Ada sebuah Visual Novel berbahasa Indonesia yang dengan tidak sengaja chara utamanya mirip dengan saya. Baik nama maupun karakter.

Whelp, this is not an author insert fic.

InRealityXSonicomi

RandiXSonico


ARRRGH!

Kakiku tersandung sesuatu, entah itu piring, gelas atau meja, tetapi sesuatu telah menyandung kakiku.

Kalau saja aku punya pembantu. Mungkin juga maid yang moe. Mwehehehe.

Oh iya, namaku Randi. Seseorang yang sudah tidak sekolah lagi, tidak juga bekerja. Kerjaku hanya bermain laptop, menonton anime seharian di rumah. Kadang aku keluar sebentar untuk mencari makan atau mencari bahan makanan.

Aku tidak suka bersih-bersih, makanya rumahku yang aku tinggali sekarang penuh berserakan dengan barang-barang. Orang tuaku orang kaya. Terlalu kaya sampai-sampai foya-foya 7 turunan juga tidak akan habis. Serius.

Meh, aku sudah memasang iklan di depan rumah standar orang Jepangku ini. Tinggal menunggu yang melamar saja. Berharap ada yang mau bekerja paruh waktu atau penuh untuk mengurusku.

Karena terlalu IMBA jika mempunyai butler atau maid dirumah cukup sederhana ini. Dengan tiga kamar, satu kamar mandi dan ruang tengah serta garasi ini.


*Author POV*

TING TONG!

"Sebentar."

Randi bergegas membuka pintu—karena jarang-jarang ada orang yang kerumahnya—dan melihat siapa yang berkunjung ke rumahnya.

"Ano…"

HOLY SHIT!

Seorang gadis muda berambut pink, bermata merah muda dengan sebuah earphone putih melekat di kepalanya. Dadanya yang besar tertutup oleh kaos putih dengan jaket terbuka dan celana cukup pendek untuk memperlihatkan kakinya yang sungguh bisa membuat menahan ludah.

Ehem, Randi kembali dari alam pikirannya yang mulai ngaco karena terlalu banyak bermain eroge, mukanya kini berubah menjadi biasa dan dengan sedikit senyum dibibirnya.

"Iya?"

Lelaki berambut hitam dengan cukuran cukup jabrig itu membalas dengan tenang, walaupun jarang berbicara dengan orang lain, tapi dia masih bisa berbicara normal dengan orang lain. Eroge telah menempanya menjadi lelaki yang tahan terhadap semua jenis godaan.

"Apa benar disini sedang mencari seorang pembantu?" tanya perempuan itu.

Sebuah kilatan terlihat bersinar di mata coklat lelaki itu.

"Benar." Jawab Randi dengan singkat.

"Boleh aku mencoba pekerjaan itu?" perempuan itu bertanya lagi.

Randi tidak menjawab, dia hanya mempersilahkan perempuan itu masuk kedalam rumahnya. Lalu menutup pintunya setelah perempuan itu membuka sepatunya.

"Kita bicarakan didalam."

Dengan hati-hati, Randi menuntun perempuan itu dari ruangan beranjau yaitu ruang tamunya. Belum juga 5 menit, suara aduhan terdengar dari perempuan itu.

"Aduh! Hue~"

Sepertinya kakinya tersandung sesuatu. Entah apa itu.

"Silahkan duduk." Dengan muka yang dibuat senetral mungkin, Randi mempersilahkan perempuan itu duduk di sofa.

"Baik." Ujar perempuan itu sambil mengelus-elus jempol kakinya.

"Jadi, bagaimana?" tanya Randi.

"Ah iya." Perempuan itu tersadar setelah mengelus-elus kakinya.

"Jadi begini, tadi saat saya melintas ke depan rumah ini, saya melihat iklan tersebut, karena saya tidak punya pekerjaan, maka saya ingin mencobanya." Perempuan itu mulai menjelaskan. Matanya dengan khawatir menatap lelaki yang berada didepannya itu, bersyukur karena pandangannya tidak kemana-mana dari matanya.

"Kamu mau kerjanya paruh waktu atau penuh?"

Hati perempuan itu mulai bertedak kencang. Pertanyaan yang sepertinya menjebak ini.

"Err… Saya lihat bagaimana gajinya dahulu. Kalau misalnya kurang, saya mungkin mengambil yang paruh waktu." Perempuan itu mulai gugup. Kakinya mulai gemetaran.

"Gaji paruh waktu sama kerja penuh itu beda lah. Masa disamain." Randi hanya bisa deadpan.

"Eep. Eng… Emang gajinya berapa ya?" perempuan itu merasa tidak sopan, dipekerjakan saja belum, sudah nanya gaji.

"Tergantung." Jawab Randi singkat.

"Maksudnya?" tanya perempuan itu.

"Tergantung bagaimana kau bekerja dalam seminggu awal. Jika kerjamu seminggu awal bagus ya mungkin akan setara pegawai kantoran biasa atau lebih, jika kerja penuh. Kalau paruh waktu ya setengahnya. Kalau seminggu kerjamu kurang baik ya paling Cuma seperempat dari gaji penuh ditambah dengan pesangon . Tentu saja tidak dipekerjakan lagi." Jelas Randi. Yang dalam hatinya berharap kalau perempuan itu mau menerimanya.

"Mumumumu…" perempuan itu tengah berpikir keras, untuk menentukan pilihannya. Randi hanya tersenyum kecil. Siapapun dia, profesionalismenya harus diutamakan. No work, no food, no money.

Plus cewek itu moenya sangat saat dia tengah berpikir.

"Baiklah, aku sudah putuskan!" seru perempuan tersebut.

"Bagaimana?" dengan muka bak salesman, Randi menunggu jawaban perempuan tersebut.

"Aku tanya bagaimana kerjaannya dulu!"

Randi facefloor.

"Begini, mudah saja kok, tinggal datang, beres-beres, membuatkanku makan siang, menyapu, mengepel. Jika hanya paruh waktu, ditambah dengan membuatkanku makan pagi dan malam dan melakukan apapun yang saya suruh—misal membeli sesuatu—jika kerja penuh. Pulangnyapun malam hari." Randi menjelaskan.

"Hanya itu?"

"Hanya itu. Memangnya mau apa lagi? Kurang lebih saya mencari maid. Maid amatir lebih tepatnya."

"Baiklah, jika begitu, aku kerja penuh disini. Aku akan berusaha untuk memuaskanmu, master!" seru perempuan itu.

Uhuk, dat innuendo. Randi hanya bisa menyeringai.

"Baiklah, kau bisa mulai hari ini dari sekarang sampai malam atau besok pagi hari sekitar jam 7 pagi. Kau tinggal dimana?" perempuan itu bernafas lega karena diterima.

"Di sekitar sini. Jadi walau pulang malampun bukan masalah." Jelas perempuan itu.

"Hmhm, baguslah. Baiklah, namaku Randi, senang menerimamu, Sonico-chan." Randi mengulurkan tanganya untuk berjabat tangan.

Sonico yang kaget karena orang ini tahu siapa dirinya pun mulai was-was.

"Hahaha, tidak usah takut. Saya memang sedang butuh orang, lagipula kamu berhentikan dari pekerjaanmu? Syukurlah. Karena saya gak yakin bisa nahan diri kalau sampai kamu turun ke dunia JAV." Sonico hanya bisa tersenyum sedih.

"Iya, managerku terus menerus memaksaku untuk masuk ke dunia JAV, jadinya aku memilih mundur sebagai idol dan model gravure. Memilih mencari pekerjaan lain." Mata Sonico mulai berair dan bibirnya mulai mengkerut.

"Hahaha, tenang saja. Saya tidak akan menyuruhmu yang aneh-aneh kok seperti memasak menggunakan apron tanpa baju atau sejenisnya. Asal kamu benar-benar ingin kerja, ya saya terima. Ingat, seminggu itu test. Berikan yang terbaik! Walaupun kamu model favorit saya, tidak akan menjamin lho!" dengan mata penuh harapan, tanpa sedikitpun kobohongan Randi memberikan dukungan layaknya boss pada anak buah.

"Baik, Randi-sama. Aku pegang kata-katamu barusan." Dengan senyuman cerah, tanpa ada lagi paksaan harus buka baju ataupun membuka kaki untuk babi yaitu para artis JAV lelaki, Sonico memulai hidup baru dengan pekerjaan yang baru.

"Baiklah Sonico, perintah pertamaku… Panggil aku, Randz-sama." Dengan naik ke sofa yang baru saja diduduki, Randi mulai bertingkah. Sonico hanya tertawa kecil melihat tingkah tuannya kali ini.

"Baik, Randz-sama. Hehehehe."

Sebelum Randi—sekarang Randz—terjatuh dan kakinya kembali tersandung sesuatu.


Fuck you. Sonico is mine. DEAL WITH IT.

Dan ini bukan author insert sekali lagi. Hanya saja Randi sedikit OOC dari yang asli.

Dan dengan ubahan seperlunya.

Randz out.

P.S: Gak terlalu butuh review. This shit is for my fun only. Tapi kalau ada yang pengen sih gapapa. :v