A/N: So... how?

.


The Beautiful Thing

.

Cast: Kim Joonmyeon and Zhang Yixing

Rating: T

Genre: Friendship, Hurt and Comfort, Fluff

Length: Oneshot

.


Angin bertiup pelan, menerbangkan beberapa sampah platik dan kertas yang masih terlihat berantakan memenuhi halaman sebuah sekolah. Suara riuh-redah keramaian kini telah menghilang, menyisakan para murid yang tengah membersihkan semua sampah dan perlengkapan. Festival sekolah telah usai, namun tawa dan canda masih dapat terdengar. Kenangan akan suka dukanya akan tersimpan dalam benak para siswa.

Beberapa murid bergerombol melintasi halaman membawa plastik sampah dan beberapa tiang penyangga kios. Dua orang siswa terlihat sedang menurunkan spanduk festival yang sebelumnya terpampang megah di depan gerbang sekolah. Memang sayang rasanya melihat spanduk dan kios-kios yang sebelumnya berjajar rapi kini harus dibersihkan, mengingat persiap festival berlangsung selama seminggu, dan melihatnya dibersihkan dalam waktu satu hari... agak membuat hati sedih. Tapi apa boleh buat, sekolah harus sudah bersih esok hari.

Dua orang siswi perempuan tampak mengobrol di tengah kegiatan menyapu koridor sekolah. Kembali mengingat hal-hal menyenangkan yang terjadi saat festival sekolah berlangsung. Beberapa panitia festival menyebar, mengomandokan kegiatan bersih-bersih agar semua berjalan sesuai jadwal dan rencana.

Namun dibalik kecerian kegiatan sesudah festival tersebut, terlihat seorang siswa dengan seragam yang mulai terlihat kusut, tengah duduk menyender pada pagar pengaman di atap sekolah. Wajahnya terlihat letih dan suram. Kedua matanya terpejam dengan kedua kaki yang dipeluk erat oleh lengannya. Angin menerbangkan beberapa helai poni-nya yang mulai memanjang.

Kejadian beberapa waktu lalu, saat festival masih berlangsung, terus menari-nari dalam ingatannya. Kejadian yang hampir membuat festival sekolah yang sangat berharga bagi para siswa hancur berantakan. Kejadian yang membuat tatapan menuduh dilemparkan padanya. Kejadian saat gerombolan siswa dari sebuah sekolah yang terkenal berandal mencarinya dan merusak beberapa kios milik siswa kelas 1.

Andai saja dia tidak menolong seorang siswa yang dipukuli oleh para berandal itu, mungkin festival sekolah kali ini akan menjadi festival terbaik. Andai saja dia cukup berani untuk menunjukkan wajahnya di hadapan para berandal itu dan mengusir mereka dari sekolah. Andai saja dia bisa lebih kuat. Andai saja–

"Rupanya kau di sini, ketua OSIS." Sebuah suara mengintrupsi kegiatan penyesalan dirinya.

Siswa yang dipanggil ketua OSIS itu membuka kedua matanya. Terdiam saat melihat seorang berandal sekolahnya berdiri di pintu yang menghubungkan atap sekolah dengan tangga menuju lantai bawah.

"Menghukum dirimu sendiri–" sang berandal melangkah menuju sang ketua OSIS. "–Yixing, ah... maksudku ketua."

Sang ketua OSIS bernama lengkap Zhang Yixing itu menatap tidak suka pada sang berandal.

"Berhentilah memanggilku ketua Joonmyeon-ssi," balas Yixing pada sang berandal.

"Hoo, kau tahu namaku ketua?" Joonmyeon tertawa pelan dan duduk di sebelah –agak jauh– Yixing.

"Mau apa kau ke sini?" tanya Yixing ketus, membuat Joonmyeon kembali terkekeh.

"Apakah ada larangan bagi siswa untuk datang kemari?" balasnya.

"Tentu saja. Para siswa dilarang pergi ke atap sekolah kau tahu, tertulis jelas di depan pintu." Yixing melirik siswa di sampingnya itu kesal.

"Owh... lalu kenapa kau ada di sini? Apa kau bukan seorang siswa?" tanya Joonmyeon dengan nada mengejek.

"Bukan urusan... sudahlah." Yixing memilih mengalah. Pandangannya diarahkan berlawanan dengan tempat Joonmyeon duduk.

Joonmyeon hanya melirik kearah Yixing dan mengganti posisi duduknya menjadi tidur. Dia membuka jaket yang dikenakannya dan melipatnya asal, menjadikannya bantal untuk tidur. Yixing masih terlihat tidak peduli dan lebih memilih membisu.

Suasana menjadi hening, hanya terdengar suara siswa-siswa yang masih sibuk membersihkan sisa keramaian festival. Yixing kembali memejamkan matanya.

"Kau itu lemah sekali ya."

Yixing kembali membuka matanya kesal. Dia menoleh kearah Joonmyeon yang tengah memandang langit.

"Bisakah kau diam dan berhenti mengkritik orang lain?" Yixing berdecih kesal. Kedua lengannya melepaskan kedua kaki yang sejak tadi dipeluknya.

"Haha... rupanya ketua juga bisa berdecih. Ku kira kau hanya bisa bersembunyi di belakang gedung saat 'teman-teman'mu mencarimu," ucap Joonmyeon tanpa mengalihkan perhatiannya dari awan putih yang bergerak perlahan di langit.

"Uuurgh!" Yixing mengatupkan mulutnya keras, berusaha menahan amarah.

Joonmyeon menoleh dan menaikkan sebelah alisnya membentuk raut wajah heran. "Kenapa? Kau ingin marah?"

Napas Yixing mulai terengah. Dia menundukkan kepalanya rendah, sementara Joonmyeon terus saja memprovorkasi dirinya.

"Kenapa marah padaku, aku memang mengatakan yang sebenarnya. Seharusnya kau marah pada preman-preman itu."

Yixing mengepalkan kedua tangannya erat.

"Bukankah festival ini sangat berarti bagimu?"

Yixing menahan tangisnya.

"Dasar payah. Inikan festival terakhir bagi anak kelas 3, seharusnya kau memikirkan perasaan merek–"

"Aku tahu aku payah! Aku ini pengecut! Tanpa kau beritahu pun aku sudah tahu!"

Joonmyeon menatap Yixing terkejut.

"Jadi kumohon. Kumohon... tinggalkan aku sendiri." Yixing memalingkan wajahnya yang memerah. Muak melihat wajah meremehkan Joonmyeon.

"Benar-benar membosankan." Joonmyeon berdecak pelan dan mengganti posisi tidurnya menjadi menghadap Yixing.

"Tinggalkan aku sendiri."

"Jadi kau sudah tahu ya jika kau ini lemah..."

"Tinggalkan aku sendiri."

" ...pengecut."

"Tinggalkan aku sendiri."

"Sudah tahu seperti itu kenapa masih saja berani menantang preman-preman itu?"

Yixing terdiam.

"Bukankah sudah kubilang. Tinggalkan aku sendiri."

"Kenapa tidak memanggil bantuan? Bukankah ada aku?"

Yixing menoleh menatap Joonmyeon. Obsidiannya bertemu dengan onix milik Joonmyeon.

"Kau? Kau itu siapa? Kau itu sama dengan mereka, berandalan pembuat onar yang senang memukuli orang," ucap Yixing dengan tatapan tajam.

Joonmyeon menyeringai.

"Jangan samakan aku dengan mereka," balas Joonmyeon tenang.

"Apa kau bercanda? Aku bahkan tidak bisa melihat perbedaan mu dengan mereka," ucap Yixing ketus.

Joonmyeon tertawa lepas seraya menutup wajahnya dengan sebelah tangan. Terlihat sangat bahagia. Membuat Yixing terkejut dibuatnya.

"Ya ampun kau itu menarik sekali. Bagaimana bisa seorang pengecut sepertimu bisa berkata seperti itu padaku haha..."

Yixing merengut marah mendengar perkataan Joonmyeon.

"Kau... kau itu tidak tahu bagaimana perasaanku, jadi sebaiknya kau diam saja."

"Oh ya?" Joonmyeon kembali merubah posisinya, kali ini kembali duduk. "Memangnya bagaimana perasaanmu?"

"Berandalan sepertimu tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya disalahkan saat kau tidak melakukan apa-apa. Dituduh saat melakukan sesuatu yang benar. Dikambing hitamkan saat kau tidak berdaya." Yixing menundukkan kepalanya, lebih rendah dari sebelumnya. "Kau tidak tahu apa-apa."

Joonmyeon memilih untuk diam dan mendengarkan segala keluhan Yixing.

"Andai saja waktu itu aku tidak menolong seorang siswa yang dipukuli oleh para berandal itu. Andai saja aku cukup berani untuk berhadapan dengan para berandal itu. Andai saja aku cukup kuat untuk mengusir mereka. Andai saja aku tidak pengecut. Andai saja–"

"Andai saja kau tidak terlahir, mungkin semua kejadian itu tidak akan pernah terjadi," potong Joonmyeon.

Yixing kembali terdiam. Pandangan matanya tajam menusuk kearah Joonmyeon.

"Berhentilah berandai-andai dan hadapi apa yang ada di depanmu," tambah Joonmyeon dengan wajah datar.

Raut wajah Yixing semakin mengeras. Ia ingin menangis, sungguh.

Joonmyeon menghela napas panjang.

"Jika kau merasa begitu bersalah, kenapa kau tidak tenggelamkan saja dirimu ke dasar sungai Han atau tabrakkan dirimu ke sebuah truk besar. Itu jauh lebih baik dari pada terus menyesalinya terus menerus. Kau itu siswa teladan tapi kenapa pikiranmu picik sekali." Joonmyeon mendecih. "Sial, aku terdengar seperti orang tua."

Yixing masih terus terdiam.

"Ya ampun... hari ini panas sekali." Joonmyeon mengipasi wajahnya dengan tangannya sambil sesekali menyeka beberapa peluh yang mengalir di tengkuknya.

"Kau benar-benar tidak tahu apa-apa."

"Eh?"

"Kau itu benar-benar tidak tahu apapun Kim Joonmyeon!" Yixing berteriak dengan wajah yang memerah akibat menahan tangis dan amarah.

Joonmyeon menatap Yixing dengan raut wajah yang dingin.

"Kau pikir seperti itu?"

Yixing tidak menjawab, dia masih sibuk mengatur napasnya yang mulai tersengal. Joonmyeon mendongak untuk melihat langit seraya menyenderkan punggungnya di pagar.

"Semua yang kau katakan itu. Semua yang kau rasakan itu... akulah yang paling merasakannya."

Tubuh Yixing tersentak. Dia menoleh dan mendapati wajah Joonmyeon yang terlihat terluka. Luka yang sama yang telah menggores hatinya.

"Hanya karena aku melanggar aturan sekolah, berpakaian tidak sesuai aturan, berkelahi dan membolos, lantas semua orang memandang rendah diriku. Mengatakan jika aku berandalan yang tidak punya etika. Menuduhku untuk semua kesalahan yang tidak aku lakukan. Menilai diriku sama rendahnya dengan sampah. Hahaha..." Joonmyeon tertawa hambar. "Brengsek. Memangnya mereka itu siapa."

Yixing memandang Joonmyeon dengan pandangan kosong. Terlalu terkejut dengan semua ungkapan hati sang berandal tersebut.

"Padahal mereka tidak tahu apa-apa," gumam Joonmyeon.

Joonmyeon menoleh, menatap Yixing yang mulai berkaca-kaca.

"Oleh karena itu.. jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri lagi Yixing."

Tangan Joonmyeon terulur, berusaha menggapai Yixing yang masih berusaha untuk tidak menangis. Dengan satu tepukan pelan di rambut Yixing, Joonmyeon tersenyum.

"Ugh.. Uuuhh.. Uuh.." Yixing masih terus berusaha untuk tidak menangis.

Joonmyeon yang melihat ekspresi Yixing langsung tertawa pelan.

"Bodoh. Jika kau ingin menangis maka menangis saja, siapa bilang anak lelaki tidak boleh menangis?"

Dan dengan satu kalimat persetujuan dari Joonmyeon, air mata Yixing leleh menuruni kedua pipinya.

"uuh.. uuhh.. ugh, uhh.." Yixing menghapus lelehan air matanya walau dia tahu jika itu percuma, karena air mata itu terun turun bagai hujan.

Joonmyeon kembali tersenyum. Dia menarik kepala Yixing untuk menyender pada pundaknya.

"Dasar cengeng."

.


Yixing berjalan menunduk untuk menutupi matanya yang sembab. Setelah cukup lama menangis di hadapan Joonmyeon, dia merasa semua perasaan beratnya yang menumpuk sirna begitu saja. Setelah berterima kasih pada Joonmyeon dan memantapkan hatinya akhirnya Yixing memutuskan untuk menghadapi seluruh penghuni sekolah, apapun resikonya. Namun sepertinya semua perkiraannya melenceng, karena tidak ada satupun siswa yang menggunjing mengenai dirinya, bahkan anggota OSIS lainnya terlihat cemas melihat wajahnya yang berantakan.

Mungkin semua tidak seburuk yang dia pikirkan.

Yixing tersenyum dan kembali berterima kasih dalam hati pada sosok yang masih berjalan mengekorinya, Kim Joonmyeon. Ternyata anak itu tidak seburuk dugaannya.

Joonmyeon bersiul pelan dengan tas yang dipegang asal serta seragam yang tidak sesuai aturan. Melangkah santai mengikuti kemana sang ketua OSIS pergi. Pandangan matanya hanya tertuju pada punggung sang ketua. Tentu saja dia tidak akan melepaskan Zhang Yixing semudah itu. Hanya berjaga-jaga saja sebenarnya, siapa tahu saja ada siswa yang membandel dan mengolok Yixing.

"Hei, aku dapat kabar tentang insiden tadi pagi."

Telinga Joonmyeon menangkap suara seorang siswi perempuan yang berbicara di persimpangan koridor yang sedang dituju oleh Yixing. Dia bersiap-siap jika apa yang dikhawatirkannya terjadi.

"Kudengar ketua OSIS kita menyelamatkan salah seorang siswa sekolah sebelah, karena itu siswa-siswa menyeramkan tadi pagi mencarinya," ucap seorang siswi.

"Benarkah itu? Ya ampun, ketua OSIS kita benar-benar hebat," ucap siswi yang lain.

"Dan kudengar Kim Joonmyeon memukuli merek–hmmph..." ucapan siswi sebelumnya terpotong oleh tangan Joonmyeon yang membekap mulutnya.

"Diamlah," bisik Joonmyeon. Dia melirik Yixing yang melihatnya tanpa ekspresi yang berarti.

"Kau sedang apa?" tanya Yixing heran melihat Joonmyeon membekap salah seorang siswi.

"Ah, ayo kita pulang." Joonmyeon segera melepas siswi itu dan menarik tangan Yixing untuk pergi dari situ.

Yixing kembali tersenyum.

.


Mungkin Joonmyeon bukanlah orang yang buruk.

.


-fin-

.


A/N: Sebenernya Blanket bikin apa sih? Hehe. Ini fanfic yang tercipta disaat Blanket yang lagi labil mendadak ngidam nonton mv 'Growl' ver. Chinese, dan entah kenapa malah ngeliatin seragam anak EXO satu-satu kemudian terlintas dalam benak Blanket, Chen sama Lay rapi ya seragamnya, kayanya cocok jadi ketua OSIS tuh.. terus merhatiin sampe ngeh kalo seragam Suho paling abnormal di antara yang lain, huahaha... dan tiba-tiba aja muncul scene yang baru Blanket sadar, yaitu.. Suho nginjek kaki Sehun tapi nggak minta maaf dan malah lanjut nge-dance /duaagh. Jadi deh pas di bagian itu Blanket ulang-ulang xD trus muncul ide, gimana kalo Suho jadi anak berandal ya? Dan ting! Munculah fanfic absurd ini.

Dan Blanket juga nggak tau ini fanfic mau dibawa kemana (?). Abisnya masih ada 3 ff series yang belom kelar. Jadi segini aja dulu deh.

Last,

Mind to review?