Author : Kimbaobei
Title : Aku. Butuh. Kamu.
Cast : Kim Joonmyun (Suho), Wu Yifan, Wu Sehun, Jessica Jung, Tiffany Hwang and other
Rate : T (mungkin berubah? kkk~)
Pairing : Krisho (kalo ada pair yang lain, itu hanya sementara *liatin sinis*)
Warning : Typo(s), GS for Suho
"You know, is this love? All day, I only think of you." – Sweet Sorrow – Pounding Heart.
Terus ditatapnya perempuan cantik yang kini tengah membacakan puisi yang bertemakan cinta di depannya ini. Senyumnya selalu terlukis tiap gadis itu bergerak sesuai dengan cerita yang terkandung disana. Mungkin cinta itu memang buta. Karena baginya, segala yang ada di dalam diri pujaan hatinya tersebut adalah kesempurnaan. Matanya, hidungnya.. Tak bisalah kata-kata mewakilinya.
"Bagaimana?"
Pria berjaket coklat itu tetap diam. Entah karena apa. Mungkin imajinasinya membawanya terlalu jauh.
"Yifan!" tegur perempuan tadi dengan suara agak keras. "Kenapa kau melamun? Jangan-jangan dari tadi kau tidak mendengarkanku ya? Huh!"
Pria tadi sedikit tersentak dan tertawa kecil begitu ia melihat gadisnya bersikap seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan oleh orang tuanya. Diusapnya rambut panjang sang gadis tersebut sambil tersenyum.
"Puisimu sangat bagus. Aku menyukainya. Dan aku yakin orang tuamu juga akan menyukainya." Wanita itu ikut tersenyum karena pria itu mengecup keningnya. "Hadiah yang tepat untuk hari jadi mereka."
"Ah.. terima kasih, Yifan. Kau tahu kalau aku sangat ingin membuat mereka bahagia." Kata wanita itu seraya menatap kedua bola mata pria yang bernama Yifan dalam-dalam. "Aku mencintaimu.."
"Aku juga, Sica.."
Dan mereka terlarut dalam sebuah ciuman penuh cinta yang sanggup memabukkan keduanya.
-oOo-
Hari Sabtu malam, pukul 07.00 waktu Korea Selatan, disinilah Yifan berada. Sebuah restoran bintang lima yang sudah di booking untuk satu malam oleh pihak keluarga Jessica. Walaupun ini adalah acara perayaan hari jadi pernikahan orang tua Jessica yang kedua puluh, tapi baginya, ini malah lebih cocok kalau disebut sebagai hari perjodohan.
Bayangkan saja, orang tua Yifan terus-terusan membicarakan dirinya dan prestasi-prestasinya. Yang menurutnya sangat sepele, masih tetap diumbarkan.
"Appa, eomma, sudahlah, hal sekecil itu tidak perlu diceritakan. Itu bukan apa-apa.." Laki-laki bertubuh tinggi itu sedikit merajuk pada kedua orang tuanya yang kini masih sibuk membangga-banggakan putra sulungnya itu.
"Ya ampun, Yifan. Menurutku, berbisnis dan bisa sukses di usia SMA itu sangat keren!" Yifan menyunggingkan sedikit senyuman mendengar Jessica memujinya. "Apalagi kau adalah kapten tim basket dulu. Keren!"
Obrolan yang makin berkembang dan kian panjang harus terpotong karena beberapa pelayan berpakaian serba formal datang dengan berbagai macam masakan. Yifan sangat bersyukur begitu melihat meat and chesse steak pesanannya telah terhidang di hadapannya, bersama beberapa botol wine berkelas yang menjadi favoritnya akhir-akhir ini.
"Sica!" Yifan mendengar jelas sebuah suara berbisik tengah menegur wanitanya. "Pelan-pelan saja makannya! Malu sama keluarga Wu!"
Pemilik nama Jessica tersebut buru-buru menelan makanan yang ada di dalam mulutnya. "Hampir saja aku tersedak!" protesnya dengan suara yang tak kalah kecil.
YIfan terkikik pelan melihat perdebatan antara ibu dan anak yang sedang berlangsung di seberangnya. Hm, mungkin ini adalah malam yang tidak bisa ia lupakan. Hal-hal yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, terjadi disini. Sikap Jessica yang ternyata lumayan kekanakan, orang tuanya yang masih beranggapan kalau mereka masih seperti pacaran atau ketika ibunya berkata kalau ia masih ngompol hingga kelas 4 SD.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"WHAT?" Mata Yifan terbuka lebar sekarang. "Eomma! Jangan mengumbar hal yang aneh-aneh! Aku malu—" Suaranya yang tinggi mendadak jadi sebuah desisan saat suara tawa Jessica terdengar mengalun pelan. "—sama Sica.."
-oOo-
Perlahan seorang wanita paruh baya menuruni anak tangga dengan langkah yang tenang. Berjalan menuju dapur yang notabene adalah ruangan kesukaannya. Diambilnya sebuah buku resep dari sebuah rak kayu berwarna putih bersih dan tangannya mulai membuka halaman buku satu persatu. Matanya sibuk mencari resep yang tepat. Mulutnya terus menggumamkan nama bahan-bahan yang ada di dalamnya. Sampai akhirnya pilihannya jatuh kepada green tea cake yang memang tengah popular.
"Sehun pulang!"
Suara teriakan yang agak keras itu jelas mengangetkan wanita yang sedang asyik mengaduk adonannya. "Selamat datang, nak. Bagaimana sekolahnya?" tanyanya ketika ia menyadari kalau seseorang yang dipanggilnya sebagai anak itu memeluknya dari belakang.
"Menyenangkan karena Park seongsaenim tidak masuk! Jadi, kami tidak jadi ulangan hari ini!" Suaranya yang penuh semangat membuat wanita tadi tersenyum lebar.
"Aigoo.. jangan-jangan kau belum belajar ya semalam?" selidik sang wanita seraya membalikkan badan, menghadap kearah lawan bicaranya.
Bukannya menjawab, anak tersebut malah mengerucutkan bibirnya dengan imut. "Hunnie sudah belajar, eomma.." sahutnya. Jelas saja ini membuat wanita tadi terkikik melihat anaknya bersikap manja seperti ini.
"Eomma percaya kok sama Hunnie.." Diusapnya lembut rambut anak yang bernama Sehun itu. "Sekarang Hunnie mandi dan ganti baju dulu ya. Eomma sedang buat kue nih."
Sontak ekspresi wajahnya yang tadi kusut, langsung cerah dan matanya seketika berbinar. "Jinjja? Apa eomma sedang bikin green tea cake? Kalau begitu, Hunnie akan cepat-cepat!"
Wanita yang dipanggil dengan panggilan ibu itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat anak bungsunya berlari ke arah kamarnya. Sikap manja Sehun memang akan langsung keluar begitu ia tiba di rumah. "Padahal sudah kelas 1 SMP.."
Drrt… Drrt..
Wanita tadi langsung merogoh kantung roknya, menatap layar ponselnya sebentar dan menggeser gambar gagang telepon berwarna hijau.
"Yeoboseyo Yifan.. Ada apa nak?"
Ia tampak begitu serius ketika anaknya menjelaskan sesuatu. Dan senyum sumringah tercipta di wajah cantiknya.
"Jadi kau sudah menemukan guru privat yang bagus untuk Sehun? Ah, terima kasih, Yifan." Katanya. "Oh ya, cepatlah pulang. Eomma sudah membuat kue yang enak untukmu dan eomma jamin kau pasti suka! Annyeong Yifan.."
"Sehun sudah siap untuk makan kue!" Lagi-lagi anak laki-lakinya itu berteriak dengan nada yang menggemaskan. Sehun langsung menarik kursi meja mekana yang berada paling dekat dengannya dan duduk disana. Wanita paruh baya tadi menyajikan sepotong dari kue yang telah dibuatnya satu jam lalu tadi diatas piring biru bercorak putih.
"Segeralah makan dan berikan nilai untuk kue eomma kali ini." Ucapnya di saat Sehun memasukkan satu suapan besar ke dalam mulutnya.
"Wah! Enak! Hm, kalau dari satu sampai sepuluh sih, nilai untuk kue ini.." Sang anak sengaja memotong kalimatnya untuk membuat ibunya penasaran. "Sebelas!"
"Masa nilainya sebelas sih? Kan cuma satu sampai sepuluh!"
Selagi mereka berdua bersenda gurau, suara pintu terbuka terdengar dan itu membuat perhatian keduanya teralihkan. Disana tampak seorang pemuda berpostur tinggi yang menggenakan kostum basketnya sambil membawa tas olahraga di bahunya.
"Aku pulang.." ujarnya dengan nada lelah. Ia bergegas masuk dan mencium pipi wanita tadi.
"Selamat datang, hyung!" Sehun memamerkan senyumannya pada laki-laki tadi. "Lihat! Eomma bikin kue baru lagi! Ayo cepat ganti baju dan segera makan!"
"Iya. Hyung juga mau makan. Jangan dihabiskan ya!"
Dengan langkahnya yang tergopoh-gopoh, pemuda tadi berjalan cepat menuju kamarnya untuk sekedar berganti pakaian. Terang saja, ia tidak mau kelewatan mencicipi hasil eksperimen ibunya. Ia sangat ingin tahu rasa green tea cake.
"Ayo duduk sini, Yifan."
Setelah mereka bertiga berkumpul, obrolan pun dimulai. Tapi nampaknya perbincangan kali ini agak lebih serius.
"Hyung sudah menemukan guru privat untuk Sehun dan katanya ia bisa bekerja mulai Senin depan. Besok ia akan datang hanya untuk sekedar mencocokkan jadwal dan membicarakan hal lainnya." Kata Yifan sambil menyeruput teh buatan ibunya.
Sedangkan Sehun hanya terdiam memandang kakak dan ibunya bergantian. "Ta-tapi katanya, Hunnie tidak boleh les privat.." ucapnya gugup.
Nyonya Wu menghelas napas dan tersenyum pada anak laki-lakinya yang manja itu. "Eomma sudah bicara pada appa dan kami sepakat untuk mengizinkan Hunnie les privat."
"Huwa! Terima kasih eomma!" Sehun langsung turun dari kursinya dan memeluk tubuh ramping ibunya.
Yifan berdehem kecil dan menatap adik semata wayangnya itu. "Tidak ada rencana untuk memeluk hyung, nih?" sindirnya.
Dengan cepat, Sehun menggelengkan kepalanya, tanda menolak. "Tidak akan! Hyung kan belum mandi, pasti bau!"
"Aish.. anak ini.. Tunggu! Ya! Jangan lari!"
-oOo-
Sehun duduk gelisah di ruang tamu dan sesekali berdiri menghadap ke cermin yang terpasang di dinding. Merapikan tatanan rambutlah, membetulkan kemejanya atau hanya sekedar berpose ria. Laki-laki berusia tiga belas tahun itu melirik arloji hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Kakaknya bilang bahwa guru privatnya akan datang sore ini.
Ting.. Tong..
"Itu dia!" seru Sehun senang. Diraihnya gagang pintu berwarna abu-abu itu dan seorang perempuan berambut bergelombang tengah tersenyum disana. "Annyeonghaseyo seongsaenim. Selamat datang, ayo masuk!" ajaknya.
Perempuan itu mengenakan kemeja resmi berwarna putih, rok agak ketat selutut coklat muda dan high heels yang tidak terlalu tinggi berwarna senada. Dipangkuannya ada sebuah tas putih tulang sederhana.
"Eomma! Appa! Guru privatnya sudah datang!" Sehun berlari mencari kedua orang tersebut yang ternyata mereka sudah berjalan pelan ke ruang tamu.
"Hm.. kau pasti yang bernama Kim Joonmyun ya?" Tanya Tuan Wu seraya duduk di single sofa khususnya. "Apa benar kau akan menjadi guru privat Sehun?"
Gadis itu menganggukkan kepalanya mantap. "Benar sekali Tuan Wu." Jawabnya singkat. Bisa terlihat kegugupan yang menyelimuti gadis ini. Bagaimana tidak, ini adalah kali pertamanya ia melihat rumah yang besar dan mewah seperti rumah keluarga Wu. Tak terbayang olehnya berapa lama ia harus menabung jika dirinya menginginkan tempat tinggal yang semewah ini.
Ruang tamu itu terdengar sangat senyap sejak kalimat terakhir Joonmyun, sampai akhirnya kepala keluarga di rumah tersebut mengeluarkan sebuah amplop berwarna putih dan tampaknya isinya sangat tebal. "Ini adalah uang mukanya. Dapat ku lihat dari wajahmu kalau kau adalah seorang professional. Ku harap Joonmyun-ssi bisa mengajar dengan baik." Dan pria paruh baya itu bangkit dari singgasananya dan meninggalkan ketiga orang lainnya di sana.
"Maafkan appa ya, seongsaenim. Appa baru saja tiba di rumah tadi pagi. Appa memang sangat sibuk, hehe." Ujar siswa kelas 1 SMP itu pada calon guru privatnya. Berusaha menghilangkan pikiran negative yang mungkin saja sedang memenuhi kepala yeoja itu.
"Aku juga minta maaf ya," Akhirnya istri dari Tuan Wu angkat bicara juga.
"Ah, tidak apa-apa. Aku juga bisa memahaminya." Sahut Joonmyun seadanya. "Oh iya, aku rasa aku tidak dapat menerima ini. Lagipula aku bukan professional, aku hanyalah seorang siswa SMA biasa."
"SMA? Apa kau serius? Aku tidak yakin kalau gadis dengan penampilan dewasa sepertimu masih berstatus pelajar?" Joonmyun menundukkan kepalanya perlahan begitu wanita di depannya menilai penampilannya. "Aku ingin saat kau berpakaian layaknya anak remaja dan tidak mengenakan rok ketat seperti itu."
Lagi-lagi Joonmyun hanya bisa menganggukkan kepalanya. "Baik Nyonya, maafkan kesalahan saya." Ia buru-buru berdiri dan membungkukkan tubuhnya dalam-dalam.
"Tidak apa-apa, Joonmyun-ssi. Tidak perlu sekaku itu. Lagipula, Sehun juga lebih nyaman jika kau memakai pakaian santai seperti biasa. Benar kan?"
Sehun mengacungkan kedua ibu jarinya, tanda kalau ia setuju dengan pernyataan sang ibu.
"Hm, oh iya, Joonmyun seongsaenim cantik, hehe~"
Pernyataan polos yang terlontar dari seorang laki-laki yang tahun lalu baru saja lulus dari sekolah dasar ini sontak membuat Joonmyun dan Nyonya Wu terkejut.
To Be Continue
a/n : Super-duper-triple thank you for reading my fic! xoxo
