even this entire world knows
disclaimer
kuroko no basuke © tadatoshi fujimaki
fanfiction + cover © pindanglicious
no profits gained
warning: fem!takao / AR / Semi-Canon / slightly crispy humor / OS
S.E.N.I.N
Midorima tak menemukan tanda-tanda kehadiran anak perempuan berisik itu di kelas.
Biasanya dia datang paling pagi dan akan selalu menyambutnya dengan senyum lebar menyebalkan. Duduk di bangku dengan rok sekolah yang tersibak, lalu melambaikan tangan ke arahnya sambil berteriak, "SHIN-CHAN OHAYOU~!" (Sambil tak memedulikan etika seorang gadis.)
Tapi hari ini—entah mengapa dan tanpa kabar apa—, Takao tak menampakkan batang hidungnya. Dia tak mengirim kabar melalui e-mail atau SMS atau semacamnya. Jujur saja, Midorima sedikit risih. Hatinya terus bergejolak aneh. Buktinya pemuda itu melamun sepanjang hari tanpa mengerahkan seluruh konsentrasinya ke pelajaran. Beruntung karena dia adalah murid terpintar yang tak pernah absen menggaet peringkat nomor wahid.
Lalu di akhir jam KBM, sang ace tim basket Shutoku itu bertanya pada wali kelasnya.
"Takao Kazunari. Ke mana dia hari ini?"
(—jawaban wali kelasnya hanya gelengan kepala.)
Midorima mengepalkan tangannya keras-keras sekuat yang dia bisa. 'Bukannya aku peduli atau khawatir! Ini menyangkut tim Shutoku di Winter Cup nanti!' batinnya geram. Bahkan di saat seperti ini dia masih bisa membohongi hatinya.
Tepuk tangan untuk pangeran tsundere kita.
.
S.E.L.A.S.A
"Midorima teme! Mana anak hemaprodit itu? Sudah dua hari absen latihan! Kau ini teman sekelasnya 'kan?!"
Miyaji-san mencecarnya dengan beribu pertanyaan saat Midorima memasuki gymnasium. Si hijau mendecih kesal tanpa menghiraukan cerocosan senpai cerewetnya tersebut.
"Aku tidak tahu, nodayo. Dia tak mengabariku dari kemarin," responnya dingin seraya menaikkan bingkai kacamata yang merosot. Anak-anak adam penghuni gymnasium hanya mengerjapkan mata mereka.
"KAU YANG SEHARUSNYA MENGONTAK DULUAN, DUH!"
Miyaji berteriak menginterupsi sambil menjitak kepala hijau adik kelasnya yang jangkung itu. Midorima mengerang refleks. Jitakan seniornya memang bukan main-main.
"SUDAH, NANODAYO! Dan Bakao itu tak pernah mengangkat!"
Si pemain bernomor punggung enam balas berteriak. Kantong emosinya pecah kali ini. Dan sekali lagi, dia disambut dengan keheningan dan ekspresi horror anak-anak Shutoku.
Sebulir keringat mengalir melalui pelipisnya.
"Jadi … ke mana Takao …?"
"KUBILANG TIDAK TAHU, NANODAYO! AKU TIDAK PEDULI!"
(Midorima kembali membohongi hatinya untuk yang kedua kali.)
.
R.A.B.U
"Cih!"
Mendecih. Mendecih. Mendecih.
Midorima tak berhenti memencet keypad ponselnya dengan kasar—diiringi decihan sadis nan bengis. Amarahnya terus memuncak hanya karena rasa khawatirnya pada Takao Kazunari, yang sudah tiga hari menghilang tanpa kabar.
Ada paling sedikit enam e-mail dan delapan SMS yang belum dibalas oleh si gadis rajawali untuk hari ini. Kalau ditotalkan dengan hari-hari sebelumnya, dia sudah mengontak temannya itu sebanyak lima puluh kali. Ah, ditambah dua puluh lima kali miss call. (Dan Midorima masih menolak kalau dirinya khawatir.)
"Bakao. Bakao. Bakao. Aho. Baka. Dobe. Angkat bodoh, angkaaat!" gerutunya di sela jam istirahat.
Tiga hari Takao menghilang tanpa kabar. Dan hari ini dia harus memakan bekal siangnya sendirian di loteng sekolah. Ssst. Sudah menjadi rahasia umum kalau kedua sejoli itu selalu menghabiskan jam istirahat bersama-sama di loteng. Main suap-suapan saja sudah berani.
"Mukamu pias sekali, Midorima. Kau pasti sangat mengkhawatirkannya,"
"Kasmaran, ceritanya. Kangen ya kangen?"
"Kau baru saja menjadi pacarnya, hm?"
—oh, tarik kembali kata sendirian. Otsubo-san dan Miyaji-san ada di samping kanan dan kiri sang ace. Dua senior sial itu masih sempat menggodanya di tengah situasi 'genting'.
"Tidak, nanodayo. Itu fitnah. Aku tidak pernah mengkhawatirkan gadis bodoh teledor dada rata dan berisik itu apalagi pacaran, nodayo. Cih," elak sang shooting guard dengan wajah yang tiba-tiba semerah kepiting rebus. Dia memalingkan muka secepat kilat agar tak dilihat Miyaji maupun sang kapten Shutoku.
Alis coklat susu milik Miyaji menukik tajam. "OH. Nyaris seratus kali kau mengontaknya dan kau masih bilang tidak khawatir?" sentaknya penuh penekanan. Tangannya sudah siap melayangkan sepotong nanas segar irisan mama.
"Tidak, nanodayo! Lagipula itu perintah Miyaji-san!" elak si hijau seraya menyingkirkan nanas Miyaji dari hadapannya.
'Pik' —telinga kakak kelas bertubuh tinggi semampai tersebut memanas mendengarnya. Laki-laki itu menjawil pipi adik kelasnya gemas. Di kalangan senior tim basket Shutoku, memang dialah orang yang paling temperamen.
"MIDORIMA. Aku. Hanya. Menyuruhmu. Satu. Kali."
"AKU CUMA SEDIKIT TAKUT TAKAO DICULIK OLEH EMON-EMON GENERASI BARU, NANODAYO!"
"…"
(Midorima membohongi dirinya untuk yang ketiga kali—dengan estimasi super konyol seumur hidupnya.)
.
K.A.M.I.S
Anak itu belum juga muncul.
Belum.
Sama sekali.
Midorima mendesah resah memikirkannya. Entah sudah berapa kali dia mengganti posisi duduk di bangku dan menelungkupkan kepalanya frustasi di atas meja. Semua gara-gara Takao. Bahkan belakangan ini dia kehilangan nafsu makan. Hasrat itu menurun drastis saat hatinya bergejolak was-was.
Ibu wali kelas sudah berkali-kali menanyakan kabar gadis itu pada anak-anak.
"Takao-san sudah alfa selama empat hari. Ada yang tahu ke mana anak itu?"
(—dan responnya hanya gelengan kepala beserta kesaksian beberapa murid.)
"Tidak, sensei. Semua akun media sosialnya tidak aktif."
"Aku tak tahu nomor ponsel dan e-mail Takao-san, sensei."
Cuma ada dua murid laki-laki yang menanggapi dengan kata-kata. Disambut dengan desah napas kecewa dari sang guru, Midorima yang mendengarnya dari bangku semakin menegang. Tangannya mengepal erat dan giginya bergemelutuk rapat. 'Ke mana si bodoh itu?! Kemana?!' —dia mengutuk Takao dalam batin.
"Tanya Midorima-kun saja, sensei!"
Satu lagi teman sekelas berceletuk lugas. Merasa namanya terpanggil, bani adam paling jenius di angkatannya itu sontak mengangkat kepalanya dari atas meja. Sorot emerald-nya yang terbingkai di balik kacamata berkilat tajam.
"Midorima-ku—"
"Aku tidak tahu, nanodayo," potongnya cepat.
Sudahlah.
Dia frustasi. Jangan menyinggung nama gadis itu kalau sudah seperti ini.
"Ah … sayang sekali kita tak pernah tahu alamat rumahnya," wali kelas itu kembali berujar dengan embusan napas panjang.
Dia kembali berbalik badan dan membuka catatan-catatan kecil serta tempat pensil, pertanda intermezzo sudah usai dan pelajaran akan berlanjut. Namun sedetik dua detik setelahnya, Midorima terbelalak dengan tubuh membeku.
'Kenapa selama ini tidak kepikiran nodayo? Aku sering ke rumahnya,'
(Dan dia merasa jadi orang terbodoh yang pernah hidup di dunia ini.)
.
J.U.M.A.T
'DRAP DRAP DRAP'
Midorima berlari mengambil langkah seribu. Turun dari kereta di stasiun dan sekarang lari sekencang yang dia bisa untuk menggapai satu tujuan; rumah Takao Kazunari. Napasnya terengah kencang diiringi bulir keringat yang mengucur dari sekujur tubuh. Kalau dia bukan atlet basket, pasti sudah terkapar sekarat di tengah jalan.
Begini.
Begini rasanya berjalan tanpa rickshaw. Biasanya Takao dengan senang hati akan memboncengnya pulang naik rickshaw. Mengayuh sepeda yang isinya raksasa setinggi 195 sentimeter itu tidak ringan.
"Haahh … hhhh … fffhh—"
Kakinya berhenti tepat di sebuah rumah minimalis yang berdiri kokoh di hadapannya. Midorima masih membungkuk lemas, napasnya tersendat-sendat dan peluhnya membasahi aspal yang dipijak. Laki-laki itu menggeram emosional, sebelum akhirnya dia dapat kembali menyeret kaki ke depan pintu masuk kediaman keluarga Takao.
"TAKAO!"
Dia berteriak panik sembari menggedor pintu kayu tersebut tak sabaran. Bukannya Midorima tak sopan dan tak mengenal etika bertamu. Ini tabiatnya kalau sedang terburu-buru dan tegang. Dia masih harap-harap cemas.
Karena bisa saja Takao kabur dari rumah setelah dilanda masalah, atau bisa saja dia sedang sekarat di atas ranjang. Midorima Shintaro selalu bisa memprediksi situasi; dia tahu kalau rumah ini sedang tak berpenghuni. Tapi tolong, estimasinya itu lebay sekali.
"TAKAO!" teriaknya sekali lagi seraya memijat kening. Jantungnya berdegup lebih kencang dan tubuhnya lemah. Sumpah, rasanya ingin goyah.
Detik berikutnya, yang didengar oleh telinganya adalah langkah kaki dari dalam rumah yang tergesa-gesa. Shooting guard tim Shutoku kembali menegakkan badannya dan mulai tenang.
'Cklek'
Pintu itu terbuka sedikit demi sedikit dan … dia menyambut kawannya dengan senyum takjub. Lensa biru keabu-abuannya berbinar ceria. Di saat yang bersamaan, Midorima bingung bukan main; apakah dia harus senang atau menampar si ceroboh ini sekeras yang dia bisa.
Mantan anggota kiseki no sedai tersebut mengepalkan tangannya keras-keras.
"Shin-chan! Ayo masuk!" sahut Takao riang. Pipinya bersemu kemerahan segar, pertanda tak ada hal buruk apa pun yang menimpanya selama ini. Midorima mendecak kesal dibuatnya. "Rumahku sedang kosong, hanya ada aku dan adik laki-lakiku," lanjut gadis itu sambil meraih tangan besar teman satu klubnya.
"…"
Tak ada reaksi.
Takao mengerjap matanya berkali-kali. "Shin-chan …? Kenapa diam saja?" tanyanya penasaran. Midorima memalingkan muka sebagai balasan. "Shin-cha—"
"KAU BODOH, NANODAYO! KE MANA SAJA KAU SELAMA INI HAH? SEMUA ORANG KAUBUAT REPOT, BAKAO!"
—dan kantong kesabaran Midorima pecah untuk kedua kalinya saat itu juga.
Dia mengguncang bahu mungil teman perempuannya sadis, kemudian mulai memarahinya dengan teriakan-teriakan bising. Takao membatu dibuatnya. Dia tak bisa melawan maupun berkutik di hadapan sang ace-sama yang tengah memasuki zona amarah.
"Eh? Tapi aku hanya—"
"HANYA HANYA PANTATMU, NANODAYO! JANGAN MENGELAK! SAMPAI BULUK AOMINE HILANG DAN DAKINYA LURUH, SIAPA YANG TIDAK CEMAS KALAU TEMANNYA MENGHILANG TANPA KABAR SELAMA HAMPIR SEMINGGU, HAH? KABARI KAMI, BODOH! KABARI! KAUPUNYA PONSEL 'KAN? KAU TIDAK HIDUP DI ZAMAN FIRAUN, 'KAN?" pungkas anak adam pemilik rambut hijau, memotong elakan anak dara yang mematung di depannya.
Hawk eye Takao menyorot tajam ke hadapan Midorima. Dahinya mengernyit heran dengan kelakuan kasar sahabatnya yang tiba-tiba. Dia takut ada tetangga yang mendengar, atau adik lelakinya yang bangun dari pulau kapuk melihat adegan kekerasan tersebut.
Tapi dia menarik kalang kabut pikirannya. Kalau dipikir-pikir, lucu juga wajah Shin-chan di saat seperti ini. Gadis itu kemudian terkekeh geli tanpa menghiraukan death glare sang Shin-chan.
"… B-BAKA! Jangan melihatku terus, nanodayo!" bentak Midorima dengan wajah merah padam yang tersorot siluet jingga. Senja ini dia sukses dipermalukan oleh teman perempuannya yang … menyebalkan.
Gelak tawa Takao semakin kencang, namun berhenti mendadak ketika Midorima menjitak dahinya.
"Maaf membuatmu khawatir, Shin-chan. Tapi aku sakit, orangtuaku pergi selama sebulan dan belum beli pulsa~" rajuknya tengil.
Alis Midorima menukik tajam dan perempatan siku-siku merah muncul di dahinya.
"AKU TIDAK KHAWATIR DAN TIDAK PEDULI, NANODAYO! Jangan terlalu percaya diri. Bukannya aku cemas, tapi kau terlalu lama absen latihan dan jelas akan merugikan Shutoku. Cih!" elaknya terbata.
"Pfft Shin-chan, tak usah malu mengungkap perasaan."
"BERISIK TAKAO BERISIK! MATI SANA, NANODAYO!"
(Tapi hari itu dia kesal sekaligus senang.)
.
S.A.B.T.U
Ini kali keduanya Midorima mengunjungi kediaman Takao Kazunari. Gadis itu menyambutnya senang hati dengan senyum secerah bunga matahari. Tubuh sintalnya yang setinggi 170 sentimeter terbalut setelan daster krem selutut.
(Midorima berusaha untuk tidak mimisan detik itu juga.)
"Ini."
Dia menyodorkan sekotak minyak wangi yang terbungkus rapi dalam kemasan. Takao terpana memandangnya. 'Pfft! Lucu sekali!' batinnya lawak saat melihat apa yang tersodor di hadapannya.
"Hmmph—! Kenapa kau memberi aku parfum, Shin-chan?" ujar pemilik hawk eye tersebut. Dia menahan gelak tawanya yang akan meledak sekuat tenaga.
'Demi apa pun, Shin-chan! Kau banyol sekali—'
"Bukannya aku peduli padamu. Tapi itu lucky item-mu untuk besok, nodayo. Kau harus masuk sekolah."
Midorima kembali menyambung benang percakapannya tanpa menyadari satu kalimat bodoh yang keluar dari mulutnya.
"A-ah arigatou, Shin-chan! Tapi besok hari Minggu …"
(Tuh 'kan. Saking kangennya.)
"…"
"Shin-chan …?"
"—SIAPA PEDULI! SUDAH AMBIL SAJA DAN AKU CUMA MAU MENYAMPAIKAN ITU, NANODAYO!" teriaknya malu sambil refleks menutup muka dengan kedua telapak tangan.
Bagi Takao, Midorima yang tsundere-nya kambuh adalah badut ancol paling lawak sedunia.
(Dia berbohong hari ini. Itu bukan lucky item, melainkan 'hadiah' untuk Takao-nya tercinta.)
.
M.I.N.G.G.U
Aku ke rumahmu sekarang.
Begitulah pesan singkat yang disampaikan si tsundere megane di hari minggu pagi. Dan seperti biasa, dia dengan senang hati menyambut kedatangan sahabatnya dengan raut wajah bahagia.
Lain dengan Shin-chan-nya yang memasang ekspresi dingin dan datar.
"Pagi, Shin-chan! Ah~ ini yang ketiga kalinya kau mengunjungi rumahku~" sambutnya ramah sambil menarik temannya ke ruang geta. "Shin-chan rindu pada gadis malang sepertiku yayaya? Tenang saja, besok aku masuk!" dia melanjutkan dengan wajah polos dan jempol yang terangkat di depan hidung Midorima.
Yang bersangkutan mendengus sebal. "Jangan konyol nanodayo," umpatnya sinis.
Takao terkikik seraya memegangi perutnya. "Heee? Lalu kenapa Shin-chan datang ke sini kalau tidak kangen?" lanjut gadis berambut raven sebahu tersebut. Matanya berkilat jahil. Dia sangat ingin menggoda Midorima yang tsundere-nya kelewatan.
"Shin-chan. Mau sampai kapan kau terus-terusan tsundere seperti itu? Pffft. Bahkan dunia juga tahu kalau seminggu ini kau sangat merindukanku~"
KRIK
Midorima Shintaro membuang wajah ke sembarang arah.
"Iya, 'kan Shin-chaan~?"
—dan sekarang dia merasa risih oleh wajahnya yang memanas.
"Oi, Shin-cha—"
Midorima tak kuat.
Biarkan dia kebelet untuk hari ini.
"BERISIK, TAKAO. IYA! IYA, AKU SANGAT MERINDUKANMU, BODOH! AKU KHAWATIR PADAMU, IYA! JANGAN BAWEL, NANODAYO!"
(Hari ini dia berkata jujur dari hatinya yang terdalam.)
.
.
.
Takao tersenyum puas melihat reaksi Shin-chan-nya.
.end.
1. aslinya takao itu punya adik cewek tapi karena ini genderbend, saya genderbend juga adeknya wwww /dikeprettakao
2. covernya emang gak nyambung sama isi tapi somehow saya suka secara personal karena menurut saya itu fanart yang paling sukses dari semua fanart nista yang saya bikin B') /PULANGSANA
3. habis ini rencananya lanjut bikin fictogemino midofemtaka lagi tolong jangan bosen kalau liat fic midofemtaka saya yang menuhin arsip FKnBI karena sesungguhnya saya mencintai pairing ini lebih dari saya sayang pair midotaka yang homo asli :') /dibuangsatufandom
4. semoga suka dan gak bosan sama karya saya. mohon maaf kalau saya bikin kesalahan da saya mah apa atuh cuma manusia biasa bukan dewa yang diksinya wah :')
