Rated : T
Genre : School-life, romance
Pairing : YeWook for this chapter
Warn : GS!for uke, gaje, typo(s) deelel
Disclaimer : this story is inspirated by a manga that I found in my school's library. I just remake it, but please don't copast this fict without my permission.
Summary : Di klub fotografi SM Senior High School ada sebuah klub rahasia. Klub pemuja para siswa keren berkacamata! Di sini, mereka mengumpulkan para 'Kaisar Berkacamata'. Misterius, dingin, baik hati, pemalu, bahkan culun, jika berkacamata, mereka akan segera memburu fotonya.
Chapter 1 "The Sullen Prince"
"Setiap orang pasti punya rahasia..."
Di sebuah sekolah elit di wilayah Seoul, tepatnya di lantai tiga gedung utama SM High School, terdapat sebuah ruangan yang menjadi markas bagi klub pecinta fotografi di sekolah tersebut. Di dalam klub ini juga ada sebuah klub rahasia...
Klub penggemar siswa berkacamata! Klub maniak yang memuja para siswa yang cocok berkacamata.
"Wah, foto ini bagus sekali!"
Terlihat beberapa orang siswi tengah mengelilingi sebuah meja yang di atasnya berserakan beberapa foto.
"Aku juga mau, dong!"
"Aku juga!"
"Kacamatanya keren!"
Terdengar ramai sekali, kan? Begitulah mereka setiap hari. Mereka akan bertingkah seperti fangirl yang melihat foto terbaru idolanya jika salah satu di antara mereka berhasil mendapatkan foto yang bagus dari para siswa keren berkacamata.
"Aku tak bisa melihat..." Lirih seorang gadis mungil di barisan belakang. Gadis itu tampak mencari celah agar kedua iris karamelnya dapat menjangkau meja yang dikelilingi anggota lain. Gadis itu tampak imut, dengan rambut panjang berwarna pink lembut yang dikuncir di kedua sisi telinganya. "Permisi..."
"Ah, maaf."
Akhirnya! Seorang dari kerumunan itu menyadarinya dan sedikit menyingkir untuk memberi celah bagi gadis itu. Gadis yang selanjutnya kita kenal sebagai Kim Ryeowook, kelas 1-2 SM Senior High School.
"Sepertinya... Sudah saatnya Ryeowook diberi tugas," ucap sang ketua klub, gadis cantik dengan rambut pendek sebahu berwarna hitam, Park Jungsoo. "Tapi kau tak boleh malu, ya?"
"A... Aku akan berusaha." Ryeowook tersenyum malu seraya merapikan poninya yang sempat menutupi mata.
"Bagaimana kalau Kim Jongwoon, siswa kelas 3-1?" Celetuk seorang gadis dengan rambut pirang panjang yang tergerai indah, Lee Hyukjae. "Kukira dia tipe Ryeowook, deh. Masih single, kan?"
Kim Jongwoon?
"Kacamatanya frame gantung, dengan rambut hitam menutupi kacamatanya." Heechul tampak berpikir, "Tipe kesukaanmu, kan?"
"Aih, matamu bersinar, tuh!"
Dan Ryeowook pun menunduk, berusaha menyembunyikan wajah malunya dari para anggota klub yang kini tertawa melihat tingkah imutnya.
oOo
Keesokan harinya, dengan rasa gugup yang memenuhi dirinya, Kim Ryeowook melangkah menuju ruang kelas 3-1 yang terletak di lantai tiga gedung utara. Ia bersembunyi di balik pintu, sambil sesekali melihat ke dalam, mencari sosok Kim Jongwoon itu.
"Ryeowook-ah? Ada perlu apa kemari?" Suara seseorang yang cukup mengejutkan Ryeowook. Pria tampan yang dikenal sebagai Tan Hangeng itu bersandar di pintu yang menjadi tempat persembunyian Ryeowook.
"Kau imut dan manis," celetuk lelaki yang datang kemudian, Kim Youngwoon. Lelaki itu kemudian mengaduh ketika Hangeng menyikut perutnya dan melayangkan tatapan 'jangan menggodanya!'.
"Eh.. Eum.. Kim Jongwoon itu... yang mana, ya?" Kedua lelaki itu bertatapan sejenak saat mendengar ucapan Ryeowook.
"Hei, Kim Jongwoon!"
Langkah seseorang yang hendak menuju tempat duduknya seketika terhenti kala mendengar suara teriakan Youngwoon. Laki-laki tampan yang memakai kacamata itu pun mengubah langkahnya menuju ke arah pintu. Lelaki itu tampak tampan, dengan surai hitam yang sedikit menutupi kacamata, penampilan yang agak berantakan tetapi justru menampilkan pesonanya yang mampu menghipnotis para kaum hawa di sekolah tersebut.
"Ada apa?"
"Menurut suara tetbanyak, King kacamata nomor satu sekolah kita adalah... Kim Jongwoon!" Suara Jungsoo terdengar diikuti teriakan koor dari para anggota klub.
"SETUJU!"
"Siapa yang mau memotretnya?"
"Aku!"
"Tidak, aku saja!"
"Aku!"
Oh astaga, mengapa suasana menjadi begitu ribut?
"Tumben Ryeowook yang pemalu mencalonkan diri.." Jungsoo tersenyum menggoda Ryeowook. "Benar-benar tipemu, ya?"
"Iya..." Ryeowook mengangguk kemudian menundukkan kepalanya, malu.
"Supaya adil," Jungsoo menarik napas, "Yang berhasil memotret Kim Jongwoon yang paling keren dalam waktu tiga hari, akan menjadi pemotretnya!"
Tiga hari? Ryeowook membelalakkan matanya sementara yang lain tampak bersemangat. Oke, aku akan berusaha!
"Tidak mau!" Jongwoon meninggikan suaranya, memberi tatapan tajam pada gadis yang kini berdiri di hadapannya seraya menunduk. "Aku terganggu!"
"Jangan pelit dong. Cuma sekedar foto, kok." Hangeng berdiri di samping Ryeowook. "Tolong lah, Jongwoon-ah,"
"Kau orang ketiga yang meminta," Jongwoon menghela napas, menampakkan wajah tanpa ekspresi andalannya. "Aku tak suka foto."
"Ma... maaf..." Ryeowook bergumam melihat Jongwoon yang melangkah menjauhi pintu. Menjauhinya. Gadis itu menatap punggung tegap Jongwoon.
Tapi... aku jadi ingin lebih mengenalnya...
"Maaf ya, Ryeowook-ah. Sepertinya Jongwoon sedang dalam mood yang buruk." Hangeng mengusap tengkuknya. "Bagaimana kalau aku saja?"
"Ah..." Ryeowook mendadak malu. "Maaf, Hangeng sunbaenim!"
"Hahaha, dia lari!" Youngwoon tertawa melihat Hangeng yang cengo karena Ryeowook justru berlari pergi. "Lucu, seperti tupai kecil! Hahaha!"
Sementara itu, Jongwoon menyeringai.
oOo
Hari kedua. Ryeowook kembali mencoba. Tapi...
"Ada apa?" tanya Jongwoon seraya membetulkan letak kacamatanya. Ekspresinya begitu menjelaskan kalau ia tengah dalam keadaan badmood tingkat tinggi saat ini. Ryeowook mendadak gugup melihatnya.
"Maaf, tidak ada apa-apa..."
Ia menatap Jongwoon yang kemudian berjalan melewatinya. Ryeowook menghela napas, jatuh bersimpuh di lantai. Ia kalah kuat...
"Oh iya! Apa boleh buat..." Ryeowook membatin, menghembuskan napas agak keras guna menghilangkan kegugupannya. Ia pun menyiapkan kameranya. "Ku potret diam-diam saja!"
Ryeowook baru saja akan mengangkat kameranya saat tiba-tiba Jongwoon menghentikan langkahnya dan berbalik. Kedua iris karamel itu makin membelalak saat Jongwoon melangkah mendekatinya. Jantungnya serasa berdetak tak beraturan, kemudian melompat keluar rongga dadanya dan menggelinding entah kemana.
Laki-laki itu berada tepat di hadapannya. Ia menghimpit tubuh Ryeowook, memenjarakannya dengan menaruh kedua lengannya di sisi kanan-kiri tubuh sang gadis. Jongwoon menatapnya begitu intens, kemudian mendekatkan wajahnya dan membisikkan sesuatu tepat di telinga Ryeowook.
"Menyebalkan!"
oOo
Kim Ryeowook berdiri di tangga menuju lantai dua. Ia menatap tangga yang menuju ke bawah, dengan sebuah kamera yang menggantung di lehernya. Ia mengingat kejadian tadi pagi, kejadian yang sukses membuatnya agak gila. Ia masih mengingat dengan jelas bagaimana Jongwoon menghimpitnya di dinding, bagaimana lelaki itu menatapnya dengan intens, bagaimana aroma tubuhnya begitu tercium dalam jarak sedekat itu. Ryeowook tersenyum simpul. Padahal kata-katanya pedas, tapi mengapa ia justru berdebar-debar?
"Kalau ku potret dari sini, pasti takkan ketahuan." Ryeowook menyiapkan kameranya. "Itu dia!"
Pas sekali, Jongwoom terlihat di anak tangga terbawah. Lelaki itu berjalan dengan santai, kedua tangannya dimasukkan pada kedua saku celananya. Ryeowook tersenyum. Tapi...
"Kyaaa~"
"Hati-hati!"
BRUK~~
"Astaga,"
Ryeowook masih memejamkan mata, ia mungkin sudah pingsan, atau mati? Entahlah. Yang ia ingat hanya ia kehilangan keseimbangan kemudian terjatuh. Gadis imut itu baru membuka mata saat merasakan guncangan kecil di bahunya.
Astaga! Jongwoon... Laki-laki itu menangkapnya?!
"Kau tidak apa-apa? Apa ada yang terluka?" ucapnya dengan raut khawatir yang tercetak begitu jelas di wajah tampannya.
"I-iya... aku baik-baik saja," lirih Ryeowook. Ia benar-benar gugup menyadari posisinya yang begitu dekat dengan Jongwoon.
"Syukurlah," Laki-laki itu tersenyum tipis. Ia membantu Ryeowook berdiri. "Dasar bodoh! Jangan ceroboh, dong!"
Laki-laki itu melangkah pergi setelah memastikan Ryeowook mampu berjalan sendiri.
Bagaimana ini... Jantungku jadi berdegup cepat begini... Mungkin bukan karena kacamatanya...
"Ah... Jongwoon sunbae!" Pria itu menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya. "Terima kasih..."
Jongwoon lagi-lagi tersenyum tipis.
Tuh kan...
oOo
Hari ketiga. Di ruang klub fotografi. Tampak Ryeowook tengah menyembunyikan wajahnya di kedua lengan yang ia lipat di atas meja. Berkali-kali ia menghela napas. Aah~ kenapa waktu itu aku tak memotretnya, sih? Senyumnya...
" Sudah dapat foto Kim Jongwoon? Batasnya sampai bel pulang ya!"
Ryeowook mengangkat kepalanya, kemudian mendapati beberapa anggota tengah berkumpul seraya memegang hasil foto.
"Itu tak terlalu bagus," ucap Jungsoo, menilai foto yang dibawa Sungmin.
"Matanya tertutup," pendapat Heechul. "Harusnya dipotret diam-diam."
Setelah itu semuanya membubarkan diri.
"Apa Jongwoon sunbae mau dipotret?" tanya Ryeowook pada Jungsoo yang berlalu di hadapannya. Gadis manis siswi kelas 3-3 itu menoleh.
"Jongwoon-ssi baik, dia langsung mau dipotret." Jungsoo tersenyum, "Iya kan, Heechul-iie?"
Ryeowook langsung menunduk begitu melihat anggukkan dari sang diva, Kim Heechul, yang juga siswi kelas 3-4.
oOo
Kenapa? Kenapa dia begitu dingin kepadaku? Kenapa dia tak mau ku potret?
Ryeowook masih memikirkan hal tersebut saat jam pulang. Ia menghela napas seraya menutup pintu lokernya. Detik berikutnya, Jongwoon melewatinya.
Gadis itu berusaha untuk mengacuhkan Jongwoon. Tapi... tidak bisa. Jadi ia pun membalikkan tubuhnya, menatap Jongwoon yang terus melangkah menjauh.
"Kenapa hanya aku..." Tatapan Ryeowook meredup, "yang tidak boleh memotretmu?"
Dan ucapan tersebut langsung saja menghentikan langkah Jongwoon. Ia berbalik. "Boleh, asal kau bersedia melakukan apapun."
"Baiklah, apapun akan ku la—"
CHU~
Jongwoon menghentikan ucapan Ryeowook dengan cara yang tak pernah gadis itu bayangkan. Laki-laki itu menciumnya! Tepat di bibir! Astaga! Ryeowook rasa ia terkena serangan jantung mendadak.
Ciuman itu berakhir secepat ia terjadi. Ryeowook masih tak bisa mencerna apa yang baru saja terjadi. Jongwoon menatap Ryeowook dengan tatapan tajam, begitu menusuk, mengintimidasi.
"Apa kau paham ucapanmu tadi, hah?!"
Ryeowook tanpa sadar meneteskan airmata mendengar bentakan Jongwoon. Laki-laki itu berbalik. Tetapi sebelum pergi, ia berkata, "Kau ini... memang bodoh."
Airmata Ryeowook makin deras. Ia tetap saja menatap punggung Jongwoon seraya sesekali mengusap airmata menggunakan punggung tangannya sampai akhirnya Jongwoon menghilang di ujung koridor.
oOo
Esok harinya. Masih di ruang klub fotografi.
"Ayo! Kumpulkan foto Kim Jongwoon!" teriak Jungsoo pada anggota-anggotanya. Ia berkeliling ruangan mengumpulkan foto dari masing-masing anggota. Hingga akhirnya ia kembali menuju meja panjang di tengah di mana Ryeowook tengah merenung. "Mana fotomu, Ryeowook-iie?"
"Tidak ada, eonni..." Ryeowook menjawab dengan lesu. Dadanya masih sesak mengingat kejadian kemarin. "Aku gagal memotret Jongwoon sunbae."
"Tapi, menurutku Ryeowook cocok memotret Jongwoon," ucap Heechul seraya beranjak dari posisinya di sudut ruangan.
"Iya." Hyukjae pun mengangguk setuju. "Lihat!"
Atensi Ryeowook kini teralih pada lembaran-lembaran foto yang berserakan di atas meja di hadapannya. Hyukjae menunjuk salah satu foto dimana Jongwoon tengah menatap Ryeowook yang berjalan melewatinya.
"Dia selalu..." Hyukjae menunjuk foto lain, kali ini Jongwoon menatap Ryeowook yang tengah tersenyum dengan pipi merona membelakanginya. "memandang Ryeowook."
Atensi gadis berusia tujuh belas tahun itu tertuju pada sebuah foto yang menampilkan Jongwoon yang tengah melepas kacamatanya. Ah, aku ingat! Ini...
Tiga tahun lalu, saat Jongwoon dan Ryeowook masih menjadi siswa SM Junior High School. Ryeowook masih kelas satu sementara Jongwoon kelas tiga.
Di perpustakaan, Ryeowook tengah melompat-lompat, berusaha semampunya untuk meraih buku di rak paling atas. Sesekali ia berhenti dan menumpukan tangannya di lutut seraya mengatur napas.
"Yang ini?" Baru saja Ryeowook ingin kembali melompat, suara seseorang menghentikannya. Laki-laki itu mengambil buku setelah melihat Ryeowook mengangguk, kemudian memberikannya pada gadis itu.
"Terima kasih, sunbaenim."
"Aku selalu memperhatikanmu... Mau jadi pacarku?"
Ryeowook membelalakkan matanya tak percaya. Laki-laki ini, idola seluruh sekolah karena suara baritonenya yang begitu indah, memintanya menjadi pacarnya? Ryeowook mendadak malu.
"I-itu... aku... maaf!" ucap Ryeowook seraya melarikan diri. Sementara laki-laki itu hanya memandangnya dengan tatapan sendu.
Ya, dan laki-laki itu ialah Kim Jongwoon yang kini berkacamata.
"Ryeowook-iie?!" ucap Sungmin dan Jungsoo tatkala melihat Ryeowook kini menangis.
Aku memang menyebalkan...
oOo
Mungkin sudah terlambat, tapi...
Esok harinya di ruang praktikum. Kim Jongwoon dan Kim Ryeowook berdiri berhadapan. Sang pria menghela napas bosan sementara sang gadis hanya menunduk sejak tadi.
"Kenapa mengajakku ke sini? Masih belum kapok juga?!"
"Ini... fotomu sudah jadi," Ryeowook merogoh saku roknya, kemudian menyodorkan beberapa lembar foto pada Jongwoon.
"Aku tidak butuh ini!"
"Ini."
Ryeowook hampir saja berteriak kala Jongwoon menepis kasar tangannya, membuat foto-foto itu jatuh berserakan di lantai.
"SUDAH KU BILANG, AKU BENCI FOTO!"
"Maaf, aku melupakanmu."
"Bagus kalau kau lupa. Aku menukar lensa kontakku dengan kacamata untuk menghindarimu," Jongwoon bersandar pada tepi meja, melipat kedua lengannya di depan dada. "Aku salah menilaimu."
Kali ini... aku tak akan memalingkan mataku.
"Aku akan lakukan apapun, asal kau memaafkanku, sunbae."
"Lagi-lagi itu..." Jongwoon menghela napas seraya membetulkan letak kacamatanya. "Apa kau paham arti—"
CHU~
Kali ini Ryeowook yang membungkam perkataan Jongwoon dengan sebuah ciuman. Oh, ya ampun. Apa yang ia lakukan? Tapi... ia tak mau menghentikannya!
Jongwoon membalas ciuman Ryeowook. Ia merengkuh pinggang gadis itu, membuat tubuh mereka semakin dekat. Ia menghisap, menjilat, serta melumat bibir plum Ryeowook. Tangan gadis itu sudah sejak tadi berada di tengkuk Jongwoon, berusaha tetap berdiri karena rasanya kakinya sudah tidak lagi ada tulang penyangganya. Ciuman itu baru terlepas kala kebutuhan mereka akan oksigen sudah mendesak.
"Aku mengerti!" Ryeowook berbicara seraya setengah mati menahan malu. Pipinya sudah semerah kepiting rebus diberi saus tomat sekarang. "Karena... Karena sekarang... Aku menyukaimu, Kim Jongwoon."
Bruk~
"Eh?" Ryeowook memiringkan kepalanya kala Jongwoon jatuh terduduk sesaat setelah gadis itu menyelesaikan ucapannya.
"Huh~ dasar." Jongwoon menghela napas, tersenyum simpul. "Kenapa menyukaiku?"
"Kacamatamu." Jongwoon sweatdrop.
"Cuma itu?!"
"Bukan cuma itu kok!" Laki-laki itu kembali tersenyum, kini seraya mengacak poni Ryeowook, menyebabkan gerutuan kesal gadis imut itu.
"Tadinya ku kira kau siswi yang anggun, loh." Ternyata...
"Apa maksudnya tuh?" Ryeowook merengut. Jongwoon hanya mengangkat bahu kemudian mengenggam tangan Ryeowook, mengajaknya keluar.
"Tiap orang... pasti punya rahasia,"
END for this chapter.
hai '-' saya datang membawa ff baru '-')/
Love Story? chapter 2 udah ada sih, tapi belom sesuai target jadi belom dipoat, maaf ya yang nungguin. *kaya ada aja *plakk
seperti disclaimer di atas, saya cuma ngeremake komik yg saya temuin di perpus, maaf jadinya gak jelas begini *bow
ini masih ada lagi kok, tapi dengan cerita dan pairing yang berbeda, liat nanti aja. *sok misterius *dibakar
last, mind to give me some review(s)? *aegyo gagal x_x
