Disclaimer
Fujimaki Tadatoshi
"Perkenalkan, ini Kuroko Tetsuya Sensei, kalian bisa memanggilnya Tetsuya Sensei. Mulai hari ini, dia yang akan menjadi wali kelas kalian."
Tepukkan dari Kiyoshi-sensei membuat semua murid yang ada di kelas itu hanya menoleh sejenak, selanjutnya, mereka kembali memfokuskan iris mata mereka pada sosok bersurai biru dengan kornea berwarna senada.
Kuroko tersenyum tipis pada murid-muridnya yang manis. Dia masih tidak menyangka pada akhirnya akan bisa menjadi seorang guru TK dengan wajah nyaris tanpa ekspresinya. Yah, setidaknya, walau tidak sering tersenyum seperti guru TK pada umumnya, dia memiliki sikap yang lembut dan penuh kasih terutama pada anak-anak kecil di bawah usia lima.
Senyumannya amat tipis, nyaris tak terlihat. Matanya sedikit melebar, saat ada seorang anak kecil berseragam merah muda kotak-kotak menghampirinya dengan semangat. Murid itu tersenyum –menyeringai- lebar, dia mengambil tangan kanan Kuroko kemudian mengecup punggung tangannya pelan.
"Welcome... Tetcuya..."
Lagaknya memang sok dewasa, tidak sadar diri tingginya bahkan tidak sampai pinggang Kuroko Tetsuya.
Sementara murid yang lain bersorak karena dicuri start duluan oleh orang yang menganggap dirinya sendiri raja padahal yang lain tidak ada yang mau mengakuinya, namun tetap tidak berani membantah daripada gunting melayang bermaksud memotong leher mereka, akhirnya mereka pun menganggukkannya saja.
Semua murid mulai berdiri dari bangku mereka, mereka berjalan menghampiri Kuroko yang tampak menelan ludah gugup dengan keringat membasahi punggung dan pelipisnya.
Kuroko bernapas lega saat semua murid kini berusaha saling mendorong hendak memeluk kakinya. Dianggapnya, itu mungkin tradisi perkenalan di kelas yang akan menjadi tanggung jawabnya.
Kuroko sama sekali tidak tahu, dia tidak menyadari, kalau mulai hari ini... hidupnya akan sama seperti di dalam neraka.
Bocah-bocah itu bukanlah bocah biasa.
Terutama lima orang bocah dengan warna rambut yang berbeda.
Mereka menamakan diri sebagai Kiseki No Sedai, atau banyak juga yang menyebut mereka Generation of Miracle, mereka punya dua tujuan pasti di usia yang masih masuk kategori balita.
Pertama, mereka akan menjadi tim basket nomor satu di Jepang setelah nanti dewasa.
Kedua, mereka akan mendapatkan seutuhnya sang guru baru yang mengenalkan diri sebagai Kuroko Tetsuya. Titik!
QueenNotDevil
Kuroko benar-benar tidak habis pikir. Dia heran pada bocah-bocah dengan rambut warna-warni yang paling sering memonopolinya selama seharian ini. Dari ukuran tubuh dan raut wajah –kecuali Atsushi-, dia yakin semuanya masih bocah TK. Bahkan, cara mereka bicara pun masih cadel alias apa pun yang mereka katakan orang lain perlu mendengar beberapa kali baru bisa paham.
Tapi kelakuannya itu loh, dan apa yang mereka bicarakan tidak ada bocah-bocahnya.
Pertama, si rambut kelam dengan kulit tan, Aomine Daiki. Tingginya sepinggul Kuroko, wajahnya sedikit arogan bawaan lahir. Rambutnya hitam kebiruan, senyumannya amat sinis, tapi karena Kuroko pecinta anak-anak, baik anak manusia atau pun anak jadi-jadian, jadi di matanya tetap saja Aomine itu makhluk unyu-unyu yang harus diperlakukan penuh kasih.
Baru hari pertama berkenalan, dengan lantangnya Aomine menolak memanggilnya 'Sensei' karena dirinya merasa Kuroko terlalu lucu untuk dipanggilnya 'guru'. Dia sama sekali tidak punya wibawa untuk menjadi guru. Yah, setidaknya itu di mata Aomine Daiki. Yang merasa di dunia ini tidak akan pernah ada orang yang bisa mengalahkannya selain dirinya sendiri.
Alhasil, Aomine memberikan panggilan sayang khusus, dia memanggil Kuroko 'Tetsu', sementara Kuroko, tetap memanggil Aomine Daiki 'Aomine-kun', walau sebenarnya, sempat terbesit niat jahat untuk memanggil murid tidak sopan itu 'Dekil' saja.
Yang kedua, si rambut ungu, Murasakibara Atsushi. Di antara murid Kuroko yang lainnya, Murasakibaralah muridnya yang paling panjang. Eh, tinggi maksudnya. Dia memiliki perawakan yang cukup besar. Tingginya nyaris mencapai dada Kuroko padahal usianya masih lima tahun. Murasakibara memiliki raut wajah malas, rambutnya panjang sebahu, ke mana-mana, dia pasti membawa camilan karena moto hidupnya adalah 'tiada waktu tanpa makan'.
Murasakibara tidak pernah mau membagi makanannya dengan siapa pun. Tapi tadi pagi, untuk pertama kalinya dia menawarkan snack kentang kesukaannya pada sang guru baru. Dengan halus Kuroko menolaknya dan mengatakan itu untuk dirinya saja.
Terlihat normal?
Yah, semuanya memang normal. Kalau saja ternyata Murasakibara tidak sekurang ajar Aomine Daiki. Murasakibara menolak memanggil Kuroko 'Sensei' dengan alasan, Kuroko terlalu manis. Karena itu, dia pun memiliki panggilan sayang sendiri, Kuro-chin'. Kuroko berusaha tetap tenang, dia hanya bisa mengelus dada sambil mengatakan pada dirinya sendiri, 'dia masih anak-anak'.
Ketiga, Midorima Shintaro, si rambut hijau dengan kaca mata bingkai hitam sok keren yang kata teman-temannya, sih, tsundere. Bocah lima tahun itu tingginya sedikit melebihi Aomine. Iris matanya berwarna hijau dan selalu memandang tajam. Dia merupakan anak yang pintar dan memiliki cita-cita menjadi seorang dokter setelah besar nanti.
Hanya saja, seperti dua temannya yang lain, dia pun keberatan memanggil Kuroko 'Sensei', alasannya, karena mereka merasa sama-sama sudah dewasa. Midorima merasa dia dan Kuroko sudah sejajar. Meski Kuroko tidak mau mengakuinya, dia pun membiarkan saja Midorima memanggilnya 'Kuroko' tanpa embel-embel yang lain.
Keempat, Kise Ryouta. Sedikit-sedikit peluk, sedikit-sedikit peluk. Lama-lama, Kuroko sebenarnya lelah juga. Kalau peluknya biasa, sih, Kuroko santai saja. Tapi masalahnya, kalau Kise itu memeluknya itu pakai acara melompat dan yang dipeluk itu leher Kuroko. Otomatis, si surai baby blue itu sering kesulitan bernapas, megap-megap nyaris sekarat. Kalau bukan karena gunting yang selalu dilempar oleh si surai merah beriris dwiwarna, sudah pasti Kuroko akan mati kehabisan napas sejak pelukan pertama ala Kise Ryouta.
Dan seperti ketiga temannya yang lain, Kise pun keberatan memanggil Kuroko 'Sensei', Kise pun memberi Kuroko panggilan sayang khusus darinya, 'Kurokocchi'.
Nah, yang terakhir, adalah si rambut merah dengan tinggi yang bahkan tidak sampai pinggul Kuroko Tetsuya. Tapi jangan salah, cebol-cebol begitu, dia merupakan sang penguasa TK Teiko karena arogansinya yang tiada tandingannya. Dia memiliki sepasang mata dengan warna yang berbeda. Merah, dan oranye, di mana kalau sekali lihat saja, semua pasti akan mengira dia bukan manusia biasa bahkan berteriak histeris memanggilnya 'Iblis!'.
Lagipula, bocah lima tahun mana yang ke mana-mana selalu membawa gunting yang tanpa pikir dua kali akan dia lemparkan ke arah orang yang dianggapnya mengusik atau mengganggu ketenangannya?
Bocah ini bersikap sok dewasa, senyumannya lebih cocok dianggap seringaian. Dagunya amat lancip, dan menurut simpang siur yang Kuroko dengar dari guru-guru teman seperjuangan, dia merupakan keturunan seorang bangsawan. Namanya Akashi Seijurou, dan dia memanggil Kuroko 'Tetcuya' dengan amat sensualnya.
Masih mending kalau kelakuan anehnya itu hanya tidak mau memanggilnya 'Sensei', tapi Akashi memang bocah sinting luar biasa. Dengan seenak kepala merahnya, tanpa meminta persetujuan dulu dengan orang yang bersangkutan, dia sudah mendeklarasikan diri sebagai seme dari seorang Kuroko Tetsuya.
What the hell?
Apa yang akan dikatakan Kagami kalau sampai tahu ukenya sudah diklaim oleh bocah lima tahun di tempat baru Kuroko bekerja?
Kuroko menghela napas lelah. Dia merapikan buku-bukunya yang tergeletak sembarangan di atas meja. Hari ini memang hari pertamanya bekerja. Tapi kenapa dia merasa lelah sekali, ya?
Kuroko menggelengkan kepalanya, berusaha menyemangati dirinya yang sesaat barusan merasa putus asa.
Berdiri dari kursi belajarnya, Kuroko memutuskan merebahkan tubuhnya di kasur, dan mengistirahatkan jiwa dan raganya yang hari ini terguncang karena kelakuan abnormal anak-anak lima tahun zaman sekarang.
QueenNotDevil
Salam kenal, ini adalah ff pertama saya di fandom KnB. Mohon bimbingannya seandanya ada pendeskripsian kata yang salah, dll.
Lagi belajar nulis humor, maaf kalo humornya gak terlalu kerasa.
Terima kasih untuk yang udah bersedia baca dan review.
Salam
Queen Not Devil
