Naruto menjilati sisa es krim warna kuning pudar dalam diam. Rasa jeruk dikombinasikan dinginnya es yang menggigit memang paling enak dinikmati saat cuaca cerah begini. Ditambah sang kekasihlah yang membelikannya. Ngomong-ngomong Naruto sedang kencan saat ini. Ia dan kekasihnya sedang istirahat di bangku taman di bawah pohon beringin rindang.
Naruto melirik kesamping, barangkali menemukan ekspresi lain dari entitas disampingnya. Naruto sedikit frustasi karena seperti biasa, wajah kekasihnya lempeng tanpa ekspresi dan sangat pendiam. Melalui ekor matanya, Ia menemukan mata oniks itu menatap lurus ke depan, memperhatikan air mancur yang bergemerlapan di bawah sapuan cahaya matahari. Tapi tidak, mata itu menatap lebih jauh, menembus monumen berair itu. Kekasihnya melamun. Mendengus pelan, Ia melemparkan pandangannya juga, memindai apa-apa yang ada dihadapan mereka.
Sasuke Uchiha kekasih Naruto Uzumaki. Kelas 3 SMA. Jenius, tampan, kekar, jago olahraga, dan banyak lagi. Tipikal kriteria pacar idaman. Naruto selalu bangga pada dirinya sendiri, karena dialah, yang meskipun biasa saja dan cenderung bodoh mampu menakhlukkan pria yang paling diinginkan kaum hawa.
"Apa ada tempat lain yang ingin kau kunjungi?"
"A.. aku hanya ingin membeli buku saja" sedikit terkejut, Naruto menjawab gugup karena tiba-tiba di tanyain seperti itu. Ia mengangkat sekantung plastik yang di dalamnya terdapat buku yang mereka beli tadi sebelum duduk di taman. "kalau kamu?" Naruto mencicit malu-malu, mengedarkan pandangannya kesamping dan mendapati mata hitam yang memandangnya tajam.
"Hn. Tidak ada"
Beringsut semakin mendekat, Naruto meletakkan kepala pirangnya di bahu kokoh sang kekasih, membiarkan semilir angin sore membelai helaian rambutnya.
"Ne~ Sasuke kita bahagia seperti ini, tidak ada yang perlu berubah, karena tidak ada yang salah"
"Naruto, kita-"
"Ya, kita akan sering kencan, agar kau tidak stress, ck ck menjadi siswa tingkat akhir memang merepotkan. Kau tau, aku dan teman-temanku sering bahas tempat-tempat indah dan romantis yang cocok untuk kencan-" sambil memilin-milin rambutnya yang sudah sedikit memanjang, Naruto terus berceloteh tentang kencan, romantisme, cinta atau apapun, layaknya ia gadis yang terlalu banyak mengonsumsi novel picisan.
Sedang pemuda yang berperawakan lebih besar hanya diam saja mendengarkan. Sebelum ia memotong kalimat tanpa henti itu, mungkin karena telinganya sudah tidak tahan.
"Naruto, kita telah membahasnya, sampai kapan kau terus keras kepala seperti ini, kita-".
"Aku tidak dengar! Kita pulang saja kalau kau bosan". Dengan tidak sopannya, Naruto menyela omongan itu, bahkan sedikit membentak. Tanpa peduli dengan sang kekasih Naruto berdiri dan berjalan meninggalkannya.
Sedikit menegang, Naruto merasakan tangan pucat menggapai jemarinya. Dalam situasi canggung, mereka bersisian berjalan menuju stasiun terdekat.
Sasuke mengalah lagi.
Magic Paper
Disclaimer : Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Pairing : Sasunaru
Rated : T+
By : Oryza Scarlett
Rasanya seperti deja vu, sosok itu yang selalu mengantarkannya ke stasiun, seperti saat ini. Naruto yang setengah merajuk, melepaskan tautan tangan mereka dan tanpa basa basi mengucapkan selamat tinggal, ia berlari memasuki Stasiun. Menempelkan kartu elektronik dan mendorong palang masuk kereta dengan kasar. Naruto berlari dan masuk ke dalam kereta tujuannya.
.
Duk.. duk...
Kepala pirang beradu dengan kerasnya kaca pintu kereta. Suasa hati naruto terlalu buruk untuk mencari tempat duduk meskipun kereta dalam kondisi sepi.
Maaf Sasuke, aku hanya tidak ingin putus
Duk.. duk..
Naruto menggalau, Ia begitu sedih mengkhayalkan cinta pertamanya akan gagal. Naruto belum siap, ia terlalu muda untuk merasakan penderitaan cinta.
Terlalu larut dalam suasana melankolis, naruto tidak menyadari pintu kereta terbuka. Ia nyaris terjerambab dan buru-buru menyeimbangkan tubuhnya. Satu dua penumpang naik dan terakhir wanita tua yang dengan susah payah menumpukan kakinya untuk naik ke dalam kereta sebelum penumpang lain yang tergesa-gesa menyenggol bahu wanita ringkih itu. Sebelum jatuh, naruto telah memegangi tangan si nenek dan menariknya masuk. Tangan renta itu gemetar dan dengan lirih mengucapkan terima kasih pada sosok pirang yang telah menolongnya.
Naruto berusaha mengamalkan prinsip hidupnya. Menjadi anak yang baik dan suka menolong. Jadi ia membawa nenek tersebut mencari kursi kosong dan menenangkannya.
"Nenek, apa kau baik-baik saja?" naruto seperti cucu teladan yang tengah menghawatirkan neneknya. Dan tanpa bisa mencegah, sang Nenek telah mencium pipinya sayang, meninggalkan jejak air liur.
Euw... Naruto matia-matian menahan ekspresinya, dan dengan gerakan cepat mengusapkan pipinya dengan punggung tangan.
"Dewa memberkati, hatimu sungguh mulia, anak sepertimu berhak mendapatkan kebaikan dari para dewa"
Sang Nenek berbicara agak antusias. Sepertinya ia sangat excited bertemu anak manis dan baik hati macam Naruto.
"Bisa aja nek, Naru kan cuma membantu hehe~" Naruto menjawab malu-malu melupakan kegalauannya, mukanya sedikit memanas mendengar pujian agak hiperbola itu.
Akhirnya setelah beberapa stasiun, sang Nenek turun di stasiun tujuannya. Dari pertemuan singkat mereka, Naruto tau nama nenek itu Chiyo. Nenek Chiyo terbiasa bepergian sendiri, dan kali ini untuk berkunjung ke rumah cucunya. Naruto mengalihkan pandangan, membuka tangannya dan mengamati lamat-lamat benda yang digenggamnya. Benda misterius pemberian Nenek Chiyo sebelum turun.
"Aku melihatmu murung, sesuatu yang tak sepatutnya". Suara itu terdengar begitu lembut dan menenangkan.
Lalu dari balik tas warna coklat tua, Nenek Chiyo mengambil benda persegi panjang setipis kertas berwarna putih. Ada garis merah di tepi kertas dan tulisan kuno yang membentuk kaligrafi melingkar dan tulisan- tulisan pendek yang membujur tegak. Naruto tidak mengerti gunanya benda tersebut, mungkin semacam jimat. Setuju dengan pemikiran tersebut, Naruto menggenggamnya sebelum Nenek Chiyo menjelaskan lebih lanjut.
" Ini adalah kertas mantra pembaca isi hati, kau hanya perlu menempelkannya pada seseorang yang ingin kau mengerti dan semuanya akan jelas".
.
TBC
