NashKuro Fanfiction written by shun-kumikumi

Kuroko no basuke is Tadatoshi Fujimaki's

Dunia Preman!AU Harem!Kuroko

Preman!Nash/Alim!Kuroko

.

.

Summary: Nash memiliki seribu alasan untuk bertobat.

.

.

Insyaf

Takao Kazunari merempet di tembok serupa bocah hayang kecepirit. Kedua tangan ditengadahkan di atas kepala sembari mengucap ampun. Lutut tertekuk mengigil. Bibir komat-kamit melafalkan kalimat syahadat. Mungkin ini waktunya bertobat sebelum ajal menjemput. Itupun kalau tobatnya Takao Kazunari bisa diterima.

"Jangan pukulin saya bang! Saya cuma nyuil dikit jatahnya Shin-chan kok! Beneran, saya gak boong bang! "

"Lo gatau si rambut rumput itu sakit perut gara-gara porsi makannya lo kurangin? Sekarang dia gak bisa nyari duit buat gue, monyet!"

"Iya bang maapin saya. Saya janji gak akan nyuil lagi, paling nyomot dikit bang. Ampuni saya bang."

Takao kapok mukanya ditempel solatip sana-sini lagi (pengganti plester katanya mahal), mencoba mendapatkan ampunan dari maharaja preman jagat raya kampung Jabberwock—iya cuma sekampung tapi belagu—berlutut di bawah kaki Nash sambil nyium- nyium kaus kaki Nash dan langsung berakhir muntah-muntah karena menurutnya kaus kaki nash mirip bau kaki monyet.

"Saya yang nyari duit buat abang deh gantiin Shin-chan! Hoek! Lembur juga gapapa bang! Hoek! Tapi jangan pukulin muka saya yang ganteng bang! Shin-chan jadi gamau cium pipi saya soalnya bang!"

"Heh. Dasar berandal homo." Nash meludah di lutut jins rombeng-rombeng Takao. Takao panik dan mungut tanah buat bersihin najis di celananya. "Janji ya lo. Lo harus dapet 3 juta buat diserahin ke gue besok pagi! Awas kalo ngga. Apalagi kurang."

"Hah? Yah bang gak mungkin dapet duit segitu bang! Kalo jual diri di lampu merah mungkin bisa bang!"

"Yaudah lo jual diri kek, apa kek pokoknya 3 juta uda ditangan gue besok pagi. " Nash mendekatkan wajahnya ke Takao dengan horror. "Lo uke kan? Om-om pasti maulah sama elo."

"Amit-amit bang! Masya Allah! Saya gak mau berbuat dosa bang. Itu dosa bang! Saya gak mau nambah dosa bang. Pantat saya cukup buat Shin-chan aja bang!"

"Sama aja lo ngehomo berdua uda dosa gede banget, nyet! Mending jual diri, dibayar lagi."

Takao istighfar sampe megap-megap. Cintanya dengan Shin-chan ternyata sebuah kesalahan. "Saya khilaf buat yang satu itu bang! Cinta itu buta bang!" Maapin gue, ya Tuhan. Takao sadar diri masuk-masuk calon penghuni neraka. "Yauda saya cari cara buat dapetin uang itu bang, tapi saya tetep gak mau jual diri bang!"

"Buta pala lo. Yaudah lo pikirin sana." Nash nendang Takao sampai membentur tembok cukup keras. "Ingat ya, 3 jeti gak pake koma, gak kurang cepe. Lebih cepe baru boleh."

Takao merunduk lesu. Sakit sekujur badan. Meratapi nasibnya yang semakin memburuk ketika punggung Nash berjalan menjauh.

.

.

Nash Gold jr, anaknya mantan raja preman dan sekarang sedang mewarisi tahta raja preman, ditakuti seisi kampung karena kesadisannya dan kebrutalannya dalam memalak orang. Tiap Nash lewat dijamin jalanan berubah sesepi kuburan. Warga takut dipalak paling ngintip-ngintip dikit soalnya Nash preman ganteng nan rupawan. Nash memang ganteng tapi gak pernah punya pacar (sebenernya banyak yang mau asal gak jejelatan). Iya, Nash, selain preman juga tukang php perasaan orang. Banyak cewek nakal yang tergoda sampai anak pesantren yang kesambet pesona ketampanannya berusaha menyadarkan Nash biar jadi suami panutan. Tapi dasar gak punya adat, Nash cuma seneng manisnya doang. Kalo udah bosen, boro-boro diladenin, dicuekin aja udah syukur (biasanya diusir). Nash juga gak pernah nanggung-nanggung kalo ngasih hukuman ke anak buahnya. Baru-baru ini dia nyuruh Mayuzumi Chihiro, preman paling cool sekampung Jabberwock—yang lebih parah dalam urusan php dibanding Nash, yang telinga kirinya baru dipiercing 2 hari lalu, yang gantengnya bikin hati adem-adem, yang malaknya kalem cuma ngomong irit udah dapet, celana jins bolong tambal alay tapi keren, jaket jins tanpa lengan otot seksi dan segala ketidaklegalan lainnya—membersihkan seluruh tempat ibadah yang ada di kampung dan nyuruh ngerekrut minimal 4 preman lain untuk diajak berbuat maksiat. Mayuzumi yang ogah-ogah tapi pasrah nurutin aja perintah Nash secara dia atasan (padahal dia wakil) dan sekarang dipikir-pikir mungkin Nash adalah ustadz yang gagal tobat karena hukuman dari dia selalu kontradiksi antara baik dan buruk. Awalnya disuruh berbuat amal, capek tapi dapet pahala (alhamdulillah) terus ujung-ujungnya ngajakin orang ngedosa bareng-bareng. Tapi Mayuzumi gak nyesel soalnya bisa ketemu tambatan hati lagi ngaji sampe bolak-balik ngepel gak selese-selese.

"Terimakasih sudah membantu membersihkan masjid kampung kita ini ya mas. Semoga amal ibadahnya diterima."

Mayu yang lagi ngocok-ngocok pel'an ke ember sempat mengira ia berhalusinasi. Ada malaikat di masjid yang notice dia berbuat kebajikan. Serius, mimpi apa. Dari kemaren bersihin masjid orang-orang aja gak sadar. Tahu-tahu pas Mayuzumi mau balik, baru pada ngomong 'wah udah dibersihin ya, petugasnya rajin.' Gakpapa deh Mayuzumi juga ikhlas kok. Tapi ini seriusan suara malaikatnya adem banget, hati Mayuzumi yang penuh kerak debu serasa disiram air. Dingin tapi menenangkan. Mayuzumi hanya mengucap amin dalam hati. Malaikat juga bisa denger, pikirnya. Pel yang basah diperes sampe agak kering. Mayuzumi balik badan. Niat lanjut bersihin teras depan. Hati keburu dag-dig-dug nyut-nyutan melihat wujud malaikat yang hadir menampakkan sosok teristimewanya.

"Eh.."

"Mau lanjut bersihin lagi ya, mas? " Mayuzumi butuh waktu 10 detik untuk mengingatkan diri yang mengajaknya bicara adalah manusia. Calon gebetan. Anak pak ustadz terkenal sekampung. Alim, sopan santun, suci lahir batin. Mayuzumi hanya mengangguk. Anak pak ustadz tersenyum tipis. Manis kebangetan melebihi pemanis gula alami.

"Iya, dek Kuroko."

Pemuda mungil dengan mata biru, rambut biru, kulit putih, dibalut baju kokoh dan peci agak kaget dan bingung. "Mas tahu nama saya?"

Mayuzumi takut ketahuan menyimpan rasa. "Adek kan terkenal di kampung kita ini. Anaknya pak ustadz Masaomi kan?"

"Ah, iya. Saya anaknya mas, bapak saya yang terkenal bukan saya, mas."

Mayuzumi tidak tahu harus bicara apa lagi. Udah cakep, rendah hati lagi. Abis pulang mau tobat ah biar bisa melamar pujaan hati.

"Saya pamit dulu."

Kuroko Tetsuya, wishlist nomor 1 Mayuzumi di daftar istri pendamping masa depan.

.

.

"Mana anak buah baru buat gue?"

Mampus. Saking terbayang-bayang dan terpesonanya sama dedek Kuroko, Mayuzumi lupa kalau punya kewajiban lain.

"Tidak ada."

"Hah?!" Nash menendang kotak kayu yang jadi sandaran kaki.

Berjalan mendekati Mayuzumi, kerah ditarik. "Lo berani ngelawan perintah gue?"

Mayuzumi diam. Kenapa ia harus menuruti jalan yang salah bersama Nash kalau sudah dikasih hidayah ke jalan yang benar bersama Kuroko.

"Aku berhenti." Kerah yang direnggut, dilepas kasar.

"Apa?" Nash shock.

"Kau tidak dengar? Aku berhenti jadi preman. Jadi wakilmu. Aku akan meninggalkan aktivitasku dan menjalani hidupku dari nol. "

Nash cuma bisa memandang shock. Mayuzumi pergi dan mengucapkan kata terakhir.

"Selamat tinggal, Nash."

.

.

Akashi Seijurou, kakak tersayangnya Kuroko Tetsuya.

"Bang, tadi adek ketemu mas-mas sukarela bersihin masjid. Hebat banget ya mas, masih ada orang yang peduli sama kebersihan masjid kampung kita."

Akashi, meskipun saudara angkat tapi sayang banget sama Kuroko melebihi sayangnya sama calon istri 'taaruf' yang masih pendekatan 2 bulan. Akashi sebenarnya mau jujur aja sama bapak kalo sukanya sama laki-laki. Sama adek sendiri. Kuroko Tetsuya yang sudah merebut hati. Tapi apa daya, homo itu terlarang dan bisa-bisa ia dicaci-maki. Diusir dari kampung, sampai Kuroko pun ikut membenci. Akashi tak mau semua itu terjadi.

"Wah subbhanallah. Semoga amalnya diterima ya dek, Tetsuya."

"Iya, bang. Udah ya, adek mau mandi dulu."

Akashi mendapat firasat gak enak. Teringat sesuatu. Tangan Kuroko dicegat. "Namanya siapa ya, dek? Apa orang yang rambutnya abu-abu? Abang liat dia waktu dia mau masuk toilet yang lagi abang tempatin. Katanya mau bersihin toilet. "

Kuroko langsung mengangguk. Mukanya bertambah cerah. "Iya bang itu dia, emang kenapa ya bang?"

Akashi melepaskan tangan Kuroko. "Abang cuma khawatir aja, gapapa kok dek."

.

.

Nash menendang tempat sampah di jalanan untuk yang ke..10 kali.

"Dasar monyet!" Nash mengumpat. "Enak aja ninggalin gue, terus gue gimana?"

Nash terus berjalan sambil menendang batu. Pejalan kaki yang lewat serentak minggir dan lari dalam hitungan 1-2-3. Nash tidak memperhatikan jalan. Masa bodoh, orang-orang yang akan minggir menghindari dirinya. Sampai Nash merasa sesuatu menabrak dada dan mendengar erangan lirih sesuatu yang terjatuh.

Nash melihat ke bawah. Sesosok pemuda mungil sedang mengusap kepalanya. Nash tidak peduli dan lanjut berjalan.

"Maaf."

Langkah kaki Nash berhenti. Siapa yang barusan bilang maaf.

Pemuda itu berhati-hati membereskan barang-barang dan pecinya yang lepas dari kepala. Memakainya kembali dan menghampiri Nash yang menatapnya heran.

"Ini, kunci motor anda jatuh." Nash menyipit memandang tangan secantik porselen terjulur dengan sopan kepadanya. Nash mengambilnya kasar. Tidak tahu diri. Kini mata sebiru lautan milik Nash menjelajahi mata orang yang sudah ditrabraknya, terpukau dengan keindahan langit biru di kedalaman matanya.

Deg..deg..deg. Bumi bergetar. Jantung Nash jungkir balik.

"Saya permisi."

"Tunggu." Bibirnya bicara sendiri. Atau hatinya yang sudah menggerakkan bibirnya?

"Apa ada yang bisa saya bantu?"

Nash tidak tega. Sungguh. Ia iblis kalau berani menodong uang dari makhluk semurni ini. Nash harus melakukan pendekatan yang keren. Pendekatan lelaki.

"Gue anterin ke rumah deh. Sebagai balas budi." Nash bicara dengan secool-coolnya. Sejak kapan balas budi ada dalam kamusnya?

"Tidak perlu, mas. Rumah saya dekat." Kuroko menunduk permisi.

Tersenyum tipis, Kuroko meninggalkan Nash yang diam di tempat.

Begitu pulang. Kuroko masuk mengucap salam, melempar tasnya dan berlari memeluk Akashi yang sedang anteng memotong-motong sayuran.

Akashi terkejut. "Kamu kenapa, dek?"—sering-sering aja peluk abang, dek.

"Tetsuya takut, bang." Kuroko memeluk kakaknya semakin erat. "Ada preman yang ngikutin Tetsuya sampai ke rumah, bang."

.

.

TBC

.

Author's notes:

Nulis ngebut dan tadinya mau dibikin OS aja, tapi kayaknya asikan MC. Iya alay seriusan ;;; Makasih udah baca. Mohon dukungan untuk selanjutnya :)