin membuat masalah dengannya. Jadi terpaksa aku mengurungkan niatku untuk membalas dendam pada jeruk sialan itu.

--

Bel istirahat berbunyi.

Aku pun langsung keluar, mengingat aku ada janji dengan Kaien-senpai.

"Hey Rukia, mau ke kantin bareng tidak?" tanya Renji.

"Ah, maaf Renji. Aku ada urusan lain. Sudah yaa." ucapku sambil berlalu.

Aku tersenyum. Membayangkan wajah Kaien-senpai. Kaien-senpai adalah seorang yang aku sukai. Dari dulu, semenjak aku SMP. Demi mendekati dia, aku rela menjadi manager klub sepak bola. Klub yang diikutinya. Walaupun pada akhirnya aku tergila-gila sendiri dengan sepak bola. Wajahku memerah. Membayangkannya selalu membuatku seperti ini. Akhirnya aku sampai juga di kantin. Mataku mencari-cari sosok Kaien-senpai. Aku menemukannya. Dia melambaikan tangannya kepadaku. Menandakan untuk segera kesana. Aku menghampirinya sambil tersenyum.

.

.

.

KUROSAKI ICHIGO

"Hey, Ichigo!!"

Teriakan itu mengagetkanku. Membuyarkan lamunanku.

"Ah, Renji. Ada apa sih? Kau ini mengganggu tau,"

"Habis kau aneh sekali. Kelihatan tidak bersemangat." jawab Renji sambil meminum sodanya. "Kenapa denganmu?"

"Tidak apa-apa." jawabku asal-asalan. Aku kembali meminum susu strawberry ku.

"Yang benar?" Renji kelihatan tak percaya.

"Iya." jawabku singkat. Habis, mau bilang apa lagi? Mau bilang karena Rukia? Bisa-bisa kau tersedak mendengarnya!

Rukia. Hhh, kenapa kau harus menyukai Kaien itu sih? Apa kelebihannya dibanding aku? Sepak bola? Kalau kau mau, aku juga bisa menjadi kapten sepak bola seperti dia.

"Hey, Ichigo! Kau.. kau melamun ya?" Renji menggerakkan tangannya di depan mataku, membuat Rukia hilang dari pandanganku. Digantikan oleh tangannya yang besar.

"Aku tidak melamun! Sudahlah, kau diam saja." aku menyingkirkan tangannya.

Renji kelihatan bingung. Tapi aku tak peduli. Kami berdua-tepatnya aku- sedang mengawasi Rukia dan Kaien yang sedang mengobrol di pojokan kantin. Hhh, mereka sedang mengobrol apa ya? Apa tentang sepak bola? Tapi kenapa Rukia kelihatan senang sekali? Wajahnya memerah, tanda ia malu sekaligus senang. Argh! Kenapa lama sekali sih mereka berbicara!

Aku menghembuskan nafas dengan keras.

"Sabar, belum tentu Kaien menembak Rukia." ucap Renji tenang.

"Ya, baguslah kalau beg.." kalimatku terhenti. "Apa? Apa yang kau katakan Renji?" tanyaku kaget.

"Kubilang, belum tentu juga Kaien menembak Rukia. Kau ini, sebaiknya kau bersihkan kotoran dalam telingamu itu!" tidak ada nada bercanda. Suaranya datar.

"Maksudku, bukan itu. Apa.. apa kau mengetahui..nya?" aku bertanya pelan. Masih tidak percaya dia mengetahuinya. Hey! Selama ini kan aku selalu mengejek Rukia! Mana mungkin ada yang tahu perasaanku sesungguhnya. Atau…

Renji mengangguk. Kini matanya menatap mataku.

"Sudah berapa lama kita berteman?"

"Hampir.. 10 tahun mungkin," heran. Untuk apa dia menanyakan ini?

"Aku sudah tau kebiasaan dan sifatmu, Ichigo. Kau tidak pernah segelisah ini. Bahkan ketika dulu Inoue belum klepek-klepek denganmu. Kau tidak akan segelisah ini." Renji menjelaskan dengan senyum kemenangan.

Skak mat!

Aku merasa panas dingin. Renji kembali meminum sodanya. Tenang. Khas Renji. Tapi tetap saja membuatku heran. BAGAIMANA DIA BISA MENGETAHUI ISI HATIKU?

Aku menatapnya. Mencoba mencari tahu, kenapa dia bisa menjadi sepintar itu. Apa mungkin tadi pagi dia sarapan dengan pisang yang mengandung DHA dan omega 3? Atau dia sedang kerasukan alien, yang membuatnya pintar dalam sekejap?

Kacau, pikiranku semakin kacau. Mungkin aku harus mengakui, bahwa ia yang biasanya bodoh kini menjadi sangat pintar. Pintar dalam menebak isi hatiku tentunya. Atau mungkin karena faktor usia persahabatan kami yang sudah sangat lama. Ya, mungkin itu.

"Sejak kapan kau tahu, Renji?" aku berbisik kepadanya. Jangan sampai ada yang tahu, bisa hancur reputasi playboyku!

Ia tersenyum. Huh, kau mengejekku?

"Sejak lama. Benar kan, Ichigo? Benar kan kau menyukainya? Kau playboy juga karena inigin menarik perhatiannya kan?" tanya Renji. Sekarang wajahnya seperti menahan tawa.

"Ehh, menyukai siapa? Siapa yang kau suka Ichigo?"

Aku terlonjak kaget. Suara itu, suara yang familiar di telingaku.

"Rukia!" teriakku.

Rukia menutup kedua telinganya. Terganggu dengan teriakanku. "Iya ini aku, kenapa kau jeruk? Seperti melihat hantu saja!"

Aku terdiam. Tak mampu menjawab. Sejak kapan dia disini? Apa dia mendengar semua pecakapanku dan Renji?

"Jadi, siapa yang kau sukai, Ichigo? Hingga kau menjadi playboy demi menarik perhatiannya?" ulangnya. Kali ini dengan senyum mengejek.

Aku menoleh kepada Renji. Sial! Dia sama sekali tak peduli. Sekarang dia malah enak-enakkan makan pisang!

"Hey, Ichigo! Cepat beri tahu!" Rukia mulai tak sabaran.

Keringatku kembali menetes. Aku harus jawab apa? Tidak mungkin aku harus jujur! Apa yang harus aku katakan?

.

.

.

To Be Continued


A/N : gimana? masih geje? huahaha well, if that so, i need your review very much :D. it'll help me to be a better author. thank you!

.

.

.

yooooo klik tombol ijo!