"Rapunzel"
Disclaimer: Naruto made by Masashi Kishimoto
Note: Fic ini berjalan berdasarkan sudut pandang orang pertama yaitu Naruto sebagai tokoh utama
Selamat Menikmati...
-o0o-
Chapter 1: Diary
15 Maret 2001...
Namaku adalah Naruto Uzumaki. Aku adalah anak SMA biasa yang biasa menghabiskan waktuku berkutat dengan pelajaran yang membosankan. Untungnya hari ini adalah hari libur jadi aku bisa sedikit melemaskan otot-ototku yang tegang akibat terlalu lama duduk dikelas. Dan satu-satunya hiburan bagiku hanyalah membaca novel misteri. Aku tidak ingin dipanggil dengan sebutan konglomerat atau semacamnya tapi harus kuakui bahwa harta ayahku cukup banyak. Ayahku mempunyai 3 rumah yaitu rumah tempat kami tinggal, rumah untuk disewakan dan satunya lagi dibiarkan terbengkalai.
Dan disinilah aku, di rumah ke-3 milik keluargaku. Aku memutuskan untuk menghabiskan liburanku di rumah tua yang lebih mirip sebuah kastil ini. Entah kenapa aku sedikit tertarik dengan rumah ini. Mungkin karena aku adalah seorang penyuka novel misteri.
"Selamat datang" sapa Iruka.
Rumah ketiga milik keluargaku ini memang telah lama ditinggalkan tapi tetap ada pelayan yang menjaganya. Menanggapi sapaan Iruka, aku hanya tersenyum tipis. Iruka langsung mengambil koperku dan menaikkannya ke lantai 2, tempat kamarku berada. Terakhir aku berkunjung kerumah ini ialah saat aku berumur 7 tahun dan sekarang aku sudah berumur 17 tahun.
"Apakah anda lapar?" tanya Iruka.
"Tidak kok" jawabku. Iruka cukup perhatian padaku, berbeda dengan pelayan yang selama ini ada bersamaku.
Rumah ini cukup besar jadi aku berjalan-jalan sebentar sekaligus menyegarkan ingatanku tentang rumah ini. Rumah ini terdiri dari 3 lantai dan akses menuju lantai 3 dikunci, entah apa sebabnya.
"Sebaiknya tuan tidak naik kesana" Iruka mencegahku saat berusaha membuka pintu menuju lantai 3.
"Kenapa?" tanyaku. Memangnya ada apa diatas? Monster?
"Se-Sebaiknya jangan.." Iruka bergegas pergi meninggalkanku yang kini tengah kebingungan.
Selama aku berkunjung kerumah ini, aku memang tidak pernah naik kelantai 3. Biasanya aku bermain dikamarku atau duduk-duduk dilantai 1. Ayahku pun melarangku untuk naik keatas sementara ibuku memilih untuk diam.
Yah karena tidak bisa kelantai 3, aku pun berjalan kelantai 2 dan masuk keperpustakaan. Dulu aku cukup sering kesini untuk membaca bersama ayah dan ibuku tapi saat itu aku masih belum punya ketertarikan dengan novel misteri jadi saat ini aku memulai pencarianku. Dari rak ke rak lainnya, aku mencari hal yang menarik.
"Ini? Apa?" Aku mengenggam sebuah buku usang yang penuh debu. Rasa penasaran membuatku membalik halaman demi halaman buku itu.
2 Januari 1978
"Aku dibawa kesebuah kastil oleh orang tuaku tapi aku sama sekali tidak diberitau apa tujuan kami datang kesini"
Apa ini? Sebuah buku harian? Yang jelas ini bukanlah tulisanku. Tulisan yang tertulis dibuku ini sangat indah. Apakah dia wanita? Aku pun membuka halaman berikutnya...
3 Januari 1978
"Aku terbangun dari tidurku. Aku tidak bisa tidur semalaman karena rumah ini sangat dingin dan lembab. Aku mencari kedua orang tuaku tapi hasilnya nihil. Kemana mereka?"
Aku tertegun sejenak, menatap ukiran tinta membentuk kalimat yang kubaca tadi. Aku merasa seperti diperhatikan oleh seseorang. Hawa dingin mulai mendera kulitku. Tunggu sebentar! Apa ini!? Seseorang memegang bahuku!?
"Apa yang anda baca, tuan?"
Ah rupanya Iruka - bikin kaget saja. Aku menunjukkan penemuanku. Aku sempat melihat perubahan ekspresi Iruka, dia tampak aneh "Ada apa Iruka?"
"Tidak ada apa-apa tuan, makan siang sudah siap"
Aku menangguk pelan sembari berpikir. Ada apa dengan Iruka? Ia tampak sedikit terkejut saat aku menunjukkan buku harian ini. Lagi-lagi aku mulai berpikir sok tau, seakan-akan aku sedang disuguhkan sebuah misteri. Aku turun ke lantai 1 dan bergegas untuk makan.
"Anda masih membawa buku itu? Sebaiknya disimpan dulu" kata Iruka.
Aku melahap makanan yang telah tersaji "Apa kau tau apa ini?"
"Tidak, tuan"
Selama Iruka tidak menjawab rasa penasaranku, aku akan terus membaca buku ini hingga selesai. Iruka tampak gelisah sedari tadi. Itu membuatku semakin yakin bahwa ada rahasia besar antara lantai 3 dan buku ini.
Usai makan, aku bangkit dari kursiku "Aku akan kekamarku" Aku berjalan meninggalkan Iruka dengan buku harian aneh itu yang tak lepas dari tanganku.
"Baiklah, tuan"
Aku memutar kenop pintu lalu masuk kedalam kamarku. Kamar ini cukup sederhana, tidak seperti kamar yang kutinggali saat aku masih dirumah orang tuaku. Hanya ada tempat tidur sederhana dan meja kecil dengan lampu tidur antik diatasnya. Aku meletakkan buku itu diatas meja, tepat dibawah naungan cahaya lampu. Maklumi saja karena ruangan ini lumayan gelap.
14 Januari 1978
"Sudah seharian aku mencari keberadaan orang tuaku dan hari ini aku baru menyadari bahwa mereka menelantarkanku. Yang bisa kulakukan hanyalah berbincang dengan seorang nenek yang terkurung digudang"
Gudang? Aku ingat bahwa memang ada sebuah gudang dirumah ini namun sudah dirubuhkan karena rusak akibat longsor. Dulu aku sempat ingin kesana tapi sekali lagi aku dihalangi oleh ayahku. Aku kembali membalik halaman menuju halaman berikutnya...
15 Januari 1978
"Hari ini nenek itu membuatku tertawa. Menurutku dia adalah orang baik. Aku berniat membebaskannya dari gudang seperti yang selalu ia inginkan tapi aku tak kunjung menemukan kunci gudang itu"
Kalian tau? Buku harian ini bagaikan sebuah cerita misteri bagiku. Entah kenapa aku tidak bisa berhenti membalik halaman.
16 Januari 1978
"Yatta! Aku menemukan kunci gudang itu tepat dilantai 3 meskipun agak berkarat tapi untungnya masih berfungsi. Nenek itu tampak sangat kurus dengan rambut putih kusut yang sangat panjang. Ia tersenyum tipis saat aku membukakan pintu"
Siapa nenek itu? Berdasarkan deskripsi sang penulis, ia tampak cukup menyeramkan.
TOK..TOK..TOK..
Si-Siapa itu?
"Masuk" perintahku.
"Permisi tuan, apakah anda sedang sibuk?" Itu adalah Iruka.
"Eeto..Tidak juga, ada apa?"
"Ehem.." Iruka tampak bingung "Mengenai buku yang anda baca itu.."
Aku hanya menatap Iruka. Akhirnya ia mau membicarakan tentang buku ini.
"Itu adalah buku harian milik pemilik villa sebelumnya, dia.."
BRAK..!
Suara yang amat keras terdengar dari dapur, sepertinya ada barang yang jatuh. Iruka agak terkejut begitupun denganku. Apakah itu kucing? Atau angin?
"Dia..?" Aku menanyakan lanjutan cerita Iruka.
"Di-Dia..Di-Dia seorang perempuan" Setelah mengatakan itu, Iruka menutup pintu kamarku dan pergi.
Perempuan? Hanya itu? Iruka tampak aneh. Aku kembali mengarahkan pandanganku ke halaman buku yang tadi kubaca.
CLICK! CLICK!
Tiba-tiba lampu antik yang menerangi bacaanku itu berkedip beberapa kali. Mungkin karena lampu itu sudah tua tapi entah kenapa perasaanku mendadak jadi kurang enak. Aku merasa bahwa ada memperhatikanku.
-o0o-
17 Januari 1978
"Nenek itu bercerita banyak hal tapi yang paling aku ingat adalah cerita tentang anaknya yang kejam yang mengurungnya. Aku merasa kasihan pada nenek ini jadi aku menawarkan diri agar diangkat menjadi anaknya"
Pemilik villa ini sangat baik, itulah yang ada dipikiranku tapi kenapa orang tua gadis ini meninggalkannya? Aku tidak mengerti
18 Januari 1978
"Aku dan nenek turun kelantai 2. Nenek mengatakan bahwa ia akan memberiku hadiah tapi ia sendiri bingung apa yang ingin ia berikan. Ia sangat lucu. Akhirnya ia memutuskan untuk memberikan hadiah tepat pada hari ulang tahunku yaitu 2 hari lagi"
Aku merengangkan otot-ototku. Rasa haus mulai mendera. Aku pun beranjak menuju kedapur yang terletak dilantai 1. Kemana Iruka? Ia sama sekali tak kelihatan dimana pun.
"Iruka!"
"Iya tuan"
Aku langsung menengok kebelakang tentu saja dengan ekspresi terkejut karena Iruka tiba-tiba menepuk pundakku sama seperti sebelumnya.
"Ada apa tuan?"
"Aku haus" Aku mengatakannya dengan senyuman khas terukir diwajahku.
"Akan kuambilkan, tuan tunggu saja dikamar"
Sembari menunggu aku melihat-lihat sekeliling villa berarsitektur ala zaman penjajahan ini. Aku sebenarnya ingin naik kelantai 3. Kira-kira ada apa disana?
"I-Itu!? Siapa!?" Sekilas aku melihat seorang anak kecil berambut pirang tapi ia menghilang dengan cepat. Aku berlari mengejarnya hingga ujung koridor. Ia tidak ada. Yang ada hanyalah sebuah ruangan yang tak pernah kulihat. Aku memasuki ruangan itu.
"Banyak sekali buku dan pensil, tempat apa ini?"
Kulayangkan pandanganku kesetiap sudut ruangan dan alangkah terkejutnya aku ketika aku melihat mayat seorang anak kecil yang telah membusuk dan menjadi tulang belulang.
"Keluarlah"
Aku terbelalak. Siapa itu? Aku yakin aku mendengar suara seorang wanita tapi saat aku menoleh kearah suara itu, aku sama sekali tak melihat apapun. Pintu ruangan ini tiba-tiba tertutup.
BRAK!
Aku menendang pintu itu sekuat tenaga tapi tak berhasil, pintu itu masih terkunci rapat. Aku merasa ada yang memegang bahuku tapi saat aku menoleh, tidak ada apa-apa. Aku berbalik kearah lain dan aku melihat seorang wanita dengan rambut putih sangat panjang, darah mengalir dari rongga matanya yang kosong.
Aku berusaha berteriak tapi suaraku seakan hilang. Wanita menyeramkan itu mendekatkan wajahnya ke wajahku dan dengan suara yang parau, ia berkata...
"Pergilah"
Pintu ruangan ini seketika terbuka dan tanpa basa-basi aku langsung berlari keluar. Iruka nampak heran saat melihatku.
"Ada apa tuan?"
Aku tidak menjawabnya. Aku meraih segelas air yang Iruka bawakan lalu meminumnya cepat-cepat dan aku pun tersedak "Uhuk..Uhuk.."
"A-Ada apa tuan?"
"Aku melihat seorang wanita! Rambutnya sangat panjang yang, ia sangat mengerikan"
Iruka tertegun "Tenanglah tuan, aku yakin itu hanya imajinasi tuan saja"
"Tidak! Itu bukan imajinasi! Aku yakin dengan apa yang kulihat! Ceritakanlah padaku tentang rumah ini"
Awalnya Iruka hanya memilih diam atau mengubah topik pembicaraan tapi setelah kudesak berkali-kali, ia pun menceritakan semuanya...
Dulu memang ada seorang anak gadis yang ditelantarkan disini dan tanpa sebab yang jelas ia meninggal. Banyak orang yang mengatakan bahwa ia bunuh diri. Sejak saat itu, banyak anak yang menghilang jika masuk ke villa ini. Mayat anak-anak itu tak pernah ditemukan meski pencariannya sudah dibantu oleh polisi. Tapi ayahku tidak percaya akan mitos itu dan tetap membeli villa ini karena murah namun setelah tinggal beberapa hari, ayahku membeli rumah lagi dan pindah lalu villa ini dikosongkan.
"Itulah yang terjadi tuan"
"Lalu kau tidak takut tinggal disini?" tanyaku.
"Tidak tuan, karena sebenarnya hantu itu baik, aku pernah bertemu dengannya, ia hanya sedih karena ditinggal orang tuanya"
Aku terhenyuk mendengarnya. Iruka pernah bertemu hantu itu? Tapi kenapa ia menyuruhku pergi? Setelah menenangkan diri, aku masuk kembali kekamarku dengan perasaan was-was. Halaman buku yang tadi sempat kubaca kini berubah. Tertiup angin?
19 Januari 1978
"Besok adalah ulang tahunku, nenek pergi kesuatu tempat. Katanya untuk membeli hadiah. Aku penasaran dengan hadiah yang ia beli"
Berarti ini adalah buku harian hantu itu? Apakah hantu itu membunuh anak-anak? Tapi Iruka bilang kalau ia baik lalu yang mana yang harus kupercaya.
24 Januari 1978
"Ini mungkin tulisan terakhirku. Aku sudah tak tahan dengan penderitaan yang kualami. Kenapa ayah dan ibu membuangku? Aku ingin bermain seperti biasa. Aku akan mengakhiri penderitaanku sendiri"
Apa ini!? Kenapa buku hariannya tak saling berhubungan? Aku menyadari kalau ada beberapa halaman yang sobek. Dihalaman terakhir terdapat noda darah yang sudah kering, ya tentu saja karena buku ini sudah tua. Jadi gadis itu bunuh diri? Seperti yang dikatakan Iruka.
Matahari mulai tenggelam. Aku memang menjadwalkan liburan selama 3 hari disini jadi kau harus menginap. Aku merebahkan tubuhku dikasur. Aku tidak menyangka akan mengalami kejadian mistis yang nyata. Selama ini aku hanya membacanya di novel tapi sekarang aku mengalaminya sendiri.
"Anda sudah tidur?"
"Belum, aku tidak bisa tidur" jawabku.
"Jika tuan mau, aku bisa menemani tuan sampai anda tertidur" ujar Iruka.
"Baiklah" Jujur aku takut. Jika kalian masih normal, pasti kalian juga akan ketakutan sepertiku.
Keheningan tercipta. Aku tidak tau mau bilang apa "Dia baik kan?"
"Siapa? Hantu itu? Iya tuan"
"Dia menyuruhku untuk pergi, menurutmu kenapa?"
Iruka menggeleng "Entahlah tuan, ia tidak pernah mengatakan hal seperti itu padaku"
"Lalu tentang buku itu, apakah kau juga membacanya?"
Iruka mengangguk "Iya tuan"
"Semuanya?"
Iruka menggeleng "Sama seperti yang anda baca"
"Lantai 3?"
Iruka tertegun "Hantu itu menyuruhku untuk membiarkan lantai itu kosong dan melarang siapapun untuk naik, hanya itu"
"Begitu ya"
- Keesokan Paginya -
Aku membuka mataku. Samar-samar aku melihat sesosok wanita, wanita yang sama dengan yang pernah kulihat. Ia tersenyum padaku lalu menghilang. Ada apa dengannya? Apakah ia ingin membuatku ketakutan? Aku turun kelantai 1 sembari celingukan mencari Iruka. Entah kenapa tapi akhir-akhir ini Iruka sering menghilang tiba-tiba.
BRAK!
Suara itu berasal dari dapur. Aku segera melangkah kedapur dan menemukan Iruka. Tapi ia tampak tak sehat. Ia tertidur dengan tenggorokan yang hampir hancur seluruhnya.
- TBC -
Note:
Yaha! Kembali lagi dengan Reito! Another fanfic released. Mudah-mudahan tidak write block lagi. Sebenarnya sudah banyak fanfic yang kutulis tapi terhalang oleh write block. Apakah seram? Atau malah lucu? *plak* Yah semoga menghibur ^^)/
Mohon Reviewnya ^^)/
