Title: Still
By: thie-yuek강희
Cast:
Luhan as Tan Luhan (namja)
Sehun as Oh Sehun (yeoja)
Disclaimer:
Mian kalau ada yang ngerasa ceritanya sama, aku cuma mengeluarkan ide yang terbersit di kepalaku. Para tokoh saling memiliki.
Summary:
"Kemarilah."~Luhan/ "Apa salahku padamu, sialan?"~Sehun/GS/AU/DLDR
~Happy Reading~
*#*#*#*#*#*
"Kurasa kita butuh bicara."
Sehun mendongak, menatap pemuda tampan yang bersedekap di hadapannya. Gadis itu menatap teman-temannya.
"Kutunggu di kelas." Ujar Jongin, menarik Jongdae dan Joonmyeon dari taman tersebut. Sehun menatap Luhan. Pemuda itu masih memandanginya dengan angkuh.
"Ada apa?" tanya Sehun.
Luhan tak kunjung berbicara. Pemuda itu memandangi Sehun dengan intens dan angkuh, membuat gadis itu menjadi gugup.
"Lu,"
"Aku ingin kau menjadi pacarku."
Sehun terkejut, namun ia segera menguasai diri. Gadis itu tertawa sinis.
"Kamu ingin mempermainkanku? Mana pacar-pacarmu yang supermodel itu? Apa kamu menghindari pertunangan yang direncanakan ibumu? atau kamu sedang mempertaruhkan sesuatu dengan teman-temanmu? Ini sangat tidak lucu Tan Luhan." Sehun melangkah pergi, namun lengannya ditarik kuat oleh Luhan.
"Kau pikir ini drama? Bangkitlah dari Cinderella Syndrome-mu itu Oh Sehun." Ejek Luhan. Sehun mencoba memberontak, namun Luhan memperkuat genggamannya.
"Luhan, ini sakit." Ringis Sehun. "Aku tak ingin terlibat apapun, jadi lepaskan aku sekarang juga!" airmata mengalir di pipi gadis itu. Namun Luhan tak melihatnya, pemuda itu menarik Sehun ke hadapannya.
"Pokoknya, mulai hari ini kau adalah pacarku." Titah Luhan, melepaskan genggamannya. Meninggalkan Sehun yang terisak tanpa suara, tak menyadari lengan Sehun yang memar.
*#*#*#*#*#*
"Sehun? Apa yang terjadi tadi?" tanya Joonmyeon. Sehun terdiam, masih memegang pergelangan tangannya. Jongin yang menyadari itu memegang tangan Sehun.
"Jong,"
"Perlihatkan padaku." Ujar Jongin, melepaskan pergelangan tangan Sehun dengan perlahan. Ekspresinya mengeras mendapati lengan Sehun memar.
"Sehun?"
"Luhan memaksaku menjadi pacarnya." Ujar Sehun pelan, namun terdengar jelas oleh Joonmyeon dan Jongin.
"Apa?"
"Tapi, kurasa dia hanya mempermainkanku. Mungkin dia mengira aku seperti gadis lain yang akan jatuh padanya." Sehun mencoba tersenyum. "Tapi aku takkan terjatuh."
Joonmyeon ikut tersenyum. "Kamu benar. Tunjukkan padanya kalau tidak semua gadis akan jatuh pada pesonanya." Gadis itu melihat lengan Sehun dan meringis. "Pasti sakit sekali. Ayo kita ke ruang kesehatan."
Sehun menurut, mengikuti Joonmyeon yang terus mengoceh tentang Luhan dan juga mengenai Kris, sepupu Luhan dan pacar Joonmyeon. Sementara Jongin mengikuti mereka berdua di belakang. Sekilas ia melirik Luhan yang sedang tidur di kelasnya.
*#*#*#*#*#*
Ekspresi Jongin mengeras, begitupun Joonmyeon dan Sehun terlihat jengkel.
"Kukira kau masih ingat tentang ucapanku tadi." Luhan mendekati mereka, menggenggam tangan Sehun, mengernyit mendapati lengan Sehun memar.
"Kenapa dengan lenganmu?"
"Kurasa kamu lebih tahu apa yang terjadi, Tan Luhan." Ujar Joonmyeon kesal. Luhan menatap Sehun, meminta penjelasan.
"Tidak ada apa-apa." Sehun menyentakkan tangan Luhan. "Ada apa?"
"Aku ingin membawamu ke suatu tempat. Dan aku tak perlu izin mereka, bukan?" ujar Luhan melirik Joonmyeon dan Jongin.
"Itu tergantung Sehunnya." Ujar Jongin.
"Jongin, apa yang,..."
"Baiklah, ayo kita pergi." Luhan menarik Sehun ke arah parkiran. Joonmyeon menatap Jongin kesal.
"Kenapa kamu biarkan?' tanya gadis itu.
Jongin tak menjawab, ia terus memandangi mobil Luhan hingga menghilang dari pandangannya.
*#*#*#*#*#*
"Kita mau kemana?" tanya Sehun memecah keheningan di antara mereka. Luhan menoleh sekilas, tak menjawab pertanyaan Sehun. Gadis itu mencibir Luhan.
"Setidaknya katakan sesuatu padaku." Ujar sehun kesal. Luhan melirik lengan Sehun yang memar.
"Itu, maafkan aku." Ujar Luhan. Sehun menoleh, bingung akan ucapan pemuda itu.
"Lenganmu," jelas Luhan. "Itu karena aku kan?"
"Syukurlah kalau kamu menyadarinya." Sehun menatap lengannya yang memar tersebut. "Ini sangat sakit, kamu memegangnya terlalu erat tadi. Beruntung saja tidak berdarah."
"Memangnya kau hemofilia?"
"Tidak, tapi kulitku sangat tipis. Aku bahkan tidak bisa menggunakan plester."
Luhan hanya berdehem dan kembali berkonsentrasi menyetir. Sehun mencibir dan memandang keluar mobil.
"Kita mau ke restoran ya?"
Luhan tak menjawab. Pemuda itu memarkirkan mobilnya di depan restoran.
"Keluarlah." Ujarnya. Sehun keluar dan menunggu Luhan yang menyerahkan kuncinya kepada pegawai restoran itu. Luhan menggenggam tangan Sehun dan membawa gadis itu mamasuki restoran tersebut. Sehun terkagum melihat dekorasi restoran yang sangat cozy untuk remaja seperti mereka. Luhan membawanya kepada seorang wanita paruh baya yang sedang menikmati makan siangnya. Wanita itu menyadari kedatangan mereka.
"Hai, dear." Wanita itu tersenyum manis, kemudian memandangi Sehun. "Dan gadis cantik ini?"
"Annyeonghasseo," Sehun membungkuk. "Oh Se,..."
"Dia Oh Sehun, pacarku." Potong Sehun. Membuat Sehun terbelalak, sementara wanita itu bertepuk tangan senang.
"Aigoo, tak kusangka pacarmu cantik sekali. Perkenalkan, aku Mama-nya Luhan, Tan Heechul. Kau harus memanggilku Mama juga, arasseo?"
"N,ne, Mama." Ujar Sehun salah tingkah. Luhan membawa gadis itu untuk duduk di hadapan ibunya. Nyonya Tan kembali menikmati makan siangnya.
"Kamu ingin apa?" tanya Luhan, melihat-lihat menu. Sehun ikut memandangi menu yang berada di tangan Luhan.
"Terserah kamu saja." Sehun tersenyum manis, tentu saja pura-pura. Luhan tak mengacuhkannya dan memesan.
"Jadi, sudah berapa lama hubungan Sehunnie dan Luhannie?"
"Luhannie?" Wajah Sehun memerah menahan tawa, sementara Luhan terlihat kesal dengan kelakuan gadis itu.
"Jangan tertawa kau." Desis Luhan, yang hanya terdengar oleh Sehun. Gadis itu mencibir dan mengalihkan pandangannya kepada Nyonya Tan.
"Apa maksud Mama?" tanya Sehun manis.
"Sudah berapa lama Luhannie memacari Sehunnie?"
"Sudah 2 bulan." Ujar Luhan. "Tapi kami terlalu sibuk untuk selalu bersama-sama." Lanjut pemuda itu. Sehun yang berada di sampingnya hanya tersenyum.
"Apa pekerjaan orangtua Sehunnie?"
"Mama," desis Luhan, merasa kesal dengan pertanyaan sang Mama.
"Apa Mama menyinggung Sehunnie?"
"Tentu saja tidak, Mama." Sehun tersenyum. "Appa menjalankan sebuah cafe, sementara Eomma menjalankan sebuah toko bunga di sebelah cafe. Memang tidak terlalu besar, namun itu lebih dari cukup untuk keluarga kami."
"Bagaimana kalau kapan-kapan Mama berkunjung ke cafe Appa Sehunnie?"
Sehun mendadak gugup. "K, kalau itu,..."
"Mama, kami belum terlalu jauh. Kenapa Mama terkesan ingin menikahkan kami segera?" potong Luhan kesal. Nyonya Tan terlihat kesal.
"Lalu kenapa kalau aku ingin mengenal keluarga Sehunnie?"
"Mama, kurasa itu berlebihan. Aku sudah membawa Sehun ke hadapan Mama, kan? Jadi tidak usah meminta hal yang aneh lagi." Ujar Luhan.
"Arasseo, arasseo." Nyonya Tan mencoba untuk menyerah berdebat dengan Luhan. Sehun hanya dapat tersenyum karena ulah ibu-anak tersebut.
"Baiklah, senang bertemu denganmu Sehunnie. Kapan-kapan main ke rumah kami ya?"
"N,ne, Mama. Terimakasih atas makan siangnya." Sehun membungkukkan badannya. Nyonya Tan meninggalkan mereka berdua. Luhan kembali makan tanpa memerdulikan Sehun.
"Tak adakah yang ingin kamu jelaskan? Aku benar-benar penasaran saat ini." Ujar Sehun. Luhan menghentikan makannya.
"Ibuku ingin menjodohkanku dengan seorang gadis bermuka dua." Ujar Luhan, menatap Sehun.
"Lalu kenapa kamu memilihku? Padahal pacarmu segudang begitu."
"Mereka semua terlihat sama, materialistik. Lagipula nanti mereka bisa menikamku saat aku lengah."
Sehun mencibir. "Itu resikonya kalau kamu berpacaran dengan gadis-gadis glamour."
"Maksudmu jalang?"
"Aku tidak berkata seperti itu."
"Namun hatimu mengakui ucapanku." Luhan tersenyum puas melihat wajah Sehun yang merah padam. Pemuda itu melanjutkan makannya. Sehun pun akhirnya melanjutkan makan. Hanya dentingan peralatan makan yang terdengar di antara mereka berdua.
Luhan telah selesai makan duluan, memandangi Sehun yang masih menikmati makan siangnya tanpa disadari yang bersangkutan. Pemuda itu menyentuh bibir Sehun.
"Eh?"
"Ada ini di bibirmu." Luhan menunjukkan jarinya yang terkena saus pasta. Wajah Sehun memerah.
"Kan bisa kamu beritahu." Lirih Sehun. Luhan mendekatkan jarak diantara wajah mereka.
"Aku ingin menyentuhmu." Bisiknya lirih, membuat pipi Sehun memerah sempurna. Luhan menyeringai puas melihat perubahan pipi gadis itu.
"Lu,..."
"Bibirmu itu, kau memakai lipstick?"
"Tidak, aku hanya menggunakan lipbalm."
Luhan terus memandangi Sehun yang berjarak dekat dengannya. Memandangi pipinya yang memerah sempurna, bibir tipisnya berwarna merah muda dan merekah.
"Lu, aku ingin makan." Bisik Sehun lirih.
"Makan saja."
"Mana bisa dengan kamu sedekat ini." Cicit gadis itu lirih. Luhan beranjak dari posisinya, namun jarak di antara mereka tetaplah dekat. Luhan menyendok pasta Sehun dan menyodorkannya kepada gadis itu.
"Makanlah." Ujar Luhan. Sehun memakan pasta tersebut dan mengunyahnya perlahan. Luhan memutus jarak di antara mereka dan mengecup bibir Sehun. Menjulurkan lidahnya, merasakan bagian dalam mulut Sehun yang masih dipenuhi pasta. Sementara Sehun terpaku, tak tahu harus merespon ulah Luhan.
Semakin dalam Luhan mendominasi ciuman tersebut, membuat Sehun menjadi lemas. Gadis itu ikut menelusupkan lidahnya ke dalam mulut Luhan dan mengajak pemuda itu bertarung lidah. Luhan menghentikan ciuman tersebut dan menyuapkan pasta ke dalam mulutnya, menyuapkan Sehun dengan menggunakan lidahnya. Bahkan pemuda itu mencium Sehun berkali kali disaat makanannya telah habis.
"Tak kusangka aku akan menyukai ini." Ujar Luhan lirih, menyentuh bibir Sehun dengan lembut. Sehun menggelengkan kepalanya.
"Kurasa aku harus pulang sekarang, Lu." Sehun bangkit, namun Luhan menahannya.
"Biar kuantar."
*#*#*#*#*#*
"Jadi apa yang terjadi tadi?" tanya Joonmyeon penuh ingin tahu. "Apa saja yang dilakukannya padamu?"
"Kau segitu ingin tahunya ya?" tanya Jongdae jengkel. "Kukira kau kesal pada rusa Cina itu, mengingat kelakuanmu di rumah tadi."
"Bagaimanapun Luhan termasuk hot boy dari sekolah kita. Tentu saja aku penasaran pada sikapnya. Apalagi ia playboy."
Jongdae mencibir, sementara Jongin tak berkata apapun. Mereka berempat sedang menikmati kue – kue percobaan Appa Sehun, sekalian menginap di rumah sepupu mereka satu – satunya tersebut. Sehun sudah menceritakan tentang Luhan pada sepupunya tersebut.
"Mamanya baik, walaupun agak pemaksa. Menyuruhku memanggilnya Mama. Dia juga bertanya pekerjaan orangtuaku."
"Hati – hati saja, siapa tau dia sudah datang disini dan memberikan uang pada Paman agar kau menjauhi si rusa itu."
"Apaan sih Dae? Kamu keseringan nonton drama sama Eomma nih."
"Siapa tau?" Jongdae mengangkat bahu.
"Setelah itu?" tanya Jongin. "Dia tidak melakukan hal aneh apapun padamu kan?"
"Ya ampun, Kim Jongin. Kau terdengar seperti kakak yang protektif." Ujar Jongdae.
"T, tidak kok. Memangnya dia mau melakukan apa padaku? Aku tidak menarik untuk rusa Cina itu." Ujar Sehun agak gugup. Jongin menyadari kegugupan gadis itu.
"Benar juga sih, pacarnya perempuan glamour semua."
" Glamour atau jalang?"
"Aku lebih suka menggunakan kosakata yang lebih lembut, tuan – tuan." Joonmyeon berhenti menikmati kue yang terhidang di hadapan mereka.
"Kau sudah kenyang?"
"Aku takut gemuk."
"Bukannya kita semua susah gemuk? Kenapa sekarang kau jadi mementingkan berat badanmu?"
"Karena aku minder dengan gadis – gadis glamour di tempat kerja pacarku. Sudah cukup aku tidak terlalu tinggi, aku tidak mau terlihat gendut."
"Sejak kapan kau peduli dengan perempuan seperti itu? Berapa beratmu?"
"Jangan tanyakan, itu sudah cukup memalukan." Ujar Joonmyeon kesal.
"Daripada berhenti makan lebih baik kau itu yoga, biar tubuhmu lebih fleksibel." Usul Jongdae.
Sehun tak memperhatikan obrolan sepupunya tersebut dan memandang ke luar cafe, menatap langit yang bertabur bintang sembari menyentuh bibirnya. Jongin menyadari apa yang dilakukan gadis itu.
*#*#*#*#*#*
ToBeCon
Annyeongg!
Tao-ghel absurd kembali lagiii...
Ga tau apa yang mau dicuap-cuapin sekarang, karena aku kehabisan kata-kata. Begitupun dengan FF-ku yang kemaren-kemaren.
Ini FF yg udah berabad-abad ~lebaygua~ terdampar di laptopku, tapi entah kenapa silabus englishku yg bulan kemaren baru disimpan hilang ditelan bumi. #apaansihgua
Okeehh, sekian cuap-cuap absurdku dulu, see you next illusion story.
And don't forget,
REVIEW PLEASSSEE! ^_^
