Shoujo Manga Project!
Disclaimer : Masashi Kishimoto yang punya Naruto bukan Saya. Tapi Cerita ini murni saya yang buat.
Warning : TYPO udah pasti-OOC emang iya-GAJENESS ga bisa dilepas :P
.
.
.
Project 1-"Kau seharusnya menolakku!"
"Sasuke-Sama! Kyaa!"
"Sasuke-Sama hari ini sangat tampan!"
"Sasuke-Sama jadilah pacarku! Eh-Tidak…jadilah suamiku!"
Teriakan kaum hawa itu hampir setiap hari terdengar di dalam Hoshi Gakuen. Setiap kali Uchiha Sasuke-sang pangeran sekolah-muncul dari balik mobil limousine hitam yang mengantarnya ke depan gerbang sekolah, maka para fans-nya akan berbaris teratur menyambutnya seperti anak ayam yang minta makan pada induknya.
Memang tidak bisa dipungkiri lagi karisma dari seorang keturunan keluarga konglomerat Uchiha itu mampu membuat hati dingin seorang perempuan jadi meleleh dalam sekejap seperti es krim. Tidak bermaksud untuk berlebihan tapi memang itulah kenyataannya. Wajahnya yang tampan seperti seorang malaikat, tubuhnya atletis sempurna, memiliki IQ yang tinggi, jago dalam olahraga, dan yang hebatnya lagi dia sudah memiliki perusahaan sendiri yang ia bangun di samping perusahaan milik keluarganya.
Manusia sempurna macam Sasuke sangat sulit untuk ditemukan. Seolah-olah dia adalah badak bercula satu atau platypus yang hampir punah dan harus dilestarikan di dunia ini. Karena itu jangan heran jika reaksi para gadis-bahkan tidak bisa dipungkiri ada laki-laki juga-yang melihatnya akan mengaga bengong karena terpesona. Lalat masuk ke dalam mulut pun mungkin mereka tidak akan sadar kecuali jika Sasuke sudah lepas dari pandangan mereka.
Hampir seluruh siswi yang ada di Hoshi Gakuen selalu berusaha untuk menarik perhatian sang pangeran, namun apa daya jika sang pangeran sendiri sudah di kawal ketat oleh ke empat bodyguard-nya. Iya, bodyguard-nya ada empat sekaligus. Mereka direkrut khusus oleh ayah Sasuke agar Sasuke selalu aman terjaga dari orang-orang yang ingin berniat jahat padanya.
Bahkan Kalau ada yang berani mendekati Sasuke tanpa alasan yang jelas mereka dengan kekuatan penuh akan menyingkirkan serangga pengganggu. Hebatnya lagi ke empat bodyguard Sasuke ini semuanya pemuda yang seumuran dengan Sasuke. Mereka adalah Uzumaki Naruto, Nara Shikamaru, Shimura Sai, dan Hyuuga Neji.
Namun jangan meremehkan mereka, skill bela diri mereka sangat tinggi, di samping itu mereka juga sudah mahir menggunakan senjata apa pun itu karena sudah dilatih sejak kecil. Mereka berempat juga memiliki banyak fans karena, yaah, apalagi kalau bukan tampan dan cerdas dengan latar belakang yang mapan?
Tidak jarang mereka di sebut-sebut sebagai F4 oleh fans klub mereka. Padahal mereka tidak suka jika dipanggil dengan sebutan F4 yang aneh itu. Memangnya mereka apa? Salah satu Keyboard Komputer? Biarpun begitu mereka selalu ramah dan suka membantu orang lain jika membutuhkan pertolongan mereka. Asal pertolongannya masuk akal aja. Jangan minta tolong buat anak atau menghancurkan Negara Jepang, kalau itu sih sudah kehilangan akal.
Seperti yang sering terjadi di dalam novel, film-film, drama-drama, anime atau manga, pastilah ada heroine yang akan masuk ke dalam cerita. Entah dia akan jadi tokoh utama, pendamping, pembantu atau budak sekali pun. Di antara gadis-gadis yang berteriak histeris memanggil nama Sasuke-seolah-olah mereka sedang memanggil dewa hujan itu-, tersembunyilah seorang gadis berkacamata bulat seperti tutup botol susu sapi, berkuncir dua, memakai rok panjang selutut dilapisi celana training biru tua, dan yang paling mencolok adalah rambutnya yang berwarna soft pink seperti bunga Sakura.
Kenapa kubilang tersembunyi? Karena badannya yang kecil tergencet oleh gadis-gadis lain yang lebih tinggi darinya. Dan saat kubilang tergencet, itu artinya benar-benar tergencet. Wajah gadis yang bernama Haruno Sakura itu berubah menjadi merah karena hampir kehabisan napas. Tapi dia adalah gadis berpendirian teguh dan pantang menyerah. Walaupun dia harus pingsan setelah berjibaku dengan bau ketek berwarna-warni bak pelangi yang menyerangnya tapi dia harus melihat sang pangeran sekolah walau hanya sekilas.
Melihat Sasuke untuk seorang siswa dari kelas regular memang cukup sulit. Hoshi Gakuen emiliki sistem kelas yang dibedakan menjadi kelas regular atau biasa tempat para siswa dan siswi belajar pada umumnya, dan kelas 'Hoshi' yang hanya ada satu di sekolah ini. kelas Hoshi bahkan punya gedung kelasnya sendiri karena orang-orang yang mengisi di kelas Bintang hanya orang cerdas dan berlatar belakang keluarga kaya raya. Kabarnya ada artis dan atlet terkenal juga yang pernah masuk ke dalam kelas Hoshi. Anggota kelasnya pun sangat sedikit, yaitu hanya ada delapan orang saja.
Semua itu termasuk Sasuke, Naruto, Shikamaru, Neji, dan Sai. Sisanya adalah tiga gadis dari keluarga terpandang. Seingat Sakura mereka adalah Hinata Hyuuga, adik sepupu dari Neji, lalu Yamanaka Ino dan yang terakhir adalah Sabaku Temari. Mereka bertiga dikenal sebagai putri dari Hoshi Gakuen dan tidak kalah terkenalnya dengan Sasuke dan ke empat bodyguard-nya.
Sempat tersiar kabar kalau ketiga putri itu menyukai Sasuke, dan ketiganya saling bersaing untuk merebut hati Sasuke. Bahkan salah satu dari mereka akan menjadi kandidat tunangan Sasuke. Entah itu benar atau tidak Sakura tidak peduli. Yang jelas dia ingin melihat wajah pangeran sekolah itu agar dia bisa tidur dengan tenang nanti malam.
"Permi-Aw!" tiga sikut sekaligus langsung menghantam wajah Sakura. Kali ini bukan Cuma merah, tapi hidung Sakura juga berdarah karena hantaman yang tidak disengaja tersebut. Sialnya lagi mereka tidak sadar sudah mencelakakan orang lain dan tetap berteriak histeris sampai Sasuke serta bodyguard-nya sudah masuk ke dalam gedung sebelah Utara dimana kelas Hoshi berada.
Setelah itu mereka pergi begitu saja meninggalkan Sakura yang terduduk bengong sambil memegang hidung serta sebuah notes dan pensil di tangan kanannya. Hati Sakura tentu saja merasa panas karena kesal. Sudah tidak sempat melihat wajah pangeran sekolah, eeh, malah mukanya bonyok gara-gara disikut. Orangnya tidak sadar diri dan minta maaf pula.
"Sialan! Kalau begini caranya aku cuma bisa pakai cara 'itu' agar bisa bertemu dengannya! Untung aku sudah mengirim surat ke alamat rumahnya langsung." Sakura mengambil sapu tangan polkadot-nya dari dalam kantung roknya, lalu menyeka hidungnya yang berdarah sambil memaki-maki di dalam hati.
Untuk pagi ini dia gagal, tapi untuk yang selanjutnya dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu dengan Sasuke, karena Sakura sudah tahu kapan Sasuke akan sendirian tanpa ada pengawalnya. Dia sudah menyiapkan semuanya secara diam-diam tanpa diketahui siapa pun, kecuali Tuhan tentu saja.
"Tunggu saja Uchiha Sasuke. Aku pasti akan menyatakan perasaanku padamu!" teriak Sakura penuh semangat sambil mengangkat tangannya ke atas.
"WOI MINGGIR! Gerbangnya sudah mau di tutup, kau menghalangi jalan!" Teriakan Botan Sensei langsung membuat Sakura salah tingkah dan kabur seribu langkah dari depan gerbang sekolah. Hampir saja dia dilabrak habis-habisan sama Sensei galak dan jomblo abadi itu.
Diam-diam Sakura mendengus geli. Hanya gara-gara Jomblo Botan Sensei jadi mudah marah dan langsung mengomel panjang lebar kalau kejombloannya diungkit. Padahal harusnya dia bisa melakukan hal yan lebih berguna daripada marah-marah tidak jelas seperti kesurupan Beelzebub begitu.
Misalnya saja…membaca manga? Kalau Botan Sensei mau Sakura bisa merekomendasikan shojo manga yang bagus untuk menghabiskan waktu dan melupakan kejombolannya. Tapi sayang beribu sayang Sakura harus melupakan rencana itu karena Botan sensei itu laki-laki (jarang sekali laki-laki mau membaca shojo manga), dia juga bukan tipe orang yang mudah untuk didekati seperti Sasuke-Sama.
Bedanya Sasuke-Sama tidak bisa didekati karena dilindungi bodyguard-nya, kalau Botan Sensei, di dekati sedikit saja langsung membentak marah tanpa alasan seperti bulldog yang siap menggigit. Miris, miris. Sudahlah, daripada memikirkan Botan Sensei lebih baik dia memikirkan rencana selanjutnya untuk bertemu dengan sang pangeran sekolah hari ini juga. Karena misi ini lebih penting dari apa pun juga.
…..
Shojo Manga Project
...
"Hampir setiap hari mereka selalu teriak-teriak, 'Sasuke-Sama!' 'Sasuke-Sama!' apa mereka tidak bosan?" Tanya Naruto tiba-tiba. Saat ini mereka sedang makan siang di dalam kelas dengan menu yang sudah di sajikan oleh koki professional secara langsung.
"Apa kau juga ingin diteriaki seperti itu?" Sai bertaya balik sambil memotong daging domba muda yang tersaji di piringnya.
"Bodoh, tentu saja tidak! Kalau aku sih sudah pasti akan bilang ke mereka kalau mereka itu mengganggu ketenangan sekolah! lagipula sebenarnya mereka itu mau sekolah atau mau jumpa fans sih? Telingaku jadi berdengung karena dua tahun selalu dengan teriakan mereka."
"Kalau gitu pakai penyumbat telinga saja. Ini kubagi satu." Neji memberikan satu plastik berisi penyumbat telinga ke arah Naruto dengan wajah datar.
Naruto sweatdrop seketika sambil memegag penyumbat telinga tersebut. Pantas saja Neji terlihat tenang walau mendengar teriakan cewek-cewek histeris itu. Padahal di antara mereka berlima Neji paling tidak suka dengan kebisingan.
"Kenapa baru memberikannya sekarang, bodoh!" teriak Naruto kesal.
"Siapa yang kau bilang bodoh. Idiot?" balas Neji sambil menyeruput teh hijaunya.
"Apa kau bilang dasar rambut panjang sialan!" Naruto menggebrak meja makan, kesabarannya sudah habis.
"Hei! Jangan mengejek rambutku! Kumis kucing!" Neji langsung berdiri dari kursi dan menunjuk-nunjuk Naruto dengan pisau roti.
Setelah itu keluarlah segala kata-kata kotor yang seharusnya tidak diucapkan oleh orang-orang berpendidikan seperti mereka. Di sisi lain Shikamaru nampak tidak peduli dengan pertengakaran Naruto dan Neji, dia lebih memilih menghabiskan waktu istirahat-nya dengan tidur di atas sofa merah beludru yang terdapat di ruang kelas mereka. Sedangkan Sai hanya tersenyum penuh arti melihat kedua temannya bertengkar, diam-diam dia merekam pertengkaran tersebut dengan kamera ponselnya.
"Kalau video ini kusebar ke internet mungkin bisa dapat banyak penonton dan aku dapat untung…" pikir Sai dalam hati.
Melihat tingkah ajaib keempat bodyguard Sasuke itu Hinata, Ino dan Temari hanya bisa geleng-geleng kepala. Mungkin mereka berempat memang tampan, pintar dan memiliki skill. Tapi tingkah mereka itu seperti anak umur tujuh tahun yang baru masuk ke sekolah dasar. Karena itulah mereka lebih memilih Sasuke yang bersikap normal di antara mereka berlima.
"Harusnya mereka itu sadar kalau mereka bukan anak kecil lagi. Dasar bodoh!" celetuk Ino.
"Benar, mau dibandingkan dengan Sasuke-Sama pun juga mereka masih berbanding jauh antara bumi dan langit." Temari ikut menimpali.
"Tapi aku rasa Naruto-Kun lucu juga kalau sedang bertengkar dengan Neji Nii-San. Fufu…" ucapan terakhir dari Hinata itu hanya ditanggapi dengan tatapan bengong dari kedua temannya yang lain.
"Ah, ngomong-ngomong. Dimana Sasuke-Sama dimana ya? Sejak bel istirahat berbunyi dia langsung keluar dari kelas tanpa pengawalan." Lanjut Hinata. Mereka bertiga terdiam sejenak.
"Mungkin pergi ke toilet? Hanya di tempat itu Sasuke-Sama tidak di kawal." Ino akhirnya angkat bicara sambil menepuk tangannya.
"Oh iya, benar juga. Aku lupa Sasuke-Sama tidak suka di kawal sampai ke toilet." Kata Hinata lagi sambil tertawa kecil.
"Tapi lama juga ya? Sudah dua puluh menit berlalu, padahal biasanya dia hanya sepuluh menit di toilet."
Mereka bertiga terdiam lagi. Tapi kali ini disertai perasaan tidak nyaman. Jangan bilag terjadi sesuatu dengan pangeran sekolah mereka itu. Apa mungkin diculik? Atau pingsan gara-gara anemia? Atau mungkin perutnya sedang sakit karena sembelit?
Di antara ketiga alasan itu alasan ketigalah yang paling mungkin terjadi. Ya, mereka berusaha berpikir optimis dengan mengira kalau Sasuke lama di toilet karena sedang buang air besar gara-gara sembelit. Rasanya lucu juga kalau membayagkan Sasuke sedang buag air besar. Tapi walaupun dia sedang buang air besar sekali pun Sasuke tetap saja tampan. Orang tampan mah bebas berekspresi, iyakan?
…..
Shojo Manga Project
...
Iya. Mereka semua tidak tahu saja kalau Sasuke sebenarnya tidak pergi ke toilet sekali pun. Tapi saat ini dia sedang berdiri di belakang gedung kelas Hoshi. Tepatnya di halaman belakang sekolah yang sepi dan dipenuhi dengan pohon Sakura yang bunganya berguguran lembut. Sudah dua puluh menit dia menunggu di bawah pohon Sakura ini sejak bel istirahat berbunyi. Tapi orang yang menyuruhnya untuk datang kemari malah terlambat.
Sebenarnya Sasuke tahu orang ini adalah salah satu gadis di sekolahnya yang ingin mengutarakan perasaannya. Sasuke sudah sering mendapat surat cinta yang di taruh di lokernya. Padahal loker siswa regular dan siswa Hoshi berbeda tapi mereka bisa memasukan surat itu entah bagaimana caranya.
Kali ini suratnya bukan sampai di loker sekolahnya tapi langsung ke alamat kediaman Uchiha. Karena itu Sasuke sedikit penasaran siapa gadis yang nekat mengirim surat tanpa nama itu langsung ke rumahnya, untung saja surat, untung saja surat itu langsung sampai ke tangannya kalau sampai dibaca ayah atau kakakknya bisa terjadi hal yang gawat.
Sasuke mungkin tidak banyak bicara terlihat dingin dan berwajah stoic. Tapi bukan berarti dia bisa mengabaikan perasaan gadis-gadis yang memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya. Bagi Sasuke perasaan itu perlu dihargai jika dia sendiri ingin dihargai. Walaupun pada akhirnya dia selalu menolak siapa pun yang ingin menjadi pacar atau bahkan istrinya tapi mereka bisa pergi dengan tangisan lega.
Sebenarnya para pengawalnya sudah tahu kalau dia akan bertemu dengan orang yang akan mengutarakan perasaannya hari ini. Tapi mereka diam saja karena tidak mau Ino, Temari dan Hinata melabrak gadis tersebut. Bisa-bisa gadis polos yang tidak tahu apa-apa itu dikeluarkan dari sekolah karena berani dekat-dekat dengan Sasuke. Terlebih lagi kandidar tunangan Sasuke bukan hanya mereka bertiga, masih banyak lagi gadis-gadis dari keluarga terpandang yang ingin menikahinya.
Kalau sudah seperti itu bukan Cuma keluar dari sekolah, tapi gadis ini bisa keluar dari Negara Jepang atau mungkin bisa keluar dari planet bumi. Sasuke merasa tidak enak karena akan menolak perasaan seorang gadis untuk yang kesekian kalinya. Tapi dia lebih memilih untuk jujur daripada menyakiti hati seorang gadis dengan berpura-pura menyukainya. Lagipula, dia sudah menyukai gadis lain sejak ia kecil.
"Waa! Ka-kau benar-benar datang!? Ternyata gossip kalau kau mau menerima pernyataan cinta seorang gadis itu benar-benar nyata ya!" sosok Sakura tiba-tiba muncul dari balik tembok gedung Hoshi.
Wajahnya nampak memerah senang karena Sasuke benar-benar ada di hadapannya saat ini. di tangannya ada sebuah notes yang selalu ia bawa kemana pun ia pergi, tidak lupa dengan pensil mekaniknya.
Di sisi lain Sasuke langsung terpaku saat melihat sosok Sakura yang berjalan pelan mendekatinya. Dia mengamati gadis berbadan pendek itu dari atas ke bawah. Tipikal gadis desa yang culun dan tidak memiliki banyak teman. Tapi bukan itu yang dia pedulikan. Sama sekali bukan itu.
"Ah, ma-maaf kalau aku terlambat. Tadi aku dikejar sama Jomblo-maksudku, Botan Sensei karena menyelinap masuk ke area gedung Hoshi. Tapi aku berhasil kabur kok, hehe." Selagi Sakura sibuk membetulkan kacamatanya yang melorot Sasuke semakin memandang Sakura dengan seksama.
Dia ingin memastikan sesuatu yang mungkin terlihat mustahil. Tapi, dia tidak mungkin salah jika melihat warna rambut Sakura yang tidak ada duanya itu. Apa gadis ini yang mengirim surat secara langsung ke rumahnya? Apa mungkin ini gadis yang sama yang pernah ia temui bertahun-tahun yang lalu? Dia harus menanyakan namanya agar debaran jantungnya tidak semakin cepat sehingga bisa membunuhnya saat itu juga.
"Siapa namamu?" Tanya Sasuke, masih dengan wajah stoic-nya yang khas.
"Oh maaf. Aku lupa memperkenalkan diri namaku Haruno Sakura, dari kelas reguler 2-B." Sakura tersenyum riang sambil menundukan kepalanya sedikit.
Haruno Sakura? Tidak bukan itu namanya. Debaran jantung Sasuke perlahan kembali normal. Dia mengembuskan napas lega sekaligus sedikit kecewa karena gadis yang ada di hadapannya ini ternyata bukan gadis yang ia cari selama ini. Tapi warna rambut mereka begitu mirip. Jarang sekali ada orang yang memiliki warna rambut soft pink di dunia ini.
Bagaimana kalau ternyata gadis ini orang yang dia cari namun berganti nama? Ada banyak kemungkinan yang bisa saja terjadi. Tapi kalau dia memang gadis yang sama seharusnya dia mengenali Sasuke sejak mereka masuk ke sekolah ini. Bukankah mereka sudah berjanji untuk terus bersama-sama selamanya sebelum mereka berpisah?
Sepertinya hanya ada satu cara agar dia tahu apakah gadis ini gadis yang sama dengan cinta pertama-nya dulu.
"Ano…maaf mengganggu waktumu Sasuke-Sama. Tapi aku janji akan mengatakannya dengan cepat untuk menebus keterlambatanku." Sakura yang tidak sadar kalau Sasuke sejak tadi mengamatinya lekat-lekat kini kembali berbicara sambil meremas notes birunya.
"Sebenarnya sudah lama aku mengagumimu…kau benar-benar tipikal ikemen bercampur bishounen yang cocok untuk-eh, maksudku. Ma-maukah…kau menjadi kekasihku, Sasuke-Sama?" Wajah Sakura semakin berubah warna menjadi semerah buah tomat. Tangannya bergetar kecil dan jantungnya berdegup sangat kencang.
Akhirnya setelah sekian lama dia mengamati Sasuke dari jauh, kesempatan ini datang juga. Dia bersumpah pada kami-Sama akan terus berjuang setelah pernyataan cinta ini selesai. Sakura sudah menerka jawaban apa yang akan diberikan oleh Sasuke jadi dia akan menerimanya dengan lapang dada. Ya, dia sangat yakin kalau Sasuke akan…
"Baiklah. Aku mau jadi pacarmu."
Menolaknya…? Tunggu. Tadi Sasuke bilang 'Maaf aku menolakmu' kan?
"Heee?" Sakura memerengkan kepalanya sambil tersenyum bodoh. Mungkin ada lebah yang masuk ke telinganya sampai-sampai dia salah dengar jawaban Sasuke barusan. Tapi telinganya tidak sakit kok, aneh sekali.
"Maaf, tadi kau bilang apa?" Tanya Sakura lagi sambil mendekatkan telinganya ke arah Sasuke. Sasuke sedikit memundurkan tubuhnya karena Sakura tiba-tiba mendekat. Tapi kali ini dia mengulang jawabannya dengan lebih jelas dan tegas tanpa keraguan.
"Aku mau jadi pacarmu. Haruno Sakura."
Angin musim semi tiba-tiba berembus kencang sehingga menggugurkan bunga Sakura dari dahannya. Di balik pusaran angin itu Sakura terdiam membatu dengan mata menyalak lebar dan mulut menganga tidak elit. Kakinya kesemutan karena lama berdiri dengan posisi kaki diangkat sebelah. Tidak. Ini tidak mungkin terjadi…
"UAPAAA?!" Sakura berteriak keras sampai-sampai burung yang menghinggap di dahan pohon berterbangan semua. Kalau saja Sasuke tidak langsung menutup telinganya mungkin telinganya sudah berdarah.
Tapi kenapa, kenapa Sasuke menerima pernyataan cintanya?! Ini tidak sesuai dengan gossip yang beredar dari fans Sasuke. Katanya Sasuke akan selalu menolak siapa pun yang menyatakan cinta kepadanya. Kalau begini ceritanya rencana Sakura akan gagal. Kesalah pahaman ini harus dihentikan sekarang juga sebelum Sasuke mencekik dirinya karena sudah…berbohong pura-pura menyukai dirinya.
"Kau seharusnya menolakku!" teriak Sakura heboh setelah sadar dari pose batunya. Kali ini Sasuke yang bingung.
Baru kali ini ada gadis yang malah tidak senang karena sudah diterima menjadi pacarnya. Bahkan bagi Sasuke sendiri baru kali ini dia mau berpacaran. Tapi kenapa Sakura tampak tidak senang?
"Kau harusnya menolak pernyataan cintaku lalu berkata…'Maaf, aku sudah menyukai orang lain'. Setelah itu aku akan bilang, 'Iya, tidak apa-apa. Aku mengerti…' dengan isak tangis lega. Tapi kenapa jadi begini?!" Sakura kini menjambak kepangannya sendiri dengan wajah frustasi.
"Hei, kenapa kau malah tidak senang sudah kuterima sebagai pacar?" pertanyaan Sasuke itu mungkin terdengar sombong. Tapi dia penasaran dengan reaksi Sakura yang benar-benar berbeda dengan gadis-gadis yang selalu berteriak histeris jika melihat sosoknya. Rasanya ada sesuatu di dalam diri Sakura yang hampir sama dengan gadis cinta pertama-nya itu.
Sakura menatap ke arah Sasuke dengan pandangan ragu. Tak lama dia membuka notes biru yang selalu dia bawa itu dan menunjukannya ke hadapan Sasuke. Di atas kertas putih bergaris itu ada gambar seorang gadis dan pemuda khas manga Shojo yang digambar dengan pensil. Di bawahnya ada tulisan 'Manga Shojo Project : Project 1-si heroine ditolak cintanya oleh orang yang disukainya'.
Kening Sasuke langsung mengkerut saat berulang kali melihat gambar dan tulisan itu, tanda ia sedang berpikir keras.
"Maaf, tapi aku masih tidak mengerti apa maksudmu sebenarnya." Ucap Sasuke pada akhirnya. Bagaimana dia bisa mengerti kalau dia malah ditunjukan gambar manga yang bahkan tidak pernah ia baca selama ia hidup selama tujuh belas tahun ini. Satu-satunya manga yang pernah ia baca hanya detektif Canon. Karena dia menyukai cerita misteri detektif, selain itu nihil. Bacaan Sasuke sehari-hari justru buku-buku literature yang berat atau buku pengetahuan.
Sakura menelan ludahnya dengan susah payah. Ayah dan ibu, maafkan aku kalau selama ini sudah merepotkan kalian. Mungkin setelah ini aku harus mati karena sudah mempermalukan Sasuke-Sama. Pikir Sakura pesimis.
"Aku benar-benar minta maaf Sasuke-Sama. Sebenarnya aku tidak menyukaimu sama sekali. Aku…hanya menjadikanmu sebagai model untuk tokoh cowok di komik shojo yang akan kubuat." Jelas Sakura dengan suara gugup, dia menarik napas sejenak kemudian mengembuskannya kembali.
"Pro-project pertama si cewek di dalam manga akan ditolak oleh cowok yang dia sukai. Agar lebih realistis aku ingin mencoba sendiri rasanya ditolak oleh seorang cowok, tapi aku tidak mungkin nembak ke sembarang cowok. Saat kudengar kalau Sasuke-Sama selalu menolak cewek yang menembaknya aku pun memutuskan untuk menjadikan Sasuke-Sama sebagai contoh tokoh di komikku lagi…"
Setelah berbicara panjang lebar seperti kereta api sakura langsung terdiam sambil menatap ke arah Sasuke. Jantung Sakura mendadak mau copot saat melihat wajah Sasuke. Kok kelihatannya raut wajahnya menggelap gitu? Sakura jadi semakin takut kalau dia tidak akan pulang hidup-hidup. Dia benar-benar merasa bersalah karena memanfaatkan Sasuke seperti ini.
Siapa yang akan menyangka kalau pernyataan cinta palsunya itu justru diterima dengan baik oleh pangeran sekolah. Dia tidak tahu dan tidak bisa menyangka sama sekali. Dia bukan peramal! Sakura jadi seperti Nostradamus yang memprediksi kalau kiamat akan datang setelah tahun 1999 berlalu tapi ternyata tidak ada kiamat sama sekali.
Kalau begini ceritanya sih Sakura yang bakal kena kiamat kecil.
"Jadi…kau memanfaatkanku untuk memenuhi ambisimu?"
PHOK! Rasanya ada seratus anak panah yang menancap langsung di jantung Sakura. Perkataannya yang sederhana tapi menohok langsung ke jantung. Sakura tidak mungkin bisa mengelak lagi. karena memang itulah kenyataannya. Gara-gara kecintaannya pada shojo manga dia sampai rela pindah dari desa ke kota Tokyo seorang diri, agar cita-citanya menjadi seorang mangaka bisa terwujud lebih mudah.
Gara-gara kecintaannya pada shojo manga dia harus kerja sambilan ekstra keras dan menghabiskan sebagian besar uangnya untuk membeli peralatan membuat manga. Gara-gara itu juga dia hampir setiap saat menghabiskan waktu untuk membuat manga dan membaca manga tanpa belajar sama sekali sehingga dia hampir tinggal kelas. Dia, terlalu berambisi untuk menjadi seorang mangaka.
Tapi…tapi…
"Benar…aku benar-benar minta maaf. Ini adalah cita-citaku. Mungkin aku terlalu berambisi, tapi aku tidak akan menyerah begitu saja. Walaupun ada banyak cobaan yang menghadang. Aku tidak akan menyerah. Aku pasti akan intropeksi diri setelah kejadian ini. karena itu…aku benar-benar minta maaf dari lubuk hatiku yang paling dalam." kali ini Sakura menundukan tubuhnya dalam-dalam.
Cukup lama ia menunduk di hadapan Sasuke sampai bel istrihat telah usai berdentang sebanyak tiga kali. Sakura masih belum berani untuk menatap ke arah Sasuke, rasanya ada batu berat yang menempel di punggung Sakura saat ini. Apakah minta maaf saja tidak cukup? Mungkin Sasuke ingin minta bayar ganti rugi. Tapi ganti rugi apa? Diakan tidak memecahkan barang, tapi memecahkan perasaan orang. Hal yang lebih sulit untuk diganti.
"Kau ingin aku memaafkanmu?" Tanya Sasuke dengan suara yang rendah dan penuh dengan nada ancaman.
'AKU HARUS JAWAB APA LAGI? YA IYALAH, AKU INGIN KAU MAAFKAN AKU!' teriak Sakura dalam hati.
"I-iya…" tapi suara yang keluar dari mulut Sakura malah terdengar seperti suara semut kejepit pintu. Walaupun sudah teriak-teriak di dalam hati tapi tidak bisa terdengar.
Sasuke tersenyum penuh arti. "Baiklah. Kau akan kumaafkan…"
Sakura langsung bangkit dari bungkukannya dan menatap Sasuke dengan perasaan lega yang amat sangat. Ternyata kabar kalau Sasuke itu sangat baik pada semua gadis itu memang benar. Mungkin dia jarang bicara dan terlihat dingin, tapi bukan berarti dia orang yang jahatkan? Sakura rasanya bisa melihat sayap berwarna putih yang muncul di punggung Sasuke saat ini. Mungkin karena efek terlalu sering membaca shojo manga ber-genre fantasi dia jadi bisa membayangkan ada sayap murni itu.
Terima kasih Kami-Sama. Dia masih bisa melihat dunia untuk waktu yang lebih lama.
"Terima kasih Sa-"
"…tapi sebagai gantinya kau harus jadi pacarku." lanjut Sasuke lagi sambil tetap tersenyum tanpa dosa.
Sakura kembali membatu. Aah, rasanya sayap putih di belakang Sasuke berubah menjadi sayap kelelawar berwarna hitam, bahkan muncul tanduk juga di kepalanya. Sepertinya cerita yang sering terjadi di shojo manga yang pernah di bacanya kini berbalik sendiri ke arahnya seperti senjata makan tuan.
…..
…..
…..
To Be Continued
