"Kris-ge ..."

"Ya? Ada apa Tao?"

"..."

"Hei, katakan saja ..."

"Apa kau tidak bisa mengambil cuti? Aku ingin berlibur denganmu ..."

Kris terdiam.

HOLIDAY

Rated : T

Cast : Kris, Tao, Lay, Suho

Oneshoot?/Twoshoot?

Warning : YAOI! TYPO BERTABURAN KEK JONES/?

DON'T LIKE, DON'T READ

.

.

.

Okee, ini ff Ira hasil pertapaan selama 3 jam? Wkwk. Sebenarnya ga nyangka juga ff Wrong Number banyak yang ngerespon baik, banyak juga yang minta sequel. Jadi, yah, ff ini bisa dikatakan sequel dari 'Wrong Number'.

ENJOY^^

Kris tidak bisa berkonsentrasi mengikuti rapat siang itu. Permintaan Tao untuk mengajaknya liburan adalah ide yang bagus. Selama 3 tahun ini, ia memang belum sempat mengambil libur di sela-sela kesibukannya. Namun, ia tidak bisa mengiyakan permintaan kekasihnya begitu saja. Saham perusahaannya sempat menurun karena insiden sekretaris-nya. Mau tidak mau, Kris harus bekerja keras menstabilkan keadaan saham milik perusahaannya.

Tao, yang sudah berstatus menjadi kekasih Kris, tentu saja ingin liburan. Ia ke Korea memiliki tujuan, yaitu untuk berlibur, sekalian bertemu dengan teman-teman lamanya. Siapa sangka, ia malah berjadian dengan Kris, pemuda sukses yang terpikat pada dirinya. Tentu saja Tao tidak mungkin berlibur seorang diri. Ia membutuhkan seorang teman. Awalnya, ia ingin mengajak Kai untuk menemaninya berlibur, namun kini ia sudah memiliki kekasih. Kris mungkin akan marah jika ia mengajak Kai dan mengabaikan dirinya, terkubur dalam kesibukan.

Tao juga tahu, kekasihnya itu sudah sangat penat dengan kesibukannya. Tao seringkali mendapati Kris pulang malam. Atau, memergoki Kris yang belum tidur dan bertaut dengan laptopnya. Yah, mereka memang sudah tinggal satu atap. Kris memaksa Tao untuk tinggal dirumahnya, daripada harus tinggal di hotel. Setidaknya, sebelum mereka pulang ke China, dan Kris meminta restu kedua orang tua Tao. Tentu saja, restu untuk menikahi kekasihnya. Jadi, Tao berniat untuk mengajak kekasihnya berlibur bersamanya untuk menghilangkan penat, dan juga kebosanan Tao.

"Aku pulang ..." ujar Kris, memasuki rumahnya dengan tampang yang kelelahan. Ia tersenyum mendapati Tao yang sedang menonton televisi di ruang tengah. "Tao," panggil Kris. Tao menoleh dengan mulut yang belepotan. Penuh dengan ice cream coklat.

"Kris-ge!" Tao berseru, meloncat dari sofa, kemudian memeluk Kris erat.

Kekasihnya membalas pelukan itu, kemudian mencium pipi tembem Tao. "Kenapa belepotan begini?" Tanya Kris, membersihkan wajah pemuda Huang dengan ibu jarinya. Tao hanya terkikik geli saat Kris membersihkan wajahnya dari lepotan ice cream.

"Gege pasti lelah. Duduklah, aku akan melakukan service untukmu," ujar Tao, menarik Kris untuk merebahkan diri di sofa. Kris diam saja mengikuti Tao yang mulai melepaskan jasnya, dasinya, juga kemeja abu-abunya, kemudian memerintahkan dirinya untuk tengkurap. Tentu saja, Kris merasa agak canggung. Tao pun mengusap punggung Kris lembut.

Ayo, yang yadong ketahuan nih XD

Tao mulai memijat punggung kekasihnya, memberikan minyak beraroma pada pemuda sibuk itu. Tangan Tao sibuk memijat punggung Kris yang terasa pegal. Kris diam saja, merasa nyaman dengan perlakuan Tao. Ah, keyakinan untuk menjadikan Tao istrinya semakin besar.

"Ge?"

"Hm?"

"Ah .. anu ... kau .. ah, lupakan," ujar Tao tak wajar. Kris menaikkan alisnya, ia pun membalikkan dirinya, menatap Tao yang tampak terkejut melihat dirinya membalik diri selagi ia memijit Kris. Oh, wajahnya kini merona melihat tubuh Kris yang terekspos dihadapannya. Ia pun mengalihkan pandangannya, menonton televisi.

"Tao," panggil Kris.

"I .. iya?"

"Tatap aku, peach,"

Tao memberanikan dirinya, menatap Kris yang kini menatap wajahnya lekat. Pipi Tao bersemu merah melihat Kris yang topless begitu. Kris terkekeh. Ia tahu, Tao pasti sangat malu. "Cium aku,"

"Hah?!" Tao mendelik. Ini telinganya yang salah atau ...

"Cium aku,"

Ini permintaan kekasihmu, Tao

"Kris-ge? Apa yang baru saja kau katakan huh?" Tao mulai mengerucutkan bibir kecilnya. Kris hanya menatapnya, walau dalam hatinya, ia berjerit setengah mati melihat Tao dengan pipi yang bersemu merah dan bibir yang di pout-kan.

"Aku bilang kan cium aku .." ucap Kris susah payah menahan hasratnya.

"Tidak mau!"

"Hei ... aku akan memberitahukan berita bagus setelah kau menciumku," goda Kris, seringainya mulai melebar saat melihat Tao yang mulai terpengaruh. Walaupun mereka baru saja menjalin hubungan, Kris sudah tahu sifat-sifat kekasihnya. Salah satu sifat yang sangat menonjol pada Tao adalah rasa penasarannya yang sangat besar.

"Ge, beritahu aku berita ituu," seru Tao, rasa penasarannya mulai memuncak.

"Tidak," tolak Kris. Tao memasang wajah sedihnya, "Cium aku dulu, baru kuberitahu," lanjut Kris terkekeh. Tao mulai menggerutu. Dengan perasaan canggung dan malu, Tao mendekat pada Kris, kemudian mengecup pelan pipi kekasihnya. Setelahnya, Tao menjauhkan diri dengan wajah yang bersemu merah. "Sudah,"

"Hu-uh, aku mengharapkan ciuman yang lain," sungut Kris.

Tao mulai menatapnya tak suka.

"Baiklah, aku mengalah," Kris menatap gemas pada Tao.

"Apa kabar baiknya, ge?" Tanya Tao tak sabaran.

"Kau sungguh ingin tahu?"

"Berhenti menggodaku, ge. Cepat beritahu,"

"Hahaha, kau lucu sekali, peach. Kabar baiknya, kau sudah berhasil mendapatkan cinta dariku,"

Dan Kris mendapatkan lemparan bantal dari Tao. "Kris!"

"Baiklah sayangku ... Lebih baik kau segera mengemasi barang-barangmu,"

Tao terkejut mendengarnya. Perasaannya mulai tidak enak. Matanya menatap Kris tak percaya. "Kau ... mengusirku ge?" Tao berkata lirih dengan mata yang berkaca-kaca.

Kris membuka mulutnya. Hei, kenapa Tao malah ingin menangis?! "Tidak, Tao! kau harus mengemasi barang-barangmu bukan karena aku akan mengusirmu. Kita akan liburan, sayang!" seru Kris, menenangkan Tao yang sudah hampir menumpahkan airmatanya.

Tao terdiam. Otaknya berusaha mencerna apa yang baru saja diucapkan Kris dengan cepat. Sepertinya Kris baru saja mengeluarkan kemampuan rap-nya.

Kris menghela napas melihat kekasihnya yang tampak kebingungan, didekatinya si cantik, kemudian mengecup pipi Tao, "kita akan liburan, peach," bisiknya.

Dan kali ini, mata Tao berbinar-binar mendengarnya.

.

.

.

.

.

"Kris-ge~, malam ini aku memasak ginger beef kesukaanmu!" seru Tao, melayangkan senyuman cerianya begitu ia keluar dari dapur. Kris yang sedang membaca Koran terkejut, kemudian tersenyum melihat Tao yang sudah berada di belakang pundaknya, menempel manja pada sang kekasih.

"Baiklah, ayo kita makan sayang," Kris menarik pergelangan tangan Tao, terasa dingin. Mungkin Tao baru saja mengambil sesuatu dikulkas, oleh karena itu tangannya yang lembut kedinginan. Si tampan segera menggenggam tangan Tao, kemudian memasukkannya kedalam saku hoodie-nya. Si cantik hanya diam malu. Ia merasa sangat dimanjakan dan juga diistimewakan oleh Kris.

Tao mulai menghidangkan masakannya pada hadapan Kris, meminta kekasihnya untuk segera makan. Beberapa jam yang lalu Kris memang sempat mengeluhkan lapar, jadi Tao berusaha untuk menyenangkan Kris dengan masakan kesukaannya sebagai ganti berita bagus yang telah ia dengar tadi sore.

"Enak?" Tanya Tao, berdoa dalam hati bahwa Kris akan mengatakan bahwa masakannya sempurna.

"Emmh... tidak!"

Tao menghela napas. Yah, kemampuan memasaknya memang belum seberapa dan itu belum bisa menyenangkan si tampan. Kris menyeringai tipis, sebenarnya ia hanya berbohong dan sedikit ingin menggoda Tao. Ia harus melakukan itu, sebab hari ini Tao merasa sangat senang setelah mendengar berita darinya. Salah satu (lagi) sikap yang menonjol dari Tao adalah, ketika ia sudah merasa bahagia, maka ia akan terlalu menjadi hiperaktif dan bisa-bisa ia tidak tidur semalaman hanya karena memikirkan kesenangan yang ia dapatkan.

Tao pun kembali dalam murungnya, ia berjalan keluar menuju ruang tengah sambil menggandeng ginger beef bagiannya. Mulai mencicipi, ia merasa masakannya tidak begitu buruk. Rasa manis dan pedas dari jahe dan daging kenyal itu cukup lezat. Ah, mungkin lidah Kris memang terlalu professional!

"Dasar lidah kota!" umpat Tao jengkel.

Kris hanya tertawa, kemudian menghabiskan bagiannya dan segera melanjutkan bacaan korannya. Begitu Tao kembali ke dapur untuk membereskan, ia sangat terkejut mendapati ginger beef bagian kekasihnya habis tak tersisa. "Ge, kau bilang tidak enak, tapi kenapa bagianmu habis juga?!"

Kris tergelak mendengar teriakan kekasihnya.

Oh Tao, kenapa kau begitu polos?

...

Hari ini, tepat seminggu setelah Kris mengucapkan janji liburan mereka, dan Tao sudah menagihnya, buktinya sekarang ini dirnya telah berpakaian kasual dengan koper besar di tangan kirinya. Ia masih menunggu Kris yang mencari passport-nya. "Kris-ge, kau sudah selesai?" Tanya Tao pelan, matanya masih menatap layar smartphone yang berada pada tangan kanannya.

"Ya, ayo sayang, kita berangkat," sahut Kris, keluar dari istana mewahnya yang ia sebut rumah sederhana itu, menghampiri Tao yang masih serius dengan smartphone-nya. Si tampan pun merangkul dewi bulannya, menyeret Tao yang masih tak berkutik dari layar smartphone-nya, masuk ke dalam mobil.

Di dalam mobil, Kris memperhatikan Tao yang masih saja asik dengan benda elektronik di tangannya itu. Jujur saja, sepertinya Kris mulai terkena virus Tao, yaitu tidak suka diabaikan. "Hei, peach!" panggil Kris.

"Ya, ge?" Tanya Tao, namun matanya masih saja asik dengan smartphone-nya.

Kris mulai jengkel. Ia pun mendekati Tao, kemudian mengecup kening Tao. Namun, si cantik tetap tidak bergeming. Sepertinya akun sosmed-nya sangat penting sekarang. Kris mendesah, ia pun kembali mengecup kening Tao, namun hasilnya sama saja, pandangan Tao tidak lepas dari smartphone-nya.

Cup!

Kris mulai mencium pipi tembem Tao.

Cup!

Kris mulai mencium hidung bangir Tao.

"Oh, ge ... hentikan!"-akhirnya Tao bersuara, namun, bukan perkataan itu yang diinginkan Kris. Kris mulai terdiam. Berpikir apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan perhatian Tao sepenuhnya.

Cup!

Wajah Tao kini memerah sempurna. "Gege! Kau tak malu pada supir?!" bisik Tao dengan pipi yang bersemu merah. Smartphone-nya kini ia letakkan di dalam tas ranselnya. Kris tersenyum puas. "Habisnya dari tadi kau mengabaikanku, jadi kucium saja bibir kecilmu itu," sungut Kris dengan seringai tipisnya. Tao kini memerah sempurna mendengar perkataan Kris. Supir yang mengantar mereka berusaha untuk menahan tawa, begitu melihat dari kaca depan Tao yang sedang memukul-mukul kekasihnya tanpa ampun itu.

Tiba-tiba, handphone Kris berbunyi. Kris bersyukur ada yang meneleponnya, setidaknya itu menghentikan aksi amukan Tao.

"Ya?" Kris bersahut begitu mengangkat telepon.

"Tuan Wu! Anda harus ke perusahaan segera!"

"Hah? Bukankah kubilang batalkan semua jadwal dan janjiku untuk tiga minggu kedepan?!"

"Tuan Wu! Ini tidak seperti yang anda kira! Sekretaris anda, Yixing baru saja menampar Tuan Joonmyeon! Dan beliau akan menarik seluruh saham-nya diperusahaan anda! Anda harus cepat kesini sebelum terlambat, Tuan Wu!"

Dan mata Kris membulat lebar.

.

.

.

.

Tatapan Tao begitu sendu menunggu Kris yang tengah sibuk dengan urusan perusahaannya. Harusnya, ia memang tidak mengajak Kris untuk liburan bersamanya. Kekasihnya itu orang sibuk, dan akan selalu begitu, kecuali Kris memberikan perusahaan pada orang lain (impossible).

Mata kucing itu menatap beberapa kali orang-orang penting masuk kedalam sebuah ruangan yang sebelumnya dimasuki oleh Kris, dan dua orang bernama Yixing dan Joonmyeon. 'Mungkin rapat' batin Tao dalam hati. Ia pun menarik koper besarnya menuju lobi, menunggu Kris disana sambil memainkan beberapa game di smartphone-nya mungkin akan sedikit menarik. Walapun moodnya sangat-sangat buruk sekarang.

.

.

.

"Tao? Tao? Sayang, bangunlah," Tao merasa terusik dari tidur cantiknya, begitu merasa tangan dingin menyentuh pipi tembemnya, dan mengelusnya beberapa kali.

"Oh, kau rupanya," gumam Tao lirih, mengalihkan tatapannya dari Kris yang kini sudah berada dihadapannya. Kris menatapnya lekat. "Sayang, ada sesuatu yang ingin kukatakan ..."

"Tak apa, Kris. Aku sudah tahu. Aku hanya ingin pulang sekarang," ucap Tao, memotong ucapan Kris. Ia sudah tahu, kekasihnya pasti akan mengatakan bahwa liburan mereka terpaksa batal karena ada masalah perusahaan yang datang mendadak. Mata Tao merasa panas sekali. Ia hanya ingin liburan bersama kekasihnya! Apakah itu salah?

Kris masih menatap Tao yang sama sekali tak membalas tatapannya. Ia tahu, Tao pasti sangat marah pada dirinya. Tao sudah sangat menantikan liburan yang menyenangkan bersama dirinya, dan ia membatalkannya tepat sekali pada hari yang dijanjikan. Tao pasti merasa kecewa sekali padanya. Kekasihnya bahkan tak memanggilnya dengan embel-embel gege. Ia bahkan mengabaikan Tao selama berjam-jam hingga kekasihnya tertidur di sofa lobi. Ia benar-benar bodoh sekali.

"Kris, aku mau pulang,"

"Baiklah, kita pulang sekarang," Kris segera saja memanggil supirnya, kemudian mereka berdua memasuki mobil. Tao hanya diam saja sepanjang perjalanan, begitu pula Kris. Walaupun si tampan terus saja menatap lekat Tao, namun ia tak menghiraukannya dan malah menatap jendela mobil, tidak sama sekali memperhatikan Kris.

Sesampainya dirumah, Tao langsung berlari menuju kamarnya dengan tangan yang menarik koper, meninggalkan Kris yang menatapnya di ruang tengah. Kris berusaha mengejar kekasihnya, namun, Tao dengan cepat menutup pintu kamarnya, lalu menguncinya.

"Tao, sayang, dengarkan aku dulu ..." seru Kris, mengetuk pintu kamar Tao. Hening. Kris tidak mendapat jawaban apapun dari Tao. "Tao, maafkan aku .. aku tidak bisa menepati janjiku. Aku akan berusaha cepat menyelesaikan masalah perusahaan, dan kita akan liburan," bujuk Kris lagi.

"Oh diamlah! Aku butuh tidur!"

Kris menghela napas. Tao bahkan menghardiknya.

.

.

.

TBC or END?

Wokeh, jadi ini fanfic ira yang absurd dan bertele-tele :V ampuni ira mak :V

Awalnya, ira pingin buat fanfic ini oneshoot aja. Tapi setelah penuh pertimbangan, jadi ira pengen fanfic ini twoshoot. Yah, kalau responnya bagus ira lanjutin jadi twoshoot.

Thanks udah nyempatin baca ff ini ^^ dan big thanks bagi yang mereview-nya.

MIND TO REVIEW? :)