FFN. CODE 3 黒子のバスケ。
"PERSEMBAHAN SETAN"
PART 1 : "GERBANG SETAN"
Disclaimer : Tadatoshi Fujimaki
Story : Belongs to Me
CHARA X OC
PRAKATA : Akhirnya setelah Vakum dan banyak sekali kendala, Yuzu come back in This Fict
Maaf mungkin ratingnya membingungkan, jadi
Yuzu memilih Rate yang pantas.
Semoga kalian suka
Oh, ya Cerita lainnya akan segera berlanjut
Salam! :D
"Apa kau merasa ada yang terlupakan? Kau merasa ada sesuatu yang hilang? Kalau benar, apakah yang hilang? Jika benar maka kau sudah mendapatkan sebuah pertanda bahwa 'Persembahan setan' akan menghampirimu. Ingatlah hal yang terlupakan itu .. sebelum persembahan dimulai dan kau kehilangan segalanya..."
-A. -tsuka
KUROKO TETSUYA POV :
Aku terbangun dengan keringat dingin dipelipisku, dan tersentak begitu saja setelah melihat mimpi seram yang benar-benar terasa begitu nyata. Aku melihat sosok diriku yang berada di halaman sekolah Teikou, SMP ku dulu. Di sana aku tidak sendirian, seorang gadis mungil berambut hitam dan bermata secerah rubby menarik blazerku. Dia berteriak-teriak histeris tidak karuan, aku tidak tahu apa yang diteriakkannya padaku.
Segalanya terkesan tuli tanpa ada suara sekecil apapun. Adegan yang hening seperti di film bisu(minus hitam putihnya). Namun beberapa menit setelah aku menatap sepasang mata rubby yang menatap liar dan berlinang air mata itu, sebuah ledakan luar biasa memekakkan telingaku. Semuanya tidak buta atau bisu lagi, aku bisa mendengar pecahan-pecahan kaca berjatuhan ke tanah, asap dan api yang mengepul di gedung sekolahku.
"Ada apa!? Apa yang terjadi?" seru salah seorang guru dari lantai bawah,
"Itu dari ruang PKK! Dapurnya meledak!?" sahut suara lainnya lagi.
"Gasnya meledak! Panggil ambulans, cepat...!", ada apa ini? aku tidak mengerti. Mengapa ruang di lantai 3 itu meledak seketika.
"Onee- chan*(Kakak perempuan)..! Onee-chan! "
Gadis itu terduduk di tanah, aku baru sadar kalau ada beberapa bagian dari tangannya yang tergores sesuatu dan mengeluarkan darah meski tidak banyak. Dan lalu siapa yang dia maksud dengan Onee-chan? Aku seperti terpaku dan tak bergeming sedikitpun. Gadis mungil itu kemudian menengok ke arahku, dengan mata penuh menuduh dan begitu menyakitkan di hatiku.
"Kenapa..., kenapa kau tidak menolongnya?", tatapan anak itu begitu menghujam hatiku, sinar matanya yang dipenuhi penyesalan dan tudingan ke arahku, "Kenapa kau tidak menolong KINAKO?" dunia seperti menjerit lalu seketika itu sebuah kilat seolah menyambarku dan mengembalikanku ke dunia nyata. Tanganku gemetaran, aku seolah-olah dihujat oleh raja neraka bahwa aku telah melakukan sebuah kesalahan besar. Aku mulai mengumpulkan ketenangan dan aliran darah mulai mengalir seperti semula sehingga aku bisa berpikir dengan baik.
Anak yang ada di mimpiku itu sangat aku kenal, bahkan aku termasuk orang terdekat yang mengenalnya, namanya Kohane, Yukihira Kohane(小羽根 行平) dia kenalanku sejak masuk SMP, dia lulus seangkatan denganku. Sejauh yang kutahu sekarang Kohane berada di SMA Too, SMA yang sama dengan Aomine-kun.
Kohane memiliki saudara kembar, kakak kembar lebih tepatnya. Kakak kembarnya bersekolah di SMA-ku, Seirin. Dan aku tahu pasti siapa kakaknya, namanya Yukihira Kinako(黄名子行平). Kinako menjadi anggota regular klub basket, dia berposisi sebagai PG(Point Guard) Seirin yang kerap menggantikan Izuki-senpai di beberapa quarter. Tapi sampai sekarang aku masih belum memahami bagaimana hubungan kedua anak kembar tersebut, Kinako yang terkesan menutup diri dan menjauh sementara Kohane yang manis dan lebih suka mengejar kakaknya, seolah-olah Kinako mendorong Kohane jauh darinya. Waktu SMP yang kutahu mereka akrab dan tergabung dalam klub basket yang sama.
Kasus anak kembar yang saling bertolak belakang ini membuatku penasaran. Tapi aku tidak mengerti apa yang terjadi antara kedua anak kembar itu dengan diriku, atau mungkin dengan anak-anak kiseki no sedai lainnya,kiseki no sedai atau generasi keajaiban adalah sebutan bagi kawan-kawan(mantan) setim-ku di Teikou, salah satunya ya Aomine-kun.
Aku melirik ke arah jam beker, masih jam 4 pagi. Aku ragu untuk kembali tidur karena takut dihantui oleh mimpi aneh itu. Tetapi ketika aku hendak beranjak dari kasur untuk mengambil air, entah dimana di sudut kepalaku mencetuskan bahwa aku telah 'melupakan' sesuatu.
...
...
KAGAMI TAIGA POV
Sejak awal aku bangun dari kasurku tadi pagi aku merasa akan adanya firasat buruk. Tapi aku tetap beraktivitas seperti biasa, Alex bahkan masih sempat merecokiku dengan gaya tidurnya yang 'nggak banget' karena dia hampir melakukan pelecehan seksual kala aku tidur(bayangkan saja apa yang akan kau perbuat bila menemukan sesosok wanita tak berbusana tepat di samping ranjangmu ketika bangun). Itu membuatku shock meski aku sudah mengenalnya bertahun-tahun.
"Hei, Taiga! Airnya sudah mendidih, kau mau membakar apartemenmu?" Alex langsung mematikan kompor yang di atasnya sudah meluap air dari teko yang sepertinya siap meledak bila 5 menit lagi tak kumatikan.
"Eh, apa? Maaf, maaf aku terlalu banyak memikirkan sesuatu" ucapku seadanya, Alex memicingkan matanya tanda bahwa dia akan menginterogasiku besar-besaran bila aku berbohong, "Serius, kau tak perlu sampai memasang wajah semengerikan itu dong" lanjutku sambil mendorongnya jauh-jauh.
"Aku rasa kau memikirkan tentang anak manis berambut hitam ber-eyepatch yang kemarin baru saja kau bawa ke sini" crap, dia tahu.
"Haah, itu bukan urusanmu. Lagian dia baik-baik saja. Winter Cup sudah berakhir, keduanya sudah kembali berbaikan, habis perkara" tandasku. Yang aku maskud dari keduanya tentu saja si anak kembar yang sempat dicurigai terlibat kasus peledakan sebuah sekolah yang tak lain adalah Teikou sekitar 3 tahun lalu. Tidak cukup itu saja si kakak dari kembar identik itu yang juga adalah teman sekelasku di Seirin hampir tertangkap agen kepolisian akibat insiden yang sama yaitu peledakan sebuah bank internasional , untungnya seluruh pelatih dari klub basket yang berpartisipasi di dalam Winter Cup menyelamatkannya dari segala tuduhan dan dia diizinkan untuk tetap ikut bertanding.
Jujur saja hal itu sempat membuatku was-was, masalahnya anak yang kumaksud baru berusia 13 tahun dan belum memiliki lisensi sebagai seorang pemegang senjata api atau lebih buruk telah dicap sebagai agen teroris dan semacamnya. Bayangkan anak seumur itu harusnya berada di rumah, bersenang-senang, bermain, dan belajar bukannya main tembak-tembakan atau terlibat kasus pembunuhan. Bisa dipastikan kalau seluruh anak seusianya sudah mahir melakukan itu umat manusia akan langsung binasa.
"Taiga, apa kau akan langsung pergi ke lapangan di pinggir kota hari ini?" tanya Alex membuyarkan lamunanku.
"Seperti itulah, aku sudah menghubungi Tatsuya dan semuanya akan datang ke sana. Hitung-hitung sebagai perayaan atau begitulah namanya. Tidak baik mengungkit-ungkit masalah yang cukup membekas di hati seorang anak kecil, kan?" jawabku sembari membereskan peralatan makan dan siap pergi ke sekolah, tetapi sialnya ketika aku sedang berjalan ke arah tempat cuci piring keseimbanganku goyah dan aku menyenggol meja tempatku menaruh tas.
Ah, gawat isi tasku berantakan! Sial, aku memang sudah mengira kalau firasat burukku mulai menjelma menjadi kenyataan. Aku merunduk dan memunguti barang-barangku sementara Alex sibuk dengan acara TV dan tak mengindahkanku, huh dari dulu aku bertanya guru macam apa dia sebenarnya. Saat aku membereskan tasku, aku melihat sesuatu yang asing. Buku, sebuah buku dengan sampul kecoklatan yang usang dan terlihat sudah sangat lama.
Aku mengangkat satu alisku, memikirkan apakah aku pernah meminjam buku seperti ini dari perpustakaan. Tapi aku bukanlah siswa rajin seperti Kuroko yang suka membaca buku-buku dengan tulisan seperti segerombolan semut itu, bahkan aku saja masih labil membaca kanji(kalian kan tahu berapa nilai bahasa Jepangku yang lebih parah dari anak SD). Tapi aku tidak memerdulikannya dan langsung memasukkan buku tersebut ke dalam tas, dan harus kuakui kalau saja aku lebih cermat melihat buku apa yang kumasukkan ke dalam tasku itu, aku tak bakal menyesal dikemudian hari.
Sayangnya berkat kecerobohanku, penyesalan itu bakal menjadi mimpi buruk di hari lain. Untungnya aku sampai di sekolah dengan selamat, tentu saja dengan bertarung dengan menit-menit sebelum gerbang ditutup dan bertengkar dulu dengan penjaga gerbang dan guru piket.
Aku masuk ke kelas, menemukan diriku sudah duduk di depan temanku yang dijuluki 'si manusia bayangan' yang sempat menyapaku dengan wajah datarnya. Sedangkan tak jauh dari bangkuku kira-kira selang satu baris, seorang gadis mungil berambut pendek hitam yang sibuk menulis di bukunya terlihat tidak menyadari kalau aku sedang memperhatikannya. Terbesit sesuatu yang memancing keusilanku kala itu, aku mengambil gulungan kecil dan membentuknya menjadi bola. Kulemparkan bola kertas itu dan shoot! Benda tersebut berhasil mendarat dengan baik di belakang kepalanya.
Aku bisa melihat sosoknya menengok dan menatapku dengan mata merahnya yang kupikir lumayan menarik kalau diperhatikan. Aku memasang cengiran dan melambai padanya, meski lama aku melihatnya terus menatapku..., dengan tatapan aneh. Maksudku tatapan yang menyiratkan sesuatu tapi aku tak tahu apa itu. Selebihnya semua berjalan seperti biasa, hanya saja aku masih tetap memperhatikan punggung anak itu.
Di Gym semuanya berjalan seperti apa adanya, baik-baik saja tanpa ada yang mencurigakan. Sampai Kogane-senpai yang entah mungkin kelewat kepo mengaduk-aduk isi tasku.
"Kagami~! Darimana kau dapatkan benda ini?" seru senpai berwajah kucing itu sambil melambai-lambaikan buku bersampul coklat misterius yang kutemukan tadi pagi.
"Huh? Oh entahlah, aku pikir itu milik perpustakaan di sini jadi aku membawanya nanti aku akan kembalikan" ujarku sambil menhapus keringat yang sudah bertebaran di seluruh badanku, "Kogane-senpai, jangan rusak bukunyaya! Aku tidak mau disuruh membayar denda karena merusak properti sekolah!" lanjutku dan seketika senpai-ku pun menaruh buku tersebut dan ngacir begitu saja(apakah dia takut karena kuancam atau karena wajahku yang kelewat seram?).
"Kau bawa benda aneh,ya Kagami-kun" tanya sosok kasat mata yang hampir membuat jantungku copot.
"Huwaa! Kuroko! Sialan, kenapa kau mendadak nongol begitu saja?! Dan apa maksudmu dengan benda aneh?" seruku nyolot. "Habis kau terlihat memikirkan sesuatu akhir-akhir ini.., kebetulan aku juga memikirkan hal yang... menurutku agak janggal..." sebelum Kuroko melanjutkan perkataannya kami dikejutkan dengan gebrakan pintu Gym yang dibuka kasar.
Baik kami berdua atau senpai-senpai kami semuanya langsung tercengang, bahkan Furihata sampai meloncat dan mengkeret di dekat Kiyoshi-senpai . Tapi kami tidak menemukan seseorang pun di depan mata kami, pintu itu hanya berderit-derit dan kemudian diam dalam keheningan. Sial, kenapa tengkukku merinding? Semilir angin dingin yang aneh menerpaku. Aku tahu kalau sekarang adalah bulan Desember dan memang sudah masuk musim dingin tapi dingin yang tadi menyapu tengkukku bukanlah angin musim dingin seperti biasa.
Beberapa menit terjebak di dalam keheningan yang mencekam, hanya terdengar napas-napas yang berhembus sedikit demi sedikit menandakan ketegangan ini masih berlanjut.
"A,Ayo semuanya! Jangan takut, mungkin itu hanya angin ayo semuanya kembali ke..." , pelatih kami(Aida Riko) akhirnya memecah keheningan tapi sebelum dia selesai memberi kami perintah sesuatu terjadi,
"RIKO-NEE!" Kinako menyambar Pelatih sehingga mereka tersungkur ke belakang dan tanpa kusangka-sangka kaca Gym kami pecah berhamburan dan melesat ke arah pelatih kami! Kapten langsung menarik Kinako dan pelatih menjauh sebelum kaca-kaca itu menancap ke arah mereka.
"Hyuuga!" Izuki-senpai berseru dan aku baru menyadari. Astaga! Kaki Kapten tertancap kaca! Kapten hanya meringis kesakitan sementara Kiyoshi-senpai membantunya melepas pecahan kaca itu
"A, Ada apa ini sebenarnya...?" tanya Fukuda dengan wajah sepucat kertas, pertanyaan yang klise itu sekarang terdengar tidak biasa karena aku juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Tiba-tiba terdengar suara buku yang lembar kertasnya terbuka, Aku melihat buku tua yang ada di dalam tasku sekarang sudah berpindah ke luar dan sudah terbuka sendiri. Di sana aku membaca sebuah kalimat yang ditulis dengan sembarangan, dengan warna merah...,
"SELAMAT DATANG, PERSEMBAHAN SETAN TELAH DI BUKA. KALI INI KALIAN BERADA DI GERBANG SETAN". Aku menelan ludah, tanpa kusadari ternyata Kuroko juga melihat kejadian janggal tersebut. Aku menatapnya horor, dia pun lebih horor lagi.
Kembali lembaran tersebut tersibak dan membuka halaman baru, yang tertulis ;
"Apakah kalian melupakan sesuatu? Kalau kalian telah melupakan sesuatu itu artinya kalian harus mengingatnya. Sebelum kalian kehilangan segalanya... kalian sudah masuk ke acara ritual persembahan SETAN... dan kami akan membawa salah satu dari kalian, baik kalian atau anak kembar di sekitar kalian..."
Anak kembar..., apa yang dia maksud adalah Kinako dan adiknya, Kohane? Beberapa saat kemudian tatapanku menuju ke arah pintu Gym dan yang kutemukan di sana adalah sosok bayangan hitam berambut panjang yang begitu menyeramkan! Tanpa diduga-duga, ayah pelatih kami, Kagetora-san datang dengan kecepatan super(mungkin dia histeris setelah mendengar anaknya hampir tertancap kaca) dia menghampiri pelatih dan kemudian berkata pada kami, "Aku baru saja mendapat berita buruk" dia terdiam sebentar lalu dia mengangkat wajahnya yang pucat, "KISE RYOUTA ditemukan terkapar bersimbah darah di kamar mandi sekolah".
APA!?
...
TO BE CONTINUED
-RnR minna-
Ini sebenarnya Fict Lama, cuma baru bisa kepublish sekarang
dasarnya males, mungkin updatenya bakal beruntun
Tapi moga kalian suka..
